• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI SERAT PELEPAH SIWALAN TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIKS POLIESTER UNTUK MATERIAL BODY PERAHU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI SERAT PELEPAH SIWALAN TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIKS POLIESTER UNTUK MATERIAL BODY PERAHU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI SERAT PELEPAH SIWALAN TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIKS POLIESTER UNTUK

MATERIAL BODY PERAHU

Alfian Hudan Laksana, Merkuriana Universitas Pawyatan Daha

Jl. Soekarno-Hatta No. 49 Telp & Fax (0354) 683044 Kediri ah.laksana@gmail.com1)

Abstract: Natural fiber reinforced composites were widely developed as an alternative for glass fiber reinforced composite.The fiber of fan palm frond (Borassus Flabellifer) was a natural fiber that can be used as reinforcing the composite. The purpose of this study was to observe the effect of variations in the composition of the addition of fan palm frond fiber as reinforcing materials on the impact strength of polyester composites. The fan palm frond fiber reinforced composites are made with the hand lay-up method with different composition of fiber volume fraction (5%, 10%, 15%). Results showed that the addition of fiber increases the impact strength of the fan palm frond fiber reinforced composites.

The highest impact strength was obtained by of the fan palm frond fiber reinforced composites 15% volume fraction with a value of 4.73 KJ/m2.

Key words: Polyester Composite, The Fan Palm Frond Fiber, Impact Strength, Hand Lay-up.

Abstrak: Komposit yang diperkuat serat alam banyak dikembangkan sebagai pengganti komposit berpenguat serat kaca. Serat pelepah siwalan (Borassus Flabellifer) merupakan serat alam yang dapat digunakan sebagai penguat komposit. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variasi komposisi penambahan serat pelepah siwalan sebagai material penguat terhadap kekuatan impak komposit bermatriks poliester. Komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan dibuat dengan metode Hand Lay-up dengan komposisi fraksi volume serat yang berbeda (5%, 10% dan 15%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan serat meningkatkan kekuatan impak komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan. Kekuatan impak tertinggi diperoleh komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan fraksi volume 15% dengan nilai 4,73 KJ/m2.

Kata kunci: Komposit Poliester, Serat Pelepah Siwalan, Kekuatan Impak, Metode Hand Lay-up

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Banyak potensi alam yang minim dimanfaatkan oleh masyarakat, salah satunya pemanfaatan serat alam. Potensi serat alam diklasifikasikan berdasarkan asal usulnya, yakni hewan, tumbuhan dan tambang. Serat alam pada tumbuhan dapat

(2)

1068

diperoleh pada hasil tanaman pertanian, perkebunan dan hutan1. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia terhadap penggunaan material komposit, di mana disulitkan oleh bahan konvensional untuk memenuhi kebutuhan aplikasi tersebut. Keilmuan teknologi hadir memberikan terobosan alternatif sebagai pemenuhan kebutuhan pasar dengan adanya teknologi material komposit berpenguat serat alam.

TINJAUAN PUSTAKA Material Komposit

Material komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan yang berguna2. Material komposit tersusun atas matriks dan penguat (filler), di mana matriks memiliki sifat ulet dan mengikat jika telah mencapai titik bekunya. Penguat pada material komposit memiliki sifat elastis dan memiliki sifat mekanik yang baik3.

Komposit berpenguat serat alami banyak diminati sebagai pengganti komposit berpenguat serat kaca atau karbon. Komposit serat alami memiliki kemudahan dalam proses pengolahan akhirnya karena material tersebut mudah terbakar dan terurai. Selain itu, keuntungan serat alami adalah adanya potensi pasar untuk komposit pada bidang indsutri otomotif, interior dan tekstil. Hal ini karena semakin berkurangnya bahan baku sintetis dan berkurangnya sumber daya alam4. Penelitan tentang komposit berbasis serat sangat beragam mulai dari variasi jenis matriks dan serat, jenis anyaman hingga bahan dasar matriks maupun serat. Penelitian juga berkembang dengan penggunaan bahan serat alam untuk beberapa variasi matriks resin sintetis dan alami. Komposit dengan penguat serat alami ini semakin intensif berkaitan dengan meluasnya penggunaan komposit pada berbagai bidang kehidupan serta tuntutan penggunaan material yang kuat dan berat yang lebih ringan yang sebagian dapat dipenuhi oleh komposit berbasis serat5.

Material komposit diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis, yaitu:

matriks yang digunakan dan jenis penguatnya6. Berdasarkan matriks yang digunakan sebagai pembentuk material komposit, terdapat tiga macam bahan

1 Seno Darmanto, Windu Sediono, Bambang Setyoko, Murni. (2007). Kajian Pelepah Kelapa Sebagai Serat Komposit (Study Of Coconut Branch As Composite Fiber). TEKNIK. 28 (1), 66-67.

2 Schwartz, M.M. (1984). Composite Material Hand Book. USA: Mc. Graw-Hill Book Company.

3 Jacobs James A Thomas F. (2005). Engineering Materials Technology (Structures, Processing,Properties and Selection 5th). Ohio: New Jersey Columbus.

4 Raja, D. Bino Prince, B. Stanly Jones Retnam, M. Ramachandran. (2015). International Journal of Applied Engineering Research. Vol. 10, No. 11 pp. 10387-10391.

5 Edyson Hukom, Gracia Irene Huka, Rudy Serang, Paulina Limba. (2012). Analisis Sifat Mekanis Komposit Polyester Menggunakan Serat Ampas Empulur Sagu Akibat Variasi Fraksi Volume. Jurnal Simetrik, Vol. 1, No. 1, 26.

6 Ronald F. Gibson (1994). Principles Of Composite Material Mechanics, Mc Graw Hill, Inc, New York.

(3)

1069

matriks, yaitu: matriks logam, matriks keramik dan matriks polimer. Terdapat beberapa macam komposit berdasarkan penguatnya, antara lain: komposit berpenguat serat, komposit laminasi dan komposit berpenguat partikulat7.

Matriks merupakan fasa yang memberikan bentuk pada struktur komposit dengan cara mengikat penguat atau serat bersama-sama. Matriks merupakan konstituen penyusun komposit yang berperan sebagai pengikat atau penyangga yang menjaga kedudukan antar fase penguat, serta mentransfer tegangan agar sedapat mungkin disangga penguat8. Selain itu pula matriks berperan sebagai pelindung dari segala pengaruh lingkungan yang korosif dan melindungi permukaan serat dari pengaruh abrasi9.

Matriks berbahan polimer terbagi menjadi dua, yaitu termoset dan termoplastik. Resin poliester merupakan bahan matriks dari kelompok polimer termoset. Resin poliester adalah resin yang paling banyak digunakan, dari proses yang paling dasar dan sederhana yaitu Hand Lay-up sampai dengan proses dengan mesin dan cetakan yang kompleks. Terdapat banyak tipe tingkatan dari resin poliester, yaitu: orthopthalic, isophalic, dan vinylester merupakan hasil modifikasi antara poliester dan epoksi10.

Tiga prinsip proses peletakan untuk lapisan pembuatan material komposit berpenguat serat adalah winding, laying dan molding. Pemilihan proses lay-up tergantung pada banyak faktor, antara lain: ukuran dan bentuk, harga, perencanaan, pengetahuan pada teknik khusus, dan lain sebagainya.11 Dari beberapa macam teknik pembuatan komposit, motode Hand Lay-up merupakan metode yang paling sederhana. Selain proses pembuatan yang sederhana, keuntungan lain menggunakan metode Hand Lay-up adalah minimnya biaya dan mampu membuat benda dengan dimensi yang rumit.

Serat Alami

Serat alami (natural fiber) merupakan serat yang bersumber langsung dari alam (bukan merupakan buatan atau rekayasa manusia) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan bahan mineral (tanpa perlakuan). Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan biasanya didapat dari serat tanaman seperti serat bambu, serat pohon pisang, serat nanas dan lain sebagainya. Serat alami yang berasal dari jenis kayu atau non kayu mengandung unsur selulosa dan lignin. Biasanya sebelum digunakan untuk bahan serat pada komposit, serat alami mendapat perlakuan terlebih dahulu dengan menggunakan cairan kimia seperti NaOH. Perlakuan alkali serat (NaOH 5%) berpengaruh secara signifikan terhadap kekuatan dan modulus tarik komposit serat kenaf acak poliester. Kekuatan dan modulus tarik tertinggi diperoleh untuk komposit

7 Ibid, Hal 3

8 Sulistijono. (2012). Mekanika Material Komposit. Surabaya: Penerbit itspress.

9 Mallick P.K. (1993). Fiber Reinforced Composite, Material Manufacturing and Design, second edition. revised and expanded.

10 Lubin George consultant. (1982). Hand Book of Composite. Edited.

11 Robert M. Jones (1999). Mechanics of Composite Materials second edition. Taylor and Francis, Inc.

(4)

1070

dengan perlakuan alkali serat selama 2 jam.12 Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dan wax (lapisan minyak) dalam serat dan mengakibatkan permukaan lebih kasar sehingga akan meningkatkan ikatan dengan matriks yang digunakan.

Gambar 1. Klasifikasi Serat13

Penelitian dan penggunaan serat alami berkembang dengan sangat pesat dewasa ini karena serat alami banyak mempunyai keunggulan dibandingkan serat buatan (sintetic) seperti beratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah lingkungan. Serat alami juga merupakan bahan terbarukan dan mempunyai kekuatan dan kekakuan yang relatif tinggi dan tidak menyebabkan iritasi kulit.14

Pengembangan serat alam sebagai bahan komposit mempunyai potensi yang baik. Bahan komposit dengan penguat serat alam di industri otomotif dapat diterapkan pada komponen bemper, dasboard, pelapis pintu, spion dan produk aksesoris mobil lainnya. Hingga saat ini, serat komposit untuk komponen kendaran lebih banyak berasal dari serat sintetis dan serat bahan mineral/tambang meliputi graphite, logam (kuningan, perak, perunggu, alumunium), non-logam (asbes dan keramik). Selain di bidang industri/otomotif, komposit dengan penguat serat alam banyak diterapkan di

12 Jamasri, Diharjo K., Handiko, G. W. (2005). Studi Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Tarik Komposit Limbah Serat Sawit – Polyester, Prosiding SNTTM IV, Universitas Udayana. Bali.

13 Tata Surdia. (1995). Pengetahuan Bahan Teknik. Cet 3. Jakarta: Pradnya Paramita.

14 Oksman, K., Skrifvars, M., Selin, J-F., (2003). Natural Fiber as Reinforcement in Polylactic Acid (PLA) Composites, Composites Science and Technology 63, 1317-1324,.

(5)

1071

industri bangunan, gerabah, kimia & plastik dan industri lain berbasis bahan baku serat alam.15

Gambar 2. Pohon dan Pelepah Siwalan Siwalan (Borassus Flabellifer)

Siwalan atau Lontar (Borassus Flabellifer) adalah salah satu golongan tanaman palma (Arecaceae) yang tumbuh pada daerah kering. Persebaran tanaman ini mulai dari Arab Saudi sampai Indonesia. Di Indonesia, tanaman siwalan banyak ditemukan di beberapa Provinsi, yaitu: Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Bagian-bagian pada tanaman siwalan hampir semuanya dapat dimanfaatkan. Nira merupakan produk utama dari pohon siwalan yang dihasilkan dari proses penyadapan pada bunga. Cairan dari pohon siwalan tersebut dapat digunakan sebagai produk minuman atau diolah menjadi gula. Tuak merupakan sala satu olahan minuman yang berbahan dari nira siwalan. Tuak dapat diubah menjadi bio-etanol melalui proses penyulingan. Bio-etanol berbahan nira siwalan cocok difungsikan sebagai campuran bahan bakar mesin bensin dan produk industri farmasi.

Daun siwalan dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan, seperti keranjang, topi dan ember sedangkan batangnya yang memiliki tekstur keras, difungsikan untuk konstruksi bangunan dan jembatan.16

Sifat Mekanik

Mengidentifikasi sifat mekanik suatu material penting dilakukan untuk digunakan sebagai acuan dalam pemilihan jenis material yang diaplikasikan menjadi sebuah produk. Hal ini dikarenakan dalam proses perancangan dan pembuatan suatu produk pada aplikasi teknik harus mempertimbangkan kualitas dan keamanan dari sebuah produk. Sifat mekanik suatu material adalah sifat fisik suatu material ketika dikenai suatu pembebanan. Adapun

15 Ibid, Hal 2

16 Parlindungan Tambunan. (2010). Potensi dan Kebijakan Pengembangan Lontar Untuk Menambah Pendapatan Penduduk (The Potential and Policy for Lon-tar Development to Increase the People Income). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7 (1), 27-32.

(6)

1072

macam-macam sifat mekanik material adalah kuat tarik, kuat impak, kuat tekan, modulus elastisitas dan kekerasan.

Kekuatan impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui ketangguhan material komposit untuk menyerap energi sebelum material tersebut patah. Pengujian impak Charphy, Izod dalam hal ini sering dipakai untuk melihat pengaruh takikan pada batang uji. Umumnya kekuatan impak bahan polimer lebih kecil dibandingkan logam.17 Dengan uji impak, dapat diketahui perbedaan sifat bahan yang tidak teramati dalam uji tarik. Hasil dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus memberikan besaran rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga sumbu pada takikan. Pada uji impak kita mengukur energi yang diserap untuk mematahkan benda uji. Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali.

Semakin besar energi yang diserap, semakin rendah ayunan kembali pada bandul.18

METODE

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi fraksi volume serat pelepah siwalan terhadap kekuatan impak komposit bermatriks poliester. Kekuatan impak komposit diperoleh dari pengujian menggunakan mesin uji impak pada laboratorium.

Tahapan yang dilakukan adalah persiapan serat dengan proses ekstraksi pelepah siwalan yang kemudian dilanjutkan proses pembuatan material komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan (Poliester-SPS) dan dilakukan penguiian kekuatan impak di laboratorium.

Persiapan Serat

Tahapan sebelum proses pencetakan material komposit terlebih dahulu dilakukan proses persiapan serat. Serat pelepah siwalan dihasilkan dari proses ekstraksi dengan cara perendaman pelepah siwalan ke dalam air dengan durasi 1 Minggu. Serat pelepah siwalan yang telah jadi dilakukan proses alkalisasi dengan direndam ke larutan NaOH 5% selama 2 jam untuk mengurai zat lilin yang terdapat pada serat pelepah siwalan. Setelah proses alkali, serat pelepah siwalan dicuci menggunakan aquadest dan dijemur selama 3 hari pada temperatur ruangan kemudian dikeringkan dengan oven selama 6 jam dalam temperatur 100oC. Serat pelepah siwalan yang telah melalui proses pengeringan dalam oven dipotong dengan panjang ukuran 60 mm.

17 Ibid. Hal 5

18 George E. Dieter; alih bahasa, Sriati Djaprie. (1996). Metalurgi Mekanik ed. 3 jilid 1.

Jakartar: Erlangga.

(7)

1073

Gambar 3. Serat Pelepah Siwalan

Pembuatan Komposit

Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah resin poliester tak jenuh Yukalac® BTQN-EX yang difungsikan sebagai matriks komposit dengan katalis MEPOXE (Methyl Ethyl Ketone Peroxide) sebesar 1% dari komposisi resin.

Proses pembuatan komposit pada penelitian ini menggunakan metode Hand Lay-up. Sebelum dilakukan proses pencetakan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan fraksi volume komposit di mana langkah awal yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai massa jenis serat dan matriks. Komposit Poliester-SPS dibuat dengan peletakan serat secara acak. Cetakan yang digunakan berbahan kayu yang dilapisi dengan aluminium foil. Spesimen uji impak komposit Poliester-SPS dibuat sebanyak 3 buah setiap variasi komposisi seratnya.

Pengujian Impak

Pengujian kekuatan impak komposit Poliester-SPS dilakukan pada Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Malang. Pengujian impak material komposit Poliester-SPS mengacu pada standar uji ASTM D256-03 dengan metode charpy. Adapun dimensi spesimen pengujian komposit seperti pada Gambar 4.

(8)

1074

Gambar 4. Dimensi Spesimen Pengujian Impak19 Tabel 1. Dimensi Spesimen Pengujian Impak

Dimensi Nilai

A 10 mm

B 63,5 mm

C 127 mm

D 0,25 R

E 12,7 mm

Proses pengujian impak akan memperoleh sudut hasil dari pendulum yang telah menumbuk spesimen. Perolehan sudut tersebut kemudian akan diketahui energi yang diserap oleh spesimen. Harga Impak (HI) suatu material dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝐻𝐼 =𝐸𝐴……….. (1) Dimana:

E : Energi yang diserap (Joule)

A : Luas Penampang di bawah titik takik (mm2) PEMBAHASAN

Pengujian impak pada material komposit Poliester-SPS memperoleh data berupa sudut akhir yang ditunjukkan oleh jarum pada alat setelah pendulum mematahkan spesimen pengujian. Data perolehan sudut tersebut kemudian dihitung dengan Persamaan (1). Berikut data hasil rata-rata pegujian impak pada material komposit yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Rata-rata Pengujian Impak Komposit Poliester-SPS

Komposisi Serat βo Energi

(Joule) HI

(KJ/m2)

0% 28,3 0,24 3

5% 29 0,15 1,8

10% 28,67 0,19 2,4

15% 27,33 0,38 4,73

19 ASTM D256-03. (2003), Standard Test Methods for Determining the Izod Pendulum Impact Resistance of Plastics, ASTM International, West Conshohocken, PA, www.astm.org.

(9)

1075

Gambar 4. Pengaruh Komposisi Serat terhadap Energi Serap Komposit Poliester- SPS

Hasil pengujian impak menunjukkan pengaruh dari penambahan serat pelepah siwalan terhadap energi serap dan kekuatan impak material komposit Poliester-SPS. Grafik pada Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan pada penambahan serat pelepah siwalan sebesar 5% fraksi volume terjadi penurunan energi serap dan kekuatan impak. Pada material komposit Poliester-SPS 5%

volume, memiliki energi serap 0,15 J dengan kekuatan impak rata-rata sebesar 1,8 KJ/m2. Pada penambahan serat sebanyak 5% fraksi volume memberikan pengaruh negatif terhadap kekuatan impak komposit karena keberadaan serat yang sedikit berpotensi menjadi pengotor (impurity) pada komposit, di mana hal tersebut menjadi inisiasi terjadinya retakan pada komposit ketika mendapat beban.

(10)

1076

Gambar 5. Pengaruh Komposisi Serat terhadap Kekuatan Impak Komposit Poliester-SPS

Peningkatan kekuatan impak mulai ditunjukkan pada komposit Poliester-SPS 10% volume, yaitu sebesar 2,4 KJ/m2 dengan energi serap sebesar 0,19 J dan kekuatan impak bertambah berangsur hingga pada komposisi serat 15% volume.

Kekuatan impak rata-rata tertinggi dimiliki oleh komposit poliester-serat siwalan 15% volume, yaitu 4,73 KJ/m2 dengan energi serap rata-rata sebesar 0,38 J.

Peningkatan kekuatan impak seiring bertambahnya serat pelepah siwalan dikarenakan keberadaaan serat pada komposit akan meningkatkan kemampuan untuk menyerap energi ketika menerima beban. Adanya serat pada komposit dalam jumlah yang banyak akan membutuhkan energi yang banyak pula untuk melemahkan ikatan pada matriks.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahsan dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penambahan serat mempengaruhi kekuatan impak komposit poliester-serat pelepah siwalan. Penambahan serat dapat meningkatkan kekuatan impak komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan 5% volume memiliki kekuatan impak terendah dengan nilai 1,8 KJ/m2 dan kekuatan impak tertinggi diperoleh komposit poliester berpenguat serat pelepah siwalan 15% volume dengan nilai 4,73 KJ/m2.

SARAN

Saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan pembuatan komposit berpenguat serat pelepah siwalan dengan variasi komposisi serat dengan persentase lebih tinggi dan dilakukan pengujian mekanik lain, seperti uji tekuk dan uji kekerasan. Selain itu dapat dilakukan karakterisasi kemampuan dalam menyerap air dan dilakukan proses karakterisasi Scanning

(11)

1077

Electron Microscopy (SEM) guna mengetahui morfologi dari patahan pada material komposit.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM D256-03. (2003), Standard Test Methods for Determining the Izod Pendulum Impact Resistance of Plastics, ASTM International, West Conshohocken, PA, www.astm.org.

Edyson Hukom, Gracia Irene Huka, Rudy Serang, Paulina Limba. (2012). Analisis Sifat Mekanis Komposit Polyester Menggunakan Serat Ampas Empulur Sagu Akibat Variasi Fraksi Volume. Jurnal Simetrik, Vol. 1, No. 1, 26.

George E. Dieter alih bahasa Sriati Djaprie. (1996). Metalurgi Mekanik ed. 3 jilid 1.

Jakartar: Erlangga.

Jacobs James A Thomas F. (2005). Engineering Materials Technology (Structures, Processing,Properties and Selection 5th). Ohio: New Jersey Columbus.

Jamasri, Diharjo K., Handiko, G. W. (2005). Studi Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Tarik Komposit Limbah Serat Sawit – Polyester, Prosiding SNTTM IV, Universitas Udayana. Bali.

Lubin George consultant. (1982). Hand Book of Composite. Edited.

Mallick P.K. (1993). Fiber Reinforced Composite, Material Manufacturing and Design, second edition. revised and expanded.

Oksman, K., Skrifvars, M., Selin, J-F., (2003). Natural Fiber as Reinforcement in Polylactic Acid (PLA) Composites, Composites Science and Technology 63, 1317-1324,.

Parlindungan Tambunan. (2010). Potensi dan Kebijakan Pengembangan Lontar untuk Menambah Pendapatan Penduduk (The Potential and Policy for Lon- tar Development to Increase the People Income). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7 (1), 27-32.

Raja, D. Bino Prince, B. Stanly Jones Retnam, M. Ramachandran. (2015).

International Journal of Applied Engineering Research. Vol. 10, No. 11 pp.

10387-10391.

Robert M. Jones (1999). Mechanics of Composite Materials second edition. Taylor and Francis, Inc.

Ronald F. Gibson (1994). Principles Of Composite Material Mechanics, Mc Graw Hill, Inc, New York.

Schwartz, M.M. (1984). Composite Material Hand Book. USA: Mc. Graw-Hill Book Company.

Seno Darmanto, Windu Sediono, Bambang Setyoko, Murni. (2007). Kajian Pelepah Kelapa Sebagai Serat Komposit (Study Of Coconut Branch As Composite Fiber). TEKNIK. 28 (1), 66-67.

Sulistijono. (2012). Mekanika Material Komposit. Surabaya: itspress.

Tata Surdia. (1995). Pengetahuan Bahan Teknik. Cet 3. Jakarta: Pradnya Paramita.

Referensi

Dokumen terkait

INFLUENCE OF JAMU MADURA “EMPOT SUPER” ON THE VAGINAL EPITHELIUM THICKNESS OF WHITE MICE ( Rattus norvegicus ) – AN IN

metode penggorengan biasa/tradisional memerlukan tepung terigu sebagai bahan untuk melapisi potongan jamur tiram yang hendak digoreng sehingga hal ini dapat mengurangi cita

Menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pengendalian, dan pengembangan usaha cabang yang meliputi penyiapan administrasi, pengelolaan dan pengendalian operasional usaha

Berdasarkan dari masalah-masalah yang ditemukan dalam kegiatan operasional teller, dan pentingnya audit operasional dalam perbankan khususnya di bagian kerja teller

Tujuan: Mengetahui hubungan persepsi tentang kanker serviks dengan sikap melakukan deteksi dini inspeksi visual asam asetat (IVA) pada ibu di Desa Arjosari Adimulyo

Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun, (2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau

Tujuan penelitian ini yang hendak di capai adalah mendeskripsikan pengaruh penerapan metode Intervensi Semantik Divergen untuk meningkatkan kemampuan menyebut benda

Kepada teman semasa sekolah di Tangerang Selatan, Dita, Indah, Nidya, Uyyun, Astria, Recil, Maya, Tia, Irfan, Bayu, Ole, dan lain sebagainya karena terlalu