• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Atresia Bilier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Atresia Bilier"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ATRESIA DUCTUS HEPATICUS/ATRESIA BILIER

ATRESIA DUCTUS HEPATICUS/ATRESIA BILIER

1.

1. DefinisiDefinisi

Atresia Bilier suatu defek kongenital, yang terjadi akibat tidak adanya atau obstruksi satu Atresia Bilier suatu defek kongenital, yang terjadi akibat tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih kandung empedu ekstrahepatik atau intrahepatik, yang menyebabkan atau lebih kandung empedu ekstrahepatik atau intrahepatik, yang menyebabkan  penyimpanan drainase kandung empedu (Morgan Speer, 2008)

 penyimpanan drainase kandung empedu (Morgan Speer, 2008)

Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu atau karena adanya proses ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu atau karena adanya proses inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepartik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis) yang mengakibatkan ekstrahepartik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis) yang mengakibatkan terjadinya penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk dalam hati dan darah terjadinya penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk dalam hati dan darah (Julinar, dkk, 2009).

(Julinar, dkk, 2009).

Atresia Bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa/ saluran-saluran yang membawa Atresia Bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa/ saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi kongenital, yang berarti terjadi saat kelahiran. Atresia bilier merupakan proses kondisi kongenital, yang berarti terjadi saat kelahiran. Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong, 2008).

Wong, 2008). 2.

2. EtiologiEtiologi

Faktor penyebab

Faktor penyebab dari dari Atresia BAtresia Bilier ini ilier ini belum jelas. belum jelas. Namun, sebagian besar Namun, sebagian besar penulispenulis  berpendapat

 berpendapat bahwa bahwa Atresia Atresia Bilier Bilier disebabkan disebabkan oleh oleh suatu suatu proses proses inflamasi inflamasi yang yang merusakmerusak duktus bilier dan juga akibat dari paparan lingkungan (disebabkan oleh virus) selama duktus bilier dan juga akibat dari paparan lingkungan (disebabkan oleh virus) selama  periode kehamilan dan perinatal (Sodikin, 2011).

 periode kehamilan dan perinatal (Sodikin, 2011). 3.

3. Manifestasi Klinis (Data Subyektif dan Data Objektif)Manifestasi Klinis (Data Subyektif dan Data Objektif)

Pada bayi dengan atresia bilier biasanya tampak sehat ketika baru lahir. Gejala penyakit ini Pada bayi dengan atresia bilier biasanya tampak sehat ketika baru lahir. Gejala penyakit ini  biasanya mun

 biasanya muncul cul dalam dalam dua dua minggu minggu pertama pertama setelah setelah lahir. Menurut lahir. Menurut Sodikin Sodikin (2011), (2011), gejala- gejala-gejala tersebut yaitu :

gejala tersebut yaitu : a.

a. Data SubjektifData Subjektif

-- Iritabilitas (bayi menjadi rewel)Iritabilitas (bayi menjadi rewel) -- Sulit untuk menenangkan bayiSulit untuk menenangkan bayi

(2)

 b.

 b. Data ObjektifData Objektif -- IkterusIkterus

Terjadinya kekuningan pertama kali akan terlihat pada sklera dan kulit karena tingkat Terjadinya kekuningan pertama kali akan terlihat pada sklera dan kulit karena tingkat  bilirubin yang

 bilirubin yang sangat tinggi sangat tinggi (pigmen empedu(pigmen empedu) da) dalam aliran lam aliran darah. darah. Mungkin Mungkin terdapatterdapat sejak lahir. Biasanya tidak terlihat sampai usia 2 hingga

sejak lahir. Biasanya tidak terlihat sampai usia 2 hingga 3 minggu.3 minggu.

-- Urine berwarna gelap dan menodai popok. Urine gelap yang disebabkan olehUrine berwarna gelap dan menodai popok. Urine gelap yang disebabkan oleh  penumpukan

 penumpukan bilirubin bilirubin (produk (produk pemecahan pemecahan dari dari hemoglobin) hemoglobin) dalam dalam darah. darah. BilirubinBilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang dalam urine.

kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang dalam urine.

-- Feses berwarna lebih pucat daripada yang perkirakan atau berwarna putih atau coklatFeses berwarna lebih pucat daripada yang perkirakan atau berwarna putih atau coklat muda karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang masuk ke dalam usus muda karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses

untuk mewarnai feses -- HepatomegaliHepatomegali

-- Distensi abdomenDistensi abdomen -- SplenomegaliSplenomegali

Keadaan ini menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi portal / tekanan Keadaan ini menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi portal / tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).

usus dan limpa ke hati).

-- Gangguan metabolisme lemak yang menyebabkan pertambahan berat badan yangGangguan metabolisme lemak yang menyebabkan pertambahan berat badan yang  buruk, dan kegagalan tumbuh kembang secara umum.

 buruk, dan kegagalan tumbuh kembang secara umum. -- LetargiLetargi

-- Pruritus (gatal disertai ruam)Pruritus (gatal disertai ruam) -- AsitesAsites

-- Jaundice, disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baruJaundice, disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus  berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir

 berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir -- AnoreksiaAnoreksia

-- Lambat saat makan, kadang-kadang tidak ada nafsu untuk makanLambat saat makan, kadang-kadang tidak ada nafsu untuk makan -- KekeringanKekeringan

-- Kerusakan kulitKerusakan kulit -- Edema periferEdema perifer

(3)

4.

4. PatwayPatway

Kerusakan sel Kerusakan sel

Distensi abdomen dan Distensi abdomen dan

kebutuhan oksigen kebutuhan oksigen

me

menninin kakatt

MK : Pola nafas MK : Pola nafas tidak efektif tidak efektif Mual Muntah Mual Muntah Bilirubin Bilirubin MK : MK : Kekurangan Kekurangan Volume Cairan Volume Cairan Kerusakan Kerusakan ductus ductus empedu sel empedu sel h hee aattiikk Hepatomegaly Hepatomegaly Malnutrisi Malnutrisi MK : Gg. Nutrisi MK : Gg. Nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh Kelainan Kongenital

Kelainan Kongenital InfeksiInfeksi

Saluran Empedu Saluran Empedu tidak terbentuk tidak terbentuk Kerusakan progresif Kerusakan progresif pada ductus bilier pada ductus bilier

Inflamasi Progresif Inflamasi Progresif

MK : Hipertermi MK : Hipertermi

Obstruksi aliran dari Obstruksi aliran dari

hati ke dalam hati ke dalam ATRESIA BILIER

ATRESIA BILIER

Lemak dan vitamin Lemak dan vitamin larut lemak tidak larut lemak tidak dapat di absorbsi dapat di absorbsi

Kekurangan vitamin Kekurangan vitamin larut lemak (A, D, E larut lemak (A, D, E

dan K) dan K) Obstruksi saluran empedu

Obstruksi saluran empedu intra hepatik intra hepatik

Obstruksi saluran empedu Obstruksi saluran empedu

ekstra hepatik ekstra hepatik Empedu kembali ke Empedu kembali ke hati hati Gg. Supply Gg. Supply darah pd sel darah pd sel hepar hepar Proses Proses peradangan peradangan ada hati ada hati Ekskresi Ekskresi Bilirubin Bilirubin Gg. Penyerapan Gg. Penyerapan lemak dan lemak dan vitamin larut vitamin larut Keluar ke aliran Keluar ke aliran darah dan kulit darah dan kulit

Priuritis Ikterus

Priuritis Ikterus MK : KerusakanMK : Kerusakan integritas kulit integritas kulit MK : Gg. MK : Gg. Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan perkembangan perkembangan

(4)

5.

5. Data PenunjangData Penunjang

Menurut Sodikin (2011), Secara garis besar pemeriksaanyang dilakukan untuk mendeteksi Menurut Sodikin (2011), Secara garis besar pemeriksaanyang dilakukan untuk mendeteksi atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 kelompok,

atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pemeriksaan :yaitu pemeriksaan : a.

a. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Laboratorium 1)

1) Pemeriksaan serum darahPemeriksaan serum darah

Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar komponen bilirubin Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar komponen bilirubin untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu dilakukan untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu dilakukan  pemeriksaan

 pemeriksaan darah darah tepi tepi lengkap, lengkap, uji uji fungsi fungsi hati, hati, dan dan gamma-GT. gamma-GT. Kadar Kadar bilirubinbilirubin direk < 4 mg/dl tidak sesuaidengan obstruksi total. Peningkatan kadar SGOT/SGPT direk < 4 mg/dl tidak sesuaidengan obstruksi total. Peningkatan kadar SGOT/SGPT > 10 kali dengan pcningkatan gamma-GT < 5 kali, lebih mengarah ke suatu kelainan > 10 kali dengan pcningkatan gamma-GT < 5 kali, lebih mengarah ke suatu kelainan hepatoseluler. Sebaliknya, peningkatan SGOT < 5kali dengan peningkatan hepatoseluler. Sebaliknya, peningkatan SGOT < 5kali dengan peningkatan gamma-GT > 5 kali, lebih mengarah ke kolestasis ekstrahepatik.

GT > 5 kali, lebih mengarah ke kolestasis ekstrahepatik. Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine 2)

2) Pemeriksaan UrinePemeriksaan Urine

urobilinogen penting artinya pada pasien yang mengalami ikterus, tetapi urobilin urobilinogen penting artinya pada pasien yang mengalami ikterus, tetapi urobilin dalam urine negatif, hal ini menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total. dalam urine negatif, hal ini menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total. 3)

3) Pemeriksaan fecesPemeriksaan feces

Warna tinja pucat karena yang memberi warna pada tinja/stercobilin dalam tinja Warna tinja pucat karena yang memberi warna pada tinja/stercobilin dalam tinja  berkurang karena adanya sumbatan.

 berkurang karena adanya sumbatan.  b.

 b. Biopsi hatiBiopsi hati

Biopsi hati dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbatan dari hati yang Biopsi hati dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbatan dari hati yang dilakukan dengan pengambilan jaringan hati.

dilakukan dengan pengambilan jaringan hati.

6.

6. Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan

individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan

atau pada

atau pada proses kehiduproses kehidupan. pan. Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan merupakan merupakan bagian bagian vital dalamvital dalam

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan

yang optimal. Sesuai dengan pasal 30 UU No 38 tahun 2014 tentang keperawatan bahwa

yang optimal. Sesuai dengan pasal 30 UU No 38 tahun 2014 tentang keperawatan bahwa

dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan , perawat berwenang untuk

dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan , perawat berwenang untuk

menegakkan diagnosis keperawatan

(5)

rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat terkait

rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat terkait

indikator-indikator diagnostik untuk penegakan diagnosis masih perlu ditingkatkan agar penegakan

indikator diagnostik untuk penegakan diagnosis masih perlu ditingkatkan agar penegakan

dapat dilakuakan secara tepat dan terstandarisasi, serta proses penegakan diagnosisi tidak

dapat dilakuakan secara tepat dan terstandarisasi, serta proses penegakan diagnosisi tidak

dianggap sulit. Tanpa terminologi dan indikator yang terstandarisasi, penegakan diagnosisi

dianggap sulit. Tanpa terminologi dan indikator yang terstandarisasi, penegakan diagnosisi

keperawatan menjadi tidak seragam, tidak akurat dan ambigu sehingga menyebabkan

keperawatan menjadi tidak seragam, tidak akurat dan ambigu sehingga menyebabkan

ketidaktepatan pengambilan keputusan dan ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang

ketidaktepatan pengambilan keputusan dan ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Berikut merupakan diagnosa

diberikan kepada klien (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Berikut merupakan diagnosa

keperawatan pada pasien

keperawatan pada pasien Atresia  Atresia DuctusDuctus menurut Nanda International (2015) dan Standarmenurut Nanda International (2015) dan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) :

Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) :

1.

1. Menurut NANDA International (2015)Menurut NANDA International (2015)  No

 No Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan KodeKode 1

1 Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang kurang dari dari kebutuhan kebutuhan tubuh tubuh berhubunganberhubungan dengan ketidak mampuan makan mengabsorpsi nutrient

dengan ketidak mampuan makan mengabsorpsi nutrient

00002 00002

2

2 Hipertermia Hipertermia berhubungan berhubungan dengan dengan penyakit penyakit atresia atresia bilier bilier 0000700007 3

3 Ketidakefektifan Ketidakefektifan pola pola napas napas berhubungan berhubungan dengan dengan distensi distensi abdomen abdomen 0003200032 4

4 Kekurangan Kekurangan volume volume cairan cairan berhubungan berhubungan dengan dengan kehilangan kehilangan cairan cairan aktif aktif 0002700027 5

5 Kerusakan Kerusakan integritas integritas kulit kulit berhubungan berhubungan dengan dengan gangguan gangguan metabolisme metabolisme 0004600046 6

6 Resiko Resiko pertumbuhan pertumbuhan tidak tidak proporsional proporsional 0011300113 7

7 Resiko Resiko keterlambatan keterlambatan perkembangan perkembangan 0011200112

2.

2. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016)Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016)  No

 No Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan KodeKode 1

1 Defisit Defisit nutrisi nutrisi berhubungan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ketidakmampuan mengabsorpsimengabsorpsi nutrien

nutrien

D.0019 D.0019

2

2 Hipertermia Hipertermia berhubungan berhubungan dengan dengan dengan dengan inflamasi inflamasi akibat akibat kerusakankerusakan  progresif pada duktusbilier ekstrahepatik

 progresif pada duktusbilier ekstrahepatik

D.0130 D.0130

3

3 Pola Pola napas napas tidak tidak efektif efektif berhubungan berhubungan dengan dengan hambatan hambatan upaya upaya napas napas D.0005D.0005 4

4 Hipovolemia Hipovolemia berhubungan berhubungan dengan dengan kehilangan kehilangan cairan cairan aktif aktif D.0023D.0023 5

(6)

6

6 Gangguan Gangguan tumbuh tumbuh kembang kembang berhubungan berhubungan dengan dengan efek efek ketidakmampuanketidakmampuan fisik

fisik

D.0106 D.0106

7.

7. Rencana KeperawatanRencana Keperawatan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adapun perencanaan tujuan dan intervensi pada Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adapun perencanaan tujuan dan intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah sebagai berikut :

diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah sebagai berikut : a.

a. Diagnosa 1Diagnosa 1

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

Tujuan : Tujuan :

Setelah

Setelah diberikan diberikan asuhan asuhan keperawatan keperawatan selama selama x x 24 24 jam, jam, diharapkan diharapkan nutrisi nutrisi anakanak terpenuh

terpenuh

Kriterian Hasil : Kriterian Hasil :

1)

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanAdanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2)

2) Tidak ada tanda-tanda malnutrisiTidak ada tanda-tanda malnutrisi 3)

3) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti IntervensiTidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Intervensi

Intervensi : Intervensi :

1)

1) Monitor jumlah nutrisiMonitor jumlah nutrisi

R/ Mengetahui pemenuhan nutrisi pasien R/ Mengetahui pemenuhan nutrisi pasien 2)

2) Kaji pemenuhan nafsu makan pasienKaji pemenuhan nafsu makan pasien

R/ Agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada pasien R/ Agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada pasien 3)

3) Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana membuat catatan makanan harianAjarkan pasien atau keluarga bagaimana membuat catatan makanan harian

R/ Membuat catatan makanan harian dapat memantau pemenuhan nutrisi yang R/ Membuat catatan makanan harian dapat memantau pemenuhan nutrisi yang diperlukan

diperlukan 4)

4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutisi yang dibutuhkan pasienKolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutisi yang dibutuhkan pasien

R/ Ahli gizi adalah spesialis dalam ilmu gizi yang membantu pasien memilih R/ Ahli gizi adalah spesialis dalam ilmu gizi yang membantu pasien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya

makanan sesuai dengan keadaan sakitnya  b.

 b. Diagnosa 2Diagnosa 2

Hipertermia berhubungan dengan pen

Hipertermia berhubungan dengan penyakit atresia bilieryakit atresia bilier

Tujuan : Tujuan :

(7)

Setelah diberi

Setelah diberikan asuhan kan asuhan keperawatan keperawatan selama selama x 24 x 24 jam, dijam, diharapkan suhu harapkan suhu tubuh dalamtubuh dalam  batas normal (36.5-37

 batas normal (36.5-37ooC)C) Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil : 1)

1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37ooC)C) 2)

2)  Nadi dalam rentang normal (100-160x/menit) Nadi dalam rentang normal (100-160x/menit) 3)

3) Pernapasan dalam rentang normal (20-60x/menit)Pernapasan dalam rentang normal (20-60x/menit) 4)

4) Tidak ada perubahan warna kulit, tidak tampak lemasTidak ada perubahan warna kulit, tidak tampak lemas Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertainyaKaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertainya

R/ Suhu diatas normal menunjukkan proses infeksi akut sehingga dapat menentukan R/ Suhu diatas normal menunjukkan proses infeksi akut sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat

intervensi yang tepat 2)

2) Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipatan pahaBeri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipatan paha R/ Dengan memberikan kompres hangat dapat menurunkan demam R/ Dengan memberikan kompres hangat dapat menurunkan demam 3)

3) Monitor tanda-tanda vitalMonitor tanda-tanda vital

R/ sebagai indikator perkembangan keadaan pasien R/ sebagai indikator perkembangan keadaan pasien 4)

4) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang cukup kepada bayiAnjurkan keluarga untuk memberikan minum yang cukup kepada bayi

R/ Intake cairan yang adekuat membantu penurunan suhu tubuh serta mengganti R/ Intake cairan yang adekuat membantu penurunan suhu tubuh serta mengganti  jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi

 jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi 5)

5) Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringatAnjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat R/ Mempercepat proses evaporasi

R/ Mempercepat proses evaporasi 6)

6) Kolaborasi dalam pemberian antipiretikKolaborasi dalam pemberian antipiretik R/ Untuk menurunkan demam deng

R/ Untuk menurunkan demam dengan aksi sentralnya di hipotalamusan aksi sentralnya di hipotalamus c.

c. Diagnosa 3Diagnosa 3

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen Tujuan :

Tujuan :

Setelah diberikan

Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama selama x 24 x 24 jam, diharapkan jam, diharapkan pola napas pola napas kembalikembali efektif

efektif

Kriteria Hasil : Kriteria Hasil : 1)

1) Sesak berkurangSesak berkurang 2)

2) Frekuensi napas dalam batas normal (22-34x/menit)Frekuensi napas dalam batas normal (22-34x/menit) 3)

(8)

Intervensi : Intervensi :

1)

1) Kaji keluhan sesak, frekuensi dan irama napasKaji keluhan sesak, frekuensi dan irama napas

R/ Dengan mengkaji keluhan sesak, frekuensi dan irama napas dapat mengetahui R/ Dengan mengkaji keluhan sesak, frekuensi dan irama napas dapat mengetahui sejauh mana kondisi pasien

sejauh mana kondisi pasien 2)

2) Monitor/kaji pola napas (misalnya: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasanMonitor/kaji pola napas (misalnya: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasan kusmaul)

kusmaul)

R/ Keabnormalan pola napas menyertai obtruksi paru R/ Keabnormalan pola napas menyertai obtruksi paru 3)

3) Tinggikan kepala atau bantu mengubah posisi yang nyaman fowler atau semifowlerTinggikan kepala atau bantu mengubah posisi yang nyaman fowler atau semifowler R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan

R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan 4)

4) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan bila diperlukanKolaborasi pemberian oksigen tambahan bila diperlukan

R/ Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan R/ Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi

ventilasi d.

d. Diagnosa 4Diagnosa 4

Kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif

Tujuan : Tujuan :

Setelah

Setelah Diberikan Diberikan asuhan asuhan keperawatan keperawatan selama…x selama…x 24 24 jam, jam, diharapkan diharapkan tidaktidak

menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat

Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :

1)

1) Turgor kulit baikTurgor kulit baik 2)

2) Frekuensi irama nadi dalam rentang normalFrekuensi irama nadi dalam rentang normal 3)

3) Frekuensi dan irama nafas dalam rentang normalFrekuensi dan irama nafas dalam rentang normal 4)

4) Elektrolit serum (misalnya natrium, kalium, dan magnesium) dalam batas normalElektrolit serum (misalnya natrium, kalium, dan magnesium) dalam batas normal 5)

5) Membrane mukosa lembabMembrane mukosa lembab 6)

6) Intake dan output cairan seimbangIntake dan output cairan seimbang

Intervensi : Intervensi :

1)

1) Kaji masukan dan keluaran, karakter dan jumlah feses, hitung intake dan ouputKaji masukan dan keluaran, karakter dan jumlah feses, hitung intake dan ouput

R/ untuk memberikan informasi tentang cairan dan juga sebagai pedoman pengganti R/ untuk memberikan informasi tentang cairan dan juga sebagai pedoman pengganti cairan

cairan 2)

2) Kaji tanda-tanda vital (Suhu, Nadi dan Kaji tanda-tanda vital (Suhu, Nadi dan Respirasi) pasienRespirasi) pasien

R/ hipotensi, takikardi, deman dan sesak dapat menunjukan respond terhadap efek R/ hipotensi, takikardi, deman dan sesak dapat menunjukan respond terhadap efek kehilangan cairan

(9)

3)

3) Observasi turgor kulit, membrane mukosa, pengisian kapiler dan ukur berat badan tiapObservasi turgor kulit, membrane mukosa, pengisian kapiler dan ukur berat badan tiap hari

hari

R/ untuk dapat menunjukan kehilangan cairan berlebih R/ untuk dapat menunjukan kehilangan cairan berlebih 4)

4) Berikan dan pantau cairan intravena sesuai ketentuanBerikan dan pantau cairan intravena sesuai ketentuan

R/ untuk mengobati phatogen khususnya yang mengakibatkan kehilangan cairan R/ untuk mengobati phatogen khususnya yang mengakibatkan kehilangan cairan  berlebihan

 berlebihan 5)

5) Kolaborasi dalam pemberian obatKolaborasi dalam pemberian obat

R/ untuk mempercepat proses penyembuhan R/ untuk mempercepat proses penyembuhan e.

e. Diagnosa 5Diagnosa 5

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme Tujuan :

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama keperawatan selama x 24 jam diharapkan x 24 jam diharapkan integritas kulit integritas kulit tidaktidak mengalami kerusakan

mengalami kerusakan Kriteria hasil :

Kriteria hasil : 1)

1) Ketebalan dan tekstur jaringan normalKetebalan dan tekstur jaringan normal 2)

2) Tidak ada perubahan warna kulitTidak ada perubahan warna kulit 3)

3) Tidak adanya gatal-gatal disertai ruamTidak adanya gatal-gatal disertai ruam Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Monitor warna kulitMonitor warna kulit

R/ Perubahan warna kulit pada pasien menunjukkan R/ Perubahan warna kulit pada pasien menunjukkan 2)

2) Ganti popok jika basah atau kotorGanti popok jika basah atau kotor

R/ Untuk menjaga kulit anak agar bersih dan kering R/ Untuk menjaga kulit anak agar bersih dan kering 3)

3) Memandikan anak dengan sabun dan air hangatMemandikan anak dengan sabun dan air hangat R/ Menjaga agar kulit anak tetap b

R/ Menjaga agar kulit anak tetap bersihersih 4)

4) Ubah posisi anak setiap dua jam sekaliUbah posisi anak setiap dua jam sekali R/ Untuk menjaga kelembapan kulit anak R/ Untuk menjaga kelembapan kulit anak 5)

5) Oleskan minyak/baby oil pada daerah gatalOleskan minyak/baby oil pada daerah gatal

R/ Dengan mengoleskan minyak dapat mengurangi rasa gatal R/ Dengan mengoleskan minyak dapat mengurangi rasa gatal f.

f. Diagnosa 6Diagnosa 6

Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik Tujuan :

(10)

Setelah

Setelah diberikan diberikan asuhan asuhan keperawatan keperawatan x 24 x 24 jam jam diharapkan diharapkan pertumbuhan pertumbuhan dandan  perkembangan anak meningkat

 perkembangan anak meningkat Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil : 1)

1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannyaAnak berfungsi optimal sesuai tingkatannya 2)

2) Status nutrisi seimbangStatus nutrisi seimbang 3)

3) Status pertumbuhan sesuai dengan usia anakStatus pertumbuhan sesuai dengan usia anak Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembanganKaji faktor penyebab gangguan perkembangan 2)

2) Kaji asupan nutrisi anak (misalnya kalori dan zat Kaji asupan nutrisi anak (misalnya kalori dan zat gizi)gizi) 3)

3) Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badanPantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badan 4)

4) Kolaborasi dengan ahli gizi, jumalah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untukKolaborasi dengan ahli gizi, jumalah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi yang sesuai

(11)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2015).

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi & NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi &  Klasifikasi 2015-2017.

 Klasifikasi 2015-2017.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCJakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Julinar, Dianne, Y &

Julinar, Dianne, Y & Sayoeti, Y. (2009). Sayoeti, Y. (2009). Atresia Bilier BAtresia Bilier Bagian Ilmu Kesehatan Anak.agian Ilmu Kesehatan Anak. Jurnal Jurnal  Kedokteran Andalas, Vol. 33. No.2.

 Kedokteran Andalas, Vol. 33. No.2.  Nurarif,

 Nurarif, A.H. A.H. & & Kusuma, Kusuma, H. H. (2015).(2015). Aplikasi  Aplikasi Asuhan Asuhan Keperawatan Keperawatan Berdasarkan Berdasarkan DiagnosaDiagnosa  Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2

 Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: EGC. Jakarta: EGC Sodikin. (2011)

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan  Hepatobilier 

 Hepatobilier . Jakarta: Salemba Medika. Jakarta: Salemba Medika Speer Morgan, Kathleen. (2008).

Speer Morgan, Kathleen. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical  Pathways

 Pathways. Jakarta: EGC. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016).Standar Diagnosis Keperawatan IndonesiaStandar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Referensi

Dokumen terkait

Atresia Duodeni adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.. Atresia Duodeni

Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka

Kesimpulan : Atresia koana dapat terjadi bersama dengan kelainan kongenital lainnya, sehingga memerlukan pemeriksaan yang teliti karena atresia koana bilateral menyebabkan

Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar ($alley,1--.#&amp; Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak

Pasien dengan Atresia Bilier dapat dibagi menjadi 2 kelompok yakni, Atresia Bilier terisolasi (Tipe perinatal) yang terjadi pada 65-60% pasien, namun menurut Hassan

Atresia merupakan kondisi tidak ada atau tertutupnya lubang pada tubuh tertutupnya lubang pada tubuh atau organ yang berbentuk tubular secara congenital, 50% kasus atresia

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

Keywords: bilateral choanal atresia, transnasal endoscopic surgery, congenital nasal airway anomaly ABSTRAK Latar belakang: Atresia koana merupakan kelainan pada neonatus yang jarang