• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 I.1 Latar Belakang

Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan industri atau permintaan pasar terhadap komoditas logam tersebut seperti kebutuhan terhadap logam emas. Kebutuhan pasar terhadap emas dalam 15 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan walaupun dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan namun tetap menjadikan komoditas utama. Hal ini ditunjukan dengan semakin tingginya harga jual dari logam emas tersebut dalam 15 tahun terakhir (Gambar 1.1).

Gambar 1.1: Grafik peningkatan harga emas per gram dalam mata uang rupiah dalam 15 tahun

terakhir per juni 2016. (www.goldprice.org, dengan modifikasi)

(2)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup tinggi di dunia baik mineral bijih seperti emas, tembaga, timah, dan lainnya. Penambangan sumber daya mineral bijih di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Kolonial Belanda terutama di daerah Lengan Utara Sulawesi yang merupakan lokasi daerah penelitian. (Kavalieris dkk, 1992). Keterdapatan endapan mineral di Indonesia dikarenakan latar tektonik Indonesia terutama Lengan Utara Sulawesi yang berada di jalur Sabuk Pasifik Barat yang merupakan jalur magmatik. Pada jalur magmatik tersebut sistem hidrotermal dapat membentuk endapan hidrotermal (Sillitoe, 2010). Salah satu tipe endapan hidrotermal penghasil emas adalah endapan epitermal sulfidasi tinggi.

Daerah penelitian merupakan salah satu daerah prospek mineralisasi emas dengan tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi (Van Leeuwen dan Pieters, 2011).

Pada daerah penelitian yang termasuk dalam wilayah usaha pertambangan PT. J- Resources Bolaang Mongondow terdapat dua prospek mineralisasi emas dengan tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan jarak yang relatif berdekatan yaitu Prospek Efendi dan Prospek Rasik. Kedua prospek itu saat ini sudah dalam tahap selesai tambang. Namun pada saat ini masih belum banyak penjelasan mengenai karakteristik endapan tersebut yang sifatnya lebih rinci baik dari segi alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih beserta genesa endapan tersebut.

Dengan mengetahui karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih

dan logam yang meliputi paragnesisnya, dapat membantu dalam hal korelasi

terhadap tubuh bijih lainnya dan korelasi terhadap logam tertentu dalam suatu

(3)

episode atau jenis mineralisasi tertentu (Craig dan Vaughan, 1994). Hal ini tentu dapat membantu dalam upaya eksplorasi selanjutnya dan eksploitasi prospek lainnya. Selain itu dengan mengetahui genesa dan model endapan pada daerah penelitian, dapat membantu dalam studi analogi untuk upaya eksplorasi selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan yang bersifat lebih mendalam mengenai karakteristik endapan di daerah penelitian dan genesa pembentukan endapan tersebut.

I.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah usaha pertambangan PT. J-Resources Bolaang Mongondow yaitu pada Prospek Efendi-Rasik dan sekitarnya, Site Lanut.

Secara geografis berada pada zona UTM 51N dengan kordinat 66XXXX E- 66XXXX E dan 7XXXX N-7XXXX N, dengan luas daerah penelitian sebesar 1 Km

2

(1 Km x 1 Km). Secara adminstratif daerah penelitian berada di Desa Lanut, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara (Gambar 1.3).

Gambar 1.2: Kenampakan tambang Rasik yang telah mencapai tahap selesai tambang

(4)

Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan jalur udara dari Yogyakarta–Jakarta–Manado ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam dan dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan mobil, yang ditempuh dalam waktu sekitar 5,5 jam untuk mencapai area pertambangan perusahaan (Camp). Selanjutnya daerah penelitian dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu 10 menit.

Gambar 1.3: Peta lokasi penelitian

(5)

I.3. Rumusan Masalah

Penelitian ini didasarkan atas beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih pada daerah penelitian?

2. Bagaimana paragenesis mineral pada endapan emas epitermal sulfidasi tinggi daerah penelitian?

3. Bagaimana kondisi geologi daerah penelitian dan kontrolnya terhadap karakteristik alterasi dan mineralisasi?

4. Bagaimana genesa pembentukan endapan dan bentuk model genetik endapan emas epitermal sulfidasi tinggi pada daerah penelitian?

I.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih pada daerah penelitian.

2. Mengetahui paragenesis mineral pada endapan emas epitermal sulfidasi tinggi daerah penelitian.

3. Mengetahui kondisi geologi dan kontrolnya terhadap alterasi hidrotermal

dan mineralisasi bijih daerah penelitian guna membantu dalam interpretasi

genesa endapan daerah penelitian.

(6)

4. Mengetahui genesa pembentukan endapan dan membangun model genetik endapan emas epitermal sulfidasi tinggi pada daerah penelitian.

I.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Memberikan gambaran kondisi geologi, alterasi dan mineralisasi bijih daerah penelitian.

2. Menghasilkan peta geologi dan sebaran alterasi dalam skala yang lebih detail 1:5000.

3. Memberikan pemahaman mengenai paragenesis mineral dan genesa endapan epitermal sulfidasi tinggi di daerah penelitian.

4. Memberikan gambaran model endapan dan model konseptual endapan yang dapat bermanfaat untuk studi analogi terhadap prospek lainnya.

I.6. Batasan Penelitian

Secara umum penelitian ini dibatasi oleh dua batasan yaitu batasan lokasi penelitian dan batasan pembahasan. Berikut adalah rincian penjalasannya:

I.6.1. Batasan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian difokuskan pada Prospek Efendi-Rasik dan sekitarnya,

Site Lanut, Desa Lanut, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow

(7)

Timur, Provinsi Sulawesi Utara dengan luasan area 1 Km

2

(1 Km x 1 Km) dan kordinat UTM 66xxxx E-66xxxx E dan 7xxxx N-7xxxx N pada zona 51N.

I.6.2. Batasan Pembahasan

Adapun pembahasan penelitian ini dibatasi oleh aspek:

1. Karakteristik alterasi hidrotermal dan persebarannya berdasarkan pemetaan alterasi, analisis petrografi, XRD (X-Ray Diffraction), dan ASD (Analytical Spectral Device). Karakteristik mineralisasi bijih berdasarkan analisis

mikroskopi bijih dan geokimia bijih dengan metode FA-ASS (Fire Assay – Atomic Absorption Spectrometry).

2. Paragenesis pembentukan mineral bijih berdasarkan tektur bijih dan mineral alterasi berdasarkan kelimpahannya pada zona alterasi di daerah penelitian 3. Geologi daerah penelitian serta kontrolnya terhadap karakteristik alterasi

dan mineralisasi daerah penelitian berdasarkan pemetaan geologi, korelasi batuan inti dan analisis petrografi.

4. Genesa pembentukan endapan berdasarkan kontrol geologi terhadap

karakteristik endapan dan karakteristik alterasi dan mineralisasi beserta

interpretasi dan pembuatan model genetik endapan emas epitermal sulfidasi

tinggi pada daerah penelitian berdasarkan data yang ada.

(8)

I.7. Peneliti Terdahulu

1. Charlie, dkk. (1990)

Charlie, dkk. (1990) melakukan penelitian di Lengan Utara Sulawesi salah satunya di daerah penelitian mencakup Desa Lanut mengenai kondisi geologi, karakteristik mineralisasi berbagai endapan dan eksplorasi geokimia regional di Lengan Utara Sulawesi berdasarkan stream sediments, pan concentrates, rock float dan singkapan. Menurut penelitiannya pada daerah penelitian tepatnya di Daerah Lanut stratigrafi di bagian bawah tersusun atas batupasir vulkanoklastik, konglomerat, batulempung, batulempung karbonatan, batugamping dan endapan lahar. Sekuen ini berdasarkan kandungan fosilnya menunjukan umur Miosen Awal.

Lalu di bagian atas tersusun atas lava andesit yang berselingan dengan endapan piroklastik. Zona alterasi yang terbentuk di Daerah Lanut berupa urat adularia yang ke arah luar berkembang menjadi zona ilit–pirit dan alterasi kloritik secara regional.

Bagian atas sistem tersebut mengalami overprinting dengan jenis alterasi sulfat- asam yang dicirikan dengan zona kaolinit, pirit, markasit dan sulfida yang berkembang di zona mineralisasi. Mineralisasi yang berkembang berasosiasi dengan urat kuarsa dalam berbagai bentuk dan berkaitan dengan proses breksiasi yang berulangkali.

2. Kavalieris, dkk. (1992)

Kavalieris, dkk. (1992) melakukan penelitian mengenai karakteristik

mineralisasi, kondisi geologi dan tektonik di Lengan Utara Sulawesi. Magmatisme

Sulawesi Utara dikontrol oleh tektonik yang terjadi. Tektonik di Pulau Sulawesi

(9)

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu subduksi Laut Sulawesi dari utara yang terjadi pada Miosen-Pliosen dan subduksi Sangihe dari arah timur yang terjadi pada Pliosen-Resen. Mineralisasi yang terbentuk umumnya berkaitan dengan proses hidrotermal yang terbentuk pada Miosen Atas-Pliosen kecuali endapan VMS (volcanogenic massive sulphide) yang terbentuk pada Oligosen Atas yang berhubungan dengan magmatisme bawah laut. selain itu berdasarkan penelitiannya di Daerah Kotamobago memiliki keterdapan endapan emas epitermal sulfidasi tinggi yang penting yang terbentuk berkaitan aktivitas Kaldera Moat.

3. Apandi dan Bachri (1997)

Apandi dan Bachri (1997) melakukan pemetaan geologi regional dengan skala 1:250.000 dalam bentuk peta geologi regional lembar Kotamobago. Peta tersebut mencakup aspek stratigrafi, penampang geologi, struktur geologi regional dan beberapa objek penting geologi.

4. Nugroho, dkk. (2005)

Nugroho, dkk (2005) melakukan kajian mengenai penemuan deposit Riska

di Daerah Lanut meliputi geologi dan karakteristik mineralisasinya. Berdasarkan

penelitiannya Daerah Lanut tersusun atas seri batuan vulkanik piroklastik-andesitik

yang disebut sebagai sekuen Lanut. Sekuen Lanut inilah yang menjadi tubuh

mineralisasi deposit Riska. Menurutnya, Riska dan Efendi berada pada suatu jalur

mineralisasi yang disebut sebagai koridor Lanut yang berarah NW-SE. Pergerakan

koridor sesar ini menyebabkan terbentuknya sesar berarah ENE-WSW yang

menjadi celah intrusi Pliosen-Plistosen yang terkait dengan mineralisasi. Prospek

(10)

Riska memiliki tubuh bijih yang dicirkan dengan vuggy dan massive silica yang berasosiasi dengan sulfida. Tubuh bijih ini berkembang pada struktur pembawa yang berarah NE-SW hingga N-S. Kadar emas pada deposit ini antara 0.5-5 g/t dan di beberapa tempat dapat mencapai >10g/t.

5. Ali dan Marpaung (2009)

Ali dan Marpaung (2009) melakukan penelitian mengenai geologi dan mineralisasi di Daerah Bakan dan Lanut dalam bentuk laporan perusahaan. Dalam penelitiannya terdapat perbandingan antara startigrafi Daerah Bakan dan Lanut.

Daerah Bakan dan Lanut tersusun atas batuan dasar dari Sekuen Gunung api- Sedimenter Miosen. Lalu selanjutnya pada seri batuan Pliosen Daerah Lanut tersusun atas batuan vulkanik piroklastik-andesitan yang disebut sebagai Sekuen Lanut. Sedangkan di Daerah Bakan tersusun batuan vulkanik piroklastik dasitan yang disebut Sekuen Bakan. Selanjutnya pada seri batuan Pliosen tersusun oleh material vulkanik Gunung Ambang. Selain itu dalam penelitiannya juga dicantumkan perumuran mineralisasi yang terjadi baik secara relatif maupun absolut.

6. Van Leeuwen dan Pieters (2011)

Van Leeuwen dan Pieters (2011) melakukan kajian menyeluruh mengenai endapan mineral di Lengan Utara Sulawesi yang berasal dari berbagai sumber.

Salah satunya ulasan mengenai mineralisasi di Daerah Lanut. Mineralisasi di

Daerah Lanut berada pada zona rekahan Kotamobago yang dikontrol oleh Sesar

Regional Inobonto. Pada distrik ini terdapat empat macam endapan yaitu epitermal

(11)

sulfidasi tinggi Au di Prospek Riska dan Efendi. Epitermal sulfidasi menengah Au di Tobongan dan Lanut, porfiri Cu dan sistem air panas kaya akan logam.

I.8. Keaslian Penelitian

Daerah Lanut secara umum telah diteliti oleh Ali dan Marpaung (2009) meliputi kajian geologi dan mineralisasi. Begitu pula Prospek Riska yang berada dekat dengan Prospek Rasik dan Efendi telah diteliti oleh Nugroho dkk. (2005) secara detail meliputi kajian geologi dan mineralisasi secara rinci. Dalam penelitian kali ini akan dilakukan studi rinci pada Prospek Rasik dan Efendi yang ditekankan pada karakteristik alterasi hidrotermal, mineralisasi bijih, dan beserta kontrol geologi yang terkait serta paragenesis mineral pada Prospek Efendi-Rasik dan daerah sekitarnya. Selain itu juga membahas genesa pembentukan endapan tersebut. Penelitian ini sendiri dilakuan dalam skala 1:5000.

Untuk mendukung penelitian tersebut maka dilakukan beberapa analisis

yang mendukung seperti petrografi, mikroskopi bijih, geokimia bijih menggunakan

FA-AAS (fire assay-Atomic Spectrometry) dan penentuan komposisi mineral

alterasi dalam batuan menggunakan ASD (Analytical Spectral Device) dan XRD

(X-Ray Diffraction).

Gambar

Gambar 1.1: Grafik peningkatan harga emas per gram dalam mata uang rupiah dalam 15 tahun  terakhir per juni 2016
Gambar 1.2:  Kenampakan tambang Rasik yang telah mencapai tahap selesai tambang
Gambar 1.3: Peta lokasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan terbuka yang dalam penelitian ini dibangun berdasarkan pada pertanyaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37% siswa menggambarkan konsep pornografi mengarahkan

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan beberapa metode. Metode pertama adalah screening kepada 65 orang untuk melihat kadar

Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus ekstrahepatik

Primack (1998) menyatakan bahwa suatu populasi yang stabil biasanya mempunyai distribusi umur yang khas dengan perbandingan antara individu muda, dewasa dan tua. Jika

3,14 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna efektivitas pemutihan gigi antara jus buah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan iklan Rokok La Lights Indiefest Versi “Saatnya Besarin Musik Loe” dengan teori- teori yang digunakan antara lain

Secara umum, energi bermanfaat bagi kita ketika energi mengalami perubahan bentuk, misalnya energi listrik berubah menjadi energi gerak (kipas angin), atau energi kimia

Dalam penyusunan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus, yaitu metode penelitian yang