GAMBARAN KASUS HIV PADA KEHAMILAN
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008 – 2011
OLEH :
CICIMEI PUTRIYADI SIREGAR 090100231
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN KASUS HIV PADA KEHAMILAN
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008 – 2011
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh :
CICIMEI PUTRIYADI SIREGAR 090100231
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Kasus HIV Pada Kehamilan DI RSUP Haji Adam Malik Tahun 2008 – 2011.
Nama : Cicimei Putriyadi Siregar Nim : 090100231
Pembimbing Penguji I
(dr. Muhammad Fahdhy, Sp.OG M.Sc) (dr. Sri Amelia, M.Kes) NIP. 19640509.119503.1001 NIP. 19740913.200312.2.001
Penguji II
(dr. Amira Permatasari, Sp.P) NIP. 19691107.199903.2.002
Medan , Januari 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pendahuluan. HIV adalah retrovirus. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tidak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Tujuan. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran kasus HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 -2011, dengan melihat sosiodemografi pasien (usia, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, faktor resiko). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi retrospektif, dengan menggunakan bantuan program Statistik dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling.
Hasil. Setelah dilakukan penelitian pada 2008 – 2011 ditemukan sebanyak 34 orang ibu hamil yang terkena HIV. pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 3 pasien ( 8,8%) orang pasien, pada tahun 2009 ada sebanyak 8 pasien ( 23,5%), pada tahun 2010 ada sebanyak 10 pasien (29,4%) dan tahun 2011 sebanyak 13 pasien (38,2%). Pasien terbanyak dijumpai pada kelompok usia 26 – 30 tahun (55,9%). Faktor resiko paling banyak adalah disebabkan hubungan heteroseksual yang tertular melalui suami (97,3%). Semua pasien mendapatkan konseling pre test (100%) dan test HIV (100%), tetapi tidak semua pasien mendapat konseling post –test (97,1%). Dari 34 orang pasien, sebanyak 6 orang ( 17,6%) tidak menerima ARV profilaksis. Dan pasien yang tidak menerima ARV profilaksis tertinggi terjadi pada tahun 2011 (38,5%).
Kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa kejadian HIV semakin meningkat dikalangan ibu hamil. Tetapi pada pemberian ARV terjadi penurunan.
ABSTRACT
Introduction. HIV is a retrovirus group. The virus attacks the human immune system. When the HIV virus becomes out of control and invade the body in the long term the HIV will develop into AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Objective. Of this study research to know the case of HIV in pregnancy of RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008 -2011, by looking at the patient sosiodemographic (age, residence, education, occupation, risk factors).
This research was descriptive and retrospective study designs and using statistic software. This study picked all the sample with total sampling technique.
Results. After doing research on the 2008 - 2011 it was found there were 34 people of pregnant women living with HIV. in 2008 found 3 patients (8.8%) patients, in 2009 there were 8 patients (23.5%), in 2010 there were 10 patients (29.4%) and in 2011 there were 13 patients (38,12%). Most of the patients found in the age group 26-30 years (55.9%). Risk factors most caused by infection from her husband (heterosexual) (97.3%). All patients received pre-test counseling (100%) and HIV tests (100%), but not all patients receive post-test counseling (97.1%). Of the 34 patients, there were 6 people (17.6%) did not receive ARV prophylaxis. Patients who did not receive antiretroviral prophylaxis peaked in 2011 (38.5%).
Discussion. The summary of this study found that the incidence of HIV has increased among pregnant women.But a decline in the provision of ARVs.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang dengan
petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini
telah memperoleh dukungan secara moral, ide dan saran dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Muhammad Fahdhy, Sp.OG M.Sc selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat
memberikan bimbingan, saran, motivasi serta semangat sehingga karya
tulis ini dapat terselesaikan.
3. Ibu dr. Amira Permatasari, Sp. P, Ibu dr. Sri Amelia, M. kes dan Ibu dr.
Remenda Siregar, Sp. KK dan selaku Dosen Penguji pada seminar hasil
dan seminar proposal karya tulis ilmiah yang telah memberi saran dan
kritik yang membangun penulis serta nasehat-nasehat dalam
penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Rusman
Hariady Siregar dan Ibunda tercinta Rosfridawaty Harahap yang dengan
penuh kasih sayang dan pengorbanan mengasuh, membesarkan, mendidik
serta memberikan dorongan semangat, bantuan moril dan material, serta
doa yang menguatkan saya selaku penulis dalam menjalani pendidikan di
5. Saudara kandung penulis, Hadyopie sandy Putra Agung Siregar, SP dan
Rhozi Akbar Siregar yang memberikan dukungan semangat dan doa
kepada penulis selama dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.
6. Terima kasih kepada seluruh staf RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
membantu administrasi perizinan untuk melakukan penelitian dan
pengambilan data di bagian Posyansus RSUP H. Adam Malik Medan.
7. Terima kasih kepada semua dosen dan staf / pegawai di Fakultas
Kedokteran USU atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian
studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.
8. Terima kasih kepada sahabat penulis, Nurul Kumala S. Saragih, Hamida
Nasution, Dizalia Ananda, Baginda Y. Siregar, Furqan Arief, Rina
Sundari, Andru Aswar, Donny D.P., fauziah D. Hanif yang telah memberi
bantuan, saran, kritik dan dukungan serta doanya yang menguatkan penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Terima kasih kepada Rekan – rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Intan
P. Putri, Nasya Marisyka Putri, Abduh H. perdana, Eric Tannaka dan
rekan – rekan lain, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberi saran, kritik dan dukungan serta doanya dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan,
maka penulis memohon saran dan kritik yang membangun, demi perbaikan karya
tulis ilmiah ini, dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 08 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ………. i
Abstrak ………. ii
Abstract ………. iii
Kata Pengantar ………. iv
Daftar Isi ………. vi
Daftar Tabel ………. viii
Daftar Gambar ………. ix
Daftar Lampiran ………. x
BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1
1.1.Latar Belakang ………. 1
1.2.Rumusan Masalah ………. 3
1.3.Tujuan Penelitian ………. 3
1.4.Manfaat Penelitian ………. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 5
2.1.HIV ……… 5
2.1.1. Epidemiologi ……… 5
2.1.2. Definisi ……… 5
2.1.3. Cara penularan ……… 6
2.1.4. Gejala Klinis ……… 7
2.1.5. Diagnosa ……… 8
2.1.6. Penatalaksanaan ……… 9
2.1.7. VCT ……… 12
2.2.HIV PADA KEHAMILAN ……… 15
2.2.1. Definisi ……… 15
2.2.2. Cara penularan HIV pada kehamilan ……… 16
2.2.3. Penatalaksanaan ……… 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 20 3.1.Kerangka Konsep ………. 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 23
4.1.Desain Penelitian ………. 23
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ………. 23
4.2.1. Waktu Penelitian ………. 23
4.2.2. Tempat Penelitian ………. 23
4.3.Populasi dan Sample Penelitian ………. 23
4.3.1. Populasi Penelitian ………. 23
4.3.2. Sampel Penelitian ………. 24
4.4.Teknik pengumpulan data ………. 24
4.5.Pengelolaan dan Analisa Data ………. 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 26
5.1.Hasil penelitian ………. 26
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 26
5.1.2. Deskripsi pusat pelayanan VCT ……….... 26
5.1.3. Deskripsi Karakteristik individu ……… 27
5.1.2.1 Deskripsi sampel berdasarkan tahun masuk 27
5.1.2.2 Deskripsi sampel berdasarkan sosiodemografi 28 5.1.2.3 Deskripsi sampel berdasarkan faktor resiko 30
5.1.2.4 Deskripsi sampel berdasarkan konseling VCT 31 5.1.2.5 Deskripsi sampel berdasarkan ARV profilaksis 32 5.1.2.6 Deskripsi berdasarkan tahun masuk dan penerimaan profilaksis ARV ……….... 32
5.2.Pembahasan ………. 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 38
6.1.Kesimpulan ………. 38
6.2.Saran ………. 39
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Gejala klinis sindroma akut HIV ……… 8
2.2 protokol pemberian zidovudin pada ibu hamil untuk mencegah penularan vertical ………... 18
3.1 Definisi operasional ……… 21
5.1 Distribusi jumlah kasus kehamilan pada HIV Di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 –2011 ……… 27
5.2 Distribusi frekuensi kejadian HIV pada kehamilan berdasarkan sosiodemografi ……… 29
5.3 Distribusi sampel berdasarkan faktor resiko ……… 30
5.4 Distribusi sampel berdasarkan konseling VCT ……… 31
5.5 Distribusi sampel berdasarkan ARV profilaksis ……….. 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
3.1 Kerangka konsep penelitian 20
5.1 Distribusi kasus HIV pada kehamilan
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Etical Clearence
3. Surat Izin Peneliitian 4. Data Induk
ABSTRAK
Pendahuluan. HIV adalah retrovirus. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tidak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Tujuan. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran kasus HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 -2011, dengan melihat sosiodemografi pasien (usia, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, faktor resiko). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi retrospektif, dengan menggunakan bantuan program Statistik dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling.
Hasil. Setelah dilakukan penelitian pada 2008 – 2011 ditemukan sebanyak 34 orang ibu hamil yang terkena HIV. pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 3 pasien ( 8,8%) orang pasien, pada tahun 2009 ada sebanyak 8 pasien ( 23,5%), pada tahun 2010 ada sebanyak 10 pasien (29,4%) dan tahun 2011 sebanyak 13 pasien (38,2%). Pasien terbanyak dijumpai pada kelompok usia 26 – 30 tahun (55,9%). Faktor resiko paling banyak adalah disebabkan hubungan heteroseksual yang tertular melalui suami (97,3%). Semua pasien mendapatkan konseling pre test (100%) dan test HIV (100%), tetapi tidak semua pasien mendapat konseling post –test (97,1%). Dari 34 orang pasien, sebanyak 6 orang ( 17,6%) tidak menerima ARV profilaksis. Dan pasien yang tidak menerima ARV profilaksis tertinggi terjadi pada tahun 2011 (38,5%).
Kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa kejadian HIV semakin meningkat dikalangan ibu hamil. Tetapi pada pemberian ARV terjadi penurunan.
ABSTRACT
Introduction. HIV is a retrovirus group. The virus attacks the human immune system. When the HIV virus becomes out of control and invade the body in the long term the HIV will develop into AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Objective. Of this study research to know the case of HIV in pregnancy of RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008 -2011, by looking at the patient sosiodemographic (age, residence, education, occupation, risk factors).
This research was descriptive and retrospective study designs and using statistic software. This study picked all the sample with total sampling technique.
Results. After doing research on the 2008 - 2011 it was found there were 34 people of pregnant women living with HIV. in 2008 found 3 patients (8.8%) patients, in 2009 there were 8 patients (23.5%), in 2010 there were 10 patients (29.4%) and in 2011 there were 13 patients (38,12%). Most of the patients found in the age group 26-30 years (55.9%). Risk factors most caused by infection from her husband (heterosexual) (97.3%). All patients received pre-test counseling (100%) and HIV tests (100%), but not all patients receive post-test counseling (97.1%). Of the 34 patients, there were 6 people (17.6%) did not receive ARV prophylaxis. Patients who did not receive antiretroviral prophylaxis peaked in 2011 (38.5%).
Discussion. The summary of this study found that the incidence of HIV has increased among pregnant women.But a decline in the provision of ARVs.
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus
retrovirus. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus
HIV tersebut menjadi tidak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka
waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Fauziah dkk, 2010). Virus ini
menyerang organ - organ vital sistem kekebalan tubuh manusia, dengan mengikat
reseptor CD4+ pada sel T, makrofag, dan sel dendritik. Reseptor CD4+
dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik.
Berdasarkan data dari United Nation Program on HIV/ AIDS (UNAIDS,
2008) 67% infeksi HIV di dunia terdapat di kawasan Sub – Sahara Afrika. Dan
Menurut WHO, prevalensi HIV pada wilayah Asia – pacific memikul beban
terberat kedua setelah afrika, dengan perkiraan 4,9 juta dan 95% diantaranya
berada di 9 negara asia, yaitu : Camboja, China, India, Indonesia, Myanmar,
Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand dan Vietnam. Pada laporan Michael
R. Bloomberg (2011), pada tanggal 30 september 2011, sebanyak 110.736 orang
telah di diagnosis dan dilaporkan terkena HIV di NEW YORK CITY dan ini
merupakan kenaikan 1,7% dari tahun 2009, dan 12 % dari tahun 2006. Pada
tahun 2010, ada 3481 didiagnosa HIV/AID di NEW YORK CITY 7,6% pada pria
dan 48,3 pada wanita.
Di Indonesia dari hasil statistik kasus HIV/AID (2011), jumlah kasus HIV
dari tahun 2005 – 2011 meningkat pesat. Pada tahun 2005 ditemukan sebanyak
859 kasus, tahun 2006 meningkat menjadi 7195 kasus, tahun 2007 terjadi
penurunan menjadi 6048 kasus, tetapi pada tahun 2008 terjadi peningkatan
menjadi 9793, hingga pada tahun 2010 kasus HIV mencapai 21591 dan tahun
2011 terdapat 21031 kasus. Di Sumatera Utara, didapatkan bahwa prevalensi
kasus AIDS per 100.000 penduduk adalah 3,97. Data ini menandakan penanganan
HIV/AIDS di Indonesia masih belum memadai (Ditjen PP & PL kemenkes RI,
2011).
HIV dapat ditularkan melalui cairan vagina, air mani ataupun darah
penderita HIV yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi melalui
hubungan seksual, baik secara oral, anal maupun vaginal, transfusi darah yang
terinfeksi HIV, pemakaian jarum suntik secara bersama – sama ataupun dari ibu
hamil yang terkena HIV kepada bayi yang di kandungnya pada saat hamil ataupun
saat melahirkan (baratawidjaja, rengganis 2009).
Transmisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi saat intrauterine ( 5 –
10% ) saat persalinan ( 10 – 20% ) dan pascapersalinan ( 5 – 20% ). Kelainan
yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati,
partus preterm, dan abortus spontan (Daili, 2008). Khusus untuk resiko penularan
dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang di kandungnya pada masa
persalinan biasanya terjadi karena : adanya tekanan pada plasenta sehingga terjadi
sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi (lebih sering terjadi jika
plasenta mengalami radang/infeksi), bayi terpapar darah & lendir serviks pada
saat melewati jalan lahir atau karena bayi kemungkinan terinfeksi akibat menelan
darah & lendir serviks pada saat resusitasi (Fauziah dkk, 2010).
Angka penularan vertikal dari ibu ke bayi sangat bervariasi pada berbagai
populasi. Tanpa pencegahan, angka rata – rata penularan HIVdari ibu ke bayi
sekitar 14 - 42%. Angka penularan vertikal di Negara maju seperti Amerika
Serikat dan eropa barat berkisar antara 15 - 20%, sedangkan dinegara yang sedang
2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana gambaran kasus HIV pada kehamilan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2011 ?
2.1. Tujuan Penelitian 1..1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kasus HIV pada kehamilan di RSUP Haji Adam
Malik Medan tahun 2008 sampai 2011
1..2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini :
1. Mendata jumlah HIV pada kehamilan di RSUP Haji Adam Malik Medan
tahun 2008 sampai 2011.Mengetahui peningkatan / penurunan kasus HIV
pada kehamilan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2011
2. Mendata frekuensi kejadian HIV pada kehamilan berdasarkan
sosiodemografi (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
daerah tempat tinggal) ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik Medan
3. Mendata frekuensi kejadian HIV pada kehamilan berdasarkan faktor resiko
4. Mendata frekuensi ibu hamil yang terinfeksi HIV yang mendapatkan
konseling VCT
5. Mengetahui penanganan ibu hamil dengan HIV yang mendapat ARV
2.1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :
1. Tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada
penderita HIV
2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat
mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian, sehingga dapat
melakukan penelitian yang lebih baik lagi.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIV
2.1.1. Epidemiologi
Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang berat
bagi pembangunan dan kemajuan sosial (ILO, 2005). Pada tahun 2008, diseluruh
dunia, diperkirakan 33 juta orang hidup dengan HIV. Setiap harinya terdapat
7.400 infeksi baru HIV 96% dari jumlah tersebut berada di negara dengan
pendapatan menengah ke bawah. Daerah subsahara di Afrika merupakan daerah
dengan prevalens HIV terbesar, mencakup 67% dari jumlah keseluruhan orang
yang hidup dengan HIV. Daerah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Asia
Selatan, merupakan daerah nomor dua terbanyak kasus HIV dengan jumlah
penderita 3,6 juta orang, 37% dari jumlah tersebut merupakan wanita. Indonesia
merupakan satu dari lima negara dengan jumlah penderita HIV yang besar selain
Thailand, Myanmar, Nepal, dan India (HTA, 2010).
2.1.2. Definisi
Menurut family health internasional, Human Immunodeficiency Virus
(HIV) berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang menggunakan sel tubuhnya sendiri
untuk memproduksi kembali dirinya. Infeksi virus ini menurunkan sistem
kekebalan tubuh yang menimbulkan gejala penyakit infeksi oportunistik atau
kanker tertentu dan bersifat sindroma yang disebut AIDS (Duarsa, 2005).
Pada umumnya AIDS disebabkan HIV-1 dan beberapa kasus di Afrika
tengah disebabkan HIV-2 yang merupakan homolog HIV-1. Keduanya merupakan
tinggi untuk HIV, makrofag, dan jenis sel lain (Baratawidjaja and Rengganis,
2009). HIV-1 dan HIV-2 adalah satu-satunya Lentivirus yang menginfeksi
manusia (Fauci and Lane, 2008).
Struktur virus HIV-1 terdiri atas 2 untaian RNA identik yang merupakan
genom virus yang berhubungan dengan p17 dan p24 berupa inti polipeptida.
Semua komponen tersebut diselubungi envelop membran fosfolipid yang berasal
dari sel pejamu. Protein gp120 dan gp41 yang disandi virus ditemukan dalam
envelop. Retrovirus HIV terdiri dari lapisan envelop luar glikoprotein yang
mengelilingi suatu lapisan ganda lipid. Kelompok antigen internal menjadi protein
inti dan penunjang (Baratawidjaja and Rengganis, 2009).
2.1.3. Cara Penularan
HIV dapat menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air
mani, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI) dan cairan lain yang mengandung darah
(family health internasional). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara,
yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau secret yang infeksius, ibu ke
anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Zein, 2006).
Dilihat dari cara penularan, proporsi penularan HIV melalui hubungan
seksual (baik heteroseksual maupun homoseksual) sangat mendominasi yaitu
mencapai 60%. Sedangkan penularan melalui jarum suntik sebesar 30%, dan
sebagian lainnya tertular melalui ibu dan anak (kehamilan), transfusi darah serta
melalui pajanan saat bekerja (HTA, 2010).
Perilaku yang mempunyai resiko tinggi dan sering kali ada hubungannya
dengan infeksi HIV antara lain hubungan seksual, baik heteroseksual maupun
homoseksual (Anastasya, 2010), penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang
yang telah terinfeksi. penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang
Infeksi HIV dapat menular melalui Transfusi darah atau produk darah
yang terkontaminasi HIV (Mariam, 2010). Lima sampai sepuluh persen dari
infeksi HIV di dunia ditularkan melalui transfusi dari darah dan produk darah
terkontaminasi HIV (HTA, 2009). Tetapi, Kejadian ini semakin berkurang karena
sekarang sudah dilakukan tes antibodi-HIV pada seorang donor (Siahaan, 2011).
Penularan HIV melalui jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat
tindik yang terkontaminasi, biasanya terjadi akibat Penyalahgunaan obat-obat
terlarang dengan menggunakan pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi
secara bergantian. Paramedis dapat terinfeksi HIV oleh goresan jarum suntik atau
alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang
terkontaminasi dengan virus HIV (Zein, 2006).
Menurut Jawetz (2001) dalam Mariam (2010), Penularan dari ibu ke bayi
bisa terinfeksi di dalam rahim, selama proses persalinan, atau melalui Air Susu
Ibu (ASI). Sekitar 30% dari infeksi terjadi di dalam rahim dan 70% saat kelahiran.
Data menunjukkan bahwa sepertiga sampai separuh infeksi HIV perinatal di
Afrika disebabkan oleh ASI. Penularan selama menyusui biasanya terjadi pada 6
bulan pertama setelah kelahiran.
2.1.4. Gejala Klinis
Gejala klinis infeksi HIV ini tergantung periodenya. Pada fase akut
Tabel 2.1. Gejala Klinis Sindroma Akut HIV (Fauci and Lane, 2008)
General Neurologic Dermatologic
Fever Meningitis Erythematous
maculopapular rash Pharyngitis Encephalitis
Lymphadenopathy Peripheral neuropathy Mucocutaneous
ulceration Headache/Retroorbital
pain
Myelopathy
Arthralgias/myalgias
Lethargy/malaise
Anorexia/weight loss
Nausea/vomiting/diarrhea
Pada fase laten yang biasanya dapat berlangsung hingga kurang lebih 10
tahun, pasien dengan HIV RNA yang tinggi dalam plasma, cenderung lebih cepat
berkembang menjadi fase simptomatik daripada pasien dengan HIV RNA yang
rendah dalam plasma. Pada fase ini, rata-rata CD4+ sel T menurun sekitar 50/µL
per tahun, dan ketika CD4+ sel T mencapai atau kurang dari 200/µ L, maka pasien
akan sangat mudah terinfeksi oleh infeksi oportunistik dan penyakit neoplasma
(Fauci and Lane, 2008).
2.1.5. Diagnosa
Untuk menentukan seseorang mengidap HIV adalah dengan cara
pemeriksaan laboratorium darah. Ada beberapa cara pemeriksaan laboratorium,
antara lain ELISA, dipstick HIV Entebe, radioimunopresipitat, HIV recombinant
neutralization assay, deteksi antigen HIV, Westren Blot, dan lain – lain. Tetapi
yang menjadi standart pemeriksaan adalah cara ELISA (enzyme – linked
ELISA
Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunoabsorbent assay) digunakan
untuk mendeteksi antibody anti – HIV. Alat ini mempunyai sensitivitas 93%
sampai 98% dan spesifisitas 98% sampai 99% (Anastasya, 2010). Bila secara
ELISA, seseorang dinyatakan positif HIV, maka dilakukan pemeriksaan ulang dan
bila ternyata tetap positif berarti orang tersebut kemungkinan besar mengidap
HIV. Untuk memastikannya, maka harus dilakukan pemeriksaan Western Blot,
dan bila hasilnya positif tegaklah diagnosa HIV (Zein, 2006).
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terhadap antibodi HIV
ini yaitu adanya masa jendela (window period). Masa jendela adalah waktu sejak
tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk pada 4 – 8 minggu setelah infeksi.
Jadi pada periode ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya telah
terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk itu jika kecurigaan
akan adanya risiko terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan
tiga bulan kemudian (HTA, 2010).
WESTERN BLOT
Western Blot digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA sebagai
hasil yang benar – benar positif (Mariam, 2010). tetapi yang menjadi masalah,
cara pemeriksaan Western Blot jarang ada di Indonesia (Zein, 2006).
2.1.6. Penatalaksanaan
Belum ada vaksin untuk mencegah HIV/AIDS, dan pengobatannya juga
belum ada. Pencegahan sangat tergantung pada kampanye kesadaran masyarakat
dan perubahan perilaku individu dalam lingkungan yang mendukung, yang
obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit
dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang
tepat antara berbagai obat-obatan Antiretroviral (ARV) dapat memperlambat
kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda
awal terjadinya AIDS (KPA, 2011).
Pengobatan HIV adalah dengan pemberian obat antiretroviral. Terapi
dengan kombinasi obat – obatan antiretroviral, disebut sebagai highly active
antiretroviral therapy (HAART) yang tersedia sejak tahun 1996 dapat menekan
replikasi virus sampai dibawah batas deteksi dalam plasma, penurunan viral loads
dalam kelenjar getah bening, yang memberikan kesempatan untuk memulihkan
respon imun terhadap patogen oportunistik, dan memperpanjang umur pasien.
Tetapi HAART gagal menyembuhkan infeksi HIV-1. Virus tipe ini bertahan
dalam sel yang bersifat laten dan hidupnya panjang, termasuk sel T memori
CD4+. Ketika HAART dihentikan atau gagal terapi, maka produksi virus akan
kembali meningkat. Kombinasi tiga obat juga efektif pada bayi atau anak yang
terinfeksi HIV. Tetapi terapi satu obat tidak disarankan, karena dapat terjadi
resisten (Brooks, Butel, and Morse, 2004).
Depkes (2006) dalam Mariam (2010), Antiretroviral (ARV) adalah obat
yang menghambat replikasi HIV. Penggunaan obat ARV dengan kombinasi yang
baik dan benar, serta mengkonsumsinya juga dengan benar dan dipantau secara
berkala terhadap efek samping adherence (keteraturan makan obat), maka
diharapkan terjadi penekanan replikasi virus HIV dalam darah, sehingga
kekebalan tubuh akan kembali meningkat ketahap normal, dan infeksi
oportunistik dapat dicegah atau disembuhkan (Zein,2006).
Sampai sekarang, telah dilakukan banyak penelitian untuk mencari terapi
yang definitif untuk mengobati HIV. Ada empat kategori obat yang tersedia saat
ini yaitu : obat yang menginhibisi enzim reverse transcriptase virus, obat yang
virus, dan obat yang mengganggu pemasukan virus.Obat yang menginhibisi
enzim reverse transcriptase virus yaitu
Nucleoside analogues
Zidovudine, didanosine, zalcitabine, stavudine, lamivudine, abacavir, dan
emtricitabine.
Nucleotide analogues
Tenofavir.
Obat lainnya adalah nevirapine, delavirdine, dan efavirenz.
Obat diatas adalah obat lini pertama untuk infeksi HIV, tetapi harus diingat bahwa
terapi dengan kombinasi, jangan dengan monoterapi karena resiko resisten obat
sangat tinggi (Fauci and Lane, 2008). Pengembangan vaksin untuk mencegah
penyebaran AIDS merupakan penelitian yang diprioritaskan para ahli imunologi.
Dewasa ini vaksinasi terhadap AIDS masih belum dapat dikembangkan
(Baratawidjaja and Rengganis, 2009).
Indikasi memulai terapi Antiretroviral (ART)
Menurut pedoman nasional (2007) Keputusan untuk memulai ART pada
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dewasa dan remaja didasarkan pada
pemeriksaan klinis dan imunologis. Namun pada keadaan tertentu maka penelitian
klinis saja dapat memandu keputusan memulai ART. Infeksi oportunistik dan
penyakit lainnya yang perlu pengobatan diredakan sebelum pemberian ART.
Saat yang paling tepat untuk memulai ART adalah sebelum pasien jatuh
sakit atau munculnya IO yang pertama. Perkembangan penyakit akan lebih cepat
apabila ART dimulai pada saat CD4 < 200/mm3 dibandingkan bila terapi dimulai
pada CD4 di atas jumlah tersebut. Apabila tersedia sarana tes CD4 maka ART
sebaiknya dimulai sebelum CD4 kurang dari 200/mm3. Waktu yang paling
optimum untuk memulai ART pada tingkat CD4 antara 200 – 350/mm3 masih
teratur secara klinis maupun imunologis. Terapi Antiretroviral dianjurkan pada
pasien dengan TB paru atau infeksi bakterial berat dan CD4 < 350/mm3. Juga
pada ibu hamil stadium klinis manapun dengan CD4 < 350 / mm3. ( pedoman
nasional, 2007)
2.1.7. VCT
VCT (Voluntary Conselling and testing) adalah proses konseling pra
testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat
confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV
yang penting untuk pencegahan dan perawatannya (Anastasya, 2010). Menurut
haruddin dkk (2007) VCT juga merupakan salah satu model untuk memberikan
informasi secara menyeluruh dan dukungan untuk merubah perilaku berisiko serta
mencegah penularan HIV/AIDS. Kegiatan konseling yang menyediakan
dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan
HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan
ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS
(depkes, 2006).
Tujuan VCT (depkes RI, 2009)
a) Mendorong orang sehat, tanpa keluhan / asimtomatik untuk mengetahui
tentang HIV, sehingga mereka dapat mengurangi kemungkinan tertular HIV
b) Merupakan sebuah strategi kesehatan masyarakat yang efektif, karena mereka
dapat mengetahui status HIV mereka, sehingga tidak melalukan hal-hal yang
dapat ikut menyebarkan virus HIV bila mereka masih berisiko sebagai
c) Mendorong seseorang yang sudah ODHA ( Orang Dengan HIV/AIDS) untuk
mengubah pendirian yang sangat merugikan seperti: ODHA merupakan
penyakit keturunan atau penyakit kutukan, atau HIV/AIDS merupakan vonis
kematian
d) Memberi informasi tentang HIV/AIDS, tes, pencegahan dan pengobatan
ODHA
e) Mengenali perilaku atau kegiatan yang menjadi sarana yang memudahkan
penularan HIV
f) Memberikan dukungan moril untuk mengubah prilaku ke arah yang lebih
sehat dan aman dari infeksi HIV
Tujuan dari VCT ini merupakan suatu langkah awal yang penting menuju
program pelayanan HIV/AIDS lainnya yaitu pencegahan penularan HIV dari ibu
ke anak, pencegahan dan manajemen klinis penyakit – penyakit yang
berhubungan dengan HIV, pengendalian penyakit TBC (tuberculosis) serta
dukungan psikologis dan hukum (Anastasya, 2010).
Prinsip pelayanan VCT (depkes RI, 2009)
Adapun prinsip pelayanan dalam VCT antara lain :
a) Persetujuan klien ( informed concern)
Konseling dan tes HIV hanya dilakukan atas dasar sukarela dan bersifat
pribadi. Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien,
tanpa paksaan, dan tanpa tekanan.
b) Kerahasiaan
Semua informasi yang tertulis tentang hasil konseling dan tes HIV klien akan
c) Tidak diskriminasi
klien tidak akan mendapat perlakuan yang diskriminasi dalam yayasan
konseling dan tes HIV, karena petugas yang ditunjuk telah melalui
serangkaian pelatihan dan sangat terbatas.
d) Jaminan mutu
Mutu pelayanan tidak perlu diragukan, karena tes HIV yang dilakukan sesuai
dengan pedoman yang diberikan WHO dan Departemen Kesehatan RI.
Tahapan VCT
1) Konseling pra – test
konseling pra tes HIV membantu klien menyiapkan diri untuk melakukan
pemeriksaan darah atau tes HIV. Dalam konseling ini petugas konseling /
konselor akan membantu untuk memahami :
Proses konseling dan tes HIV sukarela
Manfaat tes HIV
Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Meluruskan pemahaman yang salah tentang AIDS dan mitosnya
Faktor resiko penularan HIV
Menyiapkan anda untuk pemeriksaan darah
Makna hasil tes HIV positif atau negative
Mengembangkan rencana perubahan perilaku, dan dampak pribadi,
keluarga, sosial terhadap hasil HIV/AIDS serta dukungan moral yang
2) Tes HIV ( pemeriksaan dan pengambilan darah )
Prinsip tes HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiannya. Tes dimaksud
untuk menegakkan diagnosis. Ada serangkaian tes yang berbeda – beda karena
perbedaan prinsip metode yang digunakan. Tes yang digunakan adalah tes
serologi untuk mendeteksi antibody HIV dalam serum atau plasma (Anastasya,
2010).
Setelah menandatangani lembar persetujuan dan tetap mengambil
keputusan tes, maka contoh darah akan diambil untuk keperluan tes HIV di
laboratorium.
3) Konseling pasca tes HIV
Konseling pasca testing membantu klien memahami dan
menyesuaikan diri dengan hasil tes. Konselor mempersiapkan klien untuk
menerima hasil tes, memberikan hasil tes, dan menyediakan informasi
selanjutnya. Konselor mengajak klien mendiskusikan strategi untuk
menurunkan penularan HIV (Anastasya, 2010).
2.2. HIV pada Kehamilan 2.2.1. Definisi Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Sarwono, 2009).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh
diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan
fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan
(Cunningham, 2005)
2.2.2. Cara Penularan HIV pada kehamilan
Banyak penelitian membuktikan bahwa penularan HIV terjadi pada masa
intrauterine dan masa intrapartum (Setiawan, 2009). Distribusi penularan dari ibu
ke bayi diperkirakan sebagian terjadi beberapa hari sebelum persalinan, dan pada
saat plasenta mulai terpisah dari dinding uterus pada waktu melahirkan. Penularan
diperkirakan terjadi karena bayi terpapar oleh darah dan sekresi saluran genital
ibu. Namun, kebanyakan penularan terjadi saat persalinan (waktu bayinya lahir).
Selain itu, bayi yang disusui oleh ibu terinfeksi HIV dapat juga tertular HIV
(Green, 2009).
Suatu penelitian memberikan proporsi kemungkinan penularan HIV dari
ibu ke anaknya saat dalam kandungan sebesar 23 – 30%, ketika proses persalinan
50 – 65% dan saat menyusui 12 – 20%. Di negara industri, transmisi HIV dari ibu
ke fetus sebesar 15 – 25% sementara di negara berkembang sebesar 25 – 35%.
Tingginya angka transmisi ini berkaitan dengan tingginya kadar virus dalam
plasma ibu. Hasil suatu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan dengan kadar
virus dalam plasma sebesar <1000 kopi/mL, angka transmisinya 0%; sementara
dengan kadar virus sebesar 1000 – 10.000 kopi/mL, angka transmisinya 16,6%;
angka transmisi menjadi 21,3% bila kadar virus dalam plasma 10.000 – 50.000
kopi/mL; 30,9% dengan kadar virus 50.000 – 100.000 kopi/mL; dan 40,6% bila
kadar virus >100.000 kopi/mL. Namun belum pernah ditentukan nilai ambang
2.2.3. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi resiko penularan dari ibu ke bayi maka penanganan
pencegahan infeksi bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV sebaiknya dimulai
sejak saat bayi di dalam kandungan.
Ibu yang sudah diketahui terinfeksi HIV sebelum hamil, perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui jumlah virus di dalam plasma, jumlah sel T CD4+,
dan genotype virus. Juga perlu diketahui, apakah ibu tersebut sudah mendapat anti
retrovirus ( ARV ) atau belum. Data tersebut kemudian dapat digunakan sebagai
bahan informasi kepada ibu tentang resiko penularan terhadap pasangan seks,
bayi, serta cara pencegahannya (Setiawan, 2009).
Pengobatan dan profilaksis Antiretrovirus pada ibu terinfeksi HIV
Untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke bayi, maka ibu hamil
terinfeksi HIV harus mendapat pengobatan atau profilaksis antiretrovirus (ARV).
Tujuan pemberian ARV pada ibu hamil, disamping untuk mengobati ibu, juga
untuk mengurangi risiko penularan perinatal kepada janin atau neonatus(Setiawan,
2009).
Pemberian antiretrovirus untuk ibu hamil terinfeksi HIV sama dengan ibu
yang tidak hamil (Green,2009). Yang harus diketahui dari ibu hamil terinfeksi
HIV adalah status penyakit HIV (beratnya penyakit AIDS ditentukan berdasarkan
hitung sel T CD4+, perkembangan infeksi ditentukan berdasarkan jumlah muatan
virus, antigen p24 atau RNA/DNA HIV di dalam plasma), riwayat pengobatan
antiretrovirus saat ini dan sebelumnya, usia kehamilan, dan perawatan penunjang
yang diperlukan seperti perawatan psikiater, nutrisi, aktivitas aseksual harus
memakai kondom, dan lain – lain (Setiawan, 2009).
Dosis antiretrovirus yang harus diberikan dapat dilihat pada tabel 2.2
Untuk ibu yang tidak mendapat pengobatan ARV dan yang mempunyai jumlah
ZDV sebagai profilaksis dan pemberian ini distop sesudah melahirkan sementara
pemberian pada neonates diteruskan.
Tabel 2.2 Protocol Pemberian Zidovudine (ZDV) Pada Ibu Hamil Dan Neonatus Untuk Mencegah Penularan Vertical.
Jenis obat Dosis Saat pemberian Cara pemberian Untuk ibu
Zidovudine
(retrovir)
10 mg 5
kali/hari
2 mg/kg
1 mg/kg/jam
Masa gestasi 14
minggu sampai
menjelang melahirkan
Dilanjutkan pada saat
melahirkan selama 1
jam.
Dilanjutkan sampai
lahir
Per oral
Intravena
[image:32.595.110.516.247.499.2]Jenis obat Dosis Saat pemberian Cara pemberian Untuk neonatus
Zidovudine
(retrovir) masa
gestasi > 35
minggu
Zidovudine
(retrovir) masa
gestasi 30 – 35
minggu
Zidovudine
(retrovir) masa
gestasi < 30
minggu
2 mg/kg/dosis, 4
kali/hari
2 mg/kg/dosis, 2
kali/hari (2minggu
pertama)
selanjutnya 2
mg/kg/dosis, 3
kali/hari
2 mg/kg/dosis, 2
kali/hari (4
minggu pertama)
selanjutnya 2
mg/kg/dosis, 3
kali/hari
Dimulai pada usia
8 jam sampai 6
minggu
Dimulai pada usia
8 jam sampai 6
minggu
Dimulai pada usia
8 jam sampai 6
minggu
Per oral
Per oral
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus
HIV pada ibu hamil di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode tahun 2008
sampai 2011.
Dari latar belakang dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep dari
[image:34.595.116.541.379.624.2]penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian HIV pada ibu hamil
VCT Sosiodemografi :
- Usia - Pendidikan - Pekerjaan
- Status perkawninan - Daerah tempat tinggal - Faktor resiko
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variable Definisi operasional
Alat ukur
Cara
ukur Hasil ukur
Skala ukur
HIV pada
ibu hamil
Ibu hamil yang
terinfeksi HIV Rekam medis Melihat data rekam medis Nominal Peningkatan kejadian HIV Peningkatan kejadian HIV
pada hamilan per
tahun Rekam medic Melihat data rekam medic Ordinal VCT Kegiatan konseling yang bersifat sukarela
dan rahasia, yang
dilakukan
sebelum dan
sesudah tes darah
untuk HIV di
laboratorium. Rekam medis Melihat data rekam medis
- Konseling pre
tes
- Tes HIV
- Konseling post test Nominal Penanganan Terapi yang diberikan pada
saat ibu terinfeksi
HIV Rekam medis Melihat data rekam medis Ya (Mendapat ARV ) Tidak (tidak mendapat ARV) Nominal
Usia Lamanya waktu hidup pasien
Rekam
medis
Melihat
data
15 – 20 tahun 21 – 25 tahun
sejak dilahirkan
sampai saat ini
yang dinyatakan
dalam tahun
rekam
medis
26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun
>40 tahun
Pendidikan
jenjang pendidikan formal terakhir dari ibu terinfeksi HIV Rekam medis Melihat data rekam medis
Tidak sekolah SD
SMP SMA PT
Ordinal
Pekerjaan Aktivitas utama ibu hamil terinfeksi HIV Rekam medis Melihat data rekam medis
Ibu Rumah
Tangga Pegawai
Swasta PNS /
pensiunan Wiraswata Nominal Status perkawinan Keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita HIV Rekam medis Melihat data rekam medis kawin
Belum kawin Cerai
Tidak tercatat
Nominal
Daerah
tempat
tinggal
Daerah dimana ibu hamil yang terinfeksi HIV tinggal dan menetap Rekam medis Melihat data rekam medis Medan Luar Medan
Nominal
Faktor
resiko
faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi virus HIV
rekam medis Melihat data rekam medis Heteroseksual Homoseksual Jarum suntik Transfusi
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan desain studi
retrospektif, yaitu pengumpulan dan pengamatan rekam medik akan dilakukan
satu kali, pada satu saat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran HIV
pada ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian
Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai
September 2012.
4.2.2. Tempat penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang
menyediakan pelayanan bagi penderita HIV/AIDS. selain itu RSUP H. Adam
Malik merupakan Rumah Sakit pendidikan dan rujukan untuk wilayah regional
Sumatera dan dengan alasan bahwa belum pernah dilakukan penelitian untuk
melihat angka kejadian HIV pada ibu hamil di tempat tersebut.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terinfeksi HIV pada
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh
ibu hamil yang terinfeksi HIV pada periode tahun 2008 sampai 2011 di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik total populasi
sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder.
Data sekunder penelitian ini adalah ibu hamil dengan HIV yang diperoleh melalui
data rekam medik dari RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2011,
kemudian hal – hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai kebutuhan
penelitian.
4.5. Pengelolaan dan Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis
data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan
kemudian dianalisis menggunakan program SPSS.
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data
yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi:
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila
terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan
2. Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data
5. Saving
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan
SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik
adalah Rumah Sakit Rujukan vertical yang meliputi provinsi Sumatera Utara,
Aceh, Sumatera Barat, Riau.sejak tanggal 6 September 1991 RSUP Haji Adam
Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991.
RSUP Haji Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991
dengan pelayanan rawat jalan dan untuk perawatan rawat inap mulai berfungsi
tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di jalan
Bunga Lau No. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, Tuntungan.
Dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan Letak RSUP H. Adam Malik ini agak
berada di daerah pedalaman Djammin Ginting yang merupakan jalan raya menuju
kearah Brastagi.
5.1.2. Deskripsi Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan
klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan
khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu
maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS berupa konseling pra – testing,
tes HIV, dan konseling pasca test. Jika hasil test menunjukkan penderita positif
HIV/AIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagian Case Support and Treatment
(CST) untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara
5.1.3. Deskripsi Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini,karakteristik individu yang dipilih menjadi sampel
adalah penderita HIV yang memiliki status kehamilan di RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2008 – 2011. Data penelitian yang digunakan ada8,8%)lah data
skunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien. Data yang diambil
berasal dari tiga kurun waktu, yaitu data rekam medis dari tahun 2008 – 2011.
Jumlah keseluruhan penderita HIV yang memiliki status kehamilan di RSUP H.
Adam Malik Medan pada tahun 2008 – 2011 adalah 34 orang.
5.1.2.1. Deskripsi sample berdasarkan tahun masuk
Distribusi data penelitian berdasarkan tahun masuk pasien HIV dengan
kehamilan pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 – 2011
Tahun Frekuensi Persentase (%)
2008 3 8.8
2009 8 23.5
2010 10 29.4
2011 13 38.2
Total 34 100
Berdasarkan tabel 5.1 kelompok sampel dari tahun 2008 – 2011 terjadi
peningkata. Distribusi terbanyak pada tahun 2011, didapati pasien sebanyak 13
orang ( 38,2% ). Pada tahun 2010 sebanyak 10 orang pasien ( 29,4% ) dan pada
tahun 2009 sebanyak 8 orang ( 23,5% ). Kelompok sampel dengan distribusi
[image:41.595.110.511.434.561.2]
Gbr. 5.1. Distribusi kasus HIV pada kehamilan berdasarkan tahun
5.1.2.2. Deskripsi sampel berdasarkan sosiodemografi
Distribusi data penelitian berdasarkan sosiodemografi (usia, tempat
tinggal, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan) pasien HIV pada kehamilan
tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut.
2008 2009 2010 2011
8,80%
23,50%
29,40%
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Kehamilan Berdasarkan Sosiodemografi Pasien
Variable Frekuensi Persentase
Usia < 20 1 2.9
21 – 25 7 20.6
26 – 30 19 55.9
31 – 35 6 17.6
36 – 40 1 2.9
Total 34 100
Tempat tinggal Medan 18 52.9
Luar kota medan 16 47.1
Total 34 100
Pendidikan SMA 24 70.6
PT 10 29.4
Total 34 100
Pekerjaan Ibu rumah tangga 32 94.1
Karyawati 2 5.9
Total 34 100
Status perkawinan
Menikah 29 85.3
Cerai 2 5.9
Tidak diketahui 3 8.8
Total 34 100
Berdasarkan tabel 5.2. sesuai dengan demografi pasien. Diperoleh data
kelompok usia 26 – 30 tahun sebanyak 19 orang (55,9%). Ibu hamil penderita
HIV lebih banyak berasal dari kota Medan dibandingkan dari luar kota Medan.
Pasien yang berasal dari kota Medan ada sebanyak 18 orang (52,9%). Ibu hamil
penderita HIV yang berpendidikan SMA lebih banyak dibanding dengan ibu
hamil yang berpendidikan perguruan tinggi. Pada pasien yang berpendidikan
SMA sebanyak 24 orang (70,6%). Kelompok ibu hamil penderita HIV yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga adalah sebanyak 32 orang (94,1%). Kelompok
ibu hamil yang menderita HIV dengan status perkawinan menikah adalah 29
orang (85,3%).
5.1.2.3. Deskripsi sampel berdasarkan faktor resiko
Distribusi data penelitian yang menunjukkan faktor resiko pada pasien
HIV dengan kehamilan pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Faktor Resiko Kejadian HIV Pada Kehamilan
Faktor resiko Frekuensi Persentase (%)
Heteroseksual 33 97.1
Lain – lain 1 2.9
Total 34 100.0
Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh data, proporsi penderita HIV pada
kehamilan berdasarkan faktor resiko penularan yang terbanyak adalah hubungan
heteroseksual melalui suami ODHA yaitu sebanyak 33 orang (97,1%), dan
[image:44.595.107.516.476.561.2]5.1.2.4. Deskripsi sampel berdasarkan konseling VCT
Distribusi data penelitian yang menunjukkan kegiatan konseling VCT
[image:45.595.107.516.260.524.2]pada pasien HIV dengan kehamilan pada tahun 2008 – 2011dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Ibu Hamil Berdasarkan Konseling VCT
Konseling VCT Frekuensi Persentase (%)
Konseling pre -test Ya 34 100.0
Tidak - -
Total 34 100
Testing HIV Ya 34 100.0
Tidak - -
Total 34 100
Konseling post -test Ya 33 97.1
Tidak 1 2.9
Total 34 100
Berdasarkan dari tabel 5.4. bahwa semua penderita HIV pada kehamilan
mendapatkan konseling pre – test dan melakukan testing HIV, sebanyak 34 orang
(100%). Tetapi, pada konseling post – test ada ibu hamil yang tidak mendapatkan
[image:45.595.113.516.267.524.2]5.1.2.5. Deskripsi Sampel Berdasarkan ARV Profilaksis
Distribusi data penelitian yang menunjukkan bahwa pasien HIV dengan
kehamilan menerima ARV profilaksis pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada
[image:46.595.108.516.268.353.2]tabel berikut.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Ibu Hamil Berdasarkan Menerima ARV Profilaksis
Status ARV Frekuensi Persentase (%)
Ya 28 82.4
Tidak 6 17.6
Total 34 100.0
Berdasarkan tabel 5.5. kejadian HIV pada kehamilan yang menerima ARV
profilaksis sebanyak 28 orang (82,4%), sementara yang tidak menerima ARV
profilaksis sebanyak 6 orang (17,6%).
5.1.2.6. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tahun Masuk Dan Penerimaan Profilaksis ARV
Distribusi pada penelitian jika ditinjau dari angka kejadian setiap tahun
dan kelompok penderita HIV pada kehamilan yang menerima ARV profilaksis
Tabel 5.6. Distribusi Berdasarkan Tahun Masuk Dan Penerimaan Profilaksis ARV
Tahun
Status penerimaan ARV
Ya Tidak
N % N %
2008 3 100 0 0
2009 8 100 0 0
2010 9 90 1 10
2011 8 61.5 5 38.5
Total 28 82.4 6 17.6
Berdasarkan tabel 5.7. penerimaan ARV pada ibu hamil semakin menurun.
Dari tabel terlihat, bahwa pada tahun 2011 terdapat sebanyak 5 orang (38,5%) ibu
hamil tidak menerima ARV profilaksis, dan pada tahun 2010 sebanyak 1 orang
(10%).
5.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kejadian HIV pada
kehamilan sepanjang tahun 2008 sampai 2011 dengan mengobservasi rekam
medis pasien di RSUP. H. Adam Malik, Medan.
Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah penderita HIV yang
mengalami kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun
2008 – 2011.
Pada tabel 5.1. Terlihat bahwa terjadi peningkatan kejadian HIV pada ibu
hamil yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 terjadi kasus
sebanyak 8,8% dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 38,2 %. Pada referensi
lain, Dari penelitian Rakgoasi (2005), menyatakan bahwa selama tahun 1992 –
2002 tingkat prevalensi HIV diantara pengunjung klinik antenatal di Bostwana
antara ibu hamil meningkat 37,4%. Menurut Muhaimin (2011) peningkatan ini
sangat mungkin disebabkan oleh semakin gencarnya informasi tentang HIV /
AIDS diberbagai media sehingga menggugah para ibu – ibu muda untuk datang
secara sukarela memeriksa status HIV nya.
Pada tabel 5.2. Diperoleh data penderita HIV pada ibu hamil paling banyak
dijumpai pada usia produktif, dengan kelompok usia 26 – 30 tahun sebanyak 19
orang (55,9%), dan terendah pada kelompok usia < 20 tahun sebanyak 1 orang
(2,9%) dan kelompok usia > 40 tahun sebanyak 1 orang (2,9%). Hal ini juga
dinyatakan oleh dinas kesehatan Medan, bahwa penderita HIV lebih banyak
ditemukan pada usia produktif antara 25 – 30 tahun (Dinkes Medan, 2010). Dari
penelitian Rakgoasi (2005) di Botswana, ditemukan sebanyak 38,6% kasus HIV
pada kehamilan dengan kategori usia 21 – 29 tahun. Dan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan di RSUP H. adam Malik tahun 2006 – 2007 bahwa
proporsi tertinggi pada penderita HIV/ AIDS adalah penderita dengan kelompok
usia 20 – 39 tahun sebesar 86,7% (Anastasya, 2010). Hal ini dapat disebabkan
karena terkait dengan gaya hidup dan mobilitas yang terjadi baik dalam pekerjaan,
bersosialisasi dengan orang lain maupun dalam aktivitas lain.
Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita
HIV pada kehamilan yang tertinggi adalah penderita dengan tingkat pendidikan
SMA yaitu sebesar 70,6%. Dan dari penelitian sebelumnya yang berhubungan
dengan HIV yang dilakukan oleh Nurviana (data 2005 – 2007) di RSUD Pirngadi
Medan juga menemukan bahwa penderita HIV terbanyak ada pada tingkat
pendidikan SMA yaitu sebesar 75,6%. Penelitian yang dilakukan Muhaimin
(2011) menyatakan sebagian besar responden berpendidikan menengah ke atas
sebesar 40%. Hal ini dapat disebabkan seks tidak mengenal tingkat pendidikan
melainkan berpengaruh terhadap prilaku seseorang (Anastasya, 2010).
Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita
HIV pada kehamilan berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah dengan status
menikah sebesar 85,3%. Dari penelitian yang dilakukan Anastasya (2010),
proporsi penderita HIV berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah dengan
15,9%. Hal ini dapat disebabkan karena memang penderita yang terkena berada
pada kelompok usia 26 – 30 tahun yang merupakan kelompok usia produktif dan
muda, sehingga banyak penderita yang sudah kawin ataupun belum kawin.
Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita
HIV pada kehamilan berdasarkan daerah tempat tinggal tertinggi adalah penderita
yang bertempat tinggal di wilayah kota medan yaitu sebesar 52,9% dan yang
terendah adalah diluar kota medan sebesar 47,1%. Dari penelitian sebelumnya,
menurut daerah tempat tinggal yang terbanyak adalah di dalam kota Medan yaitu
sebanyak 143 orang (63,3%). Hal ini dapat terjadi karena di wilayah kota Medan
cenderung memiliki sarana yang memungkinkan masyarakat untuk berhubungan
dengan banyak orang dan melakukan hubungan seksual beresiko secara lebih
bebas (Anastasya, 2010).
Dari tabel 5.2. data yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi
penderita HIV pada kehamilan berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah
sebagai ibu rumah tangga yaitu 94,1%. Hal ini dapat dilihat dari data KPA (2012)
secara kumulatif, jumlah kasus HIV sejak tahun 2005 hingga September 2012
berjumlah 1.103, yang lebih banyak diderita ibu rumah tangga ketimbang yang
menjadi pekerja sex. Dan dari penelitian yang dilakukan Muhaimin (2011)
sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sebesar 76%.
Pada tabel 5.3. dari penelitian yang telah disajikan bahwa faktor resiko
pasien HIV dengan kehamilan paling tinggi disebabkan Karena hubungan
heteroseksual sebanyak 33 orang (97,1%). Pada referensi lain, proporsi penularan
HIV melalui hubungan seksual (baik heteroseksual maupun homoseksual) sangat
mendominasi yaitu mencapai 60%. Sedangkan penularan melalui jarum suntik
sebesar 30%, dan sebagian lainnya tertular melalui ibu dan anak (kehamilan),
transfusi darah serta melalui pajanan saat bekerja (HTA, 2010). Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anastasya (2010) di RSUP H.
Adam Malik Medan bahwa proporsi penderita HIV tertinggi berdasarkan
faktor risiko penularan adalah melalui hubungan seksual yaitu sebesar 57,1%.
kelompok usia yang aktif dalam melakukan aktivitas seksual, dan penggunaan
obat – obatan maupun jarum suntikdi dominasi oleh kaum muda.
Pada tabel 5.4. dari penelitian yang telah disajikan bahwa semua pasien HIV
pada kehamilan melakukan konseling VCT, yang meliputi konseling pre testing
sebanyak 34 orang (100%), testing HIV 34 orang (100%), dan konseling
post-testing sebanyak 33 orang (97,1%). Rakgoasi (2005), menyatakan bahwa hal ini
dapat terjadi karena pelayanan kesehatan tidak menawarkan ataupun pasien tidak
mendapatkan informasi lebih banyak tentang HIV dan konseling HIV. selain itu,
dari penelitian yang dilakukan Jourdain G (2004) diantara perempuan yang datang
ke pusat kesehatan untuk perawatan antenatal, melakukan konseling dan tes HIV
berkisar antara 25% sampai 90%, namun hanya 64% yang datang kembali untuk
mengambil hasil mereka. Tujuan dari konseling ini, adalah kegiatan konseling
yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS,
mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang
bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai
masalah terkait dengan HIV/AIDS (depkes, 2006).
Pada tabel 5.5. Dari penelitian yang telah dilakukan penderita HIV pada
kehamilan yang menerima profilaksis ARV sebanyak 28 orang (82,4%) dan ibu
tidak menerima profilaksis sebanyak 6 orang (17,6%). Obat antiretroviral (ARV)
yang ada sampai saat ini baru berfungsi untuk menghambat multiplikasi virus,
belum menghilangkan secara total keberadaan virus dalam tubuh ODHA.
Walaupun demikian, ARV merupakan pilihan utama dalam upaya pengendalian
penyakit guna menurunkan kadar virus (Chris, 2005). Tujuan pemberian ARV
pada ibu hamil, di samping untuk mengobati ibu, juga untuk mengurangi risiko
penularan perinatal kepada janin atau neonatus. Jumlah virus dalam plasma ibu
masih merupakan faktor prediktor bebas yang paling kuat terjadinya penularan
perinatal karena itu, semua wanita hamil yang terinfeksi HIV harus diberi
pengobatan antiretrovirus (ARV) untuk mengurangi jumlah muatan virus.
(Setiawan, 2009).
Pada tabel 5.6. penerimaan ARV pada penderita HIV pada kehamilan
yang tidak menerima profilaksis ARV sebesar 10% dan penurunan semakin
meningkat pada tahun 2011 menjadi 38,5%. Hal ini dapat disebabkan karena
pelayanan kesehatan tidak menawarkan ataupun pasien tidak mendapatkan
informasi lebih banyak tentang HIV dan konseling, test ataupun pengobatan HIV
(Rakgoasi, 2005). Oleh karena terlihat adanya peningkatan kasus HIV pada ibu
hamil dari tahun ke tahun, sedangkan terjadi penurunan pemberian ARV
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penellitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Jumlah kasus HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan
periode 2008 – 2011 adalah 34 orang. Dan terjadi peningkatan dari tahun –
ke tahun.
2. Kelompok usia penderita HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik
Medan yang paling banyak adalah kategori usia 26 – 30 tahun.
3. Pendidikan dari penderita HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik
paling banyak adalah SMA, dengan Frekuensi kasus lebih banyak
ditemukan pada ibu yang berada di daerah kota Medan dan Angka
kejadian kasus HIV pada ibu hamil lebih banyak di alami oleh ibu rumah
tangga.
4. Faktor resiko dari ibu hamil yang menderita HIV yang paling banyak
diduga terkena melalui hubungan heteroseksual yang di dapat dari suami
ODHA.
5. Dari keseluruhan pasien HIV pada kehamilan, seluruhnya melakukan
konseling pre - test, dan testing HIV, dan tidak semua melakukan
konseling post - test.
6. Pada kasus ini ibu hamil dengan HIV yang menerima ARV profilaksis
6.2.Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
sebaiknya melakukan tindakan medis seperti menyediakan informasi dan
memberikan motivasi penderita untuk langkah – langkah strategi bagi
penatalaksaan kesembuhan penderita.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya sampel yang diambil lebih banyak,
waktu lebih lama dan pen