• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. Arham Daeng Tojeng (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "M. Arham Daeng Tojeng (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) ("

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Hukum waris adalah kumpulan peraturan, yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga. Hukum waris perlu diatur karena sering terjadi perselisihan mengenai harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris. Sebagaimana dalam putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY pada tingkat banding. Adapun permasalahnnya adalah (1)Bagaimanakah pembagian harta warisan almarhum kepada ahli warisnya menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata? (2) Apakah isi Amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/ PT.SBY sudah sesuai atau tidak menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata? Dalam menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan tipe penelitian menggunakan metode yuridis normative, dengan sifat penelitian deskriptif analisis, dengan menggunakan data sekunder dan sumber data berupa bahan hukum primer yang terdiri dari Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, dan bahan hukum sekunder berupa Putusan Pengadilan Negeri Nomor 78/PDT.G/2008/PN.BWi dan Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY. Pengumpulan data dilakukan menggunakan Teknik Library Seacrh, dengan analisis data yang dilakukan secara kualitatif, serta cara penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan metode logika deduktif. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah (1) istri pewaris tidak mendapatkan warisan yang merupakan golongan pertama, dan yang menjadi ahli warisnya adalah 9 saudara kandung Almarhum Agus Wijaya (2) isi amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/PT.SBY tidak sesuai dengan KUHPerdata.

Kata Kunci: Hukum Waris, Hukum Waris Perdata Barat

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARISAN ALMARHUM KEPADA AHLI WARISNYA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN

PENGADILAN TINGGI NOMOR 311/PDT/2009/ PT.SBY) M. Arham Daeng Tojeng

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected])

Endang Suparsetyani (Dosen Fakultas Hukum Trisakti)

(Email: [email protected])

(2)

A. Pendahuluan 1. Latar belakang

Hukum waris adalah kumpulan peraturan, yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.1 Di Indonesia terdapat 3 sistem hukum waris yaitu antara lain Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, serta Hukum Perdata Barat. Indonesia masih memiliki 3 (tiga) sistem hukum waris, karena di Indonesia sistem hukum kewarisan nya belum terunifikasi hingga saat ini.

Dalam Pasal 136 Indische Staatsregeling atau IS tahun 1925 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1926, Pasal tersebut berasal dari Pasal 109 Regeering Reglement tanggal 1 Januari 1854 Nomor 29 jo. Staatblad Hindia Belanda tahun 1855 Nomor 2 yang berlaku pada tanggal 1 Januari 1855 yang semula berasal pula dari Pasal 6-10 Ab (Algemeene Berpalingen van Wetgeving) tahun 1848. Dalam peraturan ini telah ditetapkan tiga golongan penduduk Hindia Belanda, yaitu sebagai berikut:

a. Golongan Eropa, yaitu Belanda, Jerman, Inggris, Prancis, termasuk di dalamnya Jepang, Amerika, Australia, dan Kanada.

b. Golongan Timur Asing, yaitu Tionghoa, Arab, India, Pakistan, Muangthai, dan lain-lain.

c. Golongan Bumi Putera, yaitu Orang Indonesia asli yang terdiri atas 19 Kukuban Hukum menurut Prof. Van Vollenhoven dan BZN Ter Haar.

Adapun hukum yang berlaku terhadap masing-masing golongan tersebut diatur dalam Pasal 131 Indische Staatsregeling yang ditetapkan dengan Staatsblad 1919 N0.286 dan Staatsblad Hindia Belanda tahun 1919

1 Mr. A. Pitlo, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda Jilid 1, (Jakarta: PT Intermasa), h 1.

(3)

No.621. Hal ini dapat di uraikan sebagai berikut. Bagi Golongan Eropa, berlaku Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) berdasarkan asas konkordasi. Bagi Golongan Timur Asing, berlaku Hukum Adat mereka, berdasarkan Pasal 75 Regeering Reglement, Staatblad 1854 No.129 di Negeri Belanda jo.

Staatsblad Hindia Belanda tahun 1855 No.2.

a. Bagi mereka yang menundukkan diri (Toespasslijk Verklaring) Staatsblad 1917 No.12 diberlakukan kepada mereka, yaitu Hukum Eropa jo, S.1926 No.30.

b. Pada tahun 1855 dengan Staatsblad 1855 No.79 diberlakukan pula kepada mereka sebagian kodifikasi Hukum Eropa (Burgerlijk Wetboek dan Wetboek van Koophandel), yaitu mengenai Hukum Keluarga dan Hukum Kewarisan ab-intestato.

Dalam perkembangan selanjutnya golongan Timur Asing dibedakan lagi menjadi sebagai berikut:

a. Golongan Timur Asing Tionghoa, berdasarkan Staatsblad 1917 No.129 yang mulai beraku pada tanggal 1 Mei 1919 jo. Staatsblad 1924 No.557 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1925 jo. Staatsblad 1925 No.29 yang mulai berlaku pada tanggal 1 September 1925, kepada mereka diberlakukan:

1) Burgerlijk Wetboek dan Wetboek van Koophandel, kecuali Pasal- Pasal tertentu dari Bagian Kedua dan Ketiga Buku I Titel IV mengenai upacara yang harus mendahului perkawinan dan tentang pencegahan perkawinan.

2) Pencatatan Sipil sendiri berdasarkan Staatsblad 1917 No.130 jo.

Staatsblad 1919 No.81.

3) Ketentuan khusus mengenai perkongsian dan adopsi (pengangkatan anak) berdasarkan Staatsblad 1917 No.129 jo. Staatsblad 1919 No.81.

(4)

b. Bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa (di Jawa dan Madura) berdasarkan Staatsblad 1855 No.79 diberlakukan kodifikasi Hukum Perdata kecuali mengenai Hukum kekeluargaan dan Hukum Kewarisan ab-intestato (kewarisan tanpa wasiat). Disamping itu, diberlakukan pula hukum adat mereka yang berdasarkan Staatsblad 1924 No.556 dan mulai berlaku 1 Maret 1925. Ketentuan tersebut hanya diberlakukan kepada Golongan Timur Asing bukan Tionghoa ini sepanjang mengenai harta kekayaan (vermogenscrecht). 2

Jika dilihat Golongan Timur Asing Tionghoa, mereka menggunakan peraturan daalam BW/KUHPerdata hampir seluruhnya, termasuk mengenai pengaturan tentang pembagian waris. Hanya tentang upacara yang harus mendahului perkawinan dan pencegahan perkawinan yang mereka tidak menggunakan peraturan dalam BW/KUHPerdata.

Dalam BW/KUHPerdata terdapat 4 golongan waris, yaitu:

a. Golongan 1

Suami/isteri yang hidup terlama dan anak-anak beserta keturunannya terus kebawah tanpa batas.

b. Golongan 2

Ayah, ibu, beserta saudara-saudara dan keturunannya.

c. Golongan 3

Kakek, nenek baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu d. Golongan 4

Keluarga dalam garis kesamping sampai derajat ke 6.

Didalam sifat BW/KUHPerdata menganut sistem penderajatan, yaitu ahli waris yang derajatnya lebih dekat dengan pewaris, menutup ahli waris yang lebih jauh dari derajatnya.

Sesuai dengan kenyataanya, kehidupan sekarang ini sudah semakin banyak kasus atau permasalahan yang terjadi mengenai harta warisan

2 Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, (Malang: Sinar Grafika, 2015)

(5)

khususnya mengenai harta warisan perdata barat yang diajukan kepada Pengadilan yang berwenang. Ketika adanya ketimpangan dalam pembagian harta warisan didalam suatu keluarga, yaitu dengan adanya ketidakselarasan antara pembagian waris yang telah diatur dalam KUHPerdata dengan kenyataan untuk masing-masing ahli waris, sehingga dapat menimbulkan perselisihan diantara ahli waris. Salah satu permasalahan yang paling umum terjadi yaitu mengenai adanya pembagian harta warisan yang tidak sesuai dengan ketentuan KUHPerdata, yang terdapat pada kasus putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY pada tingkat banding.

Kasus yang terjadi pada putusan ini adalah Pewaris bernama Almarhum Agus Wijaya terlahir Koe Kin Hwa yang meninggal dunia pada tanggal 28 Oktober 2007, menikah dengan Meliani Susanti terlahir Wong Mie Ha pada tahun 1977, dari hasil perkawinan mereka tidak dikaruniai seorang anak tapi mereka memiliki 2 orang anak angkat yaitu:

a. Dhafifa Kurnia Ai Lin b. Andi Dwi Cahyono

Pewaris juga mempunyai 9 saudara kandung yang masih hidup, salah satunya yaitu Santoso sebagai penggugat. Dalam kasus ini Almarhum Agus Wijaya terlahir Koe Kin Hwa meninggalkan harta peninggalan tidak bergerak yaitu tanah yang terletak di Desa Purwosari Kecamatan Tegaldimo Kabupaten Banyuwangi yang tersebut dalam Petok letter C No.1897 luas 720m2. Dimana ketika pewaris meninggal, harta dikuasai oleh istri pewaris, yang mana menurut golongan dalam perdata barat istri merupakan golongan pertama, dan harta yang dikuasai oleh istri tersebut benar menurut KUHPerdata. Tetapi kenyataanya salah satu saudara kandung pewaris yaitu Santoso sebagai penggugat menggugat harta warisan milik pewaris, ia berdalih bahwa perkawinan yang mereka lakukan tidak sah. Almarhum Agus Wijaya terlahir Koe Kin Hwa dan Meliani Susanti terlahir Wong Mie Ha melakukan perkawinan secara agama Kong Hu Cu dan secara adat Tionghoa, dalam UU no 1 tahun 1974 tentang

(6)

perkawinan Pasal 2 ayat (1) menyebutkan “perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”

sehingga perkawinan yang dilakukan pada tahun 1977 secara agama dan kepercayaannya tersebut adalah sah menurut hukum. Kemudian juga ditindaklanjuti dengan pencatatan pada Kantor Catatan Sipil Banyuwangi.

Juga menurut Santoso dalam tingkat Banding, harta warisan berupa tanah tersebut merupakan harta bawaan Almarhum Agus Wijaya yang diperoleh sebelum perkawinan dan dibawa masuk setelah Almarhum Agus Wijaya kawin dengan Meliani Susanti, maka harta tersebut tidak berhak untuk istrinya, karena merupakan harta bawaan Almarhum Agus Wijaya bukan harta bersama menurut Hakim Pengadilan Tinggi. Dalam KUHPerdata harta bawaan yang dibawa masuk kedalam perkawinan menjadi harta bersama sepanjang tidak diadakan Perjanjian Perkawinan, yang mana Almarhum Agus Wijaya dan Istrinya Meliani Susanti selama perkawinan tidak melakukan Perjanjian Perkawinan, maka Meliani Susanti berhak atas harta tersebut, juga merupakan golongan pertama, dimana dalam Hukum Waris Perdata Barat golongan terdekat berhak mewaris dan menutup golongan selanjutnya. Dalam kasus yaitu para saudaranya yang menjadi golongan kedua. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka menimbulkan minat Penulis untuk menganalisis permasalahan pembagian waris dengan menggunakan sistem pembagian berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Barat, maka dalam penelitian ini membahas tentang sengketa waris yang penyelesaian nya dilakukan dengan menggunakan hukum kewarisan Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Untuk itu penulis membuat dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Warisan Almarhum Kepada Ahli Warisnya Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/ PT.SBY)”.

2. Permasalahan

(7)

Dalam penelitian ini, akan dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pembagian harta warisan almarhum kepada ahli warisnya menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

b. Apakah isi Amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY sudah sesuai atau tidak menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

B. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian

Fokus utama dari objek penelitian ini ialah mengenai pembagian harta warisan almarhum kepada ahli warisnya (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY) yang mengacu pada hukum waris perdata barat.

2. Tipe Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Warisan Almarhuam Kepada Ahli Warisnya” (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY), merupakan suatu penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif ini merupakan penelitian yang pengkajiannya didasarkan dan difokuskan kepada kaidah- kaidah dan norma-norma hukum positif.3

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif analisis. Yang dimaksud dengan penelitian deskriptif ialah: “suatu penelitian yang menggambarkan suatu fakta, keadaan atau gejala-gejala lainnya yang berdasarkan kenyataan”.4 Hal pertama yang dapat dilakukan saat melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu,

3 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006) h. 265.

4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h.

51.

(8)

menggambarkan suatu permasalahan yang secara fakta terjadi pada Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY dan memusatkan segala perhatian kepada masalah-masalah tersebut. Yang mana pada kasus ini terdapat masalah yaitu, warisan tersebut dikuasai oleh saudara kandung pewaris yang merupakan golongan kedua dalam hukum waris perdata barat, yang mana golongan pertama yaitu istri pewaris tidak mendapatkan harta warisan. Pada saat hasil penelitian tersebut ada, maka hasil penelitian tersebut dapat diolah dan dianalisis untuk menggambil suatu kesimpulan.

4. Data dan Sumber Data

Data ialah keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar suatu kajian.5 Data yang pertama adalah data primer sedangkan data kedua adalah data sekunder. Data primer adalah sebuah data yang diperoleh langsung dari sumber yang pertama, yaitu perilaku warga masyarakat yang diperoleh melalui penelitian. Sedangkan data sekunder adalah sebuah data yang mencakup seperti dokumen resmi, buku hasil penelitian baik yang berwujud laporan, sehingga data tersebut diperoleh buku-buku pengantar semasa kuliah, jurnal atau publikasi ilmiah yang telah diterbitkan dan seterunya, yang dapat mendasari penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data-datanya diperoleh melalui penelitian terhadap buku-buku, peraturan perundang-undangan, putusan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun literatur lainnya yang menunjang penelitian yang berkaitan dengan Hukum Waris Perdata Barat ini. Data sekunder bersumber dari dua bentuk, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1990), h.187.

(9)

Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer yang gunakan di dalam skripsi ini terdiri dari:

1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPER) atau Burgerlijk Wetboek.

2) Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terkait bahan hukum primer. Seperti contohnya, rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya kalangan hukum dan seterusnya.6 Terdiri dari:

1) Putusan Pengadilan Negeri Nomor 78/PDT.G/ 2008/PN.BWi 2) Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/ PT.SBY 5. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data, serta teknik pengumpulan yang digunakan oleh penulis adalah melalui studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan atau library research merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menelaah materi, baik yang berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku yang terkait Hukum kewarisan khususnya yang terkait pada Hukum Waris Perdata Barat, dan beberapa buku lain yang mempunyai hubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh penulis. Data yang diperoleh tersebut guna untuk melengkapi materi hukum berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY.

6. Analisis Data

6 Ibid., h. 52.

(10)

Dalam membahas permasalahan yang akan diangkat oleh Penulis, data dari hasil penelitian disusun secara sistematis dan juga disajikan secara kualitatif untuk mendapatkan jawaban yang sistematis mengenai Analisis Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Almarhum Kepada Ahli Warisnya menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 311/PDT/2009/PT.SBY) yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian secara kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data dengan lebih menekankan pada kualitas yang terdapat dalam data tersebut.7

7. Cara Penarikan Kesimpulan

Penulis melakukan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dengan menggunakan logika deduktif, yaitu metode menarik kesimpulan nya bersifat khusus dari pernyataan–pernyataan yang sifatnya umum. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian dari beberapa pendapat pakar hukum, konsep-konsep umum, serta Hukum Waris Perdata Barat.

C. Pembahasan Dan Hasil Penelitian

1. Pembagian Warisan Almarhum Agus Wijaya Terlahir Koe Kin Hwa Kepada Ahli Warisnya Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Untuk membahas pembagian harta warisan Almarhum Agus Wijaya, maka penulis memberikan beberapa landasan hukum dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, maka Pasal-Pasal yang melandasi dalam pembagian harta warisan Almarhum Agus Wijaya adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Berdasarkan Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata c. Berdasarkan Pasal 832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata d. Berdasarkan Pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

7Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.13.

(11)

e. Berdasarkan Pasal 874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Jika dikaitkan dengan kasus, maka bagian-bagian yang seharusnya diterima oleh para ahli waris Almarhum Agus Wijaya menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, yaitu:

HPA = 1 untuk (B) Bagian masing-masing=

B (Melani Susanti) = 1

C (Lily Koeswati) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

D (Koe Jiu Yong) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

E (Santoso) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

F (Ady Wibowo) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

G (A Cen) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

H (A Wik Kusuma) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

I (Meliana) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

J (A Wek) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

K (Haliyanto) = tidak dapat mewaris karena tertutup golongan pertama

+

TOTAL HPA = 1

2. Isi Amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/ PT.SBY Nomor 3 Tentang Pembagian Harta Warisan Almarhum Agus Wijaya

(12)

Sudah Sesuai Atau Tidak Menurut Ketentuan Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Pengadilan merupakan salah satu jalan upaya akhir bagi yang mempunyai permasalahan yang tidak di selesaikan dengan cara kekeluargaan ataupun dengan cara musyawarah. Hal ini juga merupakan permasalahan yang terjadi di keluarga Almarhum Agus WIjaya terlahir Koe Kin Hwa.

Berawal dari Santoso terlahir Koe Sen Hwa yang merupakan adik kandung pewaris selaku penggugat mengajukan gugatan pertama kali ke Pengadilan Negeri Banyuwangi, dengan alasan harta peninggalan Almarhum Agus WIjaya terlahir Koe Kin Hwa yang merupakan kakak kandungnya dikuasai oleh Meliani Susanti. Santoso menganggap Almarhum Agus Wijaya dan Meliani Susanti tidak terikat kedalam suatu perkawinan yang sah menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan mereka hanya hidup bersama tanpa terikat perkawinan.

Dengan di ajukannya gugatan tersebut, maka dikeluarkanlah Amar Putusan Hakim Pengadilan Negeri Banyuwangi.

Setelah dikeluarkan nya Putusan Pengadilan Negeri Nomor:

78/PDT.G/2008/PN.BWi tanggal 28 November 2008, para Penggugat merasa keberatan dengan putusan yang di bacakan oleh Hakim Pengadilan Negeri Banyuwangi dikarenakan gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat ditolak. Oleh karena itu, Penggugat mengajukan Permohonan banding kepada Pengadilan Tinggi Surabaya.

Pengadilan Tinggi Banyuwangi telah menerima permohonan banding yang telah diajukan oleh Pembanding yaitu Santoso kepada Terbanding Meliani Susanti pada tanggal 2 Desember 2008. Setelah proses persidangan itu berlangsung, dikeluarkan lah Putusan Pengadilan Tinggi Nomor:

311/PDT/2009/PT.SBY.

Putusan yang diambil oleh Pengadilan terkadang tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam KUHPerdata. Inti dalam isi amar putusan yang

(13)

dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/ PT.SBY pada nomor 3, yaitu:

Menyatakan menurut hukum bahwa Penggugat-Pembanding dan 8 (delapan) orang saudara kandungnya yang lain adalah ahli waris dari Almarhum Agus Wijaya terlahir Koe Kim HWA.

Berdasarkan isi amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor:

311/PDT/2009/ PT.SBY Nomor 3, menyatakan bahwa yang menjadi ahli waris dari Almarhum Agus Wijaya adalah 9 orang saudara kandungnya.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam pembagian harta warisan Almarhum Agus Wijaya kepada ahli warisnya adalah istrinya.

HPA = 1 untuk (B)

D. Penutup

1. Kesimpulan

Dalam bab ini peneliti menarik kesimpulan dalam kasus ini mengenai pembagian harta warisan Almarhum Agus Wijaya kepada ahli warisnya adalah sebagai berikut:

a. Pembagian harta warisan Almarhum Agus Wijaya berdasarkan Pasal 830 KUHPerdata, Pasal 832 KUHPerdata, Pasal 874 KUHPerdata, Pasal 834 KUHPerdata, Pasal 119 KUHPerdata, Pasal 852 KUHPerdata maka yang berhak menjadi ahli waris adalah istrinya yaitu Meliani Susanti, dan harta peninggalan tersebut seluruhnya untuk Meliani Susanti, karena tidak memiliki anak kandung.

b. Isi amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/ PT.SBY Nomor 3 tentang pembagian warisan Almarhum Agus Wijaya kepada ahli warisnya tidak sesuai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena berdasarkan isi amar putusannya yang menjadi ahli waris Almarhum Agus WIjaya adalah 9 orang saudara kandungnya, dalam hal ini yaitu:

(14)

Sedangkan menurut KUHPer yang mewaris itu hanya istrinya, B, dalam hal ini yaitu:

B: Meliani Susanti (istri)

Sehubungan dengan kasus diatas, Isi Amar Putusan Pengadilan Tinggi Nomor: 311/PDT/2009/PT.SBY Nomor 3 melanggar Pasal dalam KUHPerdata, yaitu:

a. Berdasarkan Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Berdasarkan Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata c. Berdasarkan Pasal 832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata d. Berdasarkan Pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata e. Berdasarkan Pasal 874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2. Saran

Seharusnya Hakim Pengadilan Tinggi lebih teliti dan hati-hati dalam mengartikan Pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, salah satunya adalah terkait harta bawaan yang dibawa masuk pada saat berlangsungnya perkawinan itu menjadi bulat/menjadi harta bersama selama tidak ada perjanjian perkawinan, juga penulis menyarankan agar kedepannya terkait masalah anak angkat lebih diperhatikan dalam Hukum Waris Perdata Barat terutama untuk bisa menjadi ahli waris, supaya bisa mendapatkan haknya yang lebih baik.

DAFTAR REFERENSI BUKU

Effendi Perangin, Hukum Waris, Jakarta: PT Rajagrafindo Persad, 2010.

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama, 2007.

_______, Intisari Hukum Waris Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2018

(15)

Hilman Hadikusuma. Hukum Waris Indonesia Menurut Perundang-undangan, Hukum Adat, Hukum Agama Hindu, Islam Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007.

Imam Sudiyat, Peta Hukum Waris Di Indonesia, Kertas Kerja Symposium Hukum Waris Nasional, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, 1989.

Irma Devita Purnamasari. Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris, Jakarta: Kaifa, 2013.

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2006.

Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, Malang: Sinar Grafika, 2015

Mr. A. Pitlo, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda Jilid 1, Jakarta: PT Intermasa.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2007.

_______, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2014.

_______, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Surimi Ahlan Sjarif, Nurul Almiyah. Hukum Kewarisan Perdata Barat. Jakarta:

Kencana Renada Media Group, 2006.

_______. Hukum kewarisan Perdata Barat. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2007.

Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya, Jakarta: Raih Asas Sukses, 2015.

Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia. Palu: Sinar Grafika 2008.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPER) atau Burgerlijk Wetboek.

Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini digunakan data biaya medis langsung yang meliputi biaya tes laboratorium, biaya jasa dokter, keperawatan dan tindakan, obat lain, dan biaya rawat inap yang

Hubungan kolerasi antara kegiatan empat atribut green city yang terdiri atas kegiatan penanaman pohon, luas RTH, jumlah pengguna sepeda, panjang jalur sepeda,

Akan tetapi walaupun dakwah sunnah sudah berkembang di desa pentadio timur tetap masih banyak juga masyarakat terlebih para remaja yang belum aktif di dalam

a) Jenis keluhan tamu yang sering terjadi di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta tergolong dalam 4 jenis keluhan, mayoritas yaitu keluhan mekanik berjumlah 9

standar kompetensi tenaga pendidik Meningkatkan kualitas SDM tenaga pendidik melalui studi lanjut, sertifikasi kompetensi, peningkatan jabatan akademik serta keterlibatan dalam

merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Penggunaan media pembelajaran

Soal selidik dibina (lihat lampiran 1) untuk kajian yang akan diisi sendiri oleh responden merangkumi perkara penting yang berkaitan iaitu status sosioekonomi, persepsi terhadap

Pembuatan dan karakterisasi material magnetik berbasis mill scale limbah industri baja dengan penambahan 1, 3, 5, 7 dan 9% wt FeMo telah dilakukan.