• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Atresia Duktus Hepaticus

N/A
N/A
Nadia Putri Choirina

Academic year: 2024

Membagikan " Asuhan Keperawatan Atresia Duktus Hepaticus"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN

KEPERAWATAN

ATRESIA DUCTUS

HEPATICUS

(2)

Nama Anggota

Mohammad za-imuddin Muhammad Afrizal T Muhammad rohid Ilhan Nabilla sharlien A

Nadia iniar Rosa Nadia Putri choirina Nadia zelita nurika P Nadiva Amalia Ika S

Nadtasya Alifa choirunisa Nadya ayu putriyani

Nana Arinanda Nasaatunaimah

Nasyarul Thahira Shafa Nayla kharisma Auliya F Nicka hikmatul nurisra Nila Novita putri

10222085 10222086 10222087 10222088 10222089 10222090 10222091 10222092 10222093 10222094 10222095 10222096 10222097 10222098 10222099 10222100

(3)

Definisi

Atresia billier merupakan obstruksi total aliran getah empedu yang disebabkan oleh destruksi atau tidak adanya sebagian saluran empedu ekstrahepatik.Atresi billier merupakan satu-satunya penyebab kematian karena penyakit hati pada awal usia kanak-kanak (akibat sirosis billier yang bersifat progresif dengan cepat) dan 50-60% anak-anak yang dirujuk untuk menjalan transplantasi hati merupakan pasien atresia billier. (Hull, 2008).

Atresia billier merupakan suatu penyakit yang didapat pada kehidupan pascanatal dini akibat percabangan saluran billier yang sebelumnya paten menjadi sklerotik. Atresia bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis), akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk.

(4)

PATOFISIOLOGI

Atresia bilier bersumber dari kelainan embrio, penyakit/kelainan

peredaran darah janin, faktor genetik, toksin dan infeksi virus

yang dapat menyebabkan kerusakan ductus biliaris. Hal ini

diikuti dengan proses autoimun serta proses inflamasi berlebihan

pada saluran empedu dan kelainan konginetal berupa malformasi

saluran empedu. Dan diakhiri dengan sirosis hepatis akibat

kerusakan duktus yang progresif dan obtruksi duktus

(5)

WOC

(6)

Kasus Bayangan

An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan

keluhan 1 bulan pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak

berwarna kuning, tinja berwarna pucat, air kencing berwarna gelap,

demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil pemeriksaan

diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan

hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati.

(7)

Hypertermi

berhubungan dengan inflamasi akibat

kerusakan progresif pada duktusbilier

Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan mal absorbsi

usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB

meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising usus

meningkat.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu

dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

Masalah Keperawatan

(8)

Conclusions

Pengkajian

a.Identitas Pasien : 1) Nama : An.

2.Usia : 2 bulan

3) Jenis Kelamin : Laki-laki 4). Suku bangsa : Jawa

5). Alamat : Kradian kraadipuro,Banjarsari 6). Agama : Islam

7). Tanggal MRS : 11 Oktober 2020 8). Diagnosa : Antresia bilier

b.Identitas Orangtua : Nama : Tn.J

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA/Wiraswasta Hubungan dengaan klien : Ayah

c.Keluhan Utama : ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4 °C)

d.Riwayat Penyakit Sekarang: Demam selama 4 hari, rewel, perut klien buncit dan keras, kulit tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.

e.Riwayat Penyakit sebelumnya : -

(9)

Conclusions

Pengkajian

f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :

- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP

- Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan terutama vitamin larut lemak (A,D,E,K)

- Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. M mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.

- Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual : Klien An M. menujukkan karakter

awal kepribadiannya dengan mengenali siapa yang mengasuhnya. Klien menyukai saat

digendong dan diayun-ayun Perilaku kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dengan

menggerakkan jari tangan, menggenggam ibu jari ibu yang berhubungan emosi dengan

orang tua, saudara (sibling), dan orang lain.

(10)

Conclusions

Pengkajian

g. Riwayat Kesehatan Keluarga:

- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. M dalam merawat klien.

- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area perindustrian kimia.

- Kultur dan kepercayaan : -

- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -

- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

(11)

Pemeriksaan Fisik

• B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 °C), penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.

• B2 (blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit (tachicardi).

• B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai koma

• B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses -Urine : warna gelap, pekat -Feses : warna dempul, steatorea, diare

• B5 (bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan

pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB (5,1 Kg/ 62 cm), dehidrasi, distensi abdomen, hepatomegali.

• B6 (bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas

ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan perdarahan

(kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit.

(12)

Pemeriksaan Penunjang

• a)Laboratorium

- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)

- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas.

Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)

- Tidak ada urobilinogen dalam urin.

- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigliserol).

• b)Pemeriksaan Diagnostik

- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstra hepatik (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).

- Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.

- Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai tercurah ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat berarti terjadi katresia intrahepatik.

- Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita tidak ditemukan lumen yang jelas.

(13)

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS : pasien terlihat sesak.

DO :

• RR= 35x/menit

• Penggunaan otot bantu pernapasan

• Napas pendek

cairan asam empedu balik ke hati

|

Peradangan sel hati

|

Hepatomegali (pembesaran hepar)

|

distensi abdomen

|

menekan diafragma

|

peningkatan Komplain paru

|

Kebutuhan oksigen meningkat

|

Frekuensi napas meningkat

Pola napas tidak efektif

1 Analisa Data

(14)

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS: Tidak mau makan, rewel, mual/muntah.

Do:

• Berat badan turun (6 kg menjadi 5,1 kg) ,muntah, konjungtiva anemis.

Obstruksi aliran dari hati ke dalam usus

|

gangguan penyerapan lemak dan vitamin larut lemak (A, D,

E, dan K)

|

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan pemenuhan Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

2 Analisa Data

(15)

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS: Pasien menangis, rewel Do:

• Suhu tubuh meningkat (38°C)

• Takikardi (103x/menit)

• RR meningkat

>24x/menit

Hipertermi

Inflamasi yang progresif

|

Kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik

|

Mekanisme tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh

|

Hipertermi

3 Analisa Data

(16)

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

Hypertermi b.d inflamasi akibat kerusakan progresif pada

duktusbilier ekstrahepatik

Mandiri:

1. Berikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher dan lipatan paha.

2. Pantau suhu minimal setiap 2 jam sekali, sesuai kebutuhan

3. Berikan pasien pakaian tipis 4. Manipulasi lingkungan seperti penggunaan AC/ kipas angin

Kolaborasi:

5. Berikan obat anti piretik sesuai kebutuhan

1. Dapat membantu mengurangi demam.

2. Mengetahui kemungkinan adanya kenaikan suhu secara mendadak

3. Membantu mengurangi panas di tubuh

4. Memberikan rasa nyaman dengan mengurangi keadaan panas akibat suhu pengaruh lingkungan

5. Digunakan untuk mengurangi

demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

Intervensi

(17)

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

Gangguan eliminasi BAB

(diare) berhubungan dengan mal absorbsi usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB

meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising usus meningkat.

Mandiri:

1. Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses.

2. Auskultasi bunyi bising usus. 3.

Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada

makanan/cairan. 4. Batasi masukan lemak sesuai indikasi.

5. Dorong masukan cairan 2500- 3000 ml/hari. Kolaborasi:

6. Berikan obat diare sesuai indikasi.

7. Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat.

1. Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan bantuan yang diperlukan.

2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare.

3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.

4. Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cair.

5. Membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.

6. Obat diare menurunkan mobilitas usus.

7. Serat menahan enzim pencernaan danmengabsorbsi air dan alirannya sepanjang traktus intestinal.

Intervensi

(18)

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis

Mandiri:

1. Gunakan air mandi biasa atau

pemberian lotion/ cream, hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.

2. Berikan massage pada waktu tidur.

3. Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan

4. Gunting kuku jari, berikan sarung tangan bila diindikasikan. Kolaborasi:

5. Berikan obat sesuai indikasi (antihistamin).

6. Berikan obat resin kholestiramin (questian).

7. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. (bilirubin direk dan indirek

1. Mencegah kulit kering berlebihan, memberikan penghilang rasa gatal, Sekaligus menghindari infeksi.

2. Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan integritas kulit 3.

Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan resiko kerusakan kulit.

4. Mencegah pasien dari cidera tambahan pada kulit, khususnya bila tidur .

5. Antihistamin dapat mengurangi gatal .

6. Berfungsi untuk mengurangi pruritus dan hiperbilirubinemia .

7. Bilirubin direk dikonjugasi oleh enzim hepar glukoronitin direk yang dikonjugasi dan tampak dalam bentuk bebas dalam

darah atau terikat pada albumin.

(19)

Daftar Pustaka

• Behrman, Richard E. (1992). Ilmu Kesehatan Anak Ed. 2. Jakarta: EGC.David (1994). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta EGC

• Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

• Kumar, Robbins Cotran. (1999), Buku Saku Robbins Dasar Patologi Penyakit Ed.5. Jakarta: EGC

• Markum,A.H. (1999), Buku Ajar Ilmu KesehatanAnak. Jakarta:Gaya Baru

• Parlin R. Atresia biller: fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2001

• ST.Louis Children's Hospital. Biliary Atresia. Washington University School of Medicine.2010

• Sjamsul Arief. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR.Surabaya. 2006

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP

Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik didalam lumen usus bagian oral

Obstruksi usus atau Ileus menurut Sjamsuhidajat (1997) adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik

Adapun diagnosa keperawatan pada pasien kanker pankreas yaitu : 1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran

Manifestasi klinik pada klien dengan atresia ani antara lain mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar melalui saluran urin,

Kolangitis akut merupakan superimpose infeksi bakteri yang terjadi pada obstruksi saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu namun dapat pula

Cholestasis yang diinduksi oleh obat (menggangu aliran empedu yang disebabkan oleh luka pada saluran-saluran empedu) dapat meniru cholestasis dari

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus.. Mukus meningkatkan