• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN BANGUNAN MIXED USE BUILDING DENGAN PENDEKATAN GREEN BUILDING DI TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN BANGUNAN MIXED USE BUILDING DENGAN PENDEKATAN GREEN BUILDING DI TERNATE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

23

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

PERANCANGAN BANGUNAN MIXED USE BUILDING DENGAN PENDEKATAN GREEN BUILDING DI TERNATE

Endah Harisun1) Utari Ramadhani Awedy2)

Dosen dan Mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas KhairunTernate Email : daysurya75@gmail.com

ABSTRAK

Bangunan multifungsi (Mixed-use Building) yang merupakan bangunan komersial menuntut adanya aspek kenyamanan bagi pengunjungnya. Penggunaan energi terbesar dalam bangunan multifungsi (Mixed-use Building) yaitu penggunaan unit pengkondisian udara, terlebih lagi di kota Ternate yang memiliki suhu rata-rata 33.8ᵒC menuntut suatu bangunan multifungsi yang memberikan iklim interior yang nyaman dengan penggunaannya.

Konsep Green Building yang diterapkan pada objek rancangan meliputi : Pemanfaatan material yang berkelanjutan, Keterkaitan dengan ekologi lokal, Konservasi energi, Efisiensi penggunaan air, Penanganan limbah, Memperkuat keterkaitan dengan alam dan Pemakaian kembali/renovasi bangunan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : Observasi, Interview, Studi Pustaka untuk analisis data menggunakan 3 pendekatan yaitu aspek manusia, aspek lingkungan dan aspek bangunan yang masing-masing aspek tersebut di analisis berdasarkan eksisting site yang ada.

Bangunan multifungsi (mixed-use building) yang dirancang bergaya arsitektur Modern minimalis dan diharapkan menjadi salah satu icon kota Ternate. Dengan fungsi sebagai Mall, Hotel, sekaligus sebagai pusat kegiatan konverensi dilengkapi berbagai fasilitas pendukung seperti parkiran basement 3 lantai, taman kota, kolam renang yang langsung nelihat view laut, game center, gym resto dan kafe.

Kata Kunci: Building, Green, Mixed-Use, Kota, Ternate

1. PENDAHULUAN

Negara Indonesia telah mengenal bangunan multi fungsi (mixed-use building) sejak tahun 1960. Perkembangan bangunan multi fungsi di Indonesia dipengaruhi oleh tidak teraturnya tata ruang sehingga memerlukan alternatif untuk memperbaiki tata ruang yaitu dikembangkannya bangunan yang berkonsep mixed-use building.

Bangunan multifungsi (Mixed-use Building) yang merupakan bangunan komersial menuntut adanya aspek kenyamanan bagi pengunjungnya.

Penggunaan energi terbesar dalam bangunan multifungsi (Mixed-use Building) yaitu penggunaan unit pengkondisian udara, terlebih lagi di kota Ternate yang memiliki suhu rata-rata 33.8 oC menuntut suatu bangunan multifungsi yang memberikan iklim

interior yang nyaman dengan penggunaannya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), untuk jumlah usaha Hotel Bintang di Propinsi Maluku Utara hanya 3 Hotel Bintang dengan jumlah kamar 318 kamar dan 523 tempat tidur.

Untuk data kunjungan tamu per hari hanya 73 orang tamu dari Indonesia dan tidak ada tamu asing yang menginap. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah akokomodasi berupa hotel bintang sangat kurang dan jumlah wisatawan asing hampir tidak ada. Bangunan mixed use yang direncanakan dengan salah satu fungsinya adalah hotel ditambah dengan mall sebagai pusat perbelanjaan.

Dengan dasar pemikiran diatas maka perancangan fisik bangunan berupa

“multifungsi (mixed-use building) di Ternate

(2)

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

dengan Pendekatan Green Architecture”

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan fasilitas akomodasi dan Pariwisata dimana dalam rancangan bangunannya selain memberikan rasa nyaman dan aman dalam bangunan juga dapat memberikan solusi yang baik bagi permasalahan global warming untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di masa akan datang.

2. PERMASALAHAN

Pada rumusan masalah ini nantinya akan dibahas dan dicari solosinya.

Pemecahan masalah disesuaikan dengan kuantitas masalah. Berikut merupakan rumusan masalah, diantaranya:

Bagaimana merancang bangunan multi fungsi (mixed-use building) dengan pendekatan konsep green building yang dapat mengurangi penggunaan energi serta desain bangunan menjadi ramah lingkungan?

3. TINJAUAN TEORI 3.1 Konsep Green Building

Dengan konsep green building diharapkan bisa mengurangi penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus juga desain bangunan menjadi ramah lingkungan.

Dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia, 2008 dijelaskan bahwa dalam merancang dan mendesain ”Intelligent dan Green building” harus memperhatikan :

a. Pemanfaatan material yang berkelanjutan

b. Keterkaitan dengan ekologi local c. Konservasi energy

d. Efisiensi penggunaan air e. Penanganan limbah

f. Memperkuat keterkaitan dengan alam

g. Pemakaian kembali/renovasi bangunan

3.2 Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan

Penggunaan terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang integral green building.

efektifitas green building dapat mengakibatkan:

a. Mengurangi biaya operasi dengan meningkatkan produktivitas dannmenggunakan energi dan air yang lebih sedikit,

b. Meningkatkan kesehatan masyarakat dan penduduk karena

perbaikan kualitas udara indoor, dan

c. Mengurangi dampak lingkungan, misalnya, berkurangnya penahan air run off dan efek rumah kaca.

4. KONSEP PERANCANGAN

Konsep Green Building yang diterapkan pada objek rancangan sesuai dengan kajian teori meliputi: Pemanfaatan material yang berkelanjutan, Keterkaitan dengan ekologi lokal, Konservasi energi, Efisiensi penggunaan air, Penanganan limbah, Memperkuat keterkaitan dengan alam dan Pemakaian kembali/renovasi bangunan.

Sedangkan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Observasi, Interview, Studi Pustaka untuk analisis data menggunakan 3 pendekatan yaitu aspek manusia, aspek lingkungan dan aspek bangunan yang masing-masing aspek tersebut di analisis berdasarkan eksisting site yang ada. Sedankan konsep merupakan hasil dari semua analisis yang digabungkan menjadi suatu konsep pada bangunan yang akan di rancang.

A. Konsep Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan searah dengan panjang site akan sangat baik dikarenakan hotel sebagai fungsi hunian mendapatkan sinar matahari secara penuh sehingga, dapat memaksimalkan pencahayaan alami dan mengurangi pemakaian pencahayaan buatan. Selain itu, site yang terletak dalam satu blok kawasan maka, bangunan dihadapkan pada setiap sisi jalan dan sesuai dengan akses pencapaian ke dalam bangunan. Bentuk bangunan dibuat ramping untuk memaksimalkan pencahayaan maupun penghawaan alami.

Gambar 1. Bentuk bangunan dibuat ramping untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan

(3)

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1 B. Konsep Gubahan Bentuk

C. Konsep Ruang Luar

D. Konsep Penzoningan

E. Konsep Struktur Gambar 2. Dikarenakan posisi site terletak

di sudut jalan maka orientasi bangunan dihadapkan pada setiap sisi jalan.

(4)

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

5. DESAIN BANGUNAN 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya.

Perancangan bangunan mixed use di Ternate merupakan jawaban atas permasalahan saat ini khususnya kota Ternate. Bangunan Mixed Use dengan konsep Green Building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global. Dengan konsep hemat energi yang tepat, konsumsi energi suatu gedung dapat diturunkan hingga 50%, dengan hanya menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya. ”Dengan hanya menambah 5% dari biaya pembangunan gedung biasa, konsumsi energi gedung dapat diturunkan hingga 50%.

Konsep ‘Green Building’ atau bangunan hijau mengacu pada utilitas bangunan dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, daya tahan utilitas, dan kenyamanan.

Bangunan Mixed Use di Kota Ternate diharapkan menghadirkan bangunan yang nyaman bagi pengguna, menggunakan lebih sedikit sumber daya yang tidak terbarukan, bisa lebih murah, terutama dalam jangka panjang, bertanggung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan, mengurangi emisi CO2 dan pemanasan global..

6.2 Saran

Harapan kedepan dari sistem Green Building ini menjadi persyaratan untuk Gambar 3. Denah typikal.

Gambar 4. Denah typikal.

(sumber : Hasil desain sendiri, 2017)

Gambar 5. Perspektif kawasan.

(sumber : Hasil desain sendiri, 2017)

(5)

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

seluruh bangunan-bangunan di kota besar di Indonesia dalam melakukaan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya. Penerbit Erlangga.

Jakarta. 1985

Frick, Heinz, 2001, Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Kanisius, Yogyakarta dan Semarang.

Hakim, R dan Utomo, H, 2002, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap,Bumi Aksara, Jakarta.

Karlen Mark and Benya James.2007.Dasar-

dasar desain

Pencahayaan.Erlangga.jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, PT.

Gramedia Utama, Jakarta.

Neufert, Ernst, 1996, Data Arsitek, PT.

Gelora Aksara Pratama, Erlangga, Jakarta.

SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan www.en.wikipedia.org/wiki/Green_building,

Januari 2009

www.arsitektur.widyakartika.ac.id

(6)

Jurnal Archipelascape Vol 3 Nomor 1

Gambar

Gambar  1.  Bentuk  bangunan  dibuat  ramping  untuk  memaksimalkan  pencahayaan dan penghawaan
Gambar 5. Perspektif kawasan.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Model Ekspektasi Adaptif menggunakan variabel lag dan memberikan peran yang penting pada periode sekarang untuk dihasilkan pada periode yang akan datang,

Dari pola komunikasi tersebut dapat menjadi pilihan dalam menggunakan strategi komunikasi kepada para stakeholder dengan mengingat konteks komunikasi efektif dalam

Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di indonesia biasanya bergaya Yunani hingga Romawi dengan ciri-ciri antara lain bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar silindris

menurut Budiharto (2006:1), model proses, digram alur kerja atau model fungsi adalah alat pembuatan model yang memungkinkan pofesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai

Hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian yaitu status pekerja dan lingkungan kerja secara

Dari ilustrasi di atas, dapat dikatakan bahwa Roh Kudus bersama Anak dengan Bapa ada- lah Allah Tritunggal sejak dari kekal. Roh Kudus tidak hanya ada di atas sana, tetapi

Kesimpulan yang dapat diambil dari basic desain pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe untuk PLTN di Indonesia khusus divisi proses adalah diperolehnya data teknis

Investasi sumberdaya manusia lebih efektif menurunkan ketimpangan pendapatan dibandingkan dengan bantuan langsung tunai kepada kelompok rumahtangga, oleh karena diperlukan