• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 1987).

Menurut Hardjowigeno( 1993) ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1.8 m dari permukaan tanah adalah < 35%. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga sedang. Sedangkan menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 3.1−5.0).

Pelapukan yang lanjut pada tanah Ultisol dapat membentuk liat oksida hidrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P membentuk sederetan hidroksid yang sukar larut sehingga kurang tersedia bagi tanaman (Tan, 1992).

Bulk Density

Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan persatuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding terbalik dengan tingkat kekasaran partikel–partikel tanah, makin kasar partikel tanah maka akan semakin

(2)

kerapatan antara 1.0–1.3 g/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar antara 1.3-1.8 g/cm3 (Hanafiah, 2005).

Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit disimpan dan ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah (Hakim, dkk, 1986).

Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.

Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

Total Ruang Pori

Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Tanah–tanah pasir memiliki pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan pori kasar sulit menahan air sehinggga tanaman mudah kekeringan, tanah-tanah berliat mempunyai pori total lebih tinggi daripada tanah berpasir (Hardjowigeno, 1993).

Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel-partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:

TRP = 1- BD/PD x 100%

dimana:

TRP = Total Ruang Pori BD = Bulk Density (gr/cm3)

(3)

PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).

Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah.

Porositas akan tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Anonimous,2011d).

Permeabilitas Tanah

Permeabilitas yaitu kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara.

Permeabilitas umumnya diukur sehubungan laju aliran air melalui tanah dalam suatu massa waktu dan dinyatakan sebagai cm per jam. Ini mengakibatkan pergerakan udara yang berhubungan dengan volume tanah yang kosong, bukan ukuran pori dan kesinambungan ruang pori (Foth, 1994).

Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori yang dapat mengalir/

merembes dalam tanah. Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan oleh ukuran pori. Cepat atau lambatnya tanah meneruskan air atau udara dalam tanah dapat dilihat pada kelas permeabilitas

(4)

Tabel 1 : Kelas permeabilitas

Kelas Permeabilitas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat Lambat <0,1

Lambat 0,1 – 0,5

Agak Lambat 0,5 – 2,0

Sedang 2,0 – 6,5

Agak Sedang 6,5 – 12,5

Cepat 12,5 – 25

Sangat Cepat >25

Sumber : Sutanto, 2005.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain porositas, tekstur, distribusi ruang pori, dan stabilitas agregat tanah (Hillel, 1986).

Sedangkan menurut Sarief (1989) bahwa permeabilitas meningkat apabila adanya bahan organik, agregasi butir tanah menjadi remah, dan porositas tanah tinggi.

Kemantapan Agregat

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.

Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah (Anonimus, 2011g).

(5)

Pengukuran kemantapan agregat dapat dilakukan dengan metode pengayakan basah dan pengayakan kering atau dengan metode pembenaman dalam air dan alkohol. Adapun tabel kemantapan agregat adalah:

Table 2. Harkat kemantapan agregat Kemantapan agregat Harkat Sangat mantap sekali > 200 Sangat mantap 80 – 200 Mantap 61 – 80 Agak mantap 50 – 60 Kurang mantap 40 – 50 Tidak mantap < 4 (Anonimus, 2010d).

Kemantapan agregat tanah yang tinggi dapat meningkatkan porositas tanah. Tanah yang mempunyai porositas yang tinggi memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi pula. Karena banyaknya pori menyebabkan air yang berada diatas permukaan tanah menjadi lebih cepat merembas ke bawah permukaan tanah. Dan tingginya kapasitas infiltrasi inilah yang nantinya akan menurunkan volume limpasan permukaan, yang merupakan penyebab utama erosi tanah.

pH Tanah

Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat dinayatakan dengan pH tanah. Sifat reaksi dalam tanah asam-netral-basa secara mudah ditetapkan dengan indikator nilai pH tanah. Nilai pH tanah dapat

(6)

digunakan sebagai indikator kesuburan tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut (Hanafiah, 2005).

Menurut Tan (1992) menyatakan bahwa sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam-asam organik dan anorganik yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah merupakan hal yang dapat mempengaruhi kemasaman tanah.

Pada tanah masam, pH tanah dapat ditingkatkan melalui penambahan pupuk organik. Pupuk organik dapat juga memantapkan agregat tanah yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi baik, meningkatkan kapasitas sanggah tanah, menyediakan unsur hara, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah serta meningkatkan aktifitas mikroba tanah.

C-Organik

Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering) sangat rendah (rata-rata < 2 %). Hal ini disebabkan lahan–lahan yang dikelola secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah (tanpa usaha pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia ditingkatkan karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka perlu dilakuka perbaikan kesuburan tanah dengan menambah C organik melalui penggunaan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan pupuk organik maka diperoleh manfaat jangka panjang untuk menjaga kelestarian kesuburan tanah dan meningkatkan produksi pertanian (Anonimus, 2011g).

(7)

Karbon merupakan bahan organik yang utama yang diserap tanaman dan berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2 bereaksi dalam bentuk asam Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Tersedianya bahan organik dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan aktinomycetes) di dalam tanah (Hakim dkk, 1986).

Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Sutanto, 2005).

Nitrogen

Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang selain sangat mutlak di butuhkan namun dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-

, denitrifikasi NO3-

menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Pergerakan N di dalam tanah cukup sulit untuk diamati,

(8)

karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi dan nitrifikasi (Anonimus, 2010a).

Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3-

atau NH4+ dari tanah. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanaman dilahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+. Ketersediaan Nitrogen dalam tanah akan meningkatkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan disimpan dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen.

Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif. Pembentukan senyawa organik tergantung pada keseimbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk

pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Menurut Nyakpa, dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah pertanian hanya mengandung 0.02-0.4 % N. Banyaknya kandungan N tersebut tergantung dari keadaan lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi. Kesemuanya ini dipengaruhi oleh keadaan setempat yaitu topografi, bahan induk, kegiatan manusia, dan waktu.

Unsur Hara P

Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk anion

(9)

(H2PO4) dan (HPO4-2

). Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfat organik. Fosfor ini mudah bergerak antar jaringan tanaman dan kadar optimal Fosfor dalam tumbuhan vegetatif dalam 0,3% - 0,5% dari berat kering tanaman. Fosfor sangat penting dalam pembentukan bunga, buah maupun biji, pembagian sel, pembentukan lemak serta albumin, kematangan tanaman, perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Adapun sumber P tanah yaitu berasal dari pelapukan batuan dan mineral- mineral yang mengandung P yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang mempunyai kadar P tinggi adalah mineral apatit yang mempunyai kadar P2O5

berkisar antara 15-30 % dan tidak larut dalam air (Nyakpa, dkk, 1988).

Penggunaan fosfat alam sebagai sumber P akan jauh mengurangi biaya pembelian pupuk dibandingkan menggunakan SP-36, dengan hasil yang sama.

Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat alam mampu mencukupi 80% P untuk kebutuhan tanaman melon bila diberikan pada takaran yang sama dibandingkan SP-36.

Rasio C/N

Nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan tingkat dekomposisi dari bahan organik tanah. Apabila makin tinggi dekomposisinya maka makin kecil nisbah C/N-nya. Jika nisbah dari bahan organik segar yang dibenamkan kedalam tanah lebih besar dari 20, mikroorganisme yang terlibat didalam proses

(10)

bahan organik itu sendiri (Indrianada, 1986). Apabila nisbah C/N lebih kecil dari 20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30 maka terjadi immobilisasi N, jika diantara 20–30 berarti mineralisasi seimbang dengan immobilisasi (Hanafiah, 2005).

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).

Menurut Stevenson (1991), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.

Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat. (Anonimous, 2011b).

(11)

Pupuk Organik Padat SUPERNASA

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961). Stevenson (1991) menyatakan bahwa bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organisme terlarut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memainkan peranan penting dalam kesuburan tanah dan merupakan sumber hara terutama nitrogen untuk tanaman jagung. Bahan organik tanah juga membantu memberikan kapasitas penyangga dari tanah yaitu mencegah kekurangan hara atau mencegah pertumbuhan yang berlebihan akibat pemupukan berat pada tanaman.

Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.

Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian

(12)

serta hasil dari dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986).

Pupuk organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Rekomendasi penggunaan pupuk organic untuk setiap hektar lahan yang akan ditanami adalah antara 20-30 ton per hektar (Sutanto, 2002).

Pupuk dan bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting, antara lain dapat meningkatkan hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, B, Mn dan Fe. Penggunaan bahan organik juga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang serta meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah (Simanungkalit et al., 2006).

Pupuk organik padat Supernasa adalah pupuk organik dengan formula khusus yang dibuat murni dari bahan-bahan organik dengan fungsi utama memperbaiki lahan-lahan yang rusak serta meningkatkan kesuburan alami lahan sehingga menjadi lebih produktif berkelanjutan.

Manfaat dari penggunaan pupuk organik SUPERNASA adalah:

1. Meningkatkan kesuburan fisik yaitu tananh berangsur-angsur menjadi gembur 2. Meningkatkan kesuburan kimia yaitu meningkatnya pertukaran kation dalam tanah sehingga unsur hara dapat diserap efektif dan efisien 3. Meningkatkan kesuburan biologi yaitu meningkatnya aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman 4. Mengurangi jumlah penggunaan pupuk NPK kimia antara 25%-50%

Kebutuhan Pupuk Organik SuperNASA tiap hektarnya hanya 15-20 kg.

(Bandingkan dengan kebutuhan ideal pupuk kandang untuk tiap hektarnya, yaitu 20 ton) (Anonimous, 2011f).

(13)

Adapun kandungan Pupuk Organik Padat SUPERNASA adalah N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%;C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI

1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, C/N ratio 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%;Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23%.

Fosfat Alam

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan fosfat alam, tanah Ultisol memiliki nilai tambah karena dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka kelarutan fosfat alam akan lebih cepat. Karena sebagian kandungan fosfat alam adalah CaCO3, maka pemanfaatan fosfat alam akan mampu mengurangi tingkat kemasaman tanah sehingga membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Anonimus, 2011d).

Pupuk fosfat yang biasa digunakan berasal dari Rock Phosphat dengan kandungan utama mineral apatite (Ca10(PO4)6F2). Rock phosphat merupakan salah satu bentuk pupuk P anorganik. Rock Phosphat merupakan salah satu sumber daya lokal yang dinilai potensial dapat meningkatkan produktivitas tanah Ultisol (Moersidi, 1999).

Fosfat alam merupakan salah satu pupuk fosfat alami karena berasal dari bahan tambang, sehingga kandungan P sangat bervariasi. Efektivitas fosfat alam

(14)

kehalusan butir. Fosfat alam yang bagus mengandung fosfat (P2O5)>25%

(Hasibuan, 2008).

Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat alam mampu mencukupi 80% kebutuhan P tanaman bila diberikan pada takaran yang sama dibandingkan SP-36. Hasil yang lebih baik akan dicapai bila fosfat alam dikombinasikan dengan kompos jerami atau rumpun purun.

Adapun keuntungan yang bisa diperoleh dari pemanfaatan fosfat alam pada lahan masam adalah: (1) harga per satuan hara pupuk lebih murah; (2) kelarutan dan ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat; (3) meningkatkan pH tanah sehingga memperbaiki lingkungan perakaran tanaman; (4) pelepasan hara P secara bertahap sehingga mengurangi jerapan oleh Al dan Fe; (5) fosfat alam mengandung hara sekunder seperti Ca dan Mg yang dibutuhkan tanaman;

dan (6) fosfat alam meningkatkan proses granulasi sehingga tanahnya lebih mudah di olah dan tidak lengket (Moersidi, 1999).

Balai Penelitian Tanah Bogor merekomendasikan penggunaan rockphosfat lebih menguntungkan sebagai sumber P. Dosis fosfat alam yang direkomendasikan adalah 150-200 kg/ha.

Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan kebutuhan industri. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Jagung merupakan bahan dasar/bahan olahan untuk minyak

(15)

goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Saat ini produksi jagung nasional sebanyak 15,86 juta ton sementara kebutuhan dalam negeri hanya 13 juta ton yang mana untuk produksi naik dari 2007 yang hanya 13, 29 juta ton. Dengan hasil panen rata-rata adalah 5-9 ton/ha (Anonimous, 2011).

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung tropis basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 50o LU - 40o LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan sekitar >100 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa pertumbuhan (Hartono dan Purwono , 2005).

Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1300 m dpl, kisaran suhu antara 240C-380C dan mendapat sinar matahari penuh dengan keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung yang paling baik adalah 6,8 (Guslim,2007 ).

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8.

Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Adapun kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung adalah urea 300 kg/ha, SP36 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Sedangkan jarak tanam jagung bervariasi yaitu 30 x 30 cm, 30 x 35 cm, 30 x 40 cm dan 40 x 40 cm (Anonimous, 2011b).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain itu wartawan juga harus menguasai penggunaan perangkat keras yang dibutuhkan untuk membantu ketika bekerja (Dewan Pers, 2006 p.29). Keterampilan jurnalis adalah kecakapan

100 % (seratus persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan bagi Analis Kepegawaian yang melaksanakan tugas satu tingkat di bawah jenjang  jabatannya (terampil

Dari hasil penelitian survei yang telah dilakukan di beberapa sekolah SMK di Salatiga diperoleh motivasi siswa putri dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

● Sebagai ilmu, psikologi pendidikan bertujuan untuk menyajikan hasil2 penelitian yang dapat diterapkan secara efektif dalam

Angkutan umum adalah angkutan yang melayani masyarakat umum dengan cara membayar atas jasa yang telah disediakan, sedangkan angkutan pribadi disediakan oleh perorangan dan

Nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,591, menunjukkan bahwa keterkaitan antara Religiusitas yang terdiri dari dimensi Ritual, dimensi Ideologis, dimensi

d. Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa “komunikasi antarbudaya terjadi diantara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya