HUBUNGAN MAKAN-MAKANAN YANG
HUBUNGAN MAKAN-MAKANAN YANG
MENGANDUNG KARBOHIDRAT DENGAN
MENGANDUNG KARBOHIDRAT DENGAN
TERJADINYA KARIES PADA ANAK KELAS 5
TERJADINYA KARIES PADA ANAK KELAS 5
SDN 1 BANDAR LOR
SDN 1 BANDAR LOR
Disusun Oleh : Disusun Oleh :
Elinda Wulan Febrayanti
Elinda Wulan Febrayanti
10610013
10610013
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2012/2013 2012/2013
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas KTI dengan judul
tugas KTI dengan judul “HUBUNGAN “HUBUNGAN MAKAN MAKAN -MAKANAN -MAKANAN YANGYANG
MENGANDUNG
MENGANDUNG KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT DENGAN DENGAN TERJADINYA TERJADINYA KARIES KARIES PADAPADA
ANAK
ANAK KELAS KELAS 5 5 SDN SDN 1 1 BANDAR BANDAR LOR”LOR” tanpa halangan suatu apapun. Dalamtanpa halangan suatu apapun. Dalam
penyusunan
penyusunan makalah makalah ini, ini, penulis penulis banyak banyak mendapatkan mendapatkan bantuan bantuan dari dari berbagaiberbagai pihak,
pihak, baik baik berupa berupa bantuan bantuan moral moral maupun maupun bantuan bantuan material. material. Untuk Untuk itu itu padapada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada :
kepada : 1.
1. drg. Bambang Sumaryono sebagai dosen Pembimbing KTI yang telah banyak drg. Bambang Sumaryono sebagai dosen Pembimbing KTI yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah.
membantu dalam penyelesaian makalah. 2.
2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satuSeluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu karena keterbatasan hal.
persatu karena keterbatasan hal. 3.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunanSemua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan makalah ini.
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan pengetahuan dan kesempurnaan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.tulisan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. pada umumnya. Kediri, 17 November 2012 Kediri, 17 November 2012 Penulis Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Gigi Geligi ... 3
2.1.1 Gigi Susu / Sulung ... 4
2.1.2 Gigi Permanen / Tetap ... 5
2.2 Perilaku Makan pada Anak Usia Sekolah ... 7
2.3 Pengertian Karbohidrat ... 12
2.4 Pengaturan Jenis Makanan Agar Tidak Terjadi Karies Gigi Anak Usia Sekolah Dasar ... 14
2.5 Karies ... 14
2.5.1 Etiologi Karies ... 15
2.5.2 Klasifikasi Karies ... 17
2.5.3 Proses Terjadinya Karies ... 18
2.6 Demineralisasi ... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern juga dapat menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. konsumsi karbohidrat yang mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada integritas dan kekuatan gigi seseorang. Konsumsi karbohidrat yang
mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada integritas dan kekuatan gigi seseorang. Karbohidrat dapat dihidrolisis oleh air ludah menjadi substrat yang dapat meningkatkan aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi di bawah 5,5 selama 20-30 menit dan dalam waktu 1-2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan asam akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa (Decker, Loveren, 2003). Karbohidrat seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan sebutan makanan kariogenik (Rugg-Gun, Hackett, 1993; Decker, Loveren, 2003). Risiko peningkatan aktivitas karies karena konsumsi makanan kariogenik, paling besar apabila makanan tersebut dikonsumsi di antara waktu makan dan dalam bentuk yang lengket (Hidayanti, 2005).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa ( gula ) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi. pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Hidayanti, 2005).
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar menjadi solusi agar anak-anak bisa tetap makan-makanan yang mereka sukai tetapi tetap bisa menjaga kesehatan giginya. Salah satunya yaitu dengan makan-makanan yang mengandung kalsium, makan sayur-sayuran, vitamin dan makan-makanan yang mengandung serat lainnya (Anonim, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebiasaan makan dan pemeliharaan kesehatan gigi anak dengan kemungkinan timbulnya karies gigi dan makanan apa saja yang bisa menjaga giginya dan bisa di konsumsi dan di sukai anak-anak.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan pemeliharaan kesehatan gigi dengan karies gigi pada anak kelas 5 SD .
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui makan-makanan yang bisa mereka konsumsi agar gigi mereka tetap terjaga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Gigi Geligi
Kira-kira ada 4 titik pertumbuhan dari setiap gigi. Setiap titik pertumbuhan dari bagian korona disebut lobe/cusp. Meskipun tidak ada
garis-garis demarkasi di dalam dentin untuk menunjukkan perkembangan ini tetapi masih didapat tanda pada permukaan mahkota-mahkota dan akar-akar yang disebut developmental groove (Harshanur, 1991).
Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk :
1. Organ enamel: yang berkembang seperti tombol, tumbuh diatas lamina gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan dalamnya akan membentuk enamel. Kuntun dari sel eptitelial (organ enamel) dibentuk sebagai dari hasil pembiakan sel-sel, Perkembangan selanjutnya, tnenghasilkan ben-tuk kuntum (bud), bentuk topi (cap), dan bentuk lonceng (bell) dan organ enamel.
2. Dental papila (organ den tin): yang berkembang dari dasar jaringan mesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari dentin sebagai pulpa.
3. Kantung gigi (organ periodontal): yang juga berkembang dari dasar jaringan mesenhim, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk struktur penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput periodontal (Harshanur, 1991).
Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan pengikat bawah, yang akan berkembang dan menjadi padat untuk membentuk
dental papila. Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan dental papila menjadi padat dan membentuk organ periodontal (Harshanur, 1991).
Sebelum embrio berusia 3 minggu, stomodeum sudah terbentuk. Pada daerah ujung anterior dari embrio, ektodermal telah menyatu untuk bertemu dc-ngan endodermal sehingga terbentuk mulut primitif (stomodeum) dan mem- bran bukofaringeal, membran ini terletak kira-kira pada posisi tonsil palatim yang akan terbentuk kemudian. Mulut primitif diliputi oleh ektodermal, dan di bawahnya adalah mesenhim. Ektodermal berkembang menjadi epitel mulut dan mesenhim berkembang menjadi jaringan pengikat di bawahnya (Harshanur, 1991).
2.1.1 Gigi Susu/ Sulung
Normal, bayi yang baru dilahirkan tak mempunyai gigi, walaupun benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi tersebut dilahirkan. Klasifikasi dari gigi susu mulai pada umur mudiga 4 bulan dalam kandungan. Semua benih gigi geligi susu sudah mulai berkembang pada umur mudiga 6 bulan dalam kandungan (Harshanur, 1991).
Biasanya bayi baru lahir tidak memerlukan gigi di dalam mulutnya karena dietnya adalah makanan yang cair atau setengah cair. Gigi geligi baru diperlukan bila makanannya sudah berbentuk agak padat, meskipun demikian bayi tersebut telah menunjukkan banyak benih gigi geligi yang sedang dalam proses perkembangan dalam berbagai tingkatan (Harshanur, 1991).
Tetapi ada kalanya bayi dilahirkan dengan sudah ada gigi-gigi insisivus bawah. Gigi premature ini lebih cepat tanggal karena perkembangan yang tidak sempurna dari akar sehingga tidak kuat. Baru pada usia 6 bulan gigi pertama susu mulai erupsi, dan pada usia 2 tahun gigi geligi susu sudah lengkap (Harshanur, 1991).
Erupsi : i1 i2 c m1 m2
7,5 9 18 14 24
bulan
6 7 16 12 20
1. Gigi i1bawah 2. Gigi i2bawah 3. Gigi i1atas 4. Gigi i2atas 5. Gigi m1bawah 6. Gigi m1atas 7. Gigi c bawah 8. Gigi c atas 9. Gigi m2bawah 10. Gigi m2atas
Jadi dengan demikian gigi geligi susu berguna dan berpengaruh terhadap kesehatan individu, perkembangan rahang, erupsi gigi geligi tetap, perkembangan fisik dan mental anak-anak, karena dengan kehilangan dini gigi susu, mengakibatkan perkembangan rahang yang normal tidak mungkin terjadi dan gigi M1 tidak dapat tumbuh pada
posisi yang normal sebagai kunci dari oklusi (key of occlusion) (Harshanur, 1991).
2.1.2 Gigi Permanen / Tetap
Gigi tetap yang pertama muncul dalam rongga mulut/ erupsi ialah gigi M1, yang letaknya distal dari gigi m2, pada usia 6 tahun dan
sering disebut six year molar. Gigi tersebut mulai terkalsifikasi pada saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi yang terbesar di antara gigi geligi susu dan gigi ini baru erupsi setelah penyembuhan dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya
(Harshanur, 1991).
Gigi M1 ini oleh para orang tua disangka bila mengalami
penggantian, sehingga mereka tidak begitu memperhatikannya, baru kalau gigi tersebut terkena karies dan dibawa ke dokter gigi, serta mendapat penjelasan maka baru disadari bahwa gigi tersebut tidak dapat diganti lagi. Beruntunglah kalau gigi tersebut belum terlalu
rusak, bila sudah menderita abses/ infeksi yang parah maka gigi tersebut harus dikorbankan (Harshanur, 1991).
Sebelum gigi i1 erupsi maka agar gigi i1 mengalami resorpsi.
Ada kalanya akar gigi susu tidak mengalami resorpsi sehingga gigi tetap tidak dapat erupsi yang menyebabkan prolonged retention dari gigi susu.
ERUPSI : I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3
7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
tahun 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
Erupsi gigi geligi tetap biasanya menurut urutan sebagai berikut :
1. Gigi M1atas dan bawah, dan gigi I1bawah
2. Gigi I1atas dan gigi I2bawah
3. Gigi I2atas
4. Gigi C bawah 5. Gigi P1 atas
6. Gigi P1 bawah dan P2 atas
7. Gigi C atas dan P2bawah
8. Gigi M2bawah
9. Gigi M2atas
10. Gigi M3atas dan bawah
Kesimpulan
Bila usia seorang individu 70 th maka hanya 6% dari usia tersebut, seorang individu menggunakan gigi geligi susunya untuk penguyahan dan sisanya bila individu tersebut beruntung 91 % dari
usianya dapat menggunakan gigi tetapnya untuk pengunyahan (Harshanur, 1991).
2.2 Perilaku Makan Pada Anak Usia Sekolah
Perilaku Makan pada Anak Usia Sekolah Perilaku makan anak di luar rumah harus diperhatikan dan dicermati. Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food.
a) Kebiasaan Makan Jajanan
Pengertian Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO di definisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Anonim, 2009).
Usia prasekolah atau taman Kanak-kanak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usiadini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak,karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Apalagi di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan makanan yang sehat secara rutin. Hal ini sangat menguntungkan seandainya ada anak yang susah makan dan dengan petunjuk tentunya anak akan mengikuti. Program makan bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan karena ini merupakan modal dasar bagi pengertian anak supaya anak mau diarahkan pada pola makan dengan gizi yang baik (Anonim, 2009).
Golongan usia SD usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun bisa menentukan makanan yang disukai karena mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu perlu pengawasan dari orangtua supaya tidak salah melilih makanan
karena pengaruh lingkungan. Disini anak masih dalam t ahap pertumbuhan sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Banyak makanan yang dijual dipinggir jalan atau tempat umum hanya mengadung karbohidrat dan garam yang
hanya kan membuat cepat kenyang dan banyak disukai anak, sayangnya hal ini bisa mengganggu napsu makan anak dan jika hal ini dibiarkan berlarut2 akan dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tubuhnya (Anonim, 2009).
Sedangkan pada anak usia 10-12 tahun sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhan merekayang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitasfisik sehingga mmerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki limaatau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dandi tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakanatau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi (Anonim, 2009).
Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼waktunya di sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000- Rp 4000 per hari. Bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Lebih jauh lagi, hanya sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari
rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut (Anonim, 2009).
Menariknya, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%- 50% sampel minuman yang
dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasaldari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B ( pewarna merah padatekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia danbersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebab kanpenyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini
menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum sepertipusing dan mual. Karenanya Joint Expert Committee on FoodAdditives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga di adopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkesno. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Secara umum penyakit bawaan makanan (food borne diseases) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Karena penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, maka seringkali kasus-kasusnya kurang terlaporkan. Temuan baru di Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin,dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Wawancara dengan PKL menunjukkan bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. Selain itu BTP ilegal menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangatcerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Lebih jauh lagi, kita ketahui bahwa makanan yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secarabaik dan bersih. Kebanyakan PKL
mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat (Anonim. 2009).
b) Makanan Fast Food
Makanan Fast Food atau makanan siap saji sering disebut juga Junk food sangat disukai anak usia sekolah. Fast food sebenarnya bukanlah makanan yang tidak ada faedahnya sama sekali. Contohnya hamburger, mengandung protein dan lemak, sumber zat besi dan vitamin B yang baik buat anak. Namun perlu diingat bahwa lemak dan protein yang
terkandung dalam hamburger melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Anak menyukai junk food, tidak ada salahnya sekali-kali diberikan, namun sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya secara berlebihan. Jika hal itu sampai terjadi maka akan berpengaruh kurang baik bagi kesehatan karena asupan gizi yang diperoleh tidak seimbang, dan juga
memicu terjadinya obesitas/kegemukan (Anonim, 2009).
Sudah menjadi gejala umum bila anak menyukai fastfood, karena pada saat makan fastfood anak menyukai tempat yang sejuk, nyaman, dekorasi yang menarik, ada tempat bermain, penyajian cepat serta hadiah mainan yang menarik. Bahkan anak yang biasanya di rumah mengalami sulit makan, tetapiwaktu makan di fastfood nafsu makannya meningkat (Anonim, 2009).
Fastfood mengandung kalori, protein, lemak dan sodium yang tinggi. Sementara kandungan vitamin A, C, E, kalsium,zat besi, asam folat serta serat relatif rendah. Seorang anak 5 tahun memilih menu 1 porsi paha goreng (330 kal), kentang goreng (330 kal) dan satu gelas minuman ringan (150 kal) akan mendapatkan 810 kalori; sedangkan kebutuhan energi 1750kalori, telah memenuhi ½ kebutuhan kalori sehari. Bila hal ini sering dilakukan akan beresiko untuk terjadi kelebihan beratbadan atau kegemukan dengan segala manifestasi gangguan seperti
gangguan penyakit jantung, hipertensi atau penyakit pembuluh darah lainnya (Anonim, 2009).
Kandungan garam atau sodium tampaknya juga harus menjadi perhatian, karena menurut penelitian kandungan garam tinggi :
1) 1 porsi hamburger mengandung sodium 520 mg 2) ayam goreng mengandung sodium 409 mg
3) kentang goreng kecil mengandung sodium 109 mg
Sodium ini berasal dari MSG (monosodiumglutamat) / vetsin/garam. Dalam batas normal anak membutuhkan 200 mg/hari, bila mengkonsumsi 2000 mg / hari, dianggap aman tapi bila jangka panjang akan menimbulkan resiko terjadinya penyakit darah tinggi, penyakit jantung (Anonim, 2009).
Kandungan makanan pada fastfood rata-rata 40-60% kaloriberasal dari lemak, sedangkan lemak biasanya dikonsumsihanya 20-25% dari kalori. Lemak didapat dari keju, saus,mayonaese, cream. Serat pada fastfood didapat dari sup dansalad, tetapi gizinya berkurang karena telah mengalami pemanasan dan pendinginan yang terlalu lama (Anonim. 2009).
Berbagai pertimbangan tersebut tampaknya kita harus memahami manfaat dan kerugian mengkonsumsi fastfood bagianak. Hal lain yang menguntungkan adalah suasana yang menarik di tempat fastfood tersebut sehingga nafsu makananak meningkat Beberapa ahli gizi berpendapat mengkonsumsi fast food seminggu 1 hingga 2 kali masih dianggap relatif aman. Kalaupun orang tua tidak bisa menolak keinginan anak untuk datang ke fastfood, bisa saja disiasati dengan membawa bekal dari rumah makanan yang lebih sehat sedangkan fastfood yang dipesan bisa dimakan orang tua. Tips yang lain adalah pilih makanan dengan tinggi serat berupa saur segar misalnya salad atau sup sayur dan batasi jumlah makanan dengan kandungan garam dan kalori yang berlebihan
2.3 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen, danoksigen. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang (Irawati, 2001).
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan.Selain itu, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat ( fiber ), seperti selulosa, pektin, sertalignin (Irawati, 2001).
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil menggunakan bensin.Glukosa, karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh.Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi tenaga untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak (Irawati, 2001).
Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan, sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak banyak dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula. Sedangkan karbohidrat dalam buah- buahan tidak menimbulkan karies, karena jumlahn ya tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan karies, namun demikian kita tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya, asalkan kita rajin membersihkan dan merawat gigi kita dengan baik dan benar (Irawati, 2001).
Karbohidrat disusun oleh satu atau lebih sakarida. Berdasarkan jumlah sakarida yang membentuk, maka karbohidrat dibedakan atas :
1. Monosakarida adalah hidrat arang yang terdiri dari satu sakarida. Contohnya : fruktosa, glukosa, galaktosa, dan manosa.
a) Fruktosa terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, terutama yang berasa manis seperti jagung muda, buncis muda, dll.
b) Glukosa terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. c) Galaktosa terutama terdapat dalam susu. d) Manosa jarang ditemukan dalam makanan.
2. Disakarida (zat gula rangkap) adalah hidrat arang yang terdiri dari dua sakarida, misalnya sukrosa, maltose, laktosa, dan trehalosa.
a) Sukrosa adalah gabungan antara glukosa dan fruktosa, terutamaterdapat pada tebu, madu, gula arang, dsb.
b) Maltosa adalah gabungan dari dua glukosa, terdapat dalam kecambah, sirup, buah-buahan, susu, dsb.
c) Laktosa adalah ikatan glukosa dan galaktosa yang terdapat terutama pada susu.
d) Trehalosa (gula jamur) terdiri dari gabungan dua glukosa.
3. Polisakarida (zat gula majemuk) adalah hidrat arang yang terbentuk darisakarida, misalnya pati, dextrin, glikogen, selulosa dan hemiselulosa.
Monosakarida dan disakarida lebih difermentasi menjadi asam daripada polisakarida oleh bakteri mulut. Amilase ludah mengubah beberapa zat tepung ke dalam gula tetapi waktu dimana tepung ada di dalam mulut terbatas.Karbohidrat yang dapat difermentasi adalah substansi penting untuk perkembangan karies. Sukrosa telah dikenal sebagai karbohidrat yang sangat kariogenik. Karbohidrat lain misalnya fruktosa, laktosa dan glukosa mendukung pertumbuhan bakteri kariogenik. Karbohidrat kompleks misalnya tepung kurang kariogenik (Irawati, 2001).
2.4 Pengaturan Jenis Makanan Agar Tidak Terjadi Karies Gigi Anak Usia
Sekolah Dasar
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar menurut Rahmadhan, 2010 sebagai berikut :
a. Makan-makanan yang mengandung kalsium, vitamin C dan vitamin D berguna untuk memperkuat gigi. Jenis makanan yang mengandung bahan
tersebut antara lain susu, telur dan buah-buahan.
b. Makan-makanan yang mengandung protein karena dapat menghambat terjadinya proses karies seperti tahu, tempe, daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
c. Makan sayur-sayuran karena sayuran mempunyai kandungan nitrat. Bahan tersebut dapat menghambat kerja bakteri seperti bayam dan selada.
d. Makanan yang mempunyai daya pembersih terdapat pada makanan berserat. Makanan terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu air. Makanan
ini baik dimakan sesudah makan atau diantara waktu makan.
e. Atur seberapa sering dan kapan saja menikmati makanan manis. Sebaiknya dilakukan saat jam makan utama seperti makan pagi, makan siang dan makan malam (Rahmadhan, 2010).
2.5 Karies
Karies dalam kedokteran umum berarti lubang, kebusukan, atau kematian tulang. Sedangkan dalam kedokteran gigi disebut dental caries. Suatu penyakit (ada yang menyebutnya sebagai suatu penyakit yang paling menyengsarakan) yang mengakibatkan demineralisasi, kaitasi, dan hancurnya jaringan keras gigi oleh aktivitas mikroba (Tarigan, 1990).
2.5.1 Etiologi Karies
Terdapat beberapa faktor dalam etiologi karies pada kesehatan gigi dan mulut untuk itu anda perlu mengetahui tentang etiologi karies tersebut.
faktor-faktornya yaitu:
Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010) a. Host
Gigi disidui biasanya mulai erupsi pada tahun pertama. Gigi pertama yang erupsi adalah gigi insisivus pertama bawah sekitar umur
6-8 bulan, kemudian diikuti oleh erupsi gigi insisivus pertama atas. Pada umur 12 bulan bisanya seluruh gigi anterior rahang bawah dan rahang atas telah erupsi. Waktu erupsi gigi sangat berariasi antara individu (anak) yang satu dengan yang lain, faktor asupan nutrisi merupakan salah satu yang mempengaruhinya. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organic dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dari pada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap (Tarigan, 1990).
b. Mikroorganisme
Salah satu bakteri yang berpengaruh terhadap terjadinya karies adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini tidak tampak pada rongga mulut anak hingga giginya erupsi. Streptococcus mutans tidak melekat secara kuat pada gigi, sehingga membutuhkan plak yang telah
terbentuk sebagai awal pembentukan kolonisasi bakteri. Kebanyakan anak terinfeksi bakteri ini dari orang tuanya, saudara kandung atau individu lain yang berkontak dengannya (Tarigan, 1990).
c. Substrat
Substrat bagi S. Mutans dapat berasal dari jus, susu dan larutan yang manis yang bisa menyebabkan terjadinya fermentasi karbohidrat. Bakteri di dalam rongga mulut menggunakane gula sebagai makanan utamanya, kemudian mereka memproduksi asam yang akan merusak gigi, asam menyerang gigi sekitar 20 menit atau lebih (Tarigan, 1990).
d. Waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu yang lama untuk demineralisasi dan progresi karies. Meminum susu dengan menggunakan botol dan ASI ketikatidur sangat tidak baik, cairannya akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk beberapa waktu (jam). Genangan susu, jus, larutan yang manis atau air susu ibu pada rongga mulut saat tidur ditemukan terjadinya fermentasi yang berasal dari gula larutan tersebut dan akan membantu terjadinya karies. Lamanya waktu yang dibutukan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-4 bulan. Nursing caries berkembang sangat
cepat dan dapat berkembang mempengaruhi gigi-gigi yang sehat yang berdekatan dengan gigi yang terserang Hasil jangka panjang dari siklus ini
ditentukan oleh:
1. Komposisi dan jumlah plak.
2. Konsumsi gula (frekuensi dan waktu). 3. Paparan fluoride.
4. Aliran dan kualitas saliva 5. Kualitas email
2.5.2 Klasifikasi Karies
a. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies) 1. Karies Suoerfisialis
Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena
2. Media
Di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin .
3. Karies Profunda
Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa (Sariningrum, 2009). b. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya
1. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa) (Sariningrum, 2009).
2. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa) (Sariningrum, 2009).
3. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa (Sariningrum, 2009).
Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 4, yaitu:
a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang mengenai aproksimal gigi anterior.
d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior (Sariningrum, 2009).
2.5.3 Proses Terjadinya Karies
Awal mula terjadinya karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu lapisan tipis transparan yang menempel pada permukaan email gigi. Plak gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi. Dalam keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan dihasilkan asam. Gigi yang berada dalam kondisi asam terus menerus akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi pada permukaan email gigi. Oleh karena setiap gigi membentuk plak setiap hari maka untuk mencegah terjadinya plak sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi karbohidrat terfermentasi dan menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur setiap hari (Hidayanti, 2005).
Konsumsi karbohidrat yang mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada integritas dan kekuatan gigi seseorang. Karbohidrat dapat dihidrolisis oleh air ludah menjadi substrat yang dapat meningkatkan aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi di bawah 5,5 selama 20-30 menit dan dalam waktu 1-2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan
asam akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa Karbohidrat seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan sebutan makanan kariogenik (Rugg-Gun, Hackett, 1993; Decker, Loveren, 2003). Risiko peningkatan aktivitas karies karena konsumsi makanan kariogenik, paling besar apabila makanan tersebut dikonsumsi di antara waktu makan dan dalam bentuk yang lengketkapan anak boleh mengkonsumsi makanan jajanan tersebut (Hidayanti, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandjur dan Scoma (1971) mengenai kebiasaan makan anak, menunjukkan bahwa makanan yang tidak disukai ibu juga tidak disukai oleh anaknya dan ketidaktahuan ibu terhadap jenis makanan tertentu akan berpengaruh terhadap kesehatan anak (Hidayanti, 2005).
2.6 Demineralisasi
Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau keseluruhan kristal enamel. Demineralisasi enamel juga dapat diartikan sebagai hilangnya sebagian atau keseluruhan mineral dari hidroksiapatit karena sebagian besar enamel tersusun atas hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Adanya paparan asam dalam waktu yang lama di dalam mulut akan menyebabkan perubahan pH rongga mulut sehingga permukaan gigi menjadi asam. Jika pH saliva berada pada pH dibawah 5,5 dan berkontak dengan hidroksiapatit akan
menyebabkan terurainya ion-ion seperti kalsium dan fosfat (Joyston, 2002). Demineralisasi dapat dibedakan menjadi demineralisasi yang disebabkan oleh karies dan demineralisasi non karies yang terdiri atas atrisi, abrasi dan erosi. Demineralisasi oleh karies disebabkan oleh asam yang berasal dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Sedangkan demineralisasi non karies seperti pada erosi terjadi karena asam yang berasal dari makanan dan minuman, obat-obatan, asam lambung dan dari lingkungan pekerjaan yang berkontak langsung dengan gigi tanpa melibatkan aktifitas bakteri. Karies gigi terjadi secara terlokalisir dengan kerusakan ke dalam dan
memerlukan waktu yang lama, sedangkan erosi gigi terjadi secara merata pada permukaan gigi (Joyston, 2002).
Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi akibat adanya perbedaan konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Larutan yang berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke dalam enamel gigi melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang mengandung air dan matriks organik/ protein. Demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi yang dipengaruhi oleh asam sehingga struktur enamel terurai (Joyston, 2002).
Saat berdifusi ke dalam enamel, asam akan terionisasi menjadi H+ dan [L-] dan ion H+ akan merusak kalsium hidroksiapatit, menguraikannya menjadi ion-ion Ca2+, OH-, PO43-. ion yang terbentuk masuk ke dalam larutan email dan membentuk senyawa kompleks. Setelah konsentrasi senyawa kompleks ini cukup tinggi maka molekul-molekul tersebut akan lepas dan keluar dari susunan enamel (Joyston, 2002).
Menurut Dawes, ketika hidroksiapatit kontak dengan larutan maka terjadi reaksi sebagai berikut :
Presipitation ↔ Demineralisasi
Ca10(PO4)6(OH)2 ↔ 10Ca2+ + 6PO43- + 2OH-Padat ↔ Larut
Dari reaksi di atas, ion OH- akan diubah oleh ion [H+] ke bentuk H2O dan PO43- menjadi bentuk HPO42- yang jika berkontak dengan asam dalam waktu yang lama akan berubah menjadi H2PO4-. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya ion [OH-] dan [PO43-] pada sisi sebelah kanan. Apabila mencapai pada tahap akhir bahan yang padat akan masuk ke dalam larutan, namun ion [Ca2+] tidak akan mengalami perubahan (Joyston, 2002).
Pada saat enamel berkontak dengan asam maka komponen ion hidrogen dari asam akan mulai melarutkan kristal enamel pada permukaan. Mula-mula daerah selubung prisma kemudian inti prisma yang larut yang membentuk permukaan dikenal sebagai “sarang lebah”. Asam yang tidak terionisasi akan berdifusi ke dalam daerah interprismatik enamel dan
selanjutkan akan melarutkan bagian bawah permukaan enamel. Jika demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan terbentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat menyebabkan penurunan kekerasan enamel (Joyston, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 2009. Hubungan tingkat pengetahuan tentang perawatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. http://surveikariesanak.html.
Cameron, A., and Richard. W . 2008. Handbook of Pediatric Dentistry.Toronto.Mosby. p 39-44.
Edwina, Sally Joyston. 2002. Dasar – Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC
Dentosca. 2011. Proses Karies Gigi. Terdapat
dihttp://dentosca.wordpress.com/2011/04/14/karies-gigi-pada-anak/ . Ircham, Mc. 1984. Kesehatan Mulut dan Gigi Penyakit - Penyakit dan
Pencegahan. Yogyakarta : Sumbangsih Offset.
Irawati. 2001. Diet Karbohidrat sebagai Salah Satu Penyebab Karies Gigi. Makassar : [skripsi].Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Ramadhan, Ardyan Gilang. 2010. Serba serbi kesehata gigi dan mulut . Jakarta: Bukune
Sariningrum, Eviyanti. 2009. Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap orangtua tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak balita usia 3-5 tahun dengan tingkat kejadian karies di Paud Jatipurno . Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran GIgi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Taringan, Rasinta. 1990. Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates