• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan publik menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam masa transisi IFRS di Indonesia serta menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap tingkat pengungkapan wajib tersebut. Karakteristik komite audit diidentifikasikan dengan proporsi komite audit independen, proporsi keahlian akuntansi/ keuangan anggota komite audit, frekuensi rapat atau pertemuan, proporsi anggota komite perempuan, ukuran komite audit, perangkapan jabatan (multi-directorship), dan masa jabatan anggota komite (tenure).

Penelitian mengenai tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan hal penting untuk dilakukan. Adanya publikasi dari Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2006) menjadi isu penting dalam beberapa tahun terakhir ini mengenai sebuah survei yang dilakukan PricewaterhouseCoopers tahun 1999 terhadap investor internasional di Asia. Hasil survei menunjukkan bahwa peringkat Indonesia berada pada salah satu yang terburuk dalam standar audit dan kepatuhan, akuntabilitas kepada pemegang saham, standar pengungkapan dan transparansi. Isu ini menjadi hal menarik mengingat pentingnya pengungkapan wajib dan transparansi laporan keuangan yang merupakan faktor signifikan untuk mencapai efisiensi pasar dan sebagai sarana akuntabilitas publik.

(2)

commit to user

Laporan keuangan merupakan bentuk akuntabilitas publik yang menggambarkan tentang kegiatan operasional, posisi keuangan, arus kas, dan penjelasan atas pos pos yang ada dalam laporan keuangan (Suhardjanto dan Lesmana, 2010). Laporan keuangan dapat menjadi sumber penyalahgunaan informasi yang dibutuhkan oleh pihak pihak yang berkepentingan, seperti pihak internal dan eksternal perusahaan (Boediono, 2005). Beberapa skandal manipulasi laporan keuangan telah melibatkan sejumlah perusahaan terkemuka di Amerika Serikat seperti Enron, Tyco, Xerox.Corp, dan WorldCom (http://www.tempointeraktif.com, 2002).

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan sebesar 600,00 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan adanya keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Tyco juga diketahui melakukan manipulasi data keuangan dengan tidak mencantumkan penurunan aset, penyelundupan pajak, dan mark

up laba untuk mendongkrak harga saham. Xerox melakukan pencatatan

keuangan bisnis dan pembuatan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan

Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). WorldCom sebagai

perusahaan telekomunikasi memanipulasi pembukuan dengan menggelembungkan laba sebesar 3,90 miliar Dollar AS (www.akuntanbisnis.wordpress.com, 2010).

Kasus serupa juga terjadi di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk dan PT Indo Farma Tbk. PT Kimia Farma Tbk sebagai salah satu produsen obat obatan terbesar di Indonesia melakukan skandal manipulasi

(3)

commit to user

laporan keuangan berupa overstated penjualan dan persediaan sehingga terjadi penggelembungan (mark up) laporan keuangan perusahaan periode 31 Desember 2001. Laba bersih dilaporkan sebesar Rp 132,30 miliar lebih, padahal seharusnya hanya sebesar Rp 99,60 miliar. Berdasarkan hasil pemeriksaan BAPEPAM dan press release tanggal 27 Desember 2002, PT Kimia Farma Tbk melakukan kesalahan penyajian pada laporan keuangannya, tepatnya penggelembungan laba sebesar Rp 32,70 miliar yang merupakan

overstated penjualan dan persediaan (http://www.tempointeraktif.com, 2002).

Kasus kecurangan lain terjadi pada PT Indofarma Tbk. Perusahaan tersebut menyajikan nilai sediaan dalam laporan keuangannya lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dilaporkan (press release yang dikeluarkan oleh BAPEPAM pada 8 November 2004). Penyajian nilai lebih tersebut terdeteksi dari overstated penyajian nilai barang dalam proses yang tercantum dalam laporan keuangan periode 2001 yang mencapai Rp 28,00 miliar. Akibat kelebihan penyajian tersebut, nilai harga pokok produksi menjadi lebih rendah dari nilai yang seharusnya dilaporkan (understated), yang selanjutnya penyajian laba juga menjadi lebih tinggi dari seharusnya (http://akuntanmuda.wordpress.com, 2011).

Kasus manipulasi yang dilakukan beberapa perusahaan di Amerika dan Indonesia tersebut mengindikasikan pentingnya pengungkapan wajib dalam laporan keuangan perusahaan, di Indonesia sudah diatur melalui Keputusan Ketua Ketua Bapepam-LK No.X.K.6 KEP-134/BL/2006. Menurut kerangka dasar penyajian laporan keuangan, kesalahan penyajian informasi pada laporan keuangan dapat menyesatkan pengambil keputusan karena investor dan

(4)

commit to user

stakeholders lainnya membutuhkan informasi yang diungkapkan dalam laporan

keuangan sebagai bahan pengambilan keputusan mereka (Dastgir, Sajadi, dan Akhgar, 2010). Oleh karena itu, agar laporan keuangan andal dan transparan, perlu adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk mematuhi pengungkapan wajib dalam menerbitkan laporan keuangannya sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan dan dimanipulasi.

Penelitian ini berfokus pada neraca (balance sheet) perusahaan, karena menurut Daniri (2009), balance sheet merupakan laporan yang menyediakan informasi relevan untuk membantu investor dan kreditor dalam memprediksi arus kas masa depan, membuat prediksi tentang likuiditas dan solvabilitas jangka panjang perusahaan sehingga dibutuhkan pengungkapan balance sheet yang lebih jelas dan rinci. Dari berbagai kasus manipulasi laporan keuangan tersebut menunjukkan bukti pentingnya transparansi dan kepatuhan terhadap pengungkapan wajib masih sangat kurang, terutama pada laporan neraca. Hermalin dan Weisbach (2007) menyebutkan bahwa kualitas pengungkapan yang tinggi akan membuat informasi yang diungkapkan semakin banyak, sehingga Hirtle (2007); Linsley dan Shrives (2005), menyebutkan dengan banyaknya informasi yang diungkapkan membuat informasi yang dapat diperoleh investor dan kreditor juga semakin banyak.

Sehubungan dengan konvergensi IFRS, akun-akun di balance sheet ikut terpengaruh karena adanya revaluasi aset tetap (Daniri, 2009; Panji, 2010). Gaston, Jarne dan Lainez (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pengaruh konvergensi IFRS terhadap neraca paling signifikan adalah pada kas dan setara kas, ekuitas, kewajiban jangka panjang dan total kewajiban.

(5)

commit to user

Pengaruh signifikan pada aset tersebut karena diterapkannya model fair value, reklasifikasi akun dan ruang lingkup konsolidasi. Pengaruh signifikan pada

liabilities disebabkan karena adanya perubahan aturan dalam penilaian debt

dan ruang lingkup konsolidasi. Penelitian Gaston, Garcia, Jarne dan Gadea (2010) menemukan bahwa adopsi IFRS di Spanyol berpengaruh terhadap laporan keuangan, diantaranya peningkatan pada aset tetap dan total aset, kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek.

Komite audit merupakan organ perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan (Barako, 2007). Komite audit sebagai salah satu pihak yang membantu dewan komisaris dalam perannya memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen diharapkan mampu meningkatkan keterbukaan informasi dan kredibilitas laporan keuangan (Suaryana, 2005). Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) juga menegaskan bahwa urgensi keberadaan komite audit di Indonesia diharapkan mampu membantu dewan komisaris meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan serta mampu mengoptimalkan mekanisme check and balance yang ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, peran komite audit perusahaan dalam proses pelaporan keuangan sering dipertanyakan akibat munculnya skandal dalam pelaporan keuangan yang menjadi perdebatan diantara para pembuat kebijakan, manajer, investor dan akademika (Vafeas, 2005) dan mengganggu stabilitas pasar keuangan dan kepercayaan investor (Huang dan Thiruvadi, 2010). Adanya kasus manipulasi seperti PT Kimia Farma Tbk dan

(6)

commit to user

PT Indo Farma Tbk tersebut dapat memunculkan pertanyaan serius mengenai peran dan efektifitas komite audit di Indonesia. Untuk itu, Owen III (2004) menyebutkan bahwa komite audit harus sepenuhnya memahami perannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan memastikan manajemen keuangan yang sehat.

Dari beberapa kasus manipulasi keuangan tersebut cukup membuktikan bahwa kecurangan dapat melibatkan pihak-pihak dalam perusahaan termasuk komite audit. Sebagai tatanan baru dalam sistem pengelolaan perusahaan, Carcello, Hermanson dan Neal (2002) mengemukakan bahwa komite audit dapat memainkan peranan penting untuk mengawasi dan memantau proses pelaporan keuangan perusahaan, pengendalian internal, auditor internal, dan auditor eksternal. Suhardjanto dan Yusnita (2010) menyebutkan bahwa komite audit dibentuk untuk mencapai tujuan dan mewujudkan peranannya secara efektif. Kesuksesan komite audit tidak hanya ditentukan oleh independensi dan kompetensi saja, tetapi ditentukan juga oleh pola hubungan dan komunikasi. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), komite audit juga bertugas untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan objektivitas laporan keuangan (KNKG, 2006), sehingga komite audit diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan.

Keberadaan komite audit mampu mempengaruhi tingkat pengungkapan perusahaan. Bebenroth dan Donghao (2006) mengemukakan bahwa semakin tinggi rasio komite audit independen maka kinerja perusahaan akan semakin baik, termasuk kepatuhan terhadap pengungkapan wajib. Ho dan Wong (2001) juga menyebutkan bahwa komite audit mempunyai hubungan positif dengan

(7)

commit to user

tingkat pengungkapan. Ettredge, Johnstone, Stone, dan Wang (2010) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah komite audit maka tingkat pengungkapan akan semakin tinggi. Cotter dan Silvester (2003) menambahkan, komite audit independen dapat mengurangi agency cost dengan cara meminimalkan seleksi kebijakan akuntansi keuangan yang opportunistik dan meningkatkan kredibilitas serta keakuratan pelaporan keuangan. Namun, Forker (1992); Akhtaruddin, Hossain, Hossain dan Yao (2009) menunjukkan bahwa persentase komite audit tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pengungkapan.

Seiring dengan berkembangnya standar akuntansi keuangan dalam konvergensi IFRS, beberapa studi telah melaporkan hasil penelitian tentang pengungkapan wajib IFRS (Al-Akra, Eddie dan Ali, 2010; Kent dan Stewart, 2008; Goodwin, Ahmed dan Heaney, 2009; Verriest, Gaeremynck, Thornton, 2011). Penelitian Al-Akra et al. (2010) menemukan bahwa tingkat kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan-perusahaan di Jordania pada tahun 2004 adalah 79,00% lebih tinggi daripada tahun 1996 yang hanya 55,00%. Pada tahun 2004 komite audit merupakan faktor penentu tingkat kepatuhan pengungkapan wajib. Goodwin et al. (2009) yang meneliti hubungan antara mekanisme corporate governance dan kualitas pelaporan keuangan dalam konteks adopsi IFRS di Australia menunjukkan bahwa perusahaan dengan masa jabatan CEO lebih lama, blockholding lebih rendah dan kepemilikan manajerial yang lebih besar mungkin mengalami kesalahan dalam laporan

(8)

commit to user

Penelitian Kent dan Stewart (2008) menguji hubungan antara tingkat pengungkapan masa transisi IFRS di Australia dan kualitas corporate

governance. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kuantitas pengungkapan

secara positif terkait dengan beberapa aspek penting corporate governance, seperti frekuensi rapat dewan dan komite audit serta pilihan auditor. Hasil penelitian juga menyarankan agar lebih banyak dewan dan komite audit yang aktif untuk mendorong tingkat pengungkapan yang lebih besar. Verriest et al. (2011) juga meneliti hubungan antara corporate governance, kepatuhan pengungkapan dan pilihan adopsi IFRS oleh perusahaan terdaftar di Uni Eropa tahun 2005. Pengukuran corporate governance dengan variabel agregat seperti dewan komisaris, dewan direktur dan efektivitas komite audit. Hasil regresi menunjukkan bahwa semakin kuat corporate governance suatu perusahaan, akan lebih banyak informasi yang diungkapkan dan peningkatan kepatuhan. Temuan ini berhubungan erat dengan akuntan, manajer, dan regulator di negara yang telah mengadopsi IFRS.

Dari beberapa penelitian tersebut di atas, penelitian terdahulu menggunakan variabel independen struktur dan mekanisme corporate

governance, sedangkan dalam penelitian ini variabel independen hanya fokus

pada karakteristik komite audit. Oleh karena penelitian tentang karakteristik komite audit dan pengungkapan wajib IFRS belum pernah dilakukan di Indonesia. Selain itu, adanya konvergensi IFRS ke dalam PSAK di Indonesia juga penelitian terdahulu masih menunjukkan adanya inkonsistensi, perbedaan variabel, perbedaan objek penelitian, periode penelitian ataupun metode statistik yang digunakan. Untuk itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk

(9)

commit to user

mengkaji lebih lanjut berbagai penelitian terdahulu dan teori yang melandasi keterkaitan antara komite audit dengan pengungkapan wajib perusahaan berdasar IFRS. Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti akhirnya tertarik untuk mengambil judul

PENGUNGKAPAN WAJIB PERUSAHAAN PADA MASA TRANSISI IFRS (Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia Periode 2009 -

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diambil sebagai kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kepatuhan dan kelengkapan pengungkapan wajib perusahaan publik menurut PSAK yang sudah mengacu IFRS?

2. Apakah karakteristik komite audit berpengaruh terhadap kepatuhan dan kelengkapan wajib dengan adanya konvergensi IFRS di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kepatuhan dan kelengkapan pengungkapan wajib perusahaan publik menurut PSAK yang sudah mengacu IFRS.

2. Mengetahui pengaruh karakteristik komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan wajib dengan adanya konvergensi IFRS di Indonesia.

(10)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi kalangan akademisi, pengembangan teori dan pengetahuan; penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi terhadap literatur tentang komite audit, corporate governance, dan mandatory disclosure (pengungkapan wajib) di Indonesia.

2. Bagi peneliti yang akan datang; penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi berkaitan dengan komite audit dan pengungkapan IFRS. 3. Bagi regulator pasar modal, perusahaan publik, maupun stakeholders

lainnya; penelitian ini dapat memberikan motivasi perlunya kepatuhan pengungkapan wajib dan pentingnya keberadaan komite audit yang efektif agar tercipta praktik Good Corporate Governance.

4. Bagi khalayak pembaca/ pihak lain; penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai komite audit perusahaan dan pengungkapan wajib berdasar IFRS di Indonesia.

E. Sistematika Penelitian BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

(11)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, pengukuran variabel, instrument penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta variabel yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian serta analisis data beserta pembahasannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri atas simpulan yag berisi penyajian secara singkat apa yang diperoleh dari hasil analisis data dan saran serta rekomendasi yang diajukan kepada pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian dan bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka berpikir penulis dalam tesis ini dimulai dari Operasi Tangkap Tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terhada Bambang Kariyanto dan Adam Munandar

Hal ini mencerminkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Darussalam Agung Buring Malang yang memiliki adversity quotient tinggi cenderung memiliki regulasi diri yang

Dari hasil pengukuran bathimetri ini nanti bisa diketahui besarnya laju sedimentasi yang terjadi yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi berapa sisa usia guna Waduk

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,

Pengembangan dan penerapan sistem pemanfaatan terpadu (conjunctive use) antara air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan

Activity Diagram Melihat Nilai untuk menjelaskan alur melihat nilai yang di lakukan oleh user guru kelas, setelah melakukan penambahan nilai, guru tersebut dapat melihat hasil dari

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana bentuk nyanyian rakyat dalam seni sastra Senjang di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.. Tujuan penelitian

Nantinya koperasi berperan sebagai pedagang perantara dari produk yang dihasilkan oleh anggotanya (nelayan, pembudidaya, petambak, dan pengolah), sehingga pelaku usaha kelautan