• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan industri jasa yang sedang berkembang pesat dan pergerakannya sangat besar dampaknya terutama dalam peningkatan jumlah devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan pariwisata yang strategis dapat menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menciptakan pengembangan suatu produk dan atraksi wisata, peningkatan taraf hidup perekonomian dan sosial masyarakat, dan terpeliharanya sumber daya alam dan budaya

Pengembangan sektor pariwisata telah banyak dilakukan di berbagai negara, salah satunya negara Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah. Salah satu kekayaan tersebut adalah kawasan karst yang berupa gua dan perbukitan karst yang membentang indah dan memiliki keunikan disamping fungsi utamanya dalam mengatur sistem hidrologi suatu kawasan. Kawasan karst memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi pendidikan (digunakan sebagai bahan penelitian dalam bidang speleologi, hidrologi, arkeologi, paleontologi, karstologi, biologi, konservasi, dan lain-lain) dan fungsi ekologi (digunakan sebagai tempat tinggal hewan seperti kelelawar, wallet, dan lain-lain), fungsi sosial budaya (berupa tradisi, legenda, kepercayaan pada suatu wilayah). Karst yang memiliki sifat mudah rapuh merupakan sumber daya alam

(2)

yang tidak dapat diperbaharui dan hanya dilihat dari sudut pandang ekonomis seperti penggunaan sebagai bahan tambang dan kegiatan wisata. Banyak gua yang telah dijadikan suatu destinasi wisata telah mengalami kerusakan pada bagian eksterior dan interiornya akibat eksplorasi yang berlebihan tanpa adanya perawatan sehingga membahayakan wisatawan yang berkunjung jika tidak memperhatikan kelestariannya.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan karst yang banyak dimanfaatkan sebagai penggalian bahan tambang dan kegiatan berwisata. Pemanfaatan yang dilakukan secara terus-menerus dapat menyebabkan karst di Kabupaten Gunungkidul menjadi terkikis dan punah. Pengembangan kawasan wisata yang terdapat karst di dalamnya harus memperhatikan beberapa aspek penting terutama dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan, oleh sebab itu kawasan karst penting untuk dilindungi karena perubahan sedikitpun yang ada pada lingkungan karst dapat mempengaruhi sistem hidrologi suatu kawasan secara keseluruhan yang menyangkut hajat hidup masyarakat sekitar.

Sistem sungai bawah tanah Kalisuci merupakan salah satu objek wisata karst di Kabupaten Gunungkidul yang telah dikelola dengan baik oleh kelompok sadar wisata yang dibentuk oleh masyarakat setempat. Terletak di Dusun Jetis, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Kalisuci merupakan sistem sungai bawah tanah yang memiliki daya tarik berupa ornamen-ornamen yang menarik dan indah, lingkungan yang masih alami, dan budaya sekitar yang masih terjaga, selain itu, kawasan Kalisuci sarat akan nilai

(3)

edukasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat kekayaan alam terutama di bidang gua karst dan beberapa keunikan ekosistem yang ada di dalam gua.

Strategi pengembangan yang dapat dilakukan untuk menjaga objek wisata karst Kalisuci agar tidak punah adalah dengan menggunakan pendekatan prinsip ekowisata, di mana pelaksanaan kegiatan wisata oleh wisatawan dapat memberi dampak positif bagi lingkungan, dari kegiatan yang dilakukan dapat memajukan perekonomian masyarakat sekitar, menjaga kesejahteraan masyarakat, dan mampu mengedukasi para generasi muda untuk tetap menjaga kelestarian alam.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut Nawawi (2007), setiap penelitian memerlukan kejelasan apa saja yang menjadi masalah untuk ditinjau. Untuk itu masalah penelitian harus dapat dijadikan sebagai tantangan yang menggerakkan peneliti dalam mencari penyelesaiannya. Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi daya tarik di kawasan wisata karst Kali Suci, Kabupaten Gunung Kidul ?

2. Bagaimana strategi pengembangan yang harus dilakukan objek wisata karst Kali Suci, Kabupaten Gunung Kidul dengan menerapkan prinsip ekowisata ?

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan mempunyai arah yang jelas dan tersusun secara sistematis. Tujuan penelitian merupakan jawaban dari masalah-masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui daya tarik kawasan wisata karst Kalisuci, Kabupaten Gunung Kidul.

2. Merumuskan perencanaan strategis dalam pengembangan objek wisata karst Kalisuci, Kabupaten Gunung Kidul melalui pendekatan prinsip ekowisata.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada ilmu kepariwisataan. Pengetahuan yang diperoleh merupakan sarana untuk memaparkan beberapa ide hasil dari proses penelitian dengan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Penelitian tersebut diharapkan dapat mendukung terciptanya pengembangan objek dengan menerapkan prinsip ekowisata yang dapat dijadikan alternatif pengelolaan oleh pengurus objek wisata karst Kalisuci sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap lestari di tengah pembangunan yang sedang berlangsung.

(5)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola wisata karst Kalisuci, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan dan mewujudkannya menjadi daerah tujuan wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berpedoman pada prinsip ekowisata.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan laporan ini, tinjauan pustaka diperoleh dari karya tulis ilmiah atau hasil penelitian tugas akhir, skripsi dan tesis. Masing-masing sumber mempunyai gagasan yang dapat dijadikan acuan. Adapun tinjauan pustaka yang membahas mengenai pengembangan ekowisata dan kawasan karst Kalisuci yaitu: 1. Tesis yang ditulis oleh Hapsari Wahyuningsih (2009) yang berjudul

“Arahan Perencanaan Tata Ruang Kawasan Karst Melalui Pendekatan Prinsip Ekowisata”. Fokus dalam tesis ini memiliki tujuan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan tata ruang kawasan karst, menggambarkan arahan perencanaan tata ruang kawasan karst sesuai dengan pendekatan prinsip ekowisata, dan mendeskripsikan manajemen atraksi yang sesuai dengan arahan perencanaan tata ruang kawasan karst.

2. Tesis yang ditulis oleh M. Reza Abdullah (2009) yang berjudul “Kajian Potensi Pariwisata Pulau Bidadari Melalui Pendekatan Ekowisata”. Fokus dalam tesis ini memiliki tujuan untuk memperoleh kejelasan tentang potensi fisik maupun non fisik yang dimiliki oleh Pulau Bidadari untuk dapat mendukung upaya pengembangan sektor pariwisata di Kepulauan Seribu,

(6)

mendapatkan faktor-faktor yang dapat digunakan dalam pengembangan Pulau Bidadari sebagai sebuah destinasi wisata, dan mendapatkan rekomendasi yang dapat digunakan dalam upaya mengembangkan pariwisata Pulau Bidadari sebagai salah satu destinasi wisata yang terkemuka di Indonesia.

3. Tugas Akhir yang ditulis oleh Raditya Destra Primagalanta (2010) yang berjudul “Pengembangan dan Pemasaran Kawasan Karst Kalisuci Kabupaten Gunungkidul Sebagai Wisata Minat Khusus”. Dalam tugas akhir ini ditulis strategi perencanaan dan pengembangan kawasan karst Kalisuci dengan pembagian zonasi, perencanaan strategi pemasaran yang diikuti rekomendasi dalam pengembangan kawasan.

4. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Iqbal Willyanto (2012) yang berjudul “Kemitraan dalam Pengelolaan Objek Wisata Minat Khusus Karst Kali Suci (Studi tentang Pembangunan Berkelanjutan Kawasan Karst)”. Dalam skripsi ini ditulis pengelolaan objek wisata minat khusus karst Kali Suci yang dijalankan secara kemitraan antara berbagai pihak, merupakan upaya mewujudkan pembangunan di kawasan karst yang memperhatikan aspek ekologi, sosial, maupun ekonomi.

Dengan demikian, penelitian mengenai pengembangan Kalisuci Kabupaten Gunungkidul melalui pendekatan prinsip ekowisata dapat dikatakan masih orisinil dan belum ditulis oleh siapapun.

(7)

1.6 Kerangka Teori

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek sumber daya pariwisata alam dan budaya yang menjadi daya tarik wisata, lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah, perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, dan kesiapan dan dukungan masyarakat.

Daya tarik wisata merupakan faktor pendorong adanya kegiatan berwisata dan menjadi magnet untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung sehingga tanpa adanya daya tarik wisata, tidak akan terjadi pariwisata. Daya tarik pariwisata memiliki makna penting dalam pemeliharaan keunikan dan menjamin kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya (Warpani, 2007).

1.6.1 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu industri jasa yang mampu menciptakan keuntungan bukan hanya bagi tuan rumah, tetapi juga bagi wisatawan yang melakukan aktivitas berwisata jika dikembangkan secara tepat sesuai dengan

(8)

tujuan wisata yang telah ditetapkan. Pengembangan wisata harus memperhatikan budaya, sejarah, dan ekonomi yang ada pada suatu destinasi wisata (Mill, 2000).

Terdapat empat nilai yang mendasari suatu model dan strategi perencanaan dan pembangunan kepariwisataan. Strategi tersebut harus berpihak pada visi, misi, dan sasaran yang berprioritas pada pengembangan kepariwisataan yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah setempat. Strategi perencanaan bersifat fleksibel sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat seperti perkembangan budaya, ekonomi, sosial, dan politik, strategi yang dirumuskan mampu menjaga keberlanjutan pengembangan pariwisata bagi generasi yang akan datang, dan strategi tersebut harus bersifat responsif dengan memperhatikan dinamika realitas kepariwisataan pada wilyah yang dikembangkan dan memiliki sifat antisipatif dengan mempertimbangkan segala situasi yang sedang terjadi di wilayah pengembangan suatu objek wisata (Sunaryo, 2013).

Penyusunan perencanaan strategis memiliki beberapa tahapan yang harus diperhatikan. Tujuh tahapan dasar dalam penyusunan perencanaan strategis seperti memilih pemangku kepentingan (stakeholders) di antara banyak sektor publik yang saling bertentangan, analisis lingkungan menjaring isu-isu kunci, menetapkan visi dan misi, atau tujuan umum, membuat analisis SWOT yang mendeskripsikan apa saja yang menjadi kekuatan (strenght), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats), mengembangkan dan menetapkan prioritas isu-isu strategis, mengembangkan rencana

(9)

implementasi dalam menjalankan tindakan strategis dan mengembangkan sistem monitoring dan evaluasinya (Baiquni, 2004).

Pada analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan merupakan faktor-faktor yang dapat dikembangkan, atau perlu diperbaiki agar menjadi peluang, karena apabila tidak ditangani dapat menyebabkan suatu ancaman (Arida, 2009). Analisis SWOT dapat dimanfaatkan untuk melihat kondisi yang terjadi di suatu kawasan wisata yang hasilnya dapat diformulasikan untuk meningkatkan daya saing. Tujuan dari perumusan analisis SWOT adalah untuk mengelompokkan masalah dan memudahkan pendekatan secara strategis (Vellas, 2008).

1.6.2 Wisata Karst

Menurut Peraturan Menteri ESDM Republik Indonesia No.17 Tahun 2012, karst adalah bentang alam yang terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping. Kawasan karst yang dikembangkan menjadi destinasi wisata pada umumnya memanfaatkan daya tarik alami yang berupa kelangkaan dan keunikan suatu gua atau bentang alam lembah karst baik yang berada di permukaan (exokarst) maupun yang berada di bawah permukaan (endokarst). Pada umumnya, gua memiliki daya tarik berupa keberagaman ekosistem dan speleotem1 yang berada di sekitar lorong, dan aspek ilmiah lainnya. Untuk memudahkan kegiatan wisata penelusuran gua, maka diperlukan pemahaman mengenai lingkungan gua. Seperti

1

Speleotem adalah bentukan hasil proses pelarutan kalsium karbonat (CaCo3) yang menghiasi bagian dalam gua seperti stalaktit, stalakmit, pilar, dan flowstone (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.17 Tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst)

(10)

yang dijelaskan pada Masterplan Pengembangan Geowisata Karst Kabupaten Gunungkidul Laporan Akhir Tahun Anggaran 2006 adalah sebagai berikut:

“Objek geowisata gua dibedakan menjadi gua umum dan gua minat khusus. Gua umum diperuntukkan bagi wisatawan umum yang ingin memasuki gua untuk berwisata, sedang gua minat khusus dikhususkan bagi pasar wisatawan minat khusus yang ingin memasuki gua untuk tujuan tertentu seperti penelitian, ekspedisi, dan petualangan. Lingkungan fisik dan biofisik kawasan karst dan gua sangat rapuh dan mempunyai daya dukung lingkungan yang rendah” (BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul, 2006).

Dengan demikian, dalam mengembangkan objek wisata gua perlu memperhatikan bagaimana karakteristik interior dan eksterior gua. Oleh sebab itu, pembangunan industri pariwisata harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan (sustainable development).

1.6.3 Ekowisata

Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia (Fandeli, 2000).

Menurut Fandeli (2000) ekowisata mempunyai empat prinsip yaitu konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat, dan ekonomi. Dari definisi tersebut dapat diidentifikasi beberapa penjabaran dari prinsip ekowisata, sebagai berikut:

1. Keharmonisan alam dengan budaya lokal harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan ekowisata.

(11)

2. Alam mempuyai daya dukung yang lebih rendah dibandingkan dengan kawasan buatan untuk itu perlu perhatian lebih pada daya dukung lingkungan.

3. Mengembangkan pendidikan yang berbasis konservasi terhadap lingkungan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).

4. Melibatkan partisipasi masyarakat setempat dalam mengembangkan ekowisata.

5. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal dengan mengembangkan kegiatan ekowisata.

6. Peluang untuk menambah devisa bagi negara serta mengurangi kebocoran devisa.

Perencanaan dan pengembangan ekowisata memerlukan beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya dengan mengelola kawasan ekowisata dan penyediaan sarana prasarana yang memperhatikan kelestarian alam (Yoeti, 2008).

Setiap kawasan konservasi memerlukan suatu perencanaan yang berkaitan dengan pengelolaan yang memperhatikan kondisi kawasan. Perencanaan umumnya mencakup sasaran yang ingin dicapai, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan parwisata, petunjuk untuk melaksanakan, dan anggaran yang dibutuhkan. Dalam pengusahaan ekowisata, perencanaan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai (Fandeli, 2005).

Perencanaan untuk mengembangkan fasilitas hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungannya maka perlu adanya pembatasan zona untuk

(12)

menetapkan apa saja yang akan dibangun seperti kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan rumah makan, akomodasi, dan kebutuhan promosi ke beberapa biro perjalanan wisata (Fandeli, 2002).

Mintakat yang berada pada suatu kawasan konservasi harus difungsikan sesuai dengan prinsip kepariwisataan alam. Terdapat empat mintakat yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Mintakat Perlindungan (Sanctuary Zone), dalam zona ini terdapat beberapa flora dan fauna yang dilindungi dan ekosistem di dalamnya sangat rentan terhadap kepunahan. Oleh sebab itu manusia tidak diperbolehkan memasuki kawasan perlindungan ini.

2. Mintakat Belantara (Wilderness zone), dalam kawasan ini terdapat batasan jumlah manusia yang diperbolehkan memasuki kawasan ini dengan tujuan mengurangi kerusakan serta gangguan yang mungkin terjadi pada ekosistem dengan peraturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak pengelola. 3. Mintakat Penyangga (Buffer zone), dalam kawasan ini terdapat batasan-batasan mintakat mana yang perlu dilindungi, dan terdapat jalur pelindung untuk menjaga ekosistem dari gangguan kegiatan manusia.

4. Mintakat Intensif (Intensive zone), pada mintakat ini telah dikembangkan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata alam dan diperuntukkan bagi pengembangan wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan (Fandeli, 2000).

(13)

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode penelitian tersebut dilakukan dengan cara mendeskripsikan hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual, dan akurat. Analisis deskriptif dilakukan dengan memindahkan data mentah ke dalam bentuk yang mudah dimengerti dan menyajikannya menjadi informasi (Kusmayadi, 2000).

a. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi dilakukan lewat pengamatan langsung terhadap apa saja yang menjadi daya tarik wisata di Kalisuci kemudian mendokumentasikannya baik dengan memotret gambar maupun merekam kegiatan perjalanan dengan format video, serta ikut dalam aktivitas wisata penelusuran gua basah dengan ban dalam (cave tubing).

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan narasumber dengan beberapa pertanyaan mengenai objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola kawasan karst Kali Suci Kabupaten Gunung Kidul, Kabid Pengembangan Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, wisatawan, Kepala Desa Pacarejo, dan masyarakat sekitar objek wisata Kalisuci.

(14)

3. Kuesioner

Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada wisatawan sebagai responden. Kuesioner bersifat fixed alternative question yaitu dengan pertanyaan tertutup dan jawaban dalam bentuk tertulis. Jumlah kuesioner yang dibagikan 98 buah dengan menggunakan rumus (Kusmayadi, 2000):

Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

(e) = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir 10% Dengan demikian, cara penghitungan dalam menarik sampel untuk kuesioner adalah sebagai berikut:

n = 4.205 --- 1+ 4.205 (10%)² = 4.205 --- 1+ 42.05 = 97, 67 = 98

Terdapat beberapa pertanyaan yang digunakan dalam pertanyaan tertutup dalam kuesioner yaitu : daftar cocok (checklist), pertanyaan dua pilihan, pilihan ganda, dan skala. Hasil kuesioner tersebut kemudian diolah untuk menemukan beberapa fakta di lapangan yang dirasakan oleh wisatawan.

2

Ne

1

N

n

+

=

(15)

4. Studi Pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data dan informasi pendukung dengan menggunakan kajian pustaka dan referensi yang relevan dan terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. Pengumpulan data tersebut dapat bersumber dari buku, jurnal, ataupun artikel yang sesuai dengan tema yang dipilih.

b. Analisis Data

Berdasarkan data yang diolah dalam suatu penelitian, analisis dapat dibedakan menjadi dua macam yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif disusun dengan langkah awal pengadaan observasi dan ikut melakukan aktivitas berwisata ke wisata karst Kalisuci, kemudian melakukan wawancara dengan stakeholder yaitu pengelola objek wisata, masyarakat, Kepala Desa Pacarejo, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul.

Analisis kuantitatif disusun dengan cara mengukur data di lapangan dengan metode kuesioner, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009: 93). Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa :

a. Sangat Setuju b. Setuju

(16)

d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Jika dalam jumlah yang menunjukkan angka positif (sangat setuju dan setuju) lebih banyak daripada jumlah yang negatif (sangat tidak setuju dan tidak setuju) pada pertanyaan yang bersifat positif pada penilaian suatu objek wisata maka objek tersebut dapat dikatakan berhasil dalam membangun kawasan sesuai persepsi kepuasan wisatawan, dan jika sebaliknya maka dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam mengembangkannya. Jika dalam jumlah yang negatif (sangat tidak setuju dan tidak setuju) lebih banyak daripada jumlah positif (sangat setuju dan setuju) pada pertanyaan yang bersifat negatif pada penilaian suatu objek wisata maka dapat dikatakan bahwa objek tersebut belum berhasil dalam membangun dan mengelola kawasan wisata, dan jika sebaliknya maka dapat disimpulkan bahwa objek tersebut telah berhasil dalam membangun kawasan wisata.

Data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif tersebut diolah sehingga menemukan strategi pengembangan dengan melakukan tahap awal berupa pengelompokan segmen pasar, mengolah analisis kebijakan seperti analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunities,and threats), menganalisis visi dan misi serta kebijakan lintas sektoral, dan merumuskan strategi pengembangan yang menggunakan pendekatan prinsip ekowisata di objek wisata karst Kalisuci.

(17)

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan akhir ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, yang diikuti sistematika penulisan.

Bab II : Gambaran umum yang terdiri dari visi dan misi, letak geografis klimatologi, topografis, demografis, dan pariwisata Kabupaten Gunungkidul. Gambaran umum tentang Kecamatan Semanu yang meliputi luas wilayah dan potensi pariwisata, kemudian gambaran umum Desa Pacarejo yang meliputi demografis dan potensi pariwisata, dan gambaran umum Kalisuci yang meliputi sejarah, visi dan misi, aksesibilitas, kondisi sosial budaya, fasilitas pendukung, dan jumlah kunjungan wisatawan.

Bab III : Identifikasi daya tarik, segmentasi pasar, analisis kebijakan yang mencakup visi dan misi objek wisata karst Kalisuci dan kebijakan lintas sektoral, strategi pengembangan dengan analisis SWOT, dan rekomendasi pengembangan objek wisata karst Kalisuci melalui pendekatan prinsip ekowisata.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan lain di daerah ini, yang menyebabkan menurunnya populasi satwa adalah adanya kebijakan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada tahun 1960

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PANITIA PELAKSANA PERINGATAN SUMDAWAN TAHUN 2016 Sekretariat: Kampus FHIS Undiksha Jalan Udayana No.11 Singaraja-Bali

iradiasi, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui metode yang paling baik (uji banding metode) dalam melakukan pemisahan radionuklida 137

Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis kualitas epub modul kimia materi pokok elektrolit dan non elektrolit untuk siswa difabel netra berdasarkan penilaian ahli materi,

Sumberdaya manusia yang ada di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman terdiri atas berbagai latar belakang pendidikan. Direktur memiliki latar belakang pendidikan tertinggi

Model pengembangan dalam penelitian ini digunakan model prosedural, yaitu model pengembangan yang bersifat deskriptif, menggariskan langkah-langkah sistematis yang harus

Dengan metode BPSO menggunakan iterasi 500, dimensi 5, dan jumlah partikel 22 total rugi-rugi daya aktif yang dapat diminimisasi pada jaringan distribusi Penyulang

Dalam analisis yang menyangkut 13 faktor pelayanan pada Air Asia Denpasar ini, terdapat dua buah variabel yang diwakili oleh huruf X merupakan tingkat kinerja perusahaan