• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pengering pakaian sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,054 m3/detik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mesin pengering pakaian sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,054 m3/detik."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Dewasa ini mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja dianggap sangat penting bagi masyarakat terutama di daerah pemukiman padat, daerah industri dan pelaku bisnis yang menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian. Tujuan penelitian adalah : (a) Merancang dan membuat mesin pengering pakaian (b) Mengetahui kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah pakaian yang dikeringkan. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian yang dibuat berjenis sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,054 m3/detik. Variasi penelitian adalah jumlah pakaian yang terdiri dari; 5 pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Bahan kain yang digunakan dalam penelitian yaitu kain salur polyester. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,905 kg/jam. Waktu untuk mengeringkan 5 pakaian merupakan paling cepat, dengan kecepatan pengeringan sebesar 0,303 kg/jam. Tetapi variasi 20 pakaian merupakan kapasitas paling efektif dari mesin.

(2)

ix

ABSTRACT

Nowadays, a clothes dryer machine which is environmentally-friendly, safe, practical and can be used at any time, is considered very important especially for dense settlement, industrial areas and business actors. The goals of this research are: (a) to design and make a clothes dryer machine (b) to measure speed of clothes drying with variations of number of clothes. The location of the research is Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University. The clothes dryer machine is open system with discharge of air flow rate 0.054 m3/sec. Variation of the research parameter is number of clothes: 5 clothes, 10 clothes, 15 clothes, and 20 clothes. The clothes in this research are polyester stripe fabric. The results show that average of drying speed is 0.905 kg/h mass of water. Time for drying 5 clothes is the fewest with drying speed of 0.303 kg/h. But 20 clothes variation brings the most effective capacity of the machine.

Keywords: Clothes dryer machine, open system,refrigerant dehumidifier

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

i

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA

DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,054 m

3

/detik

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Teknik pada program studi Teknik Mesin

Diajukan Oleh

NICO LAURENSIUS NIM: 115214012

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

CLOTHES DRYER MACHINE OF OPEN SYSTEM

WITH DISCHARGE OF AIR FLOW RATE 0.054 m

3

/sec

FINAL PROJECT

As Partical Fulfillment of The Requirements

to Obtain the Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering

By

NICO LAURENSIUS Student Number : 115214012

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTEMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
(6)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)
(8)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

vii

ABSTRAK

Dewasa ini mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja dianggap sangat penting bagi masyarakat terutama di daerah pemukiman padat, daerah industri dan pelaku bisnis yang menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian. Tujuan penelitian adalah : (a) Merancang dan membuat mesin pengering pakaian (b) Mengetahui kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah pakaian yang dikeringkan. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian yang dibuat berjenis sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,054 m3/detik. Variasi penelitian adalah jumlah pakaian yang terdiri dari; 5 pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Bahan kain yang digunakan dalam penelitian yaitu kain salur polyester. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,905 kg/jam. Waktu untuk mengeringkan 5 pakaian merupakan paling cepat, dengan kecepatan pengeringan sebesar 0,303 kg/jam. Tetapi variasi 20 pakaian merupakan kapasitas paling efektif dari mesin.

(10)

viii

ABSTRACT

Nowadays, a clothes dryer machine which is environmentally-friendly, safe, practical and can be used at any time, is considered very important especially for dense settlement, industrial areas and business actors. The goals of this research are: (a) to design and make a clothes dryer machine (b) to measure speed of clothes drying with variations of number of clothes. The location of the research is Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University. The clothes dryer machine is open system with discharge of air flow rate 0.054 m3/sec. Variation of the research parameter is number of clothes: 5 clothes, 10 clothes, 15 clothes, and 20 clothes. The clothes in this research are polyester stripe fabric. The results show that average of drying speed is 0.905 kg/h mass of water. Time for drying 5 clothes is the fewest with drying speed of 0.303 kg/h. But 20 clothes variation brings the most effective capacity of the machine.

Keywords: Clothes dryer machine, open system,refrigerant dehumidifier.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat yang diberikan kepada penulis di dalam penyusunan Skripsi ini, sehingga

semuanya dapat berjalan dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang wajib terpenuhi oleh setiap

mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Prodi Teknik Mesin,

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Atas berkat, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kasih kepada:

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi.

3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi.

6. Tjioe Kie Soe dan Sumilah sebagai orang tua, atas semua dukungan baik

secara moril maupun materi yang diberikan kepada penulis selama belajar di

Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

7. Gatot dan Iin sebagai wali orang tua, atas semua dukungan baik secara moril

maupun materi yang diberikan kepada penulis selama belajar di Program Studi

Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

8. Teman-teman Teknik Mesin kelompok Skripsi mesin pengering pakaian

(12)

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

TITLE PAGE………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT...………... viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ……… 2

1.4 Batasan Masalah ……….……. 2

1.5 Manfaat Penelitian ……….….. 3

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ……….…. 4

(14)

xii

2.1.1 Metode - Metode Pengeringan Pakaian ………. 4

2.1.2 Dehumidifier ……….. 5

2.1.3 Parameter Proses Pengeringan……….. 8

2.1.3.1 Kelembaban ………... 8

2.1.3.2 Suhu Udara ………..……….…….……… 9

2.1.3.3 Aliran Udara ………..………… 9

2.1.3.4 Kelembaban Spesifik ……….. 10

2.1.4 Siklus Kompresi Uap ………. 10

2.1.5 Psychrometric Chart ……….…. 13

2.1.5.1 Parameter-Parameter dalam Psychrometric Chart …… 15

2.1.5.2 Proses-proses yang Terjadi Pada Udara di Mesin Dehumidifier dalam Psychrometric Chart………….… 17

2.1.6 Proses yang Terjadi pada Mesin Pengering Pakaian…………. 19

2.2 Tinjauan Pustaka ………. 20

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 22

3.1 Alat dan Bahan Penelitian …………...………... 22

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian ……… 23

3.2.1 Alat ……….. 23

3.2.2 Bahan ………... 25

3.2.3 Alat Bantu Penelitian ……….……….. 30

3.3 Tata Cara Penelitian ……….……..…... 34

3.3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ..……….………. 34

3.3.2 Pembuatan Mesin Pengering Pakaian …...………..… 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xiii

3.3.3 Proses Pengisian Refigeran 134a ………...………... 37

3.3.3.1 Proses Pemetilan ……….………..…..……. 37

3.3.3.2 Proses Pemvakuman ………..…………..….…... 37

3.3.3.3 Proses Pengisian Refigeran 134a ……….………... 38

3.3.4 Skematik Pengambilan Data ………..……. 39

3.3.5 Langkah-langkah Pengambilan Data ……….…………. 40

3.4 Cara Menganalisis dan Menampilkan Hasil ………... 32

3.5 Cara Mendapatkan Kesimpulan …………..……… 44

BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN .. 45

4.1 Hasil Penelitian ………. 45

4.2 Perhitungan ………... 49

4.3 Pembahasan ……….. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 60

5.1 Kesimpulan ………... 60

5.2 Saran ………. 60

DAFTAR PUSTAKA ……….. 62

LAMPIRAN ……… 64

A. Foto Alat yang Digunakan dalam Penelitian ………. 64

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel pengambilan data ………...…. 42

Tabel 3.2 Lanjutan tabel pengambilan data ……… 42

Tabel 4.1 Data hasil rata-rata untuk variasi 5 pakaian ……….……... 45

Tabel 4.2 Lanjutan data hasil rata-rata untuk variasi 5 pakaian ………… 46

Tabel 4.3 Data hasil rata-rata untuk variasi 10 pakaian ………..……….. 46

Tabel 4.4 Lanjutan data hasil rata-rata untuk variasi 10 pakaian …... 47

Tabel 4.5 Data hasil rata-rata untuk variasi 15 pakaian ………..……….. 47

Tabel 4.6 Lanjutan data hasil rata-rata untuk variasi 15 pakaian ……….. 48

Tabel 4.7 Data hasil rata-rata untuk variasi 20 pakaian …………..…….. 48

Tabel 4.8 Lanjutan data hasil rata-rata untuk variasi 20 pakaian ……….. 49

Tabel 4.9 Massa air yang akan diuapkan (M1) ……….……. 50

Tabel 4.10 Data hasil perhitungan 5 pakaian ..………. 55

Tabel 4.11 Data hasil perhitungan 10 pakaian ………. 55

Tabel 4.12 Data hasil perhitungan 15 pakaian ………. 55

Tabel 4.13 Lanjutan data hasil perhitungan 15 pakaian .………. 56

Tabel 4.14 Data hasil perhitungan 20 pakaian ………. 56

Tabel 4.15 Contoh pengeringan untuk 60 pakaian ………...…… 58

Tabel 4.16 Waktu yang seharusnya dibutuhkan mesin pengering pakaian tiap variasinya ……….…... 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Refrigerant dehumidifier ………...….. 6

Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier ……… 7

Gambar 2.3 Hygrometer, termometer basah dan termometer kering ….. 8

Gambar 2.4 Skematik siklus kompresi uap ………..…... 11

Gambar 2.5 P-h diagram siklus kompresi uap ……….……... 11

Gambar 2.6 T-s diagram siklus kompresi uap ………...……. 12

Gambar 2.7 Psychrometric chart ………...……….. 14

Gambar 2.8 Skematik psychrometric chart ………...……….. 16

Gambar 2.9 Proses-proses yang terjadi pada udaradalam psychrometric chart ………. 17

Gambar 2.10 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban...………. 18

Gambar 2.11 Proses pemanasan ……… 18

Gambar 2.12 Proses pendinginan evaporatif ……..………... 19

Gambar 2.13 Proses yang terjadi pada mesin pengering pakaian………... 20

Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian ………. 22

Gambar 3.2 Kain salur polyester ……….…… 22

Gambar 3.3 Styrofoam………. 26

Gambar 3.4 Busa ……….. 26

Gambar 3.5 Kondensor ……….……….…………..… 27

Gambar 3.6 Pipa kapiler ………....………….………. 27

(18)

xvi

Gambar 3.8 Evaporator …...……….……… 28

Gambar 3.9 Filter ……….……… 29

Gambar 3.10 Refrigeran 134a ………...………... 29

Gambar 3.11 Pressure gauge…………...……….. 30

Gambar 3.12 Kipas …………..……….………...……… 30

Gambar 3.13 Penampil suhu digital dan termokopel….……… 31

Gambar 3.14 Timbangan digital ……… 31

Gambar 3.15 Hygrometer digital ………...……….... 32

Gambar 3.16 Inverter variable frequency drive ………..….…... 32

Gambar 3.17 Stopwatch ………...….. 33

Gambar 3.18 Anemometer ………. 33

Gambar 3.19 Skematik diagram alur penelitian ……….…… 34

Gambar 3.20 Pemasangan komponen………..……...………….…. 35

Gambar 3.21 Komponen kelistrikan dan pemasangan busa .………. 36

Gambar 3.22 Rangka penyangga timbangan dan rangka untuk meletakan hanger .….………. 37

Gambar 3.23 Katup pengisian refrigeran ………...……… 38

Gambar 3.24 Skematik pengambilan data ……….……….... 39

Gambar 3.25 Penggunaan P-h diagram …..……… 43

Gambar 4.1 Suhu kerja kondensor (Tkond) dan suhu kerja evaporator (Tevap) ……… 51

Gambar 4.2 Psychrometric chart untuk variasi 5 pakaian pada menit 30 53 Gambar 4.3 Grafik kecepatan pengeringan ……….…... 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pengering pakaian menjadi alat bantu yang sangat penting di

dalam kehidupan manusia sehari-hari. Pengering pakaian dianggap sangat penting

bagi masyarakat terutama di daerah pemukiman padat seperti perkotaan dan di

daerah sekitar universitas, serta di daerah pertambangan dan industri. Terbatasnya

lahan dan cuaca yang tidak menentu seperti sekarang membuat masyarakat

membutuhkan sebuah alat yang dapat membantu manusia, dalam mengeringkan

pakaian.

Pada saat ini, hampir semua pelaku bisnis menggunakan mesin pengering

untuk mengeringkan pakaian. Rumah sakit dan hotel-hotel berbintang

menggunakan mesin pengering pakaian untuk mempercepat proses pengeringan

pakaian. Tempat pemandian air panas juga memerlukan mesin pengering untuk

mengeringkan pakaian dan handuk dalam jumlah besar. Selain itu mesin

pengering pakaian juga digunakan untuk keperluan usaha laundry.

Proses pengeringan pakaian dapat dilakukan dengan banyak cara mulai

dari cara yang konvensional sampai dengan cara yang modern. Dari menjemur

pakaian di bawah terik matahari, sampai dengan mempergunakan mesin

pengering elektrik maupun mesin pengering gas LPG. Setiap cara pengeringan

memiliki keunggulan dan kerugiannya masing-masing.

Keuntungan pengeringan dengan mempergunakan energi matahari selain

murah juga ramah lingkungan, sumber energi matahari tersedia di alam dan gratis.

Kerugiannya adalah jika musin hujan tiba matahari sering tertutup awan. Untuk

hari-hari yang dipenuhi hujan, pada musim hujan pakaian sulit dikeringkan

dengan mempergunakan energi matahari. Untuk kering perlu beberapa hari,

akibatnya pakaian menjadi berbau apek.

Keuntungan penggunaan mesin pengering gas LPG yaitu penggunaannya

tidak tergantung cuaca. Dapat dipergunakan kapan saja, baik siang maupun

(20)

2

dari gas LPG yang memungkinkan terjadinya kecelakaan ledakan gas LPG,

sehingga memerlukan pengawasan. Pakaian menjadi tercemar oleh gas buang

hasil pembakaran gas LPG, sehingga pakaian berbau gas. Proses pengeringan

pakaian tidak ramah lingkungan, karena menghasilkan gas buang hasil

pembakaran gas LPG. Temperatur gas buang yang dihasilkan tinggi, sehingga

pakaian menjadi cepat rusak.

Keuntungan penggunaan mesin pengering listrik yaitu pada saat proses

pengeringan, tidak perlu harus ditunggu, ramah lingkungan karena tidak

menimbulkan gas buang. Serta dalam proses pengeringan suhunya dapat diatur

dan dapat dilakukan kapan saja (siang maupun malam). Untuk kerugiannya boros

listrik karena membutuhkan daya listrik antara 1600-2400 watt.

Pada saat ini diperlukan suatu mesin pengering yang ramah lingkungan,

tidak berbahaya, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja. Berangkat dari

persoalan ini penulis tertantang untuk dapat menciptakan mesin tersebut. Inilah

yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah mendapatkan mesin pengering pakaian yang ramah

lingkungan, aman, dapat dipergunakan kapan saja dan praktis yang dapat

menggantikan peranaan energi matahari dalam pengeringan pakaian, terutama

pada musim hujan. Di pelaku bisnis, sebagian besar mesin pengering pakaian

mempergunakan energi dari gas LPG, yang dirasa kurang ramah lingkungan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Merancang dan membuat mesin pengering pakaian.

b. Mengetahui kecepatan pengeringan pakaian dari mesin pengering pakaian

yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah pakaian yang dikeringkan.

1.4 Batasan Masalah

Batasan-batasan yang dipergunakan dalam pembuatan mesin pengering ini

adalah :

a. Mesin pengering mempunyai sistem terbuka.

b. Mesin pengering bekerja dengan sumber energi dari listrik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

3

c. Kapasitas lemari pengering sekitar 20 pakaian.

d. Mesin pengering pakaian mempergunakan mesin yang dalam berkerjanya

menggunakan siklus kompresi uap.

e. Komponen utama dari siklus kompresi uap adalah kompresor, kondensor,

evaporator, pipa kapiler, serta refrigeran.

f. Kompresor yang digunankan berdaya 1 HP. Komponen lain menyesuaikan

dengan daya kompresor standar seperti yang ada dipasaran. Refrigeran yang

digunakan jenis 134a.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Dapat menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang mesin pengering.

b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi dalam pembuatan mesin

pengering.

c. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai acuan bagi para peneliti lain

untuk dapat merancang mesin pengering dengan kemampuan kerja yang lebih

(22)

4

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

2.1.1 Metode-Metode Pengering Pakaian

Metode dalam mengeringkan pakaian saat ini di pasaran ada 2 macam,

diantaranya (a) Pengering pakaian dengan sentrifugal dan heater (b) Pengering

pakaian dengan gas LPG dan kipas (c) Pengering pakaian dengan dehumidifikasi

(d) Pengering pakaian dengan penjemuran dibawah sinar matahari. Berikut ini

penjelasannya:

a. Pengering pakaian dengan gaya sentrifugal dan heater.

Pengering pakaian jenis ini merupakan metode yang paling banyak

ditemui di pasaran. Prinsip kerja metode pengering pakaian adalah memanfaatkan

gaya setrifugal untuk memisahkan air dari pakaian dan menggunakan pemanas,

seperti heater atau gas LPG sebagai pemanas ruangannya. Pakaian diputar di

dalam drum dengan kecepatan penuh oleh motor listrik dan bersamaan dengan itu

heater menciptakan udara panas yang disirkulasikan ke drum. Udara yang bersuhu

tinggi dalam drum menciptakan air pada pakaian menguap. Putaran yang tinggi

tersebut menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan uap air terhempas

keluar dari drum utama dan tertampung ke drum terluar, kemudian air yg

terkumpul langsung keluar melalui pipa output.

b. Pengering pakaian dengan pemanas dan kipas.

Pengering pakaian jenis ini merupakan metode pengering pakaian hasil

modifikasi yang banyak ditemui di pasaran. Prinsip kerja metode pengering

pakaian ini yaitu memanfaatkan panas yang dihasilkan dari heater atau gas LPG

yang disirkulasikan ke lemari. Tujuan dari pemanasan ini guna menaikkan suhu

udara serta menurunkan kelembaban. Akibat dari udara yang bersuhu tinggi pada

ruangan menyebabkan air dalam pakaian menguap. Selanjutnya udara lembab ini

dibuang keluar lemari yang biasanya disebut sistem terbuka dan ada yang

dibiarkan didalam lemari yang disebut sistem tertutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

5

c. Pengering pakaian dengan mesin dehumidifier.

Pengering pakaian jenis ini menggunakan metode mesin dehumidifier.

Pengering pakaian jenis ini sangat jarang ditemui di pasaran. Mesin pengering

pakaian bekerja dengan memanfaatkan proses dehumidifikasi dan pemanasan

udara yang disirkulasikan ke lemari. Udara diturunkan kelembabannya dan

dipanaskan, kemudian disirkulasikan ke lemari. Akibat dari udara udara kering

dan bersuhu tinggi pada ruangan menimbulkan air dalam pakaian menguap.

Selanjutnya udara lembab ini disirkulasikan kembali ke alat penurun kelembaban.

d. Pengering pakaian dengan penjemuran dibawah sinar matahari.

Metode pengering pakaian dengan dijemur dibawah sinar matahari ini

merupakan metode paling umum dilakukan oleh masyarakat. Panas yang

dihasilkan matahari dapat menguapkan air yang ada pada pakaian basah hingga

pakaian benar – benar kering yang siap disetrika. Tetapi seiring berkembangnya

jaman dan teknologi, banyak orang mencoba untuk menciptakan mesin pengering

pakaian. Hal ini bukan dikarenakan metode pengeringan ini tidak bisa

mengeringkan pakaian, melainkan metode ini sangat bergantung pada cuaca.

Namun metode pengeringan ini masih tetap banyak digunakan, karena dirasa

lebih mudah dan murah.

2.1.2Dehumidifier

Dehumidifier merupakan suatu alat pengering udara yang berfungsi

mengurangi tingkat kelembaban pada udara melalui proses dehumidifikasi. Proses

dehumidifikasi merupakan proses penurunan kadar air dalam udara menjadi udara

kering. Dehumidifikasi udara dapat dicapai dengan 2 metode. Pertama,

menggunakan metode pendinginan suhu udara di bawah titik embun dan

menggurangi tingkat kelembaban dengan cara kondensasi yang disebut

refrigerant dehumidifier. Kedua, menggunakan metode bahan pengering sebagai

penyerap kelembaban yang disebut desiccant dehumidifier. Berikut penjelasan

selengkapnya mengenai jenis dehumidifier tersebut :

a. Refrigerant dehumidifier

Refrigerant dehumidifier merupakan dehumidifier yang paling umum

(24)

6

produksinya yang murah, mudah dalam pengoperasiannya dan efektif jika di

aplikasikan dalam domestik maupun komersial. Dehumidifier ini akan berkerja

sangat baik jika ditempatkan pada ruangan bersuhu hangat dan berkelembaban

tinggi.

Prinsip kerjanya yaitu menggunakan sistem kompresi uap. Evaporator

akan menyerap uap air di dalam udara, kemudian udara dilewatkan kondensor

agar menjadi kering dan panas. Evaporator memiliki tugas menurunkan suhu

udara ke titik di mana kondensasi terjadi. Kondensasi terbentuk pada evaporator,

kemudian menetes kebawah dan tertampung pada wadah. Sedangkan kondensor

memiliki peran untuk menaikkan suhu udara agar udara menjadi semakin kering.

Gambar 2.1 Refrigerant dehumidifier.

Sumber :

http://www.andatech.com.au/blog/wp-content/uploads/2013/07/dehumidifiers-comparison.jpg

b. Desiccant dehumidifier

Desiccant dehumidifier mempunyai cara penurun kelembaban yang

berbeda dari jenis refrigerant dehumidifier. Dehumidifier ini menggunakan bahan

penyerap kelembaban berupa liquid atau solid, seperti silica gel atau batu zeloit.

Dehumidifier ini akan berkerja dengan sangat baik bila digunakan di daerah

beriklim dingin atau ketika diperlukan temperatur titik embun yang rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

7

Karena tidak ada air yang diproduksi selama proses tersebut, maka unit-unit ini

dapat bekerja secara efektif pada suhu sub nol.

Prinsip kerjanya melewatkan udara lembab ke bagian proses pada disc.

Disc dibuat seperti sarang lebah dan berisi bahan pengering (silica gel atau

zeloid). Disc umumnya dibagi menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh

sekat. Pertama bagian proses (75% dari lingkaran) dan kedua bagian reaktivasi

(25% dari lingkaran). Disc diputar perlahan-lahan menggunakan motor kecil.

Selanjutnya uap air pada udara akan diserap oleh disc bahan pengering. Kemudian

udara meninggalkan rotor dengan suhu hangat dan kering. Bersamaan dengan

berputarnya disc pada bagian reaktivasi disirkulasikan udara panas dari heater.

Pemanasan pada bagian reaktivasi bertujuan meregenerasi disc bahan

pengering (bagian proses). Kemudian air yang terserap oleh disc bagian reaktivasi

terlepas karena proses pemanasan dan heat exchanger bergantian menyerap uap

air tersebut. Uap air yang diserap oleh heat exchanger akan terpisah menjadi

udara dan air, udara akan disirkulasikan kembali ke heater sedangkan air akan

menetes dan tertampung pada tangki.

Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier.

Sumber :

(26)

8

2.1.3Parameter proses pengeringan

Untuk mendapatkan proses pengeringan ada beberapa parameter yang

harus dipenuhi, diantaranya (a) Kelembaban (b) Suhu udara (c) Aliran udara (d)

Kelembaban spesifik. Berikut ini penjelasannya :

2.1.3.1Kelembaban

Kelembaban didefinisikan sebagai jumlah kandungan air dalam udara.

Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang

dikandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Udara terdiri dari berbagai macam

komponen antara lain udara kering, uap air, polutan, debu dan partikel lainnya.

Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara kering, sedangkan udara

yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab. Komposisi dari udara

terdiri berbagai jenis gas yang relatif konstan. Komposisi udara kering teridiri dari

N2 dengan volume 78,09% dan berat 75,53%; O2 volume 20,95% dan berat

23.14%; Ar volume 0,93% dan berat 1,28% serta CO2 volume 0,03 dan berat

0.03%.

Gambar 2.3 Hygrometer, termometer basah dan termometer kering.

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban biasanya

menggunakan hygrometer atau dengan mengunakan termometer bola basah dan

thermometer bola kering. Prinsip kerja dari hygrometer yaitu dengan

menggunakan dua buah termometer. Termometer pertama dipergunakan untuk

mengukur suhu udara kering dan termometer kedua untuk mengukur suhu udara

basah. Pada termometer bola kering, tabung air raksa pada termometer dibiarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

9

kering sehingga akan mengukur suhu udara aktual. Sedangkan pada termometer

bola basah, tabung air raksa diberi kain yang dibasahi agar suhu yang terukur

adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat

berkondensasi.

Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak

dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah banyaknya air yang

terkandung dalam 1 m3 udara kering. Kelembaban relatif merupakan persentase perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1 m3 dengan jumlah air maksimal yang terkandung dalam 1 m3 tersebut. Kelembaban relatif menentukan kemampuan udara pengering untuk menampung kadar air pakaian yang telah

diuapkan. Semakin rendah kelembaban relatif maka maka semakin banyak uap air

yang dapat diserap.

2.1.3.2Suhu Udara

Suhu udara adalah keadaaan panas atau dinginnya udara di suatu tempat.

Suhu udara dinyatakan panas jika suhu udara pada tempat dan waktu tertentu

melebihi suhu lingkungan disekitarnya dan begitu sebaliknya untuk suhu udara

dingin. Suhu udara rata-rata di wilayah tropis, khususnya indonesia yaitu 28oC. Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengeringan. Semakin besar

perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu pakaian maka kemampuan

perpindahan kalor semakin besar, maka proses penguapan air juga semakin besar.

Agar bahan yang dikeringkkan tidak sampai rusak, suhu udara harus diatur atau

dikontrol terus menerus.

2.1.3.3Aliran Udara

Aliran udara pada proses pengeringan mempunyai fungsi membawa udara

panas untuk menguapkan kadar air pakaian serta mengeluarkan uap air hasil

penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan harus segera dikeluarkan agar tidak

membuat jenuh udara pada ruangan, yang dapat mengganggu proses pengeringan.

Semakin besar debit aliran udara panas yang mengalir maka akan semakin besar

kemampuannya menguapkan kadar air dari pakaian, namun berbanding terbalik

dengan suhu udaranya yang justru menurun. Untuk memperbesar debit aliran

(28)

10

aliran udara (v). Untuk menghitung debit aliran udara dapat dipergunakan

persamaan (2.1) :

Qudara = A . v … (2.1)

dengan Qudara adalah debit aliran udara, A adalah luas penampang, dan v adalah

kecepatan aliran udara.

2.1.3.4Kelembaban Spesifik

Kelembaban spesifik atau rasio kelembaban (w) adalah jumlah kandungan

uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara

massa uap air dengan massa udara kering. Kelembaban spesifik umumnya

dinyatakan dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau kg/kg. Dalam

sistem dehumidifier semakin besar perbandingan kelembaban spesifik setelah

keluar dari mesin pengering (wF) dengan kelembaban spesifik setelah melewati

kondensor (wD), maka semakin banyak massa air yang berhasil diuapkan. Massa

air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan Persamaan (2.2) :

Δw = … (2.2)

dengan Δw adalah massa air yang berhasil diuapkan, wF adalah kelembaban

spesifik setelah keluar dari mesin pengering, dan wD adalah kelembaban spesifik

setelah melewati kondensor.

2.1.4Siklus Kompresi Uap

Mesin refrigerasi siklus kompresi uap merupakan jenis mesin refrigerasi

yang dipergunakan pada mesin dehumidifikasi.Terdapat berbagai jenis refrigeran

yang digunakan dalam sistim kompresi uap. Refrigeran yang umum digunakan

adalah yang termasuk kedalam keluarga chlorinated fluorocarbons (CFCs,

disebut juga freon): R-11, R-12, R-21, R-22, R-502, dan R-134a. Namun pada

siklus kompresi uap saat ini umumnya menggunakan refrigeran R-134a sebagai

fluidanya karena lebih ramah lingkungan. Komponen utama dari sebuah siklus

kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan pipa kapiler.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

11

Gambar 2.4 Skematik siklus kompresi uap.

Dalam siklus ini uap refrigeran bertekanan rendah akan dikompresi oleh

kompresor sehingga menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi, dan kemudian uap

refrigeran bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan

tinggi dalam kondensor. Kemudian cairan refrigeran tekanan tinggi tersebut

tekanannya diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigeran tekanan rendah

tersebut dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran

tekanan rendah.

(30)
[image:30.595.95.510.106.462.2]

12

Gambar 2.6 T-s diagram siklus kompresi uap.

Di dalam siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami

beberapa proses yaitu :

a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi kering. Proses ini dilakukan oleh

kompresor, di mana refrigeran yang berupa gas bertekanan rendah mengalami

kompresi yang mengakibatkan refrigeran menjadi gas bertekanan tinggi. Karena

proses ini berlangsung secara isentropik (proses pada entalpi (s) konstan), maka

suhu yang keluar dari kompresor juga meningkat menjadi gas panas lanjut.

b. Proses (2-2a) merupakan penurunan suhu (desuperheating). Proses ini

berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran gas panas lanjut yang

bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik gas jenuh. Proses (2-2a) berlangsung

pada tekanan yang konstan.

c. Proses (2a-3a) merupakan proses kondensasi atau pembuangan kalor ke udara

lingkungan sekitar kondensor pada suhu konstan. Pada proses ini terjadi

perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase ini terjadi

karena temperatur refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara lingkungan sekitar

kondensor, maka terjadi pembuangan kalor ke udara lingkungan sekitar

kondensor. Proses (2a-3a) berlangsung pada tekanan dan suhu yang konstan.

d. Proses (3a-3) merupakan proses pendinginan lanjut. Pada proses ini terjadi

pelepasan kalor sehingga temperatur refrigeran yang keluar dari kondensor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

13

menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair. Hal ini membuat refigeran lebih

mudah mengalir dalam pipa kapiler.

e. Proses (3-4) merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan

berlangsung pada entalpi yang tetap. Proses in terjadi selama di dalam pipa

kapiler. Pada proses ini refrigeran berubah fase dari cair menjadi fase cair-gas.

Akibat penurunan tekanan ini, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan.

f. Proses (4-1a) merupakan proses evaporasi atau penguapan. Pada proses ini

terjadi perubahan fase dari cair gas menjadi gas jenuh. Perubahan fase ini terjadi

karena temperatur refrigeran lebih rendah daripada suhu udara lingkungan sekitar

kondensor, maka terjadi penyerapan kalor dari udara lingkungan sekitar

kondensor. Proses (4-1a) berlangsung pada tekanan yang tetap dan suhu konstan.

g. Proses (1a-1) merupakan proses pemanasan lanjut. Proses ini yang terjadi

karena penyerapan kalor terus menerus pada proses (4-1a), maka refrigeran yang

masuk ke kompresor berubah fase dari gas jenuh ke gas panas lanjut. Kemudian

mengakibatkan kenaikan tekanan dan temperatur refrigeran. Dengan terjadinya

proses pemanasan lanjut ini, menjadikan kompresor bekerja lebih ringan.

2.1.5 Psychrometric Chart

Psychrometric chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan

karakeristik dari udara di lingkungan tersebut. Skematis psychrometric chart

dapat dilihat pada Gambar 2.7 dimana masing-masing kurva atau garis akan

menunjukkan nilai properti yang konstan. Untuk mengetahui nilai dari

properti-properti (Tdb, Twb, Tdp, h, RH, w, dan V) bisa dilakukan apabila minimal dua buah

(32)
[image:32.595.100.509.108.703.2]

14

Gambar 2.7 Psychrometric chart.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

15

2.1.5.1Parameter-Parameter Dalam Psychrometric Chart

Parameter-parameter udara dalam Psychrometric chart, diantaranya (a)

Temperatur kering (b) Temperatur basah (c) Temperatur titik embun (d)

kelembaban spesifik (e) Volume spesifik (f) entalpi (g) kelembaban relatif.

Berikut ini penjelasannya :

a. Temperatur bola kering (Tdb)

Temperatur bola kering adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui

pengukuran dengan slink psikrometer pada termometer dengan bola kering.

b. Temperatur bola basah (Twb)

Temperatur bola basah adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui

pengukuran dengan slink psikrometer pada termometer bola basah.

c. Temperatur titik embun (Tdp)

Temperatur titik embun adalah suhu di mana udara mulai menunjukkan

aksi pengembunan ketika didinginkan.

d. Kelembaban spesifik (w)

Kelembaban spesifik adalah jumlah kandungan uap air di udara dalam

setiap kilogram udara kering (kg air/ kg udara kering).

e. Volume spesifik (V)

Volume spesifik adalah volume udara campuran dalam m3/kg udara kering.

f. Entalpi (h)

Entalpi adalah energi kalor yang dibutuhkan untuk mengubah wujud suatu

zat yang dinyatakan dalam satuan kJ/kg udara kering.

g. Kelembaban relatif (RH)

Kelembaban relatif (RH) adalah persentase perbandingan jumlah air yang

(34)
[image:34.595.100.514.130.667.2]

16

Gambar 2.8 Skematik psychrometric chart.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

17

2.1.5.2Proses-proses Yang Terjadi Pada Udara Di Mesin Pengering Pakaian Dalam Psychrometric Chart

Proses-proses yang terjadi pada udara di mesin pengering pakaian dalam

psychrometric chart, diantaranya (a) Proses pendinginan dan penurunan

kelembaban (cooling dan dehumidifikasi) (b) Proses pemanasan (heating) (c)

[image:35.595.100.504.229.529.2]

Proses pendinginan evaporatif. Berikut ini penjelasannya :

Gambar 2.9 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart.

a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling anddehumidify).

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan

kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses pendinginan dan

penurunan kelembaban, terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola

basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelmbaban spesifik.

(36)
[image:36.595.100.503.103.762.2]

18

Gambar 2.10 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban.

b. Proses pemanasan (heating).

Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke

udara. Pada proses proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering,

temparatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik

embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif

mengalami penurunan.

Gambar 2.11 Proses pemanasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[image:36.595.96.497.106.429.2]
(37)

19

c. Proses pendinginan evaporatif (evaporative cooling)

Proses pendinginan evaporatif adalah proses pengurangan kalor sensibel

ke udara sehingga suhu udara tersebut menurun. Proses ini disebabkan oleh

perubahan temperatur bola kering dan rasio kelembaban. Pada proses pendinginan

evaporatif, terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Sedangkan

temperatur titik embun, kelembaban relatif dan kelembaban spesifik mengalami

[image:37.595.99.497.247.539.2]

peningkatan. Namun entalpi dan temperatur bola basah tetap konstan.

Gambar 2.12 Proses pendinginan evaporatif.

2.1.6 Proses Yang Terjadi Pada Mesin Pengering Pakaian

Gambar 2.13 menyajikan yang terjadi pada mesin pengering pakaian.

Udara dikondisikan melalui proses pendinginan dan penurunan kelembaban

(cooling and dehumidify) guna mendapatkan udara yang diinginkan. Proses

cooling anddehumidify ini terjadi pada evaporator. Kemudian udara dikondisikan

melalui proses pemanasan (heating) untuk mendapatkan suhu yang diinginkan.

Proses pemanasan ini terjadi pada kondensor. Selanjutnya udara disirkulasikan

melewati pakaian untuk mendapatkan proses pendinginan evaporatif (evaporative

(38)
[image:38.595.102.514.110.623.2]

20

Gambar 2.13 Proses yang terjadi pada mesin pengering pakaian.

Pada dasarnya fungsi evaporator sebagai unit proses pendinginan dan

dehumidifikasi untuk menghasilkan udara yang bersuhu dingin dan mengurangi

kadar air dalam udara. Dimana udara tersebut digunakan untuk proses pemanasan,

sehingga terjadi kenaikan suhu udara dan penurunan kelembaban udara.

Kemudian udara tersebut digunakan untuk proses pendinginan evaporatif,

sehingga terjadi kenaikan kelembaban dan penurunan suhu udara.

Menentukan laju aliran massa udara pada duct dapat dihitung dengan Persamaan

(2.3).

ṁudara = ρudara . Qudara … (2.3)

dengan ṁudara adalah laju aliran massa udara pada duct, ρudara adalah densitas

udara, dan Qudara adalah debit aliran udara.

Menentukan kemampuan mengeringkan massa air dapat dihitung dengan

Persamaan (2.4).

M2 = ṁudara . Δw . 3600 … (2.4)

dengan M2 adalah kemampuan mengeringkan massa air, ṁudara adalah laju aliran

massa udara pada duct, dan Δw adalah massa air yang berhasil diuapkan.

2.2 Tinjauan Pustaka

Maruca (2007) dalam dokumen paten US. Pat. No 7,191,546 B2 yang

berjudul “Low Temperature Clothes Dryer”, menggambarkan pengeringan

pakaian kabinet yang memiliki ruang pengering, kipas sirkulasi, pompa panasdan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

21

heater yang berfungsi baik sebagai dehumidifier dan pemanas. Heater dan sensor

digunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan suhu udara dalam ruang

pengering setidaknya sekitar 90oF. Kemudian kondensor bertindak sebagai pemanas, dan evaporator yang bertindak sebagai dehumidifier. Udara disirkulasi

oleh kipas ke dalam kabinet melalui inlet, yang sudah dipanaskan oleh kondensor,

kemudian beredar di seluruh pakaian dalam ruang pengering. Selanjutnya udara

dihisap ke saluran pendingin dimana kelembaban udara dihilangkan oleh

evaporator dan air ditampung pada wadah tampungan.

Meda (1983) dalam dokumen paten Eropa No 0 094 356 A1, yang

berjudul “Drier, In Particular A Clothes-Drying Cabinet” menggambarkan

pengeringan pakaian kabinet yang memiliki ruang pengering, kipas sirkulasi, dan

pompa panas yang berfungsi baik sebagai dehumidifier dan pemanas. Pompa

panas meliputi kompresor, kondensor yang bertindak sebagai pemanas, dan

evaporator yang bertindak sebagai dehumidifier. Udara disirkulasi oleh kipas ke

dalam kabinet melalui inlet, dipanaskan oleh kondensor, beredar di seluruh

pakaian dalam ruang pengering, dan diarahkan ke saluran pendingin dimana

kelembaban udara dihilangkan oleh evaporator dan air ditampung pada wadah

tampungan.

Keimei; Shigeharu, dan Shingo (1992) dalam dokumen paten Jepang No

40899099, yang berjudul “Clothing Dryer”. Menjelaskan pengering pakaian

memiliki lemari utama, sebuah dehumidifier dan pemanas. Udara disirkulasikan

keluar melalui sistem kipas. Sebuah sensor suhu dioperasikan untuk mengatur

suhu dalam kabinet dan exhaust ports akan membuka jika suhu di ruangan terlalu

(40)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan yaitu mesin pengering pakaian dengan

benda uji kain salur. Gambar 3.1 memperlihatkan skematik alat yang dijadikan

penelitian.

[image:40.595.100.497.236.747.2]

Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian.

Gambar 3.2 Kain salur polyester.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

23

Variasi penelitian dilakukan terhadap jumlah pakaian yang akan

dikeringkan. Variasi jumlah pakaian penelitian yang dipilih sebanyak 5 pakaian,

10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Penelitian akan dilakukan sebanyak 3

kali percobaan, guna mendapatkan hasil karakeristik mesin pengering pakaian.

Kain yang akan dijadikan benda penelitian ini terbuat dari kain salur polyester.

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian

Dalam proses pembuatan mesin pengering ini diperlukan alat dan bahan

sabagai berikut :

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan lemari mesin

pengering pakaian, antara lain :

a. Mesin las listrik

Mesin las listrik digunakan dalam pembuatan rangka lemari. Dengan

memakai proses pengelasan untuk penyambungan rangkanya, diharapkan rangka

yang dibuat akan memiliki kontruksi yang kuat dan tahan lama.

b. Gerinda tangan dan gerinda potong

Gerinda digunakan untuk menghaluskan permukaan suatu benda kerja atau

pun memotong suatu plat. Dalam proses pembuatan rangka lemari mesin

pengering pakaian, gerinda yang digunakan yaitu gerinda tangan dan gerinda

potong.

c. Bor dan gunting plat

Bor digunakan untuk membuat lubang. Pembuatan lubang dilakukan untuk

pemasangan paku rivet dan pemasangan baut. Gunting plat digunakan untuk

memotong plat seng casing mesin pengering pakaian.

d. Gergaji besi dan gergaji kayu

Gergaji besi digunakan untuk memotong besi. Besi yang dipotong

menggunakan gergaji besi adalah besi siku L berlubang. Dimana besi tersebut

digunakan sebagai bahan utama pembuatan rangka untuk peletakan timbangan.

Sedangkan gergaji kayu digunakan untuk mengergaji papan kayu alas komponen

(42)

24 e. Obeng dan kunci pas

Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang

digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Kunci pas digunakan untuk

mengencangkan baut.

f. Meteran dan mistar

Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses

pembuatan rangka, meteran banyak digunakan untuk mengukur panjang plat seng,

besi siku L dan besi hollow. Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur

panjang dari suatu benda, seperti styrofoam dan busa.

g. Pisau cutter dan cat

Pisau cutter digunakan untuk memotong suatu benda, seperti memotong

styrofoam dan lakban. Sedangkan cat digunakan untuk melapisi besi atau

mencegah dari terjadinya korosi.

h. Lakban dan lem aibon

Lakban digunakan untuk menutup celah-celah sambungan styrofoam dan

plat seng. Sedangkan lem aibon digunakan untuk merekatkan styrofoam dan busa

dengan plat seng.

i. Tang kombinasi dan tang riveter

Tang kombinas digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat

agar kencang. Tang riveter digunakan untuk mengeling paku keling. Tang riveter

ini digunakan pada pemasangan casing pada rangka.

j. Tube cutter

Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Agar hasil potongan

pada pipa lebih baik serta dapat mempermudah proses pengelasan.

k. Tube expander

Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan ujung

pipa tembaga agar antar pipa dapat tersambung dengan baik.

l. Gas las Hi-cook

Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan

pipa-pipa tembaga komponen mesin pengering lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

25 m. Bahan las

Bahan las yang digunakan dalam penyampungan pipa kapiler

menggunakan perak, kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk

menyambung antara tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan

tambahan bertujuan agar sambungan pengelasan lebih merekat.

n. Metil

Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran

pipa kapiler. Dosis pemakaian yaitu sebanyak satu tutup botol metil.

o. Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak di

sistem mesin pengering pakaian, seperti udara dan uap air. Hal ini dimaksudkan

agar tidak menggangu atau menyumbat refrigeran. Karena uap air yang berlebihan

pada sistem pendinginan dapat membeku dan menyumbat filter atau pipa kapiler.

3.2.2 Bahan

Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan lemari

mesin pengering pakaian, antara lain :

a. Plat Seng

Plat seng digunakan sebagai casing luar mesin pengering pakaian.

Pemilihan plat seng sebagai casing luar dikarenakan terdapatnya casing dalam

dari bahan styrofoam.

b. Besi Hollow

Besi hollow digunakan sebagai rangka alas mesin pengering pakaian.

Pemilihan ini dikarenakan besi hollow memiliki profil hollow, yang menjadikan

cocok dan kuat menahan beban komponen-komponen mesin pengering pakaian.

c. Styrofoam

Styrofoam digunakan sebagai casing dalam, dengan tebal 20 mm. Seperti

yang diketahui bahwa styrofoam mempunyai konduktifitas termal sebesar 0,033

(44)
[image:44.595.100.511.101.632.2]

26

Gambar 3.3 Styrofoam.

d. Busa

Busa berfungsi untuk meminimalisir kebocoran udara dan temperatur ke

luar ruangan. Dalam penelitian ini digunakan untuk menutup celah-celah udara

pada mesin pengering pakaian dan untuk melapisi pintu-pintu.

Gambar 3.4 Busa.

e. Besi siku L dan besi siku L berlubang.

Besi siku L digunakan sebagai rangka mesin pengering pakaian.

Sedangkan besi siku L berlubang digunakan sebagai rangka penyangga

timbangan.

f. Roda

Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat

memindahkan mesin pengering dari satu tempat ke tempat lain.

g. Kawat

Kawat digunakan untuk mengikat rangka peletakan hanger secara

menyilang dengan timbangan, guna mendapatkan posisi timbangan yang

seimbang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

27 h. Kondensor

Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk

mengkondensasikan refrigeran dari fase uap menjadi zat cair. Untuk mengubah

fase dari uap menjadi cair ini diperlukan suhu lingkungan yang dilebih rendah

[image:45.595.99.507.213.611.2]

agar terjadi pelepasan kalor ke lingkungan kondensor.

Gambar 3.5 Kondensor.

i. Pipa kapiler

Pipa kapiler adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan

refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum ke evaporator.

Gambar 3.6 Pipa kapiler.

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-ttGC2E17Cf4/UPQ6dYB-slI/AAAAAAAACBQ/fc4pCj

Bdmhg/s1600/pipa_kapiler.jpg

j. Kompresor

Kompresor merupakan unit yang berfungsi untuk mengkompresi dan

mensirkulasikan refrigeran ke pipa-pipa mesin pengering pakaian. Pada penelitian

ini menggunakan kompresor rotari merk Mitsushita 2P17S225A dengan daya 1

(46)

28

Gambar 3.7 Kompresor rotari.

Sumber :

http://2.bp.blogspot.com/_Sec6Fb7rfvI/TE2nZi9ERdI/AAAAAAAAAJk/_M8--PNozCs/s1600/Rotary+Compressor.jpg

k. Evaporator

Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran,

[image:46.595.100.513.106.623.2]

yang sebelumnya dari fase cair menjadi gas.

Gambar 3.8 Evaporator.

l. Filter

Filter merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak

terjadi penyumbatan pada pipa kapiler, seperti kotoran akibat korosi,

serbuk-serbuk sisa pemotongan dan uap air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

29

Gambar 3.9 Filter.

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-VSQY6Rsre5o/UI4BM9DhCsI/AAAAAAAAEis/hESK4

T0Bkhc/s1600/ Strainer-Muffler-Filter-Drier.jpg

m. Refrigeran

Refrigeran adalah jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin.

Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar.

Jenis gas yang dipergunakan dalam penelitian adalah jenis R 134a.

Gambar 3.10 Refrigeran 134a.

Sumber : http://img.hisupplier.com/var/userImages/2008-04/10/mehree_133919.jpg

n. Pressure Gauge

Pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran dalam

sistem pendinginan baik dalam saat pengisian maupun pada saat beroperasi.

Dalam pressure gauge ini terdapat 2 alat ukur, yaitu tekanan hisap kompresor dan

(48)

30

Gambar 3.11 Pressure gauge.

o. Kipas

Kipas digunakan untuk mensirkulasikan udara kering hasil proses

dehumidifikasi dan membuang udara jenuh dari lemari pengering.

Gambar 3.12 Kipas.

3.2.3 Alat Bantu Penelitian

Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian sebagai

berikut:

a. Penampil suhu digital dan termokopel

Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur pada

saat pengujian. Cara kerjanya pada ujung termokopel diletakkan (ditempelkan

atau digantung) pada bagian yang akan diukur, maka suhu akan tampil pada layar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

31

penampil suhu digital. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi agar lebih

akurat. Spesifikasi penampil suhu digital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.

Gambar 3.13 Penampil suhu digital dan termokopel.

b. Timbangan digital

Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat pakaian dalam

pengujian. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi karena adanya beban

tambahan dari hanger pakaian.

Gambar 3.14 Timbangan digital.

c. Hygrometer digital

Hygrometer digital digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu pada

saat pengujian. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi agar lebih akurat

karena penulis mengunakan dua hygrometer. Spesifikasi hygrometer digital yang

(50)

32

Gambar 3.15 Hygrometer digital.

d. Inverter variable frequency drive

Inverter variable frequency drive merupakan sebuah alat pengatur

kecepatan motor dengan mengubah nilai frekuensi dan tegangan yang masuk ke

motor. Pengaturan nilai frekuensi dan tegangan ini dimaksudkan untuk

mendapatkan kecepatan putaran dan torsi motor yang diinginkan. Dalam

penelitian ini digunakan untuk mengatur kecepatan motor kipas. Spesifikasi

Inverter variable frequency drive yang digunakan dapat dilihat dilampiran.

Gambar 3.16 Inverter variable frequency drive.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

33 e. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk

pengujian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data yaitu 15 menit.

Gambar 3.17 Stopwatch.

f. Anemometer

Anemometer digunakan uuntuk mengukuer kecepatan aliran udara pada

duct. Dalam penelitian ini satuan yang digunakan adalah m/s. Spesifikasi

[image:51.595.99.503.180.707.2]

anemometerdigital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.

(52)

34

3.3 Tata Cara Penelitian

3.3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian

[image:52.595.97.497.181.701.2]

Alur pelaksanaan penelitian mesin pengering pakaian disajikan dalam

Gambar 3.19 sebagai berikut :

Gambar 3.19 Skematik diagram alur penelitian. Perancangan mesin pengering pakaian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan mesin pengering pakaian dan lemari pakaian

Pengambilan data

Pengolahan, analisi data / pembahasan, kesimpulan dan saran

Selesai Uji coba

Baik

Tidak baik Pemvakuman dan pengisian refrigeran 134a

pada mesin dehumidifier

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

35

3.3.2 Pembuatan Mesin Pengering Pakaian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pengering

pakaian yaitu :

1. Merancang bentuk dan model mesin pengering pakaian.

2. Membuat rangka mesin pengering dengan bahan besi siku L.

3. Pemasangan balok kayu sebagai alas komponen, seperti; kompresor,

evaporator, kondensor dan kipas.

4. Pemasangan tampungan air evaporator dan pemasangan kipas.

5. Pemasangan komponen yang terdari evaporator, kondensor, filter dan

kompresor.

6. Pemasangan pipa kapiler, pipa-pipa tembaga dan pengelasan sambungan antar

pipa.

[image:53.595.99.515.173.589.2]

7. Pemasangan set pressure gauge.

Gambar 3.20 Pemasangan komponen.

8. Pemotongan plat seng dengan ukuran tertentu.

9. Pemasangan plat seng pada rangka. Pemasangan dilakukan dengan membuat

lubang dari casing seng sampai ke rangka dengan menggunakan bor.

10.Selanjutnya proses pengelingan casing dengan paku keling

11.Pemasangan pintu.

12.Kemudian pemasangan komponen kelistrikan dan perkabelan mesin pengering

(54)

36

13.Pemasangan busa guna meminimalisir kebocoran udara.

Gambar 3.21 Komponen kelistrikan dan pemasangan busa.

14.Pembuatan lemari mesin pengering pakaian.

15.Pembuatan dan pengelasan rangka mesin pengering dengan bahan besi siku L

dan besi hollow.

16.Pemasangan kipas exhaust.

17.Pemotongan casing seng dengan ukuran tertentu.

18.Pemasangan casing luar pada rangka. Pemasangan dilakukan dengan

membuat lubang dari casing luar sampai ke rangka dengan menggunakan bor

tangan.

19.Selanjutnya proses pengelingan casing dengan paku keling.

20.Pemasangan styrofoam sebagai casing dalam dan pemasangan busa pada

pintu-pintu.

21.Kemudian pemasangan kelistrikan dan kabel kipas untuk lemari pengering.

22.Pembuatan rangka penyangga timbangan. Serta pembuatan lubang pada

casing atas, sebanyak 4 lubang dengan diameter lubang 10 mm. Lubang ini

digunakan untuk pemasangan baut pengencang rangka.

23.Pembuatan dan pemasangan rangka peletakan hanger. Kemudian ikat ujung

tiang besi rangka dengan kawat secara menyilang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)
[image:55.595.98.515.121.581.2]

37

Gambar 3.22 Rangka penyangga timbangan dan rangka untuk meletakan hanger.

3.3.3 Proses Pengisian Refrigeran 134a

Sebelum pengisian refrigeran diperlukan beberapa proses yaitu proses

pemetilan dan pemvakuman agar mesin pengering dapat digunakan.

3.3.3.1Proses Pemetilan

Pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang atau dilas pada

evaporator, dengan cara yaitu :

1. Hidupkan kompresor dan tutup pentil tersebut.

2. Kemudian tuang metil kira-kira 1 tutup botol metil.

3. Berikan 1 tutup botol metil tersebut pada ujung pipa kapiler, kemudian

dihisap oleh pipa kapiler tersebut.

4. Matikan kompresor dan las ujung pipa kapiler pada lubang keluar pada filter.

3.3.3.2Proses Pemvakuman

Merupakan proses untuk menghilangkan udara, uap air dan kotoran

(korosi) yang terjebak dalam siklus mesin pengering. Berikut langkah-langkah

pemvakuman, antara lain :

1. Persiapkan pressure gauge berikut 1 selang berwarna biru (low pressure),

yang dipasang pada pentil yang sudah dipasang dopnya dan 1 selang berwarna

merah (high pressure), yang dipasang pada tabung refrigeran.

2. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran tabung

(56)

38

3. Hidupkan kompresor, maka secara otomatis udara yang terjebak dalam siklus

akan keluar melalui potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan lubang

keluar filter.

4. Pastikan bahwa udara yang terjebak telah habis. Untuk memastikannya

dengan cara menyalakan korek api dan ditaruh di depan ujung potongan pipa

kapiler.

5. Selain itu, pada jarum pressure gauge akan menunjukan angka 0 psi.

6. Cek kebocoran pada sambungan-sambungan pipa dan katup dengan busa

sabun. Jika terdapat gelembung-gelembung udara maka sambungan tersebut

masih terjadi kebocoran.

7. Setelah sudah dipastikan semua tidak terjadi kebocoran, langkah selanjutnya

mengelas ujung potongan pipa kapiler tersebut.

3.3.3.3Proses Pengisian Refrigeran134a

Untuk melakukan pengisian refigeran pada mesin mesin pengering,

diperlukan beberapa prosedur, seperti berikut :

1. Pasang salah satu selang pressure gauge berwarna biru pada katup pengisian

(katup tengah) pressure gauge, kemudian ujung selang pressure gauge satunya

[image:56.595.100.515.97.727.2]

pada katup tabung refrigeran 134a.

Gambar 3.23 Katup pengisian refrigeran.

2. Hidupkan kompresor dan buka keran pada katup tabung refrigeran secara

perlahan-lahan. Setelah tekanan pada high pressure gauge mencapai tekanan

yang diinginkan, tutup keran pada katup tabung refrigeran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

39

3. Setelah refrigeran terisi ke dalam siklus mesin, lepaskan selang pressure

gauge. Cek lubang katup, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun guna

mengetahui kebocoran.

3.3.4 Skematik Pengambilan Data

Untuk mempermudah pemahaman tentang kerja mesin pengering pakaian,

alur dan sistem kerja ditampilkan dalam skematik mesin pengering pakaian yang

[image:57.595.101.495.231.753.2]

diteliti tersaji pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Skematik pengambilan data.

Keterangan Gambar 3.24 skematik mesin pengering pakaian :

a. Termokopel(Tin)

Termokopel berfungsi mengukur suhu udara kering sebelum masuk mesin

pengering.

b. Termokopel (T1)

Termokopel berfungsi mengukur suhu udara kering setelah melewati

evaporator.

c. Termokopel(T2)

Termokopel berfungsi mengukur suhu udara kering setelah melewati

(58)

40 d. Termokopel(Tout)

Termokopel berfungsi mengukur suhu udara kering setelah keluar dari mesin

pengering.

e. Hygrometer (RHin)

Hygrometer berfungsi mengukur kelembaban udara sebelum masuk mesin

pengering.

f. Hygrometer (RH2)

Hygrometer berfungsi mengukur kelembaban udara setelah melewati

kondensor.

g. Hygrometer (RHout)

Hygrometer berfungsi mengukur kelembaban udara setelah keluar dari mesin

pengering.

h. Pressure gauge (P1)

Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang masuk

kompresor.

i. Pressure gauge (P2)

Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran yang keluar

kompresor.

j. Anemometer (v)

Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara pada duct.

3.3.5 Langkah-langkah Pengambilan Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu sebagai

berikut :

a. Penelitian di ambil pada tempat terbuka dan pada musim kemarau. Perubahan

suhu sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini diabaikan, karena suhu

sekitar dan kelembabannya selalu berubah-ubah sesuai cuaca.

b. Pastikan bahwa termokopel, hygrometer, dan timbangan digital yang

digunakan sudah dikalibrasi.

c. Pastikan bahwa kipas berkerja. Serta pastikan saluran pembuangan air tidak

tersumbat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

41

d. Letakkan alat bantu penelitian pada tempat yang sudah ditetapkan.

e. Kemudian nyalakan mesin pengering pakaian, kipas 1 dan kipas 2.

f. Atur frekuensi motor kipas pada inverter variable frequency drive sampai 50

Hz.

g. Kemudian catat massa kosong (rangka dan hanger). Selanjutnya timbang dan

catat massa pakaian kering (MPK).

h. Selanjutnya tutup semua pintu lemari mesin pengering dan tunggu sampai 30

menit, guna mesin pengering pakaian mencapai suhu kerja yang konstan.

i. Basahi dan peras pakaian sampai air tidak menetes kembali. Kemudian

timbang dan catat massa pakaian basah awal (MPBA). Untuk percobaan

kedua dan ketiga massa pakaian basah awal harus didapat hasil yang sama

dengan percobaan pertama.

j. Cek tekanan P1 dan P2, kemudian tutup semua pintu.

k. Atur alarm stopwatch menjadi per 15 menit.

l. Data yang perlu dicatat per 15 menit, antara lain :

MPBSt : Massa pakaian basah saat t, (kg)

RHin : Kelembaban udara sebelum masuk mesin pengering, (%).

Tin : Suhu udara kering sebelum masuk mesin pengering, (°C).

T1 : Suhu udara kering setelah melewati evaporator, (°C).

RH2 : Kelembaban udara setelah melewati kondensor, (%)

T2 : Suhu udara kering setelah melewati kondensor, (°C).

RHout : Kelembaban udara setelah keluar dari mesin pengering, (%)

Tout : Suhu udara kering setelah keluar dari mesin pengering, (°C).

v : Kecepatan aliran udara, (m/detik)

P1 : Tekanan refrigeran yang masuk kompresor, (Psi)

P2 : Tekanan refrigeran yang keluar kompresor, (Psi)

m. Hasil dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil kalibrasi alat bantu

(60)

42

Tabel 3.1 Tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.

No Waktu

Massa pakaian kering Massa pakaian basah awal Massa pakaian basah saat t

P1 P2

menit kg kg kg Psi Psi 1 0

[image:60.595.104.513.141.530.2]

2 15 3 30 4 45 5 60

Tabel 3.2 Lanjutan tabel yang dipergunakan untuk pengisian data.

No Waktu RHin Tin T1 RH2 T2 RHout Tout v Menit % oC oC % oC % oC m/detik 1 0

2 15 3 30 4 45 5 60

3.4 Cara Menganalisi Hasil dan Menampilkan Hasil

Cara yang digunakan untuk menganalisis hasil menampilkan hasil, sebagai

berikut :

a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam tabel se

Gambar

Gambar 2.6 T-s diagram siklus kompresi uap.
Gambar 2.7 Psychrometric chart.
Gambar 2.8 Skematik psychrometric chart.
Gambar 2.9 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian ini didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan Pompa kalor yang digunakan beroperasi

Proses pengeringan pakaian dengan kondisi awal peras tangan dan tanpa kipas memerlukan waktu 150 menit dengan jumlah massa air yang diuapkan sebesar 5,76 kg, untuk kondisi awal

Tujuan dari penelitian ini adalah : a merancang dan membuat mesin pengering pakaian dengan menggunakan energi listrik yang dapat digunakan setiap waktu tanpa menggunakan

Rancang bangun pengering pakaian sistem pompa kalor dengan penambahan alat penukar kalor dilatar belakangi dengan dibutuhkannya untuk pengeringan pakaian yang dapat

Rancang Bangun Kondensor Untuk Mesin Pengering Pakaian Sitem Pompa Kalor Dengan Daya 1PK.. Jurnal tugas

Perancangan model fisik semua komponen pada unit mesin pengering pakaian ini didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan Pompa kalor yang digunakan

Perancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian ini didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan Pompa kalor yang digunakan beroperasi

Adapun judul Skripsi ini adalah “ RANCANG BANGUN MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN PENAMBAHAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE PLAT DATAR ”Dalam penulisan Skripsi ini