• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Menurut UU No 3 tahun 2005 bahwa “Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat persaudaraan bangsa, memperkukuh pertahanan nasional, serta mengangkat harkat dan martabat dan kehormatan bangsa”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah suatu aktivitas fisik yang bersifat positif yang dapat menyehatkan jasmani maupun rohani serta dapat mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Oleh sebab itu olahraga seharusnya dilakukan oleh manusia dan pemerintah harus berperan untuk menjadikan olahraga sebagai ajang kompetisi dan prestasi.

Prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai atlet dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (Sudarwati, 2007:8). Hal ini terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi pada suatu cabang olahraga. Faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pencapaian prestasi olahraga yaitu faktor fisik, faktor lingkungan, faktor psikologis, dan faktor penunjang (Sajoto, 1995:18).

Menurut Sudarwati (2007:8) faktor fisik berhubungan dengan struktur morfologis berkaitan erat dengan bentuk tubuh atlet yang ideal, misalnya tinggi badan dan berat badan atlet. Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan oleh seorang atlet. Faktor fisik ini selain berhubungan dengan postur tubuh yang ideal juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi pertandingan.

(2)

Faktor lingkungan (environment) meliputi: sosial, sarana-prasarana dan fasilitas latihan dan bertanding, alam sekitar (cuaca atau iklim), orang tua atau keluarga dan masyarakat. Faktor ini berhubungan dengan dorongan yang diberikan lingkungan terhadap seorang atlet sesuai potensi yang ada dan dilihat pada prestasi yang dicapai (Sajoto, 1995: 19).

Faktor psikologis adalah yang menentukan penampilan (performance) atlet dalam pertandingan. Baik pengaruhnya postif dalam arti penampilannya baik, maupun negatif dalam arti penampilan menjadi buruk. Faktor psikologis sering terungkap dalam ungkapan seperti: adu akal, taktik, motivasi, tertekan, determinasi, atau yang menghambat, seperti: kecemasan, ketegangan, hilang konsetrasi dan tidak percaya diri. Faktor psikologis yang biasa disebut dengan mental ini akan berfungsi dengan baik jika biologis, lingkungan dan aspek penunjang seorang atlet telah memiliki potensi yang sangat baik. Singgih (dalam Herman, 2011:2) mengemukakan bahwa penampilan atlet dalam permainan atau pertandingan tidak dapat dilepaskan dari tingkah laku dan aspek psikis yang mendasarinya. Aspek psikologis yang difokuskan dalam penelitian ini adalah mental juara.

Faktor penunjang berhubungan dengan pelatih yang berkualitas, organisasi yang baik, program latihan yang tersusun secara sistematis, penghargaan kepada atlet, dana yang memadai. Hal ini diungkapkan oleh (Harsono, 1988:153) bahwa program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Faktor prestasi olahraga di atas saling berkaitan dalam memunculkan prestasi yang optimal. Bila salah satu dari faktor tersebut tidak optimal, prestasi yang maksimal seorang atlet tidak akan tercapai. Bila seorang atlet hanya unggul di salah satu faktor saja, misalnya faktor fisik, namun tidak didukung dengan ketiga faktor lainnya, yaitu faktor lingkungan, faktor psikologis dan faktor penunjang, atlet tersebut tidak akan mencapai prestasi puncak.

(3)

Banyak cabang olahraga yang dipertandingkan pada tingkat Nasional maupun Internasional, salah satunya adalah atletik. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Perkembangan atletik semakin lama semakin berkembang. Nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik adalah lari cepat 100 meter. Pada lari 100 meter, atlet dituntut untuk berlari sekencang- kencangnya dari garis start menuju finish dengan waktu yang sesingkat- singkatnya. Prestasi atlet lari 100 meter ditentukan oleh waktu. Pembinaan untuk nomor ini pun terus ditingkatkan untuk tercapainya prestasi para atletnya.

Prestasi yang diraih atlet dalam mengikuti kejuaraan adalah tolak ukur dari keberhasilan pembinaan suatu cabang olahraga. Prestasi gemilang untuk cabang atletik pernah diraih oleh Suryo Agung yang mengukir sejarah di tingkat Internasional sebagai pelari Indonesia pertama yang merebut emas untuk nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10.17 detik pada Sea Games 2009 di Laos setalah 14 tahun, saat terakhir Mardi Lestari melakukannya pada Sea Games 1993.

Catatan waktu ini memecahkan dua rekor. Pertama, rekor Sea Games atas namanya sendiri yang dicetaknya pada tahun 2007 di Thailand 10.25 detik.

Kedua, rekor nasional milik Mardi Lestari (10.20 detik) yang telah bertahan selama 20 tahun.

Khusus untuk Daerah Jawa Tengah, Suryo Agung adalah salah satu atlet kebanggaan. Atlet kelahiran Solo, 08 Oktober 1983 ini telah mengukir prestasi menjadi pelari tercepat di Asia Tenggara pada Sea Games 2009. Suryo Agung memulai karir atletiknya sebagai peloncat tinggi. Medali pertamanya didapat saat mengikuti Popda Jawa Tengah tahun 2000, dengan mendapat dua emas sekaligus, masing-masing di nomor lompat tinggi dan lari 100 meter (Ikhwan, 2010:266).

Dengan tinggi badan 170 cm Suryo Agung mampu mencapai prestasi yang sangat gemilang dan mampu bersaing dengan atlet-atlet ternama tingkat Internasional.

Hal ini menjadi awal ketertarikan peneliti untuk mengkaji bagaimana Suryo Agung mampu mencapai prestasi.

Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan Suryo Agung bahwa berat ringannya program latihan yang akan diberikan oleh pelatih, atlet harus siap tidak

(4)

hanya secara fisik, tetapi juga mental. Bahkan ketika seorang atlet sedang berhadapan dengan perasaan gagal pada sebuah pertandingan, karena Suryo Agung tidak melupakan bahwa untuk berlari lebih kencang maka tidak boleh hanya mengandalkan betis yang kuat melainkan juga mental yang kuat. Motivasi kuat yang selalu ditanamkan di dalam diri Suryo Agung adalah berusaha berlari sekencang-kencangnya dengan tujuan sampai garis finish yang pertama tanpa melihat siapapun lawannya.

Terkait dengan hal di atas, bahwa modal dasar Suryo Agung untuk mencapai prestasi adalah program latihan dan mental juara. Persepsi atlet pada program latihan merupakan penilaian dan penginterpretasian atlet terhadap latihan yang diterimanya. Untuk menciptakan program latihan tentu harus didukung oleh penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana latihan yang memadai. Menurut Sudjarwo (1993: 81) mengemukakan bahwa, “Penyusunan program latihan dapat dibagi menjadi program jangka panjang, menengah, dan pendek”. Kegiatan latihan tidak hanya tergantung pada pelatih yang selalu dituntut dapat melatih secara profesional saja, melainkan peran aktif atlet dalam proses latihan juga sangat menentukan keberhasilan proses latihan.

Faktor psikologis memiliki peranan yang penting pada pencapaian prestasi yang tinggi, 80% faktor kemenangan atlet profesional ditentukan oleh faktor psikologis (Sudarwati, 2007:13). Kemudian Singgih (dalam Herman, 2011:2) mengemukakan bahwa penampilan atlet dalam permainan atau pertandingan tidak dapat dilepaskan dari tingkahlaku dan aspek psikis yang mendasarinya. Faktor psikologis dalam penelitian ini adalah mental juara.

Menurut James Drever (dalam Setyobroto, 1989:40) menyatakan bahwa mental adalah keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan yang terorganisasi, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Terpakunya pembinaan olahraga pada aspek fisik menyebabkan aspek mental sering diabaikan, padahal aspek mental sangat penting sekali untuk mencapai prestasi yang tinggi. Tanpa mengurangi aspek fisik, aspek mental perlu ditingkatkan, hal ini perlu diperhatikan oleh pelatih atau pembina. Dalam mempersiapkan atlet guna mencapai prestasi puncak, perlu diperhatikan kedua

(5)

aspek tersebut secara berimbang, terprogram dan terarah, karena aspek fisik dan aspek mental saling terkait dan berjalan bersama-sama dalam setiap pertandingan.

Keterpurukan prestasi olahraga khususnya atletik Indonesia belakangan ini antara lain disebabkan masih lemahnya sistem keorganisasian, kinerja organisasi, sistem pembinaan yang meliputi pemasalan, pembibitan, dan peningkatan prestasi. Selain itu juga jadwal tahunan perlombaan Atletik itu sendiri. Prestasi atletik dapat dicapai apabila semua unsur di atas berjalan dan dilakukan dengan baik.

Melihat prestasi yang telah diperoleh oleh Suryo Agung yang merupakan pelari tercepat Se Asia Tenggara untuk nomor lari 100 Meter, sehingga menjadi juara di tingkat Nasional maupun Internasional pada tahun 2009. Bahkan hingga saat ini belum ada spinter Jawa Tengah yang mengukir prestasi se-gemilang Suryo Agung serta melihat perkembangan atlet di Jawa Tengah yang mengalami pasang surut setelah era Suryo Agung, khususnya untuk nomor lari cepat 100 meter. Hal ini mendorong peneliti ingin mengkaji secara mendalam program latihan dan mental juara Suryo Agung pada saat proses latihan dan perlombaan dan selama masa pencapaian prestasi puncaknya dalam nomor lari cepat 100 meter melalui studi kasus. Peneliti mengharapkan pemahaman yang diperoleh nantinya akan menambah informasi dalam proses pembinaan atlet yang dilakukan oleh PASI di masa yang akan datang dalam upaya peningkatan prestasi sprinter di Daerah Jawa Tengah khususnya dan Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Prestasi merupakan tolak ukur kemajuan dan perkembangan olahraga.

Prestasi olahraga tidak dapat dipisahkan dari empat faktor yang sangat penting yaitu fisik, lingkungan, psikologi dan penunjang. Keempat hal ini saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila keempat faktor tersebut dimiliki, seorang atlet tersebut menjadi atlet unggul dan memiliki modal yang kuat untuk mencapai prestasi puncak.

Suryo Agung Wibowo seorang atlet lari 100 meter adalah atlet kebanggaan Jawa Tengah mampu bersaing ditingkat Nasional maupun Internasioanl. Sebagai atlet yang mampu bersaing dengan pelari papan atas dunia

(6)

dan memecahkan rekor juara lari 100 meter dengan catatan waktu 10.17 detik ditingkat Asia Tenggara, maka Suryo Agung Wibowo adalah salah satu atlet yang memiliki program latihan dan mental juara yang baik.

Mengingat pentingnya program latihan dan mental juara seorang atlet dalam meraih prestasi puncak dan manfaatnya bagi seluruh atlet khususnya bagi atlet lari 100 meter Jawa Tengah, maka diperlukan untuk menggali secara lebih mendalam Program latihan dan Mental juara atlet berprestasi Suryo Agung Wibowo.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan penelitian, masalah penelitian perlu dibatasi. Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini terbatas pada program latihan dan mental juara Suryo Agung Wibowo sebagai atlet berprestasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang dapat disampaikan adalah:

Bagaimana program latihan dan mental juara Suryo Agung Wibowo sebagai pelari tercepat se-Asia tahun 2009?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi secara mendalam program latihan dan mental juara Suryo Agung sebagai manusia tercepat se-Asia Tenggara tahun 2009.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian inin dapat menambah informasi dan wawasan bagi pembaca mengenai program latihan dan mental juara yang dimunculkan dari salah satu atlet Nasional Suryo Agung Wibowo yang mampu berpacu dengan atlet-atlet Internasional dan memecahkan rekor sebagai pelari tercepat tahun 2009.

(7)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Atlet

Atlet yang masih memiliki pengalaman di Tingkat Daerah, penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk dapat melihat hal apa yang dilakukan oleh Suryo Agung pada saat latihan dan dalam perlombaan.

b. Bagi Pelatih

Pelatih sebagai salah satu pelaku olahraga, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pelatih cabang olahraga Atletik untuk mampu menyusun program latihan yang sesuai dan membentuk mental juara yang baik bagi atletnya.

c. Bagi Pengurus Olahraga Tingkat Daerah dan Nasional

Pengurus Tingkat Daerah dan Nasional sebagai pengambil keputusan terkait dengan pembinaan olahraga di Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam menyusun program latihan dan membina mental juara atlet-atlet Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

KAJIAN ISI, BAHASA, KETERBACAAN, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK.. UNTUK KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK SEMESTER 1

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) nilai rata-rata postes keterampilan komu- nikasi siswa pada kelas yang diterap- kan model pembelajaran berbasis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dinamis, koordinasi mata kaki, dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan umpan lambung sepakbola

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dan manajemen waktu terhadap prokrastinasi akademik, hubungan antara adversity quotient