• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia semakin luas, persaingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia semakin luas, persaingan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia semakin luas, persa- ingan semakin ketat serta semakin kompleks permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang ada di dunia sekarang ini. Tujuan suatu perusahaan didirikan pada umumnya untuk memperoleh laba. Laba yang dicapai oleh perusahaan tersebut seringkali digunakan untuk menilai sukses tidaknya manajemen perusahaan tersebut. Laba tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan telah direncanakan sebelumnya dan biasanya pimpinan perusahaan ingin mengetahui apakah rencana yang telah ditetapkan tersebut telah dijalankan dengan baik. Untuk mencapai sasaran perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, pimpinan perusahaan dituntut untuk mengelola dan mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan seperti modal dan tenaga kerja yang bekerja secara efektif.

Suatu perusahaan terutama perusahaan industri biasanya terdiri atas beberapa departemen, dimana tiap-tiap departemen tersebut dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas departemen yang dipimpinnya dan departemen-departemen tersebut harus bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Tiap departemen melaksanakan tugas sesuai dengan wewenang yang diberikan dan kemudian melaporkan hasil kerja perusahaan.

(2)

Proses pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab, dan konsep alur infor- masi. Kesemuanya ini direncanakan penyusunannya untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan pengendalian yang dilakukan manajer terhadap realisasi dari elemen-elemen yang secara langsung berada dibawah pengen- daliannya. Karena itu timbul kebutuhan akan suatu Informasi Akuntansi yang hakikatnya bersifat keuangan dan membantu manajer untuk melakukan tiga hal, yaitu merencanakan secara efektif dan memusatkan perhatian pada berbagai penyimpangan dari rencana, memimpin kegiatan sehari-hari, dan membuat pemecahan yang terbaik atas berbagai persoalan kerja yang dihadapi perusahaan.

Informasi akuntansi mencakup informasi operasi, informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi mana- jemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan dan pengendalian. Informasi disajikan kepada manajemen organisasi dalam berbagai laporan keuangan seperti anggaran, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban dan lainnya.

Sesungguhnya akuntansi pertanggungjawaban merupakan tipe informasi akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki manajer. Untuk tujuan pengendalian biaya, manajemen sering kali membuat perencanaan untuk tiap-tiap tempat biaya (cost center), setiap pusat biaya akan dipimpin oleh seorang manajer (pimpinan), yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat. Perencanaan semacam ini disebut

(3)

budget atau anggaran. Dan pada waktu-waktu tertentu dilaporkan hasil pelaksanaan center, kemudian dibandingkan dengan rencana yang ada. Hasil perbandingan akan dilaporkan pada pimpinan yang lebih tinggi. Informasi semacam ini disebut “Akuntansi Pertanggungjawaban” (responsibility accoun- ting). Akuntansi Pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah

penyusunan laporan-laporan kinerja atau prestasi yang dihasilkan kepada individu dan anggota kelompok tersebut serta membandingkan hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan. Informasi akuntansi pertang- gungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses pengendalian manajemen, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban mensyaratkan bahwa struktur organisasi harus mencerminkan pendelegasian atau pendesentralisasian wewe- nang dan tanggung jawab kepada manajer yang lebih rendah sehingga jelas wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap tingkatan manajemen. Anggaran disusun sebagai alat memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pertang- gungjawaban yang dipimpinnya serta sebagai alat pengendalian biaya.

Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan secara baik akan membentuk landasan bagi terciptanya sistem pengendalian manajemen.

Akuntansi Pertanggungjawaban akan memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan demi kepentingan perusahaan.

(4)

Dari hasil pengamatan ternyata dalam PT Maspion Pipe fitting Surabaya terdapat departemen produksi yang merupakan pusat pertanggungjawaban biaya yang telah memperoleh pendelegasian wewenang dari pimpinan. Setiap bulan, departemen tersebut melaporkan hasil kerjanya dengan membuat laporan biaya, namun laporan tersebut belum dapat dikatakan sebagai perfor- mance report karena belum dapat untuk menilai ketepatgunaan dari pusat pembiayaan serta untuk mengukur keberhasilan seorang manajer dalam mengawasi pengeluaran yang berada dalam tanggung jawabnya.

Disamping itu, dalam laporan tersebut juga tidak menunjukkan adanya pemisahan biaya yang terkendali dan yang tidak terkendali sehingga tidak dapat digunakan oleh pimpinan manajemen untuk menilai efisiensi biaya dan tidak dapat menelusuri siapa yang harus bertanggung jawab terhadap penyim- pangan biaya yang terjadi.

Dengan tidak diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam perencanaan, pengumpulan, dan pelaporan biaya-biaya yang terjadi, menyebabkan pengendalian biaya menjadi kurang efektif dan kurang dapat mendorong menuju untuk bekerja secara efektif dan efisien dalam melak- sanakan anggaran guna mendukung sistem pengendalian manajemen yang baik.

Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul:

“ Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Sarana evaluasi Kinerja Manajemen dalam Pengendalian Biaya di PT Maspion Pipe fitting Surabaya”.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka masalah yang dike- mukakan oleh penulis adalah :

1. Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban di PT Maspion Pipe fitting Surabaya ?.

2. Apakah akuntansi pertanggungjawaban sebagai sarana evaluasi dapat diterapkan guna mencapai efektivitas dan efisiensi biaya dalam mendukung pengendalian biaya ?.

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi akuntansi pertanggungjawaban di PT Maspion Pipe fitting Surabaya.

2. Untuk memanfaatkan akuntansi pertanggungjawaban sebagai sarana evaluasi kinerja sehingga mendukung pengendalian biaya secara efektif dan efisien.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Universitas Muhammadiyah Gresik :

a. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dan sebagai bahan pertimbangan baik untuk menambah wawasan

(6)

pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang sama.

b. Untuk menambah koleksi karya ilmiah di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Gresik.

2. Bagi perusahaan.

a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan, khususnya berkaitan dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban agar nantinya dapat membantu manajemen dalam pengendalian biaya.

3. Bagi Peneliti.

Hasil penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk menambah wawasan pengetahuan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya. Dalam hal ini peneliti mendapatkan kesempatan untuk melakukan perbandingan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang sesungguhnya dalam dunia usaha serta bagaimana teori tersebut diaplikasikan secara nyata.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya.

Sebelum penelitian ini pernah juga dilakukan penelitian yang berhu-bungan dengan akuntansi pertanggungjawaban. Penelitian tersebut antara lain:

1. Ari Astutik, mahasiswa UPN Jawa Timur tahun 1999 dengan mengambil judul “ Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer di Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya “.

a. Permasalahan

Sebagai perumusan masalah adalah selama ini rumah sakit belum mampu menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang lengkap, oleh karena itu prestasi setiap manajer juga belum maksimal.

b. Hipotesis

Diduga jika rumah sakit semakin lengkap dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban maka prestasi manajer dapat meningkat.

c. Kesimpulan.

Badan usaha rumah sakit di dalam pelaksanaan peranan akuntansi pertanggungjawaban yang semakin lengkap dapat memberikan moti-vasi kerja kepada manajer pusat pertanggungjawaban sehingga dapat meningkatkan prestasi manajer di segala bidang. Hal ini dapat dilihat pada data kuantitatif dari hasil perhitungan uji rank spearman (rs) yang menghasilkan rs hitung sebesar 0,7515.

Apabila rs hitung > rs tabel atau 0,7515 > 0,564, maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel terikat ditolak. Berarti bahwa akuntansi pertang- gungjawaban mempunyai hubungan dengan penilaian prestasi manajer dalam badan usaha.

(8)

2. Purnama Anggraini, mahasiswa Universitas Surabaya tahun 2001, dengan mengambil judul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Sarana Eva-luasi Kinerja Manajemen di PT Barata Indonesia “.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan secara tepat sehingga dapat digunakan sebagai sarana evaluasi kinerja guna mencapai pengen-dalian manajemen yang baik. Penelitan ini menggunakan analisa des-kriptif, dengan analisa variabel :

- Struktur organisasi - Anggaran

- Penggolongan biaya

- Laporan pertanggungjawaban.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian tersebut diatas, persamaannya adalah :

a. Sama-sama menggunakan teknik analisa deskriptif.

b. Variabel yang dijadikan analisa sama, yaitu stuktur organisasi, anggaran, penggolongan biaya dan laporan pertanggungjawaban.

Perbedaannya adalah : a. waktu penelitian b. Tempat penelitian.

c. Adanya analisa varians (penyimpangan).

2.2. Informasi akuntansi

Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga siap digunakan untuk menbuat kesimpulan, argumen dan keputusan. Sedangkan akuntansi meru-pakan proses pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan serta pengin-terprestasian data keuangan sebuah organisasi

(9)

yang menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambil keputusan melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan keputusan.

Menurut Atkinson dkk (1997;4) informasi akuntansi dibagi menjadi dua yaitu : 1. Management Acccounting Information.

2. Finansial Accounting Information.

Menurut Mulyadi (2001 ;14), informasi akuntansi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Informasi operasi.

2. Informasi akuntansi keuangan.

3. Informasi akuntansi manajemen.

Informasi operasi menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi manajemen dan informasi keuangan untuk melaksanakan aktivitas badan usaha sehari-hari, manajemen memerlukan berbagai informasi operasi seperti jumlah produksi hari ini, jumlah jam kerja karyawan dan lain-lain.

Informasi akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manajemen (biasanya manajemen puncak) maupun pihak luar perusahaan seperti peme-gang saham, bankir dan kreditur lain, instansi pemerintah dan pihak luar yang lain.

Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen yakni : perencanaan dan pengen-dalian aktivitas perusahaan.

Informasi akuntansi manajemen digunakan oleh manajemen berbagai jenjang organisasi di masa yang akan datang.

Informasi akuntansi manajemen di golongkan menjadi tiga jenis, yaitu : a. Informasi akuntansi penuh.

b. Informasi akuntansi diferensial.

c. Informasi akuntansi pertanggungjawaban.

Gambar 2.1

Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen

Objek informasi Informasi akuntansipenuh

(10)

Informasi k t i

Wewenang yang dimiliki oleh manajer

Sumber : Mulyadi (2001; 16)

Gambar 2.2

Perbandingan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen

Akuntansi

Akuntansi keuangan Akuntansi Manajemen Sumber : Garrison, Noerren (2000;5)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi yang khusus ditujukan untuk kepentingan manajemen disebut akuntansi mana- jemen, karena akuntansi manajemen merupakan proses dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para manajer untuk perencanaan, pengarahan dan motivasi, pengendalian, penilaian kinerja dan pengambilan keputusan.

Pencatatan Estimasi Pengorganisasian Peringkasan

Laporan ditujukan pada pihak luar : pemilik, kreditur, otoritas pajak, pembuat aturan.

Menekankan peringkasan keu- angan dari aktivitas di masa lalu.

Menekankan pada objektivitas dan dapat diverifikasinya data- data keuangan.

Menuntut presisi.

Disusun untuk data keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Taat pada PABU.

Bersifat mandatory (wajib) untuk laporan keuangan.

Laporan ditujukan pada pihak internal : perencanaan, pengarahan dan motivasi, pengendalian, penilaian kerja.

Menekankan pada keputusan yang akan memiliki dampak di masa datang.

Menekankan pada relevansi dan fleksibilitas data-data keuangan.

Menekankan pada ketepatan waktu.

Disusun secara detail untuk departemen produk, konsumen dan karyawan.

Tidak perlu mengikuti PABU.

Tidak mandatory.

(11)

2.3. Tinjauan umum akuntansi pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban diterapkan dalam organisasi yang telah membagi-bagi bidang pertanggungjawaban secara jelas dan tegas. Bidang pertanggungjawaban menyusun anggaran biaya dan penghasilan masing- masing dengan memperhatikan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Dalam menyusun sistem akuntansi selalu didahului dengan pembenahan lebih dahulu terhadap organisasi. Penyusunan sistem akuntansi dan penyu- sunan struktur organisasi merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu sebelum akuntansi pertanggung- jawaban disusun, perlu dilakukan penilaian secara mendalam terhadap organisasi dan prosesnya dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan.

Organisasi merupakan wadah dari sekelompok individu yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada badan usaha yang masih kecil pengawasannya dapat dila- kukan secara langsung oleh pimpinan sendiri.Tetapi bila sudah berkembang besar, maka permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Dengan demi- kian pimpinan tidak dapat mengawasi secara langsung jalannya organisasi.

Sehingga mengharuskan pimpinan untuk mendelegasikan sebagian tugas dan wewenangnya kepada bawahannya.

Dengan adanya pelimpahan wewenang tersebut pimpinan perusahaan membutuhkan suatu alat untuk pengawasan terhadap bawahannya. Di samping

(12)

itu juga untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mencapai tujuan badan usaha yang dipimpinnya. Salah satu sarana alat tersebut adalah akuntansi pertanggungjawaban, yang disajikan dalam bentuk laporan tertulis yang disebut Performance Report.

Konsep akuntansi pertanggungjawaban mengharuskan setiap tindakan harus ada yang bertanggung jawab, luasnya tanggung jawab tersebut tergan- tung pada setiap tingkatan dalam struktur organisasi. Semakin tinggi tingkat kepemimpinannya seseorang dalam organisasi, maka makin luas pula tanggungjawabnya. Semakin rendah jenjang seseorang dalam organisasi, maka tanggungjawabnya semakin rendah.

2.3.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban.

Dalam membahas akuntansi pertanggungjawaban secara teoritis, berikut ini dikemukakan oleh beberapa ahli tentang pengertian akun- tansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

Menurut Hansen dan Mowen (2001;818) " Akuntansi pertang- gungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap proses pertanggungjawaban dan membandingkan hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan.

Sedang menurut Hongren dkk (1995;553) " Akuntansi pertang- gungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari masing-masing pusat pertang- gungjawaban".

(13)

Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual), guna mengevaluasi kinerja keuangan dari masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Hal-hal yang terkandung dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

a. Struktur organisasi.

Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban terdapat desen- tralisasi tugas, wewenang dan pertanggungjawaban dari masing- masing tingkatan manajemen.

b. Pemisahan biaya.

Adanya pemisahan biaya atas dasar dapat tidaknya biaya tersebut dikendalikan oleh manajer. Masing-masing tingkatan manajer ada- lah agar laporan pertanggungjawaban benar-benar mencerminkan tingkat pertanggungjawaban dari masing-masing tingkatan manajer.

c. Sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai karakteristik khusus yaitu disesuaikan dengan organisasinya. Sistem tata perki- raan disusun sedemikian rupa sehingga pendapatan dan biaya dikumpulkan, dikelompokkan dan dilaporkan berdasarkan pusat- pusat pertanggungjawaban.

d. Budget (anggaran).

(14)

Proses penyusunan anggaran menghendaki adanya partisipasi aktif dari masing-masing pusat pertanggungjawaban dan anggaran tersebut harus disusun dengan cermat dan baik.

e. Laporan pertanggungjawaban.

Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan wewenang yang didesentra- lisasikan pada manajer pusat pertanggungjawaban, yang menyang- kut realisasi dan budget. Laporan ini merupakan sarana penilaian prestasi kinerja karyawan dan motivasi bagi karyawan yang dinilai prestasi kinerjanya.

2.3.2. Pusat-pusat Pertanggungjawaban.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2002;111) “ Pusat pertang- gungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan”.

Menurut Mulyadi (2002;68) “ Pusat pertanggungjawaban adalah satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer pertang- gungjawaban. Tingkat terendah adalah pusat pertanggungjawaban untuk seksi, unit organisasi terkecil lainnya. Sedangkan tingkat mana- jemen yang lebih tinggi, pusat pertanggungjawaban merupakan depar- temen atau divisi.

Menurut Halim dkk (2000;68) “ Pusat pertanggungjawaban adalah satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer

(15)

pertanggungjawaban ini membentuk suatu hierarki mulai tingkatan rendah sampai tingkatan yang lebih tinggi.

Departemen atau divisi tersebut biasanya merupakan kumpulan dari unit-unit kerja yang lebih kecil dari organisasi dengan tenaga kerja staf serta ahli tenaga manajer lainnya. Kegiatan pusat pertang- gungjawaban adalah pengolahan input (masukan) yang dapat berupa tenaga kerja, bahan baku dan jasa serta ditambah masukan lainnya, misalnya modal kerja atau peralatan-peralatan menjadi output (kelua- ran). Keluaran yang dihasilkan dapat berbentuk produk (berwujud) atau jasa (tak berwujud).

Gambar 2.3

Diagram Pusat Pertanggungjawaban.

Masukan/input Keluaran/output

Sumber daya yang digunakan Produksi/jasa Diukur dengan besarnya biaya modal

Atau uang

Sumber : Anthony ( 2000;197)

Menurut Hariyadi (2002;268), pusat pertanggungjawaban, di dalam organisasi diukur berdasarkan masukan (biaya) dan keluaran (pendapatan) digolongkan dalam empat kelompok yaitu :

1. Cost center (pusat biaya).

Pusat pertanggungjawaban yang diukur atas dasar masukan atau biaya dan keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud penghasilan. Dengan demikian semakin rendah

Proses/kerja

(16)

masukan yang digunakan dalam kegiatan perusahaan, maka sema- kin baik pusat pertanggungjawaban ini.

Pusat biaya dapat dikelompokkan berdasarkan kakarteristik biaya sebagai berikut :

a. Engineered Expense Center.

Pusat biaya terukut adalah pusat biaya yang sebagian besar biaya-biayanya mempunyai hubungan proporsional dengan keluarannya, manajer Engineered Expense Center dinilai atas dasar seberapa jauh ia dapat mempertahankan biaya sesung- guhnya sama atau dibawah standart yang telah ditetapkan.

Perbedaan yang terjadi antara realisasi dan standart dianalisa dan dicari penyebabnya. Tetapi perlu diingat bahwa apabila realisasi biaya dengan biaya standart sama, belum tentu meru- pakan prestasi yang baik. Selain memperhitungkan biaya, jumlah dan mutu barang yang diproduksi tidaklah dapat diabaikan. Hal ini untuk mencegah menurunnya mutu hasil produksi sebagai akibat dari penekanan terhadap biaya produksi.

b. Decretionary Expense center.

Pusat biaya tak terukur adalah pusat biaya yang sebagian besar pusat biayanya tidak dapat diukur efisiensi atau efektivitasnya dengan menggunakan nilai satuan uang. Sebagian biaya tidak menpunyai hubungan yang proporsional dengan keluaran,

(17)

sehingga ditetapkan atas pertimbangan yang dilakukan oleh manajer. Proses pengendaliannya dimulai dengan pembuatan anggaran yang disetujui oleh manajemen puncak. Selanjutnya antara realisasi dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan, tidak mengukur efisiensinya, tetapi untuk mengusahakan agar biaya yang sesungguhnya tidak melebihi yang telah disetujui dalam anggaran.

2. Revenue Center (Pusat Pendapatan).

Pusat pertanggungjawaban yang diukur atas dasar pendapatan yang merupakan keluaran yang diukur dalam satuan uang. Pusat pertanggungjawaban ini tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau jasa yang dijualnya. Sedangkan biaya yang menjadi tanggungjawabnya sebatas pada biaya yang dapat dikendalikan secara langsung oleh manajer pusat pendapatan.

3. Profit Center (Pusat Laba).

Suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dari laba yang dihasilkan karena laba yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya, maka pusat laba diukur dari dua aspek, yaitu masukan dan keluaran. Manajer pusat laba juga berwenang dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan laba yaitu keputusan tentang biaya yang akan dikeluarkan dan pendapatan yang direncanakan.

4. Investasi Center (pusat investasi).

(18)

Suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dari laba yang dihasilkan dibandingkan dengan yang digunakan untuk mengha- silkan laba tersebut.

Cara perusahaan dalan mengukur pusat investasi dengan dua cara :

a. Return On Invesment (ROI).

Yaitu perbandingan antara laba dengan investasi yang digunakan untuk mendapatkan laba tersebut.

b. Residual Income (RI).

Yaitu selisih antara laba sebelum pajak dengan biaya modal yang diperhitungkan atas investasi.

2.3.3. Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban.

Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban atau Responsibility Accounting dapat diterapkan dengan baik apabila koordinasi antar syarat-syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban dilaksanakan dengan baik dan tepat. Desentralisasi struktur organisasinya, adanya anggaran, penggolongan biaya, sistem akuntansi biaya, serta sistem pelaporan merupakan syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam suatu organisasi perusahaan.

Ada beberapa persyaratan yang diperlukan dalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

(19)

Menurut Mulyadi (1999;11) syarat penerapan akuntansi pertang- gungjawaban meliputi :

a. Struktur organisasi menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

b. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen.

c. Penggolongan biaya sesuai dapat tidaknya dikendalikan suatu biaya oleh manajemen tertentu dalam organisasi.

d. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi.

e. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab atau responsibility reporting.

2.4. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh manajer untuk membagi-bagi dan mengkoordinasikan aktivitas anggota suatu organisasi. Sedangkan organisasi adalah sebuah kelompok manusia yang berinteraksi melakukan berbagai kegiatan secara koordinasi sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencapai cita-cita, misi atau tujuan. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam suatu bagan yang disebut struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan tatanan hirarki dari tugas organisasi sehingga struktur organisasi menetapkan hubungan antar berbagai tugas dan wewenang yang didelegasikan kepada setiap manajer suatu unit tertentu.

(20)

Organisasi perusahaan terdiri dari beberapa bagian divisi yang masing- masing dipimpin oleh setiap manajer. Ide pokok akuntansi pertanggung- jawaban adalah bahwa setiap manajer bertanggungjawab terhadap elemen- elemen secara langsung berada di bawah kendalinya. Struktur organisasi yang desentralisasi memperlihatkan batas wewenang yang didelegasikan sehingga menjadi jelas pola batas pertanggungjawabannya. Desentralisasi merupakan praktek pendelegasian atau pendesentralisasian otoritas pengam- bilan keputusan ke tingkat yang lebih rendah (Hansen dan Mowen, 2001;819).

Pada tingkat manajemen paling rendah, pertanggungjawaban terbatas dan wewenangnya juga dibatasi. Laporan pertanggungjawaban pada tingkat ini hanya menyangkut segolongan kecil biaya yang termasuk dalam batas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya.

Masing-masing manajer mengepalai unit-unit atau divisi-divisi dalam memenuhi tanggungjawabnya memberikan kontribusi untuk tujuan laba dan tujuan-tujuan lain organisasi atau dengan kata lain untuk dapat dimintai pertanggungjawabannya, bawahan harus mengetahui dengan jelas wewenang apa yang didelegasikan oleh atasannya.

2.5. Pengertian Biaya dan Pengklasifikasiannya.

2.5.1 Pengertian Biaya.

Istilah biaya sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, istilah ini mengandung makna bermacam-macam tergantung dari pema-

(21)

kaiannya. Dalam disiplin ilmu akuntansi, pengertian biaya dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli bidang akuntansi.

a. Menurut Mulyadi (1999;8) “ Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

b. Menurut Halim (2000;15) “ Biaya adalah suatu peristiwa yang diukur berdasarkan nilai uang yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomis yang diukur dalam satuan moneter dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. 5.2 Klasifikasi Biaya.

Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan untuk berbagai tujuan. Dalam mengklasifikasikan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Teknik penyajian informasi biaya berpedoman pada konsep “ Different Clasification of Cost for Different Purpose” artinya untuk penggunaan informasi biaya yang

berbeda, diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian suatu klasifikasi biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi beberapa tujuan. Jika pemakai memerlukan informasi

(22)

biaya untuk tujuan yang berbeda-beda, maka diperlukan informasi biaya dalam klasifikasi yang berbeda-beda pula sesuai dengan tujuan penggunaan informasi biaya.

Sesuai dengan kebutuhan pemakai informasi, menurut Mardismo (1996;10) biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1. Fungsi kegiatan utama perusahaan.

Berdasarkan fungsi kegiatan perusahaan yang utama biaya dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Biaya Produksi.

Yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap jual. Biaya produksi dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :

1) Biaya Bahan.

Nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah menjadi produk yang selesai. Bahan yang diolah dapat dipisahkan menjadi bahan baku dan bahan pembantu.

2) Biaya tenaga kerja.

Adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses produksi. Tenaga kerja yang mengerjakan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai dikelompokkan menjadi tenaga langsung dan tenaga tidak langsung.

3) Biaya overhead pabrik.

(23)

Adalah semua komponen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Termasuk dalam kelompok biaya overhead pabrik antara lain : biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan biaya pemeliharaan aktiva tetap perusahaan dan biaya listrik.

b. Biaya pemasaran

Adalah semua biaya yang berkaitan dengan kegiatan mulai dari memperkenalkan produk sampai dengan penagihan hasil penjualan produk. Termasuk dalam kelompok biaya pemasaran antara lain : biaya iklan, biaya angkut penjualan, biaya tenaga penjualan, biaya pengepakan dan biaya peme-liharaan penyusutan reparasi, asuransi aktiva tetap yang digunakan untuk penjualan produk atau jasa.

c. Biaya administrasi dan umum.

Merupakan biaya yang berkaitan dengan fungsi pelayanan administrasi dan umum. Termasuk dalam kelompok biaya ini antara lain : biaya asuransi reparasi pemeliharaan, penyusutan aktiva tetap yang digunakan untuk kegiatan administrasi kantor, gaji direksi dan karyawan administrasi kantor.

d. Biaya keuangan atau finansial.

Adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi penyediaan dana misalnya : biaya administrasi bank, biaya bunga.

2. Pengaruh perubahan volume kegiatan terhadap biaya.

Berdasarkan pengaruh perubahan volume kegiatan (volume produksi atau penjualan) terhadap biaya , biaya dapat dikla- sifikasikan sebagai berikut :

a. Biaya variabel.

(24)

Adalah biaya-biaya yang totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, penyusutan aktiva tetap yang dihitung berdasarkan total unit produksi, biaya komisi yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari volume penjualan.

b. Biaya tetap.

Merupakan biaya-biaya yang dalam jarak kapasitas tertentu totalnya tetap meskipun terjadi perubahan volume kegiatan.

Sejauh perubahan volume tidak melampui jarak kapasitas, total biaya tetap tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan. Contoh : penyusutan aktiva tetap yang dihitung dengan metode garis lurus, gaji karyawan kantor yang dibayar secara periodik.

c. Biaya semi variabel.

Merupakan biaya yang totalnya berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Total biaya semi variabel ber- ubah secara tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan, karena biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3. Periode penentuan biaya.

(25)

Berdasarkan periode penentuannya, biaya diklasifikasikan menjadi :

a. Biaya masa lalu.

Merupakan biaya-biaya yang telah terjadi pada masa lalu.

Biaya masa lalu merupakan biaya yang tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Informasi biaya masa lalu dapat membantu manajemen dalam membuat prediksi biaya sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya.

b. Biaya masa yang akan datang.

Adalah biaya yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang, yang umumnya digunakan untuk perencanaan dan pengendalian biaya. Biaya masa yang akan datang merupakan biaya relevan untuk pengambilan keputusan.

4. Pengaruh pengambilan keputusan terhadap biaya.

Berdasarkan pengaruh pengambilan keputusan terhadap biaya, biaya diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Biaya relevan.

Yaitu biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh pemilihan alternatif tindakan. Biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang, yang totalnya berbeda diantara alternatif tindakan yang satu dengan alternatif tindakan yang lain.

Contoh : biaya bahan baku suatu produk merupakan biaya relevan dalam pengambilan keputusan memproduksi

(26)

sendiri produk yang bersangkutan atau membelinya dari pihak di luar perusahaan.

b. Biaya tidak relevan.

Yaitu biaya yang tidak dipengaruhi oleh pemilihan alternatif tindakan. Semua biaya masa lalu merupakan biaya tidak relevan. Biaya tidak relevan merupakan biaya masa lalu dan biaya masa yang akan datang yang tidak berbeda di antara beberapa alternatif. Contoh : penyusutan aktiva tetap perusahaan karena biaya tersebut timbul dari pengambilan keputusan pada masa lalu dan semua biaya masa lalu.

5. Periode pembebanan biaya terhadap pendapatan.

a. Biaya produk.

Merupakan biaya-biaya yang secara langsung dapat diiden- tifikasikan dengan produk yang dihasilkan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya periode.

Adalah biaya-biaya yang tidak secara langsung dan umumnya langsung dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya biaya yang bersangkutan. Contoh : biaya-biaya yang terma- suk dalam biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, dan biaya keuangan yang antara lain berupa biaya listrik,

(27)

biaya telepon, biaya pemeliharaan aktiva tetap, gaji karyawan kantor dan biaya bunga.

6. Dapat dan tidaknya biaya diklasifikasikan terhadap objek.

Di tinjau dari segi dapat atau tidaknya suatu biaya diiden- tifikasikan terhadap objeknya, biaya dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Biaya langsung.

Adalah biaya-biaya yang manfaatnya secara langsung dapat diidentifikasikan dengan objek biaya tertentu. Suatu biaya yang merupakan biaya langsung objek biaya yang lain.

Contoh : biaya pengawas produksi merupakan biaya langsung departemen produksi, tetapi biaya tersebut merupakan biaya tidak langsung dari produk yang dihasilkan departemen yang bersangkutan. Contoh : biaya langsung yang lain adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung terhadap produk yang dihasilkan.

b. Biaya tidak langsung.

Adalah biaya-biaya yang manfaatnya tidak dapat diiden- tifikasikan secara langsung dengan objek biaya tertentu.

Contoh : semua biaya departemen pembentuk produksi atau departemen jasa (departemen listrik dan departemen pemeliharaan) merupakan biaya tidak langsung departemen

(28)

produksi. Biaya overhead pabrik merupakan biaya langsung produk yang bersangkutan.

7. Dapat atau tidaknya biaya dikendalikan.

Sesuai dengan konsep pengendalian biaya, setiap manajer yang bertanggung jawab terhadap terjadinya biaya pada satuan usaha (departemen) yang dipimpinnya, harus mempunyai wewe- nang untuk merencanakan dan mengendalikan biaya yang bersangkutan. Berdasarkan pada dapat atau tidaknya suatu biaya dikendalikan, biaya dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Biaya terkendali.

Adalah biaya-biaya yang dapat dikendalikan atau dipenga- ruhi oleh keputusan manajer departemen tempat terjadinya biaya yang bersangkutan. Contoh : biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada departemen produksi.

b. Biaya tidak terkendalikan.

Merupakan biaya-biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh keputusan manajer departemen tempat biaya yang bersang- kutan dibebankan. Contoh : alokasi biaya dari suatu depar- temen, merupakan biaya tidak terkendalikan bagi depar- temen yang menerima alokasi biaya tersebut.

2.6. Anggaran (Budget).

(29)

2.6.1. Pengertian Anggaran.

Menurut Hariadi (2002;218) “Anggaran merupakan bagian penting dalam proses pengendalian manajemen yang diterapkan perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Dengan demikian anggaran sangat diperlukan karena semakin kompleksnya masalah pada setiap perusahaan. Dengan anggaran diharapkan pelaksanaan kegiatan operasional berjalan efektif dan efisien.

Anggaran merupakan alat untuk perencanaan dan pengendalian yang dinyatakan secara kuantitatif.

Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah perencanaan formal bagi kegiatan perusahaan periode mendatang yang disusun sistematis dan diungkapkan dalam bentuk satuan kuantitatif, biasanya untuk periode satu tahun.

Anggaran juga merupakan rencana terpadu bagi seluruh bagian dalam perusahaan dimana tiap-tiap bagian dalam perusahaan berpar- tisipasi dalam proses penyusunannya dan mempunyai tanggung jawab atas pelaksanaannya. Oleh karena itu anggaran perusahaan harus disusun dengan cermat dan baik.

Manfaat yang diperoleh dari anggaran sebagai berikut (Hariadi, 2002;220) :

a. Mendorong para manajer untuk menyusun perencanaan formal.

b. Menyediakan tujuan yang jelas yang bertindak sebagai benchmark (tolak ukur) untuk menilai prestasi berikutnya.

(30)

c. Menyediakan sumber informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan.

d. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan setiap bagian dalam organisasi.

2.6.2. Jenis-jenis anggaran

Berdasarkan fleksibilitas anggaran dapat dikelompokkan menjadi dua macam menurut Hariadi (2002;224) yaitu :

a. Fixed budget

Merupakan anggaran yang disusun untuk tingkat aktivitas tertentu.

b. Fleksibel budget.

Merupakan anggaran yang disusun atas dasar rentang aktivitas tertentu yang diharapkan terjadi.

Dengan asumsi bahwa yang digunakan penyusunan anggaran tetap tidak mengalami perubahan. Penggunaan anggaran tetap sebagai alat perencanaan, pengendalian dan penilaian masih dapat diandalkan, tetapi jika variabel asumsi dasar (misalnya : volume produksi, tingkat harga jual produksi), mengalami perubahan, penggunaannya tetap akan menghasilkan informasi yang dapat menyesatkan pemakai sebagai sarana penilaian prestasi. Dalam anggaran tetap tidak terdapat pemisahan antara biaya tetap dengan biaya variabel, sehingga dari hasil analisis perbandingan antara anggaran dengan realisasinya tidak dapat diketahui apakah uraian yang terjadi disebabkan karena uraian pengeluaran atau uraian volume. Disamping itu dengan penggunaan anggaran tetap tidak

(31)

dapat diketahui siapa yang akan mempertanggungjawabkan uraian yang terjadi. Agar fungsi-fungsi anggaran terlaksana dengan efektif, peng- gunaan anggaran fleksibel lebih menguntungkan dalam menghadapi keadaan yang selalu berfluktuasi dari anggaran tetap. Dalam anggaran fleksibel dapat diketahui jenis-jenis uraian yang terjadi sehingga akan diketahui pula siapa yang akan bertanggungjawab atas uraian tersebut.

2.6.3. Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Pertanggungjawaban.

Anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban digunakan sebagai alat pembanding dalam menilai pelaksanaan dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan. Dasar pengendalian adalah rencana, untuk dapat melaksanakan pengendalian yang efektif maka harus dibuat rencana yang lengkap dan terpadu.

Untuk tujuan pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun dan diklasifikasikan untuk setiap tingkatan manajemen yang dibebani tanggung jawab atas pendapatan dan biaya yang berada di bawah pengendaliannya.

Di dalam penyusunan anggaran biaya, tiap manajer harus berpartisipasi aktif dengan mengajukan rancangan anggaran biaya yang berada di bawah tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini dengan memotivasi bawahan untuk bekerja sebaik-baiknya dalam melaksanakan anggaran biaya tersebut untuk mencapai atau memenuhi target yang telah ditetapkan. Perlu diingat, bahwa anggaran akan dapat digunakan secara efektif apabila individu-individu yang ada dalam

(32)

organisasi merasa bahwa anggaran perusahaan adalah miliknya. Itulah sebabnya mengapa manajer harus ikut serta di dalam penyusunan anggaran dengan mengikutsertakan bawahannya, sehingga para bawahan akan mengusahakan untuk memenuhinya karena merasa bahwa anggaran yang akan dipakai sebagai alat pengukur adalah buatan mereka.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep akuntansi pertanggungjawaban harus disusun berdasarkan atas :

a. Keikutsertaan tiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran yang melibatkan semua pihak yang ada dalam organisasi, sehingga dapat memacu motivasi para manajer dalam pencapaian tujuan.

b. Anggaran harus memberikan informasi dengan jelas mengenai biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan pada pusat pertanggungjawaban.

c. Adanya koordinasi yang terpadu baik antar manajer, sehingga tercipta keselarasan tujuan secara keseluruhan.

2.7. Laporan Pertanggungjawaban.

Semua tingkatan memerlukan informasi yang cukup untuk berbagai keperluan. Baik mengenai jenis informasi maupun jumlahnya dalam fungsi perencanaan dan pengendalian yang efektif. Laporan-laporan mengalir dari

(33)

manajer tingkat bawah ke manajer tingkat atas. Laporan ini terdiri dari dua jenis yaitu (menurut Hariadi, 2002;282) :

a. Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kerja.

Laporan ini menginformasikan kepada manajer dan pengawasan tentang pelaksanaan kerja dalam bidang-bidang yang menjadi tanggung jawab setiap bagian. Laporan tersebut akan mendorong para manajer untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna perbaikan pelaksanaan kerja.

b. Laporan Informasi.

Laporan ini menyajikan informasi yang berkaitan dengan bidang pertanggungjawaban setiap bagian maupun yang tidak berkaitan secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar para manajer memperoleh informasi yang relevan.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, laporan dari setiap tingkatan manajemen kepada tingkatan manajemen yang lebih tinggi disajikan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban (Responsibility Report). Laporan pertanggungjawaban mencerminkan pelaksanaan tanggung jawab dari setiap pusat pertanggungjawaban, sehingga dapat digunakan sebagai sasaran penilaian dan motivasi para manajer. Dalam pusat pertanggungjawaban dengan standar dan sesungguhnya maka dapat diketahui bagaimana manajer tersebut memenuhi dan melaksanakan komitmen yang telah disetujui, ini berarti bahwa pengakumulasian dan pelaporan data tanggung jawab fungsional yang bersangkutan.

(34)

Laporan pertanggungjawaban yang lengkap terdiri dari : a. Budget, realisasi dan selisih dari biaya terkendali.

b. Budget, realisasi dan selisih dari biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar aktivitas pusat biaya yang bersangkutan, meskipun manajer pusat biaya tidak bertanggungjawab atas biaya yang terjadi.

Proses penyusunan laporan pertanggungjawaban pada dasarnya meliputi prosedur-prosedur sebagai berikut :

a. Berdasarkan bukti dasar atau bukti-bukti pengeluaran dilakukan penca- tatan biaya pada kartu biaya yang telah digolongkan menurut jenis biaya.

b. Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu yang tercantum pada kartu biaya, biaya-biaya tersebut akan dikelom- pokkan berdasarkan pusat pertanggungjawaban yang ada.

c. Berdasarkan rekapitulasi biaya tersebut kemudian disajikan laporan, antara biaya yang dapat dikendalikan, disamping itu diisi dari laporan pertang- gungjawaban biaya tersebut juga disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerima. Semakin keatas laporan tersebut semakin ringkas.

2.8. Evaluasi Kinerja.

2.8.1 Pengertian Evaluasi Kinerja.

Badan usaha seringkali menggunakan laporan kinerja yang didasarkan pada anggaran guna evaluasi pusat biaya. Pimpinan mengukur kinerja pusat biaya dengan membandingkan biaya terkendali

(35)

yang aktual dengan biaya terkendali yang dianggarkan untuk periode yang tertentu.

Menurut Halim dkk (2000;16) “ Evaluasi kinerja adalah suatu kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen dengan menilai kinerja pusat pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada intinya bisa dilihat dari efisien dan efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.8.2 Kriteria Evaluasi Kinerja.

Setiap pusat pertanggungjawaban akan diukur kinerjanya atas dasar suatu kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu pertanggungjawaban tersebut adalah efisiensi dan efektifitas.

Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu unit input yang kita pergunakan. Pada kebanyakan pusat tanggung jawab, pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara kenyataan biaya yang dipergunakan dengan standart biaya yang telah ditetapkan (misalnya anggaran), yaitu gambaran tentang tingkat biaya tertentu yang dapat mengekspresikan berapa besar biaya yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sejumlah keluaran tertentu. Cara pengukuran seperti ini sudah dianggap baik, meskipun pada dasarnya pengukuran

(36)

efisinsi kerja dengan dasar biaya standart ini juga tidak dapat dikatakan sempurna terutama oleh karena dua alasan berikut ini : (1) catatan tentang besarnya biaya tidak mencerminkan suatu pengukuran yang akurat tentang besarnya masukan yang dipergunakan, (2) standart biaya hanyalah merupakan suatu nilai perkiraan yang terbaik yang dapat menggambarkan seberapa besar jumlah sumber daya yang harus dibutuhkan untuk menghasilkan suatu tingkat keluaran tertentu.

Efektifitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaiaan sasaran tersebut, makin dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut.

2.9. Proposisi.

Penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat membantu manajemen sebagai sarana evaluasi dalam pengendalian biaya di PT Maspion Pipe fitting Surabaya.

(37)

3.0. Kerangka Pikir

Analisis Akuntansi Pertanggung jawaban:

• Struktur organisasi

• Anggaran biaya

• Penggolongan biaya

• Sistem akuntansi

Interpretasi Data

Analisis Data:

• Analisis Varian

• Analisis trend dalam persentase

Kesimpulan - Struktur organisasi - Pemisahan Biaya - Anggaran Biaya

- Sistem Akuntansi biaya - Sistem Pelaporan

Akuntansi Pertanggungjawaban

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini mengadakan analisis data tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti, dan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, sehingga laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data dan penjelasan untuk memberikan jawaban penyajian laporan tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT Maspion Pipe Fitting yang bertempat di Jalan Roomokalisari Benowo Surabaya.

3.3. Unit Analisis.

Dalam penelitian ini yang dijadikan unit analisis adalah :

3.3.1 Struktur organisasi.

Bagan organisasi, pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada manajer.

3.3.2. Klasifikasi biaya.

(39)

Pemisahan jenis biaya berdasarkan dapat dikendalikan atau tidaknya biaya.

3.3.3. Anggaran dan Evaluasi Kinerja Manajer.

Penyusunan anggaran di tiap-tiap pusat pertanggungjawaban dan partisipasi bawahan terhadap penyusunannya.

3.3.4. Laporan pertanggungjawaban.

Laporan yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan wewe- nang yang didesentralisasikan pada manajer pusat pertanggung- jawaban yang menyangkut anggaran, realisasi dan variance. Laporan ini merupakan sarana informasi pengendalian biaya.

3.4 Jenis dan sumber data.

3.4.1 Jenis data.

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data dokumenter yaitu data yang diperoleh melalui dokumen atau catatan - catatan yang diberikan oleh PT Maspion Pipe Fitting dan data tentang profil perusahaan.

3.4.2 Sumber data.

Sumber data diperoleh dari data sekunder pada dokumen-dokumen PT Maspion Pipe Fitting Surabaya.

(40)

3.5 Teknik pengambilan data.

Teknik pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu dengan meneliti dokumen-dokumen atau catatan- catatan dalam perusahaan.

3.6 Teknik Analisis Data.

3.6.1. Analisis Variance (selisih).

Yaitu suatu analisis yang membandingkan antara anggaran biaya dengan realisasinya, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui penyebab perbedaan.

Variance = Budget – Realisasi 3.6.2. Analisis trend dalam persentase.

Merupakan suatu analisis yang menyatakan nilai persentase dari selisih antara anggaran biaya dengan realisasinya, selanjutnya dibagi dengan nilai dari realisasinya. Cara menghitung adalah dengan menggunakan rumus :

( X1 – Xo )

Y = x 100 % Xo

Dimana :

Y = Nilai dari persentase tahun yang bersangkutan.

X1 = Jumlah anggaran biaya yang bersangkutan.

Xo = Jumlah realisasi tahun yang bersangkutan.

(41)

Dari hasil perbandingan tersebut di atas selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, jika selisih biaya melebihi dari jumlah yang dianggarkan, maka dianggap sebagai pemborosan dan apabila selisih biaya kurang dari jumlah yang dianggarkan, maka akan terjadi penghematan biaya yang sebenarnya. Dengan demikian selisih biaya (analisis variance) benar-benar dapat dinilai sebagai penyimpangan dari yang seharusnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian tentang latar belakang penelitian dari fokus penelitian yang telah diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Tampilan dashboard admin kepala sekolah pada data pembayaran siswa. Gambar IV.19 Tabel Data Pembayaran Cicilan Siswa Dalam dashboard kepala

Dengan berbagai jenis konten yang terbagi dalam beberapa rubrik, Green- scene.co.id bertekad untuk terus memberi informasi up to date, berkualitas serta terpercaya bagi para

i) Sekiranya baki pembayaran tidak di jelaskan dalam tempoh 30 hari sebelum tarikh penerbangan, pihak syarikat berhak membatalkan pakej yang di tempah dan caj RM400 seorang akan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya SONYA MAHANANI, menyatakan bahwa skipsi dengan judul : “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi terhadap restoran Johnny Rockets cabang Lotte Shopping Avenue dalam bentuk rekomendasi strategi bisnis yang

Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 36 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 32 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan