• Tidak ada hasil yang ditemukan

153843059 Makalah Kesehatan Mulut Dan Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "153843059 Makalah Kesehatan Mulut Dan Gigi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

MASALAH KESEHATAN MULUT DAN GIGI

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Epidemiologi P2N&NM

KELOMPOK 2 KELAS D 2010

Anggota :

1. 25010110141029 M.SEPTIAN HADI

2. 25010110141030 ALAN DARMASAPUTRA

3. 25010110141031 FANI ALIZI ILMIFALUTHI

4. 25010110141032 ARDHY PUTERA PIGORAMDHANI

5. 25010110141033 NOVIA ROKHMAWANTI

6. 25010110141034 WANDA QURNIASARI

7. 25010110141035 SUDIATMOKO SUPANGKAT

8. 25010110141037 PRABHASTYAN AZMY

9. 25010110141038 IDA PUSPA SETYOWATI

10.25010110141039 RIEZKY AULIA YULANDANI

11.25010110141040 RIRIH PRAYOGI

12.25010110141042 LUNA OKTARIANI

13.25010110141043 DEVI PUTRI MELIANASARI

14.25010110141044 NURCAHYO MAULANA

15.25010110141045 BALQIS AZ ZAHRA

16.25010110141046 ISMAH SYARAFINA

17.25010110141047 EVI SONDANG S

18.25010110141049 RISMA SHINTA DEWI

(2)

2

20.25010110141051 FEBY RAHMAWATI

21.25010110141052 ASTI AWIYATUL B

22.25010110141053 FITRI APRILIA

23.25010110141055 OCENA YUSRINA N

24.25010110141056 INDAH NURVIATI

25.25010112150029 ESTI SURYANDARI

26.25010112150030 INDRIANI RETNO SULISTYOWATI

27.25010112150032 NOVIE FIRMA AYU PARMAWATI

28.25010112150031 WAHYUNI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(3)

3

DAFTAR ISI

Daftar Isi...3 Bab I Pendahuluan...4 1.1Latar Belakang

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan

Bab II Pembahasan...6 2.1 Mulut dan Bagian - Bagiannya

2.2 Karies

2.3 Gingivitis

2.4 Memelihara Kesehatan Gigi

2.5 Diet Makanan

2.6 Menyikat Gigi

2.7 Penambalan Gigi

2.8 Pencabutan Gigi

2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak

dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk

mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk

menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga

mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut adalah gigi berlubang,

penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis)

merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak dijumpai pada

anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.

Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara -

negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit

jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di Indonesia

mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila

diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi

serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor -

faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan

kesehatan gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia.

Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke

dentin dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada

empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor

host yang meliputi gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah

substrat dan ke empat adalah waktu.

Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor tidak

langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan

faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin,

keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan

(5)

5 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat berbeda antara

kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan sebagai perbedaan utama

antara kelompok-kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah

dibuktikan dari berbagai penelitian bahwa gula dalam diet merupakan penyebab

utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi, kariesnya lebih

tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi gula lebih rendah.

Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga sangat

berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan

karena adanya perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan

makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen dan coklat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah anatomi mulut dan bagian – bagian mulut?

b. Apakah yang dimaksud dengan karies gigi?

c. Apakah yang dimaksud dengan gingvitis?

d. Bagaimanakah diet makanan bagi mulut?

e. Bagaimanakah cara menyikat gigi yang baik?

f. Bagaimanakah proses penambalan gigi?

g. Bagaimanakah proses pencabutan gigi?

h. Bagaimanakah perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui anatomi mulut dan bagian – bagian mulut

b. Mengetahui mengenai karies gigi

c. Mengetahui mengenai gingvitis

d. Mengetahui diet makanan yang baik bagi mulut

e. Mengetahui cara menyikat gigi yang baik

f. Mengetahui proses penambalan gigi

g. Mengetahui proses pencabutan gigi

(6)

6 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mulut dan Bagian – Bagiannya

Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang ini

terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk menguyah, berbicara,

dan memberikan bentuk yang harmonis pada muka.

Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :

1. Email : lapisan terluar yang keras dan kuat

2. Dentin : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah rusak

3. Pulpa : lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf

4. Gusi : laringan lunak yang ada dalam mulut

5. Cementum : lapisan luar akar gigi

6. Jar. Periodontal : jaringan yang memegang gigi sehingga melekat pada rahang

7. Tulang alveolar : tulang tempat melekatnya gigi

2.2 Karies 1. Definisi

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies

gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email

sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang

disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi

komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan

cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat

yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi

yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992).

Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi

antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal

dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

2. Penyebab

Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri

dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa

(7)

7 gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah

makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan

terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah

Streptococcus mutans.

3. Gejala

Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat

berwarna coklat atau hitam.

Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah

besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam,

biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena

rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan

dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringansyaraf dan

pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan

yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat

menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke

(8)

8 4. Proses Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi,

sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu

yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis

(5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang

fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun

kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah

rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat.

Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan,

terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap

mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus

penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala

degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan

menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat

lapisan-lapisan tiga (lapisan-lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular

diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu

menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi

tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan

ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga

tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak

pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.

Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini

disebabkan:

a. Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi

setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang

berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.

b. Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan

fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)

c. Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang

(9)

9 d. Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat

jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas

proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

5. Klasifikasi Karies Gigi

a. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)

 Karies Superfisialis di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin

belum terkena.

 Karies Media di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi

setengah dentin.

 Karies Profunda di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan

(10)

10 b. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya

 Karies Ringan

Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling

rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat

pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam

dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya

mengenai lapisan email (iritasi pulpa).

 Karies Sedang

Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal

dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan

dentin (hiperemi pulpa).

 Karies Berat/Parah

Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang

biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa

tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi

anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.

6. Faktor Etiologi

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor

penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada

permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung

mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja

seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi

selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris

(11)

11 beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama

yang memegang peranan yaitu 1) faktor host atau tuan rumah, 2) agen atau

mikroorganisme, 3) substrat atau diet dan, 4) faktor waktu. Untuk terjadinya karies,

maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang

rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

1) Faktor Host Atau Tuan Rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah

terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,

faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap

karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan

fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak

mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan

jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral

(kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel

mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat

dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan

enamel.Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin

padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies

daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih

banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada

gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi

tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies

pada anak-anak.

2) Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram

positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,

Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa

(12)

12 pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar

104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab

utama karies oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten

terhadap asam).

3) Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang

banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak

mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat

memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

4) Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.

7. Epidemiologi Karies Gigi a. Distribusi Frekuensi

Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi

dan Mulut Tahun 1999):

 Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin :

Laki-laki (90,05%)

Perempuan(91,67%)

 Prevalensi karies berdasarkan daerah :

Urban (91,06%)

Rural (90,84%)

(13)

13 Jawa dan Bali (86,59%),

Sumatera (94,41%),

Kalimantan (94,85%),

Sulawesi (99,28%)

 Prevalensi karies berdasarkan umur :

12 tahun (76,62%),

yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya

kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini

menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.

2) Umur 5-7 tahun

Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini

permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada

masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan

gigi) selesai selama 2 tahun.

3) Umur 11-14 tahun

Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada

masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua

selesai.

4) Umur 19-22 tahun

Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi

molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini

pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau

bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan

tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga

(14)

14  Jenis Kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1,

didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi

dibanding pria.Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan

nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral

higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M=Missing)

lebih sedikit.

Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah

dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat

pada kelompok sosial ekonomi tinggi.

Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan

pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi

status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan

mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.

Penggunaan Flour

Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor

sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan

fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi berlubang.

Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara

konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.Penelitian

epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara

optimum dan terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik

putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal

apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.

Pola Makan

Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang

mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga

mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi

demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara

periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses

(15)

15 dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk

melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

Kebersihan Mulut

Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak.

Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk

karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi.  Merokok

Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran

saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies

ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara

pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang.

Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi

desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.

Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai

jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar

manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S.

mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang

lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan merupakan

penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang

yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.

Saliva

Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan

sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai

anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi

peningkatan sedikit. Tidak hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat

menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada individu yang berkurang fungsi

(16)

16

sarapan dan malam hari sebelum tidur.

b. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan

yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.

c. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman

yang manis seperti soda.

d. Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.

e. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena

pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.

f. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

2.3 Gingivitis a. Pengertian

Radang gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural

pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi. Radang

gusi disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera

ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh

lainnya.

Radang gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal, yang

diakibatkan pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah lagi jika tidak segera

diobati maka gigi akan hilang dikarenakan jaringan mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa

disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan karang

gigi (kalkulus) yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh lapisan

transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri disebut plak.

Selanjutnya, bila tidak dibersihkan maka plak dapat mengalami mineralisasi (pengerasan),

sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi

(17)

17 Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak (terletak di atas

garis gusi), tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada

permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak dan

karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang dimulai dari

gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut gingivitis (radang gusi).

Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila terkena trauma mekanis,

misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah adalah tanda awal adanya kerusakan

gusi.

Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga

perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung pada gusi

(disebut periodontal pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi dan kerusakan

tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi menjadi goyang dan

akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.

b. Perbedaan Antara Radang Gusi ( Gingivitis) Dan Penyakit Gusi (Periodontitis).

Radang Gusi (Gingivitis) biasanya lebih dahulu daripada Penyakit Gusi

(Periodontitis). Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi. Radang Gusi

terbentuknya bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi menjadi meradang (merah

dan bengkak) dan mudah berdarah di saat gosok gigi. Jika radang gigi tidak segera

diatasi bisa berakibat penyakit gusi. Pada orang yang terkena penyakit gusi, lapisan

bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang –

ruang kecil gigi dapat ditempati oleh bakteri – bakteri. bakteri ini dapat menyebabkan

toksin atau racun dalam plak.

c. Penyebab Gingivitis

Radang gusi (gingivitis) disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya:

1) Adanya karang gigi,

2) Bakteri,

3) Sisa makanan (plak) pada gigi,

4) Cara menyikat gigi yang salah,

5) Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi menjadi

kering dan gusi mudah teriritasi.

6) Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan faktor lain

(18)

18 d. Tanda dan Gejala Gingivitis

1) Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya

kadang terasa gatal.

2) Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah

berdarah pada sondasi.

3) Kebersihan mulut biasanya buruk.

4) Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat,

yaitu demam, dan sukar membuka mulut.

e. Cara mencegah timbulnya Gingivitis

1) Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan obat kumur.

2) Rajin menggosok gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter, minimal 2 kali

sehari.

3) Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.

4) Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.

5) Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan kebersihan tidak sembuh, obati

dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari, Anti nyeri dan anti

inflamasi.

6) Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin C karena

berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sumber vitamin

C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu biji, jeruk, tomat,

sirsak dan mangga.

7) Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya infeksi termasuk infeksi

kuman penyebab radang gusi.

8) Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena radang gusi.

9) Banyak minum air putih.

f. Klasifikasi Gingivitis

1) Berdasarkan lamanya peradangan gingival

- Akut : Peradangan gingival dengan durasi singkat,setelah perawatan dari

pasien sendiri dapat mengembalikan status sehat.

(19)

19

2) Berdasarkan perluasan peradangan

- Terlokalisasi : membatasi peradangan jaringan gingiva pada gigi atau

sebagian.

- General : peradangan jaringan gingiva pada seluruh mulut.

3) Berdasarkan Distribusi Inflamasi

- Papila : inflamasi jaringan pada seluruh mulut.

- Marginal : inflamasi pada margin dan papila.

- Diffuse : inflamai pada margin gingiva.

g. Tipe Gingivitis

Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :

a. Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus gingiva

dan permukaan gigi.

b. Disertai dengan nekrosis.

c. Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari marginal.

Gingivitis yang ada hubungannya dengan plak bakteri dimulai dari gingiva

paling koronal sebab di sana tempat lokasi bakteri penyebab. Penyebaran penyakit

lebih ke apikal hanya terjadi bila penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan

yang sangat parah atau bila diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang

disebabkan oleh plak ini akan menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival

junction. Gingivitis yang tidak ada hubungannya dengan plak biasanya mengenai

seluruh mulut oleh karena penyebabnya faktor sistemik atau distribusinya tidak ada

hubungannya dengan sulkus gingiva atau margin gingiva.

h. Gingivitis yang Ada Kaitannya dengan Plak Bakteri

1) Gingivitis - Plak Bakteri - Tidak Berkembang

Gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk penyakit

periodontal yang paling umum/sering terjadi dan dengan prevalensi yang paling

tinggi. Walaupun gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri mempunyai

komposisi bakteri berbeda dengan gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah

sangat spesifik. Dengan demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang

menjadi pilihan. Lebih tepat bila diagnosa dilakukan secara klinis.

Secara klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur dan

(20)

20 atau fibrosis pada kebanyakan kasus dan pada kasus tertentu dimodifikasi oleh

kondisi sistemik.

Pada mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna merah muda

gingiva menjadi merah atau merah kebiruan. Pada mereka dengan warna kulit

gelap, perubahan warna gingiva tidak begitu jelas, tergantung intensitas

pigmentasi normal, mungkin berwarna merah kebiruan dengan edema.

2) Gingivitis - Plak Bakteri - Diperparah Keadaan Sistemik.

Kondisi sistemik belum tentu sebagai bagian penyebab terjadinya

gingivitis. Di lain pihak penampakan klinis gingivitis dapat menunjukkan

adanya faktor sistemik. Beberapa kondisi sistemik mempunyai peranan dalam

berkembangnya gingivitis menjadi periodontitis, sedang beberapa kondisi

sistemik lainnya mengubah penampilan gingivitis tanpa mengurangi

kemampuan respon host untuk tidak berkembang ke periodontitis.

Termasuk kondisi sistemik yang disebut pertama adalah gangguan

darah seperti neutropenia dan yang disebut belakangan adalah hormon sex,

obat-obatan tertentu dan penyakit sistemik lainnya. Resiko terjadinya

periodontitis meningkat semata-mata disebabkan oleh bertambahnya akumulasi

plak pada gingiva yang membesar sehingga sukar dibersihkan.

i. Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.

Kehamilan dapat dikaitkan dengan gingivitis dan kadang-kadang terjadi

ploriferasi lokal yang dikenal sebagai pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas

bukan neoplasma, tetapi keradangan dengan pembesaran gingiva.

Pembesaran gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan

hormon pada kehamilan. Fenomena yang sama terlihat pada pemakaian pil

kontrasepsi oral. Gingivitis pada kehamilan lebih parah daripada gingivitis pada

keadaan tidak hamil.

j. Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat-obatan.

Penampakan klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat-obatan yang

digunakan secara sistemik terutama obat anti konvulsi, obat kardiovascular dan

immonosupresi tertentu. Terjadi hipertrofi elemen jaringan ikat (terutama kolagen)

(21)

21 Keradangan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri. Prototipe

dan hipertrofi gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat tersebut di atas adalah

phenytoin (diphenylhydantoin). Sekitar 50% pemakai phenytoin dalam jangka waktu

panjang mengalami pertumbuhan gingiva.

Hipertrofi hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan calcium

channel blockers seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa calcium channel

blockers lainnya juga mempunyai kaitan dengan pertumbuhan berlebihan gingiva.

Cyclosporin sebagai immosupresi adalah golongan obat yang berperan besar

terhadap terjadinya hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat

mengurangi keparahannya.

k. Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.

Modifikasi kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat dihasilkan

dari beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada keradangan gingiva yang parah

terutama pada anak-anak, yang keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi yang

ditemukan. Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah seperti

leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut dari kekurangan

Vitamin C terutama bertambahnya perdarahan gingiva.

l. Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)

Terjadi ulserasi pada margin gingiva dan papila, interdental menjadi cekung,

beradang dan sakit. Terdapat limfadenopati, suhu meningkat, bau mulut tidak enak

dan pseudomembrane rapuh di atas daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan

ditemukannya, dilaporkan NUG ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta

kompleks. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa spireheta masuk ke dalam jaringan

nekrosis dan berada dalam NUG. Studi kultur terhadap plak penyebab ditemukan

spesies trepomena dan selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp

dan lain-lain. Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang terdapat pada

bentuk gingivitis lainnya atau periodontitis. NUG sepertinya merupakan manifestasi

infeksi berbagai bakteri yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu

(determinant) tertentu.

(22)

22 NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan fisik. Hubungan yang

tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan nekrosis masih perlu

dibuktikan.

2) Necrotizing Ulcerative Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan HIV.

Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada beberapa kasus

AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat tanda-tanda NUG.

m. Gingivitis, Tanpa Plak Gigi

Dua keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang terjadi

bukan oleh karena plak bakteri adalah tidak terjadi penyembuhan pada gingivitis

dengan kontrol plak secara mekanis dan kemis yang dilakukan dengan sangat baik.

Gingivitis yang disebabkan faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan

berasal dari margin gingiva.

1) Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit

Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit. Mungkin saja yang

tersangkut pertama dalam kasus ini adalah gingiva, tetapi umumnya merupakan

manifestasi penyakit pada permukaan tubuh yang manapun. Penyakit yang

termasuk keadaan tersebut di atas adalah lichens planus, mucous membrane

pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain, termasuk

manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal displasia. Gingiva

mengalami desquamasi atau lesi dengan keradangan oleh perubahan hormon pada

menopause atau gangguan keseimbangan dari hormon ovarium lainnya.

2) Gingivitis Alergi

Gingivitis diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke mucogingival

junction. Dapat terjadi oleh karena bahan pembuat chewing gum atau bahan yang

terdapat dalam pasta gigi atau bahan makanan.

3) Gingivitis Infeksi

Hampir semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva sarang

infeksi. Bila virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang adalah herpes virus.

Bakteri dan fungsi yang bukan merupakan flora dalam mulut dapat menimbulkan

(23)

23

n. Pengobatan

Pada gingivitis kronis, menyikat gigi dengan pasta-gigi berfluoride akan

memperlambat perkembangan penyakit dan bisa membantu penyembuhan.

Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat tambahan dibanding sikat-gigi

manual. Menyela-menyela gigi setiap hari dapat mengurangi plak dan jumlah bakteri.

Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyikat gigi yang diikuti dengan

pencucian dengan chlorhexidine atau larutan lain bisa memberikan hasil yang lebih

baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela gigi saja (Lorenz, 2006; Zimmer, 2006).

obatan spesifik perawatan gusi sudah banyak tersedia (Trinata, 2002).

Obat-obatan anti-inflammatory nonsteroidal (NSAID) telah terbukti dapat mempercepat

penyembuhan inflamasi apabila gigi dibersihkan dan dikerak untuk menghilangkan

plak (Taiyeb, 1993; Johnson, 1990).

Pada pasien yang menderita ANUG (Gingivitis ulceratice nekrosis akut),

perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine topical untuk meredakan

nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam bisa membantu dalam mempercepat

penyembuhan, dan pencucian mulit dengan larutan hydrogen peroksida 3% juga bisa

memberikan manfaat.

Kategori Obat : Antibiotik – Agen-agen ini digunakan untuk membasmi

infeksi bakteri yang merupakan karakteristik utama dari ANUG. Di masa mendatang,

antibiotic juga bisa digunakan untuk mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi

belum ada bukti yang mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan

gingivitis bisa dijamin jika bedah mulut direncanakan.

o. Komplikasi

a. Gingivitis bukan sebuah ancaman signifikan langsung terhadap kesehatan

seseorang yang sehat, tapi bisa memberikan kontribusi bagi penyakit dan

menyebabkan komplikasi lokal dan sistemik.

b. ANUG yang berkembang menjadi noma terkait dengan tingkat mortalitas setinggi

70% tanpa antibiotic yang baik dan debridement.

c. Komplikasi yang paling umum dari gingivitis adalah berkembangnya menjadi

penyakit periodontal dan kehilangan gigi. Daerah-daerah gingivitis kronis bisa

merentankan seseorang terhadap perkembangan abscess odontogenik dengan

membiarkan sebuah rute invasi bakteri ke dalam ruang periodontal mulai dari

(24)

24 penyebaran infeksi lokal ke dalam jaringan di sekitarnya (Vincent angina dan

noma [cancrum oris]). Juga ada potensi untuk penyebaran infeksi sistemik.

d. Osteomyelitis tulang alveolar bisa terjadi meski tidak umum.

e. Setiap prosedur gigi yang melibatkan manipulasi yang bisa menyebabkan

perdarahan bisa menyebabkan endocarditis. Keberadaan gingivitis dapat

meningkatkan risiko ini dengan menjadikan gingival lebih mungkin untuk

berdarah dengan manipulasi sederhana (misalnya, scaling gigi). Akumulasi plak

yang mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat berdekatan dengan

daerah-daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan kemungkinan

keluarnya bakteri ke sirkulasi umum.

2.3 Memelihara Kesehatan Gigi

Ada banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi segar,

mulut terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya

diri. Dengan napas yang segar kita pun merasa nyaman saat berada di dekat orang

lain, tanpa perlu was-was orang tersebut akan mencium bau mulut Anda.

Kesehatan Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kesehatan

rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut yang buruk dapat

disebabkan oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom mulut kering dan kanker

mulut. Namun, terkadang penyebab utama dari kesehatan mulut yang buruk bukanlah

penyakit berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan mulut

yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan mulut yang buruk pula.

Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya

mencerminkan kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan mulut yang

baik. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak, gusi berdarah dan

penyakit gusi lainnya. Kalsium dan Vitamin D membantu menjaga kesehatan gigi

yang kuat juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap pada gigi dan karenanya

memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan Kalium juga

merupakan mineral penting yang baik bagi kesehatan mulut. Ini bekerja dengan

kalsium dan fosfor dan mencegah kerusakan gigi juga.

1) Makanan Yang Boleh Dimakan Dan Yang Harus Dihindari

Apa yang Anda masukkan ke dalam mulut Anda pasti memberi efek pada gigi

(25)

25 kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam

lemak juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut Anda. Makanan dan

minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut Anda. Air

liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan

pembusukan. Selain itu juga membantu membersihkan partikel makanan kecil yang

menempel di gigi Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk kesehatan

mulut yang baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan dan

pembusukan.

Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman

bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi.

Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair

yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena didalamnya mengandung vitamin C

yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli, semangka,

jeruk, apel dan sebagainya. Selain itu perlu juga menghindari makanan-makanan yang

terlalu panas atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari

rokok.

2) Stres dan Kesehatan Mulut

Mulut kering, kebiasaan kertak atau mengeretak gigi (tooth grinding/bruxism)

sering dikaitkan dengan stres. pengabaian kesehatan mulut, dari mulai menghindari

pemeriksaan gigi, sampai melewatkan kegiatan menjaga kebersihan mulut yang

sederhana seperti flossing dan menyikat gigi dpat dipicu oleh stress. Stres dapat

mengubah sikap kita terhadap kesehatan gigi. Stres berarti pola makan yang buruk.

Stres dan dampaknya pada kesehatan mulut dan kesehatan secara umum bisa menjadi

serius dan mengancam jiwa, karenanya penting untuk mencoba tips-tips sederhana

tentang bagaimana menjaga kesehatan mulut dan gigi Anda.

2.5 Diet Makanan

Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :

1. Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan

kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat tidak

lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari

(26)

26 2. Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang

dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau atau

kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang

rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran

saliva.

dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.

2.4 Menyikat Gigi

Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran

plak secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah untuk menyingkirkan dan

mencegah terbentuknya plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein,

merangsang jaringan gingiva, dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.

 Kontrol Plak

Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.

Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat

dideteksi dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk menilai

serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk menerangkan

bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan pewarna (disclosing

material) yang biasa digunakan adalah iodine, mercurochrome, bahan pewarna

makanan seperti gincu kue berwarna merah dan bismarck brown. Ada juga larutan

fuschin dan eritrosin, tapi tidak dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik.

Bahan perwarana ada yang berbentuk cairan dan tablet. Cara penggunaan bahan

pewarna plak tersebut :

a. Bahan pewarna cairan

Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan, lalu dioleskan pada

seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan air atau cairan pewarna dibiarkan di

dalam mulut selama 15-30 detik baru dibuang.

(27)

27 Tablet dikunyah dan kemudian biarkan bercampur dengan saliva dan biarkan saliva di

dalam mulut sekitar 30 detik baru dibuang. Setelah mengetahui bagian-bagian yang masih

terdapat plak gigi, kita melakukan pembersihan secara mekanis seperti menyikat gigi.

Tindakan ini merupakan kontrol plak.

 Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi

1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi

harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko

penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang

sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.

2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya

kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut.

Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih

segar sebelum pergi beraktifitas.

3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar

dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas

tersenyum, bicara dan tertawa.

 Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi

1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi

harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko

penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang

sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.

2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena

adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau

mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan

terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.

3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang

segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa

bebas tersenyum, bicara dan tertawa.

 Manfaat menyikat gigi sebelum tidur

Menurut informasi kesehatan yang dikutip dari, dikatakan bahwa kuman akan

semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak

(28)

28 dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur di mana mulut tidak melakukan

aktifitas seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai

antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, makanya kemampuan saliva yang

berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga

apabila menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat

dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang

mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang tidak

dibersihkan.

 Cara menyikat gigi yang baik dan benar

1. Pemilihan sikat gigi yang benar

2. Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari

Gosok gigi yang baik dan benar → sisa makanan dan plak dapat dibersihkan

a. Pilih sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut, bulu

sikat lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan

abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi

dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras

pelindung enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak

dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah dipakai.

Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat gigi

mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain

meski sikat sudah dibersihkan.

b. Gosok seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan bakteri dan agar

napas lebih segar).

(29)

29 d. Posisi sikat gigi 45° di daerah perbatasan antara gigi dan gusi. Agar sisa makanan

yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan. Gunakan gerakan yang sama

untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.

e. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan

hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan

sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan

celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.

f. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak

dan gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis gusi.

g. Gunakan odol secukupnya + fluor

Pasta gigi adalah bahan yang digunakan

bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles

seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta gigi

adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan

permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa

makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi

dan mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut. Umumnya

pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab 20-40%,

detergen 1-2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%,

bahan terapeutik ±5%, dan pewarna <1%.4,28 Pasta gigi terapeutik dibagi dalam

2 kelompok yaitu:

1) Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang

mengandung klorofil, antibiotik, ammonium dan enzim inhibitor.

2) Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya

karies gigi seperti : sodium fluoride 0,22%, stannous fluoride 0,4% dan

(30)

30 Anak prasekolah sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang

mengandung fluor karena kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih baik,

sehingga anak sudah dapat berkumur dan meludahkan cairan yang terdapat

dalam mulutnya.8 Jumlah pasta gigi yang dioleskan hanya sebesar biji kacang

polong kecil sehingga kadar fluor yang masuk kedalam tubuh anak masih dalam

batas yang normal walaupun anak menelan pasta giginya serta untuk mencegah

terjadinya fluorosis.

 Waktu dan frekuensi menyikat gigi

Menurut American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien

harus menyikat gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah

sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi

sekali sehari pada anak, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan

mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat

penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang melekat

di permukaan gigi setiap malam.27 Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi

biasanya dianjurkan selama 2-3 menit.

(31)

31 2.7 Penambalan Gigi

Penambalan gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan

suatu bahan tambal pada lubang gigi yang telah dibersihkan. Bahan tambalan yang

biasanya digunakan bermacam-macam tergantung letak dan fungsi dari pada gigi

tersebut. Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan

sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi. Apabila

penambalan dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih

sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung.

Apabila kelainannya sudah lebih berat, maka gigi tersebut harus dilakukan

perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak.

Pada sekarang ini jenis bahan tambal sudah lebih baik lagi, baik dari segi kekuatan

atau pun kemiripan bahan tambal dengan warna gigi, sehingga gigi yang sudah

ditambal tidak terlihat telah di tambal.

Secara garis besar, ada dua tipe bahan restorasi gigi : 1. Restorasi langsung (direct restoration).

Proses penambalan dilakukan dengan satu kali kunjungan. Yang termasuk

dalam bahan restorasi ini antara lain: amalgam gigi, semen ionomer kaca

(SIK), resin ionomer, dan beberapa golongan resin komposit.

2. Restorasi tidak langsung (indirect restoration).

Umumnya dilakukan kunjungan minimal dua kali atau bahkan lebih,

(32)

32 onlays, veneers (pelapisan gigi), mahkota dan jembatan yang dibuat dengan

emas, bahan dasar metal alloys, keramik atau komposit. Restorasi ini biasanya

juga melibatkan pekerjaan laboratoris. Dokter gigi akan melakukan prosedur

pencetakan pada pasien untuk memperoleh model gigi dan rongga mulut

pasien.

3. Veneer (pelapisan gigi) adalah perawatan gigi yang dilakukan pada gigi yang

tidak beraturan ringan dan gigi dengan bentuk tidak normal

4. Crown (selubung gigi) dilakukan pada gigi yang patah, kerusakan yang luas, dan

gigi yang tidak bisa ditambal. Gigi yang patah dibuatkan selubung gigi, sedangkan

bridge merupakan cara perawatan untuk mengisi celah dari satu atau lebih gigi

yang hilang. Perawatan ini dilakukan karena kehilangan satu gigi dan adanya

masalah gigitan dan sendi rahang yang ditimbulkan dari gigi yang sudah bergeser.

2.8 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi

dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam

ronggan mulut dan dapat menyebabkan kelinan ke organ yang lainnya. Sebagai

salah satu contoh gigi yang harus dicabut ialah gigi rahang bawah yang paling

ujung dan tertanam dan menyebabkan sakit dan bengkak, bahkan dapat

menyebabkan kesulitan buka mulut. Karena terjadi peradangan disekitar gigi

tersebut dan mempengaruhi jaringan otot disekitarnya sehingga ototnya menjadi

tegang dan sulit untuk membuka mulut, pencabutan gigi ini termasuk ke dalam

operasi karena tingkat kesulitannya dibandingkan pencabutan gigi yang biasa.

2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali

Meskipun mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut, tetapi

pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal tersebut berguna untuk

mencegah perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang

dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan karang

gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi dokter gigi

untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui jika ada

kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun juga dapat untuk mengetahui jika

ada perkembangan penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Jika

dokter gigi mendapati kondisi demikian, biasanya akan merujuk pada dokter yang

(33)

33 Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak

maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi

kualitas hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigi

ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc, Professional

Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk, permasalahan gigi

akan menyebabkan seseorang mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, cacat, infeksi

akut dan kronis, gangguan makan dan tidur serta memiliki risiko tinggi untuk dirawat

di rumah sakit. Akibatnya, akan membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan

berkurangnya waktu belajar di sekolah.

Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat seseorang kehilangan

waktu kerja atau sekolah rata-rata 4 hari setiap bulannya dan hal ini juga terjadi di

negara maju seperti Amerika Serikat dimana lebih dari 51 juta jam sekolah hilang

setiap tahunnya dikarenakan penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan

perlunya mengunjungi dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mencegah,

mendeteksi secara dini bila ada kelainan dan mendapatkan perawatan gigi segera

sebelum keadaan menjadi parah. Disebutkan, data global juga menunjukkan bahwa

penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum dan kualitas Kesehatan.

Seperti general check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut jantung,

tekanan darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan gigi bermaksud untuk pencegahan

penyakit gigi dan mulut akan meneropong kondisi rongga mulut secara menyeluruh,

meliputi kondisi gusi, ludah, bau mulut, gigi, termasuk email gigi. Berdasarkan

kondisi inilah bisa dilakukan penanggulangan.

Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau radang

gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di tiap gigi ditekan

ringan. Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja gusi akan berdarah. Kalau terjadi

radang gusi, karena terjadi di jaringan penyangga gigi, risiko gigi tanggal mencapai 1 – 6 kali. Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang gusi, terutama dari jenis anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika kebersihan kurang terjaga. Gejala

radang gusi yang mudah dirasakan adalah saat sikat gigi, gusi berdarah, dan linu saat

minum dingin atau asam.

Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan menyikat gigi secara

(34)

34 karena gingivitis, tindakan medis mesti dilakukan. Bila ukuran kantung gusinya

berkisar 3 – 5 mm, dilakukan pembersihan dengan dikuret. Bila kantung gusi telah

lebih dari 6 mm, tenpaksa dilakukan operasi gusi.

Sedangkan kondisi ludah yang diperhatikan adalah jumlah, kekentalan, kadar

keasaman, dan protein. PH ludah normal adalah 6 – 7. Makin cair makin bagus. Kalau

terlalu kental, mulut akan kering karena kekurangan enzim pengendali jumlah kuman.

Dengan bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan syndrome, berkurangnya produk si

ludah. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan pemberian obat. Juga dibantu dengan

perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan minum.

Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada yang ompong,

meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila tersenyum, sebaiknya

dipasangi gigi palsu. Ini penting, karena gigi selalu mencari kontak baru. Kalau ada

lawannya, ia akan berhenti bergerak. Gigi palsu itu bukan sekadar untuk tampil

cantik, tapi untuk membantu memperbaiki dan mempertahankan struktur.

Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan cenderung mengunyah di

sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal, posisi mengunyah yang ideal harus

seimbang. Sisi yang tak dipakai mengunyah akan membuat makanan di sana tak

hancur, lama-lama karang gigi menutup permukaan gigi. Jika dibiarkan, akan

berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan pusing. Rahang sendi pun bisa

berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang. Akhirnya, bisa mengganggu fungsi

(35)

35 BAB III

KESIMPULAN

Gigi yang sehat adalah gigi yangrapih, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang

sehat, yaitu gusi yang kencang dan bewarna merah muda. Untuk mencapai kesehatan gigi dan

mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala, sehingga didapatkan

kondisi gigi dan jaringan rongga mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai dengan

memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dan bukan

(36)

36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/5/Chapter%20I.pdf.

diakses tanggal 19 November 2012)

Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/6/Chapter%20I.pdf.

diakses tanggal 19 November 2012)

Anonim. 2012.pentingnya sikat gigi sebelum

tidur.http://carahidupsehat.info/pentingnya-sikat-gigi-sebelum-tidur.html.(diakses tanggal 19 November 2012)

Anonim.2012. 10 Cara Menggosok Gigi yang Baik. http://www.pre ventionindonesia.com/a

rticle.php?name=/10-cara-menggosok-gigi-yang-baik&channel=.(diakses Minggu

18 November 2012 pukul 22.30 WIB)

Anonim.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16868/4/Chapter%20II.pdf. (

diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.30 WIB)

Anonim . Karies Gigi. http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/ 20092/4 /Chapter %

20II.pdf .(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.30 WIB)

Anonim. Karies Gigi. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-395-758510795-bab

%20ii.docx%20new%20prop.pdf .(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.33

WIB)

Anonim. 2012.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ed1mei102831_2087-0051.pdf(diakses

tanggal 19-11-2012)

Anonim.2012. Penambalan Gigi.

http://www.kedokterangigi.net/arsip/journal-penambalan-gigi-pdf.html (diakses tanggal 19-11-2012)

Jeni, Amelia. Dental Caries. http://staff.ui.ac.id /internal/140142719 /material/ DENTAL

CARIES.pdf .(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.34 WIB)

Kedokteran Gigi.net. 2011. Informasi Seputar Penyakit Gusi. http://www.kedokterangigi.net /

483/informasi-seputar-penyakit-gusi.html(diakses tanggal 19 November 2012)

Kedokteran Gigi .net. 2011. Informasi Seputar Penyakit Gigi. http://www.kedokterangigi

(37)

37

Kedokteran Gigi .net. 2011. Nutrisi untuk menjaga kesehatan mulut http://www

.kedokterangigi.net/313/nutrisi-untuk-menjaga-kesehatan-mulut.html

Novrinda, Herry. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Dept. Ilmu Kesehatan Gigi

Masyarakat-Pencegahan. FKG-UI

Rilhardian, Taufiq, 2012. Manfaat Menggosok Gigi. http://lifestyle .kompasiana

.com/catatan/2012/06/21/manfaat-menggosok-gigi/.(diakses Minggu 18 November

2012 pukul 22.30 WIB)

Zahrah. 2008. Karya Tulis. (internet) http://Karyatulis-Zha.blogspot.com/.(diakses tanggal

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian bahwa sebagian besar penyandang tunanetra di Panti Sosial Bina Netra, Bandung sebelum diberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut mempunyai indeks

Kondisi ini mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui analisa huboogan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan

Pendidikan kesehatan gigi dengan metode ceramah disertai hands on lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap subjek tentang kebersihan gigi dan mulut dari pada metode ceramah

Berdasarkan batasan mengenai kader kesehatan di atas, maka kita dapat menarik suatu pengertian mengenai Kader Kesehatan Gigi dan mulut yaitu sebagai tenaga

Merupakan tindakan pembersihan gigi dengan sikat gigi yang dilakukan. untuk membuang sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan

Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut bertujuan untuk menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah penimbinan plak yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan

Bukan hanya tidak menggosok gigi sebelum tidur faktor lainnya karena makan jajanan yang dapat merusak gigi sehingga beberapa mengalami gigi berlubang contohnya seperti makanan manis..

Hasil diskusi dengan mitra ada 3 masalah urgensi yang harus di selesaikan dalam Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat PKM, yaitu : 1 kurangnya pengetahuan masyarakat terkait kesehatan gigi