ASUHAN
KEPERAWATAN
ATRESIA DUCTUS
HEPATICUS
Nama Anggota
Mohammad za-imuddin Muhammad Afrizal T Muhammad rohid Ilhan Nabilla sharlien A
Nadia iniar Rosa Nadia Putri choirina Nadia zelita nurika P Nadiva Amalia Ika S
Nadtasya Alifa choirunisa Nadya ayu putriyani
Nana Arinanda Nasaatunaimah
Nasyarul Thahira Shafa Nayla kharisma Auliya F Nicka hikmatul nurisra Nila Novita putri
10222085 10222086 10222087 10222088 10222089 10222090 10222091 10222092 10222093 10222094 10222095 10222096 10222097 10222098 10222099 10222100
Definisi
Atresia billier merupakan obstruksi total aliran getah empedu yang disebabkan oleh destruksi atau tidak adanya sebagian saluran empedu ekstrahepatik.Atresi billier merupakan satu-satunya penyebab kematian karena penyakit hati pada awal usia kanak-kanak (akibat sirosis billier yang bersifat progresif dengan cepat) dan 50-60% anak-anak yang dirujuk untuk menjalan transplantasi hati merupakan pasien atresia billier. (Hull, 2008).
Atresia billier merupakan suatu penyakit yang didapat pada kehidupan pascanatal dini akibat percabangan saluran billier yang sebelumnya paten menjadi sklerotik. Atresia bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis), akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk.
PATOFISIOLOGI
Atresia bilier bersumber dari kelainan embrio, penyakit/kelainan
peredaran darah janin, faktor genetik, toksin dan infeksi virus
yang dapat menyebabkan kerusakan ductus biliaris. Hal ini
diikuti dengan proses autoimun serta proses inflamasi berlebihan
pada saluran empedu dan kelainan konginetal berupa malformasi
saluran empedu. Dan diakhiri dengan sirosis hepatis akibat
kerusakan duktus yang progresif dan obtruksi duktus
WOC
Kasus Bayangan
An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan
keluhan 1 bulan pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak
berwarna kuning, tinja berwarna pucat, air kencing berwarna gelap,
demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil pemeriksaan
diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan
hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati.
Hypertermi
berhubungan dengan inflamasi akibat
kerusakan progresif pada duktusbilier
Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan mal absorbsi
usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB
meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising usus
meningkat.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
Masalah Keperawatan
Conclusions
Pengkajian
a.Identitas Pasien : 1) Nama : An.
2.Usia : 2 bulan
3) Jenis Kelamin : Laki-laki 4). Suku bangsa : Jawa
5). Alamat : Kradian kraadipuro,Banjarsari 6). Agama : Islam
7). Tanggal MRS : 11 Oktober 2020 8). Diagnosa : Antresia bilier
b.Identitas Orangtua : Nama : Tn.J
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA/Wiraswasta Hubungan dengaan klien : Ayah
c.Keluhan Utama : ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4 °C)
d.Riwayat Penyakit Sekarang: Demam selama 4 hari, rewel, perut klien buncit dan keras, kulit tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.
e.Riwayat Penyakit sebelumnya : -
Conclusions
Pengkajian
f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :
- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP
- Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan terutama vitamin larut lemak (A,D,E,K)
- Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. M mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
- Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual : Klien An M. menujukkan karakter
awal kepribadiannya dengan mengenali siapa yang mengasuhnya. Klien menyukai saat
digendong dan diayun-ayun Perilaku kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dengan
menggerakkan jari tangan, menggenggam ibu jari ibu yang berhubungan emosi dengan
orang tua, saudara (sibling), dan orang lain.
Conclusions
Pengkajian
g. Riwayat Kesehatan Keluarga:
- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. M dalam merawat klien.
- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area perindustrian kimia.
- Kultur dan kepercayaan : -
- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
Pemeriksaan Fisik
• B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 °C), penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
• B2 (blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit (tachicardi).
• B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai koma
• B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses -Urine : warna gelap, pekat -Feses : warna dempul, steatorea, diare
• B5 (bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan
pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB (5,1 Kg/ 62 cm), dehidrasi, distensi abdomen, hepatomegali.
• B6 (bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas
ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit.
Pemeriksaan Penunjang
• a)Laboratorium
- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)
- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas.
Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)
- Tidak ada urobilinogen dalam urin.
- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid trigliserol).
• b)Pemeriksaan Diagnostik
- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstra hepatik (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).
- Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.
- Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai tercurah ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat berarti terjadi katresia intrahepatik.
- Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita tidak ditemukan lumen yang jelas.
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DS : pasien terlihat sesak.
DO :
• RR= 35x/menit
• Penggunaan otot bantu pernapasan
• Napas pendek
cairan asam empedu balik ke hati
|
Peradangan sel hati
|
Hepatomegali (pembesaran hepar)
|
distensi abdomen
|
menekan diafragma
|
peningkatan Komplain paru
|
Kebutuhan oksigen meningkat
|
Frekuensi napas meningkat
Pola napas tidak efektif
1 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DS: Tidak mau makan, rewel, mual/muntah.
Do:
• Berat badan turun (6 kg menjadi 5,1 kg) ,muntah, konjungtiva anemis.
Obstruksi aliran dari hati ke dalam usus
|
gangguan penyerapan lemak dan vitamin larut lemak (A, D,
E, dan K)
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DS: Pasien menangis, rewel Do:
• Suhu tubuh meningkat (38°C)
• Takikardi (103x/menit)
• RR meningkat
>24x/menit
Hipertermi
Inflamasi yang progresif
|
Kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik
|
Mekanisme tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh
|
Hipertermi
3 Analisa Data
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
Hypertermi b.d inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktusbilier ekstrahepatik
Mandiri:
1. Berikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher dan lipatan paha.
2. Pantau suhu minimal setiap 2 jam sekali, sesuai kebutuhan
3. Berikan pasien pakaian tipis 4. Manipulasi lingkungan seperti penggunaan AC/ kipas angin
Kolaborasi:
5. Berikan obat anti piretik sesuai kebutuhan
1. Dapat membantu mengurangi demam.
2. Mengetahui kemungkinan adanya kenaikan suhu secara mendadak
3. Membantu mengurangi panas di tubuh
4. Memberikan rasa nyaman dengan mengurangi keadaan panas akibat suhu pengaruh lingkungan
5. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
Intervensi
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
Gangguan eliminasi BAB
(diare) berhubungan dengan mal absorbsi usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB
meningkat (lebih dari 3 xsehari), bunyi bising usus meningkat.
Mandiri:
1. Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses.
2. Auskultasi bunyi bising usus. 3.
Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan. 4. Batasi masukan lemak sesuai indikasi.
5. Dorong masukan cairan 2500- 3000 ml/hari. Kolaborasi:
6. Berikan obat diare sesuai indikasi.
7. Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat.
1. Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan bantuan yang diperlukan.
2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare.
3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4. Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cair.
5. Membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
6. Obat diare menurunkan mobilitas usus.
7. Serat menahan enzim pencernaan danmengabsorbsi air dan alirannya sepanjang traktus intestinal.
Intervensi
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis
Mandiri:
1. Gunakan air mandi biasa atau
pemberian lotion/ cream, hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
2. Berikan massage pada waktu tidur.
3. Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
4. Gunting kuku jari, berikan sarung tangan bila diindikasikan. Kolaborasi:
5. Berikan obat sesuai indikasi (antihistamin).
6. Berikan obat resin kholestiramin (questian).
7. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. (bilirubin direk dan indirek
1. Mencegah kulit kering berlebihan, memberikan penghilang rasa gatal, Sekaligus menghindari infeksi.
2. Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan integritas kulit 3.
Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan resiko kerusakan kulit.
4. Mencegah pasien dari cidera tambahan pada kulit, khususnya bila tidur .
5. Antihistamin dapat mengurangi gatal .
6. Berfungsi untuk mengurangi pruritus dan hiperbilirubinemia .
7. Bilirubin direk dikonjugasi oleh enzim hepar glukoronitin direk yang dikonjugasi dan tampak dalam bentuk bebas dalam
darah atau terikat pada albumin.
Daftar Pustaka
• Behrman, Richard E. (1992). Ilmu Kesehatan Anak Ed. 2. Jakarta: EGC.David (1994). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta EGC
• Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
• Kumar, Robbins Cotran. (1999), Buku Saku Robbins Dasar Patologi Penyakit Ed.5. Jakarta: EGC
• Markum,A.H. (1999), Buku Ajar Ilmu KesehatanAnak. Jakarta:Gaya Baru
• Parlin R. Atresia biller: fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2001
• ST.Louis Children's Hospital. Biliary Atresia. Washington University School of Medicine.2010
• Sjamsul Arief. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR.Surabaya. 2006