• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pengering pakaian sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,032 m3/s.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mesin pengering pakaian sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,032 m3/s."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Dewasa ini mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja dianggap sangat penting bagi masyarakat terutama di daerah pemukiman padat, daerah industri dan pelaku bisnis yang menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian. Tujuan penelitian adalah : (a) merancang dan membuat mesin pengering pakaian, (b) mengetahui kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah pakaian yang dikeringkan.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian yang dibuat berjenis sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,032 m3/detik. Bahan pakaian yang digunakan untuk penelitian yaitu kain salur

polyester dengan ukuran untuk panjang 120 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,2 cm. Variasi penelitian adalah jumlah pakaian yang terdiri dari; 5 pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,739 kg/jam.

Hasil penelitian menghasilkan; waktu untuk mengeringkan 5 pakaian merupakan paling cepat, dengan kecepatan pengeringan sebesar 0,923 kg/jam. Variasi 20 pakaian merupakan kapasitas paling efektif dari mesin pengering.

(2)

Nowadays, a clothes dryer machine which is environmentally-friendly, safe, practical and can be used at any time, is considered very important especially for dense settlement, industrial areas and business actors. The goals of this research are: (a) to design and make a clothes dryer machine, (b) to measure speed of clothes drying with variations of number of clothes.

The research conducted in Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University. The clothes dryer machine is open system with discharge of air flow rate 0,032 m3/second. The clothes in this research are polyester stripe fabric, with the size for length 120 cm, width 35 cm, and thickness 0,2 cm. Variation of the research parameter is number of clothes: 5 clothes, 10 clothes, 15 clothes, and 20 clothes. The results show that average of drying speed is 0,739 kg/hour mass of water.

The research results show: Time for drying 5 clothes is the fewest with drying speed of 0,923 kg/hour. 20 clothes variation brings the most effective capacity of the clothes dryer machine.

(3)

i

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA

DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,032 m

3

/s

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Teknik pada program studi Teknik Mesin

Diajukan Oleh

EVAN RENALDI NIM: 135214075

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

OPEN SYSTEM CLOTH DRYER MACHINE

WITH DISCHARGE OF AIR FLOW RATE 0,032 m

3

/s

FINAL PROJECT

As Partical Fulfillment Of The Requirement

To Obtain The Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering

By

EVAN RENALDI Student Number: 135214075

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)

iii

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA

DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,032 m

3

/s

Disusun oleh

EVAN RENALDI

(6)

iv

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERBUKA

DENGAN DEBIT ALIRAN UDARA 0,032 m

3

/s

Dipersiapkan dan disusun oleh:

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Evan Renaldi

Nomor Mahasiswa : 135214075

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka Dengan Debit Aliran

Udara 0,032m3/detik

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

(9)

vii

ABSTRAK

Dewasa ini mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja dianggap sangat penting bagi masyarakat terutama di daerah pemukiman padat, daerah industri dan pelaku bisnis yang menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian. Tujuan penelitian adalah : (a) merancang dan membuat mesin pengering pakaian, (b) mengetahui kecepatan pengeringan pakaian yang dibuat dengan berbagai variasi jumlah pakaian yang dikeringkan.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian yang dibuat berjenis sistem terbuka dengan debit aliran udara 0,032 m3/detik. Bahan pakaian yang digunakan untuk penelitian yaitu kain salur polyester dengan ukuran untuk panjang 120 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,2 cm. Variasi penelitian adalah jumlah pakaian yang terdiri dari; 5 pakaian, 10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kemampuan mengeringkan massa air sebesar 0,739 kg/jam.

Hasil penelitian menghasilkan; waktu untuk mengeringkan 5 pakaian merupakan paling cepat, dengan kecepatan pengeringan sebesar 0,923 kg/jam. Variasi 20 pakaian merupakan kapasitas paling efektif dari mesin pengering.

(10)

viii

ABSTRACT

Nowadays, a clothes dryer machine which is environmentally-friendly, safe, practical and can be used at any time, is considered very important especially for dense settlement, industrial areas and business actors. The goals of this research are: (a) to design and make a clothes dryer machine, (b) to measure speed of clothes drying with variations of number of clothes.

The research conducted in Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University. The clothes dryer machine is open system with discharge of air flow rate 0,032 m3/second. The clothes in this research are polyester stripe fabric, with the size for length 120 cm, width 35 cm, and thickness 0,2 cm. Variation of the research parameter is number of clothes: 5 clothes, 10 clothes, 15 clothes, and 20 clothes. The results show that average of drying speed is 0,739 kg/hour mass of water.

The research results show: Time for drying 5 clothes is the fewest with drying speed of 0,923 kg/hour. 20 clothes variation brings the most effective capacity of the clothes dryer machine.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan baik.

Skripsi ini merupakan syarat yang harus dilaksanakan untuk

menyelesaikan jenjang pendidikan S-1 di Prodi Teknik Mesin, Jurusan Teknik

Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian ini melibatkan banyak

pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. PK. Purwadi, M.T., selaku Kepala Prodi Studi Teknik Mesin, Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen

Pembimbing Skripsi.

3. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Senjaya Wiratmadja dan Lina Luciana sebagai orang tua, atas semua

dukungan baik secara moril maupun materi yang diberikan kepada penulis

selama belajar di Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

6. Virginia Angela Stevany yang memberikan semangat dan selalu mendampingi

dengan setia dalam menyelesaikan Skripsi ini.

7. Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

8. Teman-teman Teknik Mesin kelompok Skripsi mesin pengering pakaian

(12)

x

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dam menyusun Skripsi ini

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan

masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakannya.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.

Terimakasih.

Yogyakarta, 18 Mei 2015

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

TITLE PAGE………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT...………... viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….… 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 2

1.4 Batasan Masalah ……….……. 3

1.5 Manfaat Penelitian ……….….. 3

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ……….…. 4

(14)

xii

2.1.5.2 Proses yang Terjadi pada Udara dalam Psychrometric Chart ………... 19 2.1.6 Proses yang Terjadi pada Mesin Pengering Pakaian …………. 21

2.2 Tinjauan Pustaka ………. 23

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 24

3.1 Alat dan Bahan Penelitian …………...………... 24

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian ……… 25

3.2.1 Alat ……….. 25

3.2.2 Bahan ………... 27

3.2.3 Alat Bantu Penelitian ……….……….. 32

3.3 Tata Cara Penelitian ……….……..…... 35

3.3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ..……….………. 35

(15)

xiii

3.3.3 Proses Pengisian Refigeran 134a ………...………... 38

3.3.3.1 Proses Pemetilan ……….………..…..……. 38

3.3.3.2 Proses Pemvakuman ………..…………..….…... 39

3.3.3.3 Proses Pengisian Refigeran 134a ……….………... 39

3.3.4 Skematik Pengambilan Data ………..……. 40

3.3.5 Langkah-langkah Pengambilan Data ……….…………. 42

3.4 Cara Menganalisis dan Menampilkan Hasil ………... 43

3.5 Cara Mendapatkan Kesimpulan …………..……… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN .. 47

4.1 Hasil Penelitian ………. 47

4.2 Perhitungan ………... 51

4.3 Pembahasan ……….. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 61

5.1 Kesimpulan ………... 61

5.2 Saran ………. 62

DAFTAR PUSTAKA ……….. 63

LAMPIRAN ……… 65

A. Foto Alat Yang Digunakan dalam Penelitian ………. 65

B. Spesifikasi Alat Bantu Penelitian ………. 66

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Pengambilan Data ………...…. 43

Tabel 3.2 Lanjutan Tabel Pengambilan Data ………. 43

Tabel 4.1 Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 5 Pakaian ………...……. 47

Tabel 4.2 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 5 Pakaian …….. 48

Tabel 4.3 Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 10 Pakaian …... 48

Tabel 4.4 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 10 Pakaian …… 48

Tabel 4.5 Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 15 Pakaian ……… 49

Tabel 4.6 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 15 Pakaian …… 49

Tabel 4.7 Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 20 Pakaian ……… 50

Tabel 4.8 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Untuk Variasi 20 Pakaian …… 50

Tabel 4.9 Massa Air yang Menguap dari pakaian (M1) ………. 51

Tabel 4.10 Data Hasil Perhitungan 5 Pakaian ………. 56

Tabel 4.11 Data Hasil Perhitungan 10 Pakaian ………... 56

Tabel 4.12 Data Hasil Perhitungan 15 Pakaian ………... 57

Tabel 4.13 Data Hasil Perhitungan 20 Pakaian ………... 57

Tabel 4.14 Contoh Pengeringan untuk 60 Pakaian ……….. 59

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Pengering Pakaian dengan gas LPG …...…………... 4

Gambar 2.2 Mesin Pengering Pakaian dengan Gaya Sentrifugal .……... 5

Gambar 2.3 Pengering Pakaian dengan Cahaya Matahari………... 6

Gambar 2.4 Refrigerant Dehumidifier ……….……… 7

Gambar 2.5 Desiccant Dehumidifier……….………..…. 8

Gambar 2.6 Komposisi Udara Kering ……….……. 9

Gambar 2.7 Hygrometer, Termometer Basah dan Termometer Kering .. 9

Gambar 2.8 Skematik Siklus Kompresi Uap …….……...…………. 12

Gambar 2.9 P-h Diagram Siklus Kompresi Uap…...…………...………. 13

Gambar 2.10 T-s Diagram Siklus Kompresi Uap .………. 13

Gambar 2.11 Psychometric Chart .……….…… 16

Gambar 2.12 Skematik Psychometric Chart ……….. 18

Gambar 2.13 Proses dalam Psychometric Chart ……… 19

Gambar 2.14 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban ………… 20

Gambar 2.15 Proses Pemanasan (heating) ………. 20

Gambar 2.16 Proses Pendinginan Evaporatif ……… 21

Gambar 2.17 Proses Pada Mesin Pengering ……….. 22

Gambar 3.1 Skematik Mesin Pengering Pakaian ……… 24

Gambar 3.2 Kain Salur Polyester………. 24

Gambar 3.3 Plat Seng ………... 27

(18)

xvi

Gambar 3.13 Pressure Gauge.….……….. 32

Gambar 3.14 Penampil Suhu Digital dan Termokopel ……….. 32

Gambar 3.15 Timbangan Digital ……… 33

Gambar 3.16 HygrometerDigital ……….. 33

Gambar 3.17 Inverter Variable Frequency Drive……….. 34

Gambar 3.18 Anemometer ………..………... 34

Gambar 3.19 Skematik Diagram Alur Penelitian ……..……… 35

Gambar 3.20 Pemasangan Komponen ………... 36

Gambar 3.21 Komponen Kelistrikan ………. 37

Gambar 3.22 Pemasangan Styrofoam dan Busa pada Casing ……… 37

Gambar 3.23 Rangka Timbangan dan Hanger …………... 38

Gambar 3.24 Katup Pengisian Refrigeran ………. 40

Gambar 3.25 Skematik Pengambilan Data ……… 41

Gambar 3.26 Contoh P-h Diagram ………. 46

(19)

xvii

Gambar 4.2 Pyschometric Chart……….. 54

Gambar 4.3 Grafik Kecepatan Pengeringan ………. 59

Gambar A.1 Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka ………... 65

Gambar A.2 Mesin Pengering Pakaian Sistem Terbuka ………... 65

Gambar B.1 Hygrometer Digital……….. 66

Gambar B.2 Fleksibel Anemometer ………. 66

Gambar B.3 InverterToshiba ………... 67

Gambar B.4 Thermometer Digital……….... 67

Gambar C.1 Pyschometric Chart5 Pakaian, 30 Menit ………. 68

Gambar C.2 Pyschometric Chart10 Pakaian, 30 Menit ………... 69

Gambar C.3 Pyschometric Chart15 Pakaian, 30 Menit ………... 70

Gambar C.4 Pyschometric Chart20 Pakaian, 30 Menit ………... 71

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat membangun.

Pembangunan dilakukan di segala bidang, yang berbentuk fisik seperti

infrastruktur dan manufaktur, maupun non-fisik seperti pendidikan,

perkembangan budaya, dll. Semua ini dilakukan untuk membentuk negara yang

aman dan maju, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan kualitas

manusia Indonesia yang diperlengkapi dengan semua syarat yang diperlukan

untuk menjalankan pembangunan di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan

negara lain.

Dewasa ini mesin pengering pakaian sangat digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari rumah tangga maupun menjadi incaran pelaku-pelaku bisnis yang

bergerak di bidang laundry. Pada saat ini sudah dikenal beberapa jenis atau cara pengeringan pakaian, misalnya dengan cara memanfaatkan panas matahari, mesin

pengering dengan menggunakan gas LPG, dan mesin pengering pakaian dengan

menggunakan listrik. Namun demikian, ada kekurangan dan kelebihan dari setiap

mesin pengering pakaian yang sudah ada tersebut.

Kelebihan dari pengeringan pakaian menggunakan matahari yaitu murah,

aman dan ramah lingkungan. Energi matahari dapat diperoleh dengan gratis.

Tetapi disisi lain penggunaan energi matahari untuk pengeringan memiliki

kerugian. Pada saat musim hujan, panas matahari sulit dipergunakan atau

dimanfaatkan untuk pengering pakaian. Matahari tertutup awan, sehingga sinar

matahari tidak mampu untuk mengeringkan pakaian. Tidak dapat dilakukan pada

malam hari.

Beberapa kelebihan dari mesin pengering pakaian dengan gas LPG, adalah

(21)

pada keadaan cuaca, dapat dipergunakan pagi, siang, maupun malam hari.

Kerugian dari mesin pengering pakaian dengan gas LPG adalah suhu gas yang

dihasilkan terlalu tinggi untuk pengeringan, yang dapat menyebabkan pakaian

cepat rusak, menimbulkan gas buang sehingga tidak ramah lingkungan dan

membuat baju berbau, ada resiko meledaknya tabung gas LPG, butuh pengawasan

pada saat pengoperasian mesin dilakukan.

Kelebihan dari mesin pengering pakaian dengan listrik adalah mudahnya

dalam pengoperasian, tidak tergantung cuaca dan dapat dipergunakan pagi, siang,

dan malam hari. Kerugiannya dari mesin pengering listrik adalah borosnya listrik

yang digunakan, karena daya yang digunakan mesinnya ini cukup tinggi.

Dengan memahami masih banyak kekurangan yang ada pada mesin

pengering pakaian, maka penulis tertantang untuk mendapatkan mesin pengering

yang ramah lingkungan, aman atau tidak berbahaya, praktis dan dapat

dipergunakan kapan saja. Berangkat dari persoalan tersebut, penulis melakukan

penelitian dengan topik tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Diperlukan suatu mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, aman

dan dapat menggantikan peranan energi matahari dalam mengeringkan pakaian,

terutama pada saat musim hujan. Dipasaran sebagian besar mesin pengering

pakaian mempergunakan gas LPG, yang dirasa kurang ramah lingkungan.

1.3Tujuan

Tujuan dari penelitian tentang mesin pengering pakaian ini adalah :

a. Merancang dan membuat mesin pengering pakaian yang praktis, aman, dan

ramah lingkungan.

b. Mengetahui kecepatan pengeringan mesin pengering pakaian yang dibuat

(22)

1.4 Batasan Batasan dalam Pembuatan Mesin

Batasan batasan yang diambil dalam pembuatan mesin pengering, yaitu :

a. Mesin pengering mempunyai sistem terbuka.

b. Mesin pengering bekerja dengan sumber energi dari listrik.

c. Kapasitas ruang pengering berukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m dan tinggi 2 m.

d. Jenis pakaian yang dikeringkan kain salur polyester berukuran panjang 120 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,2 cm.

e. Mesin pengering pakaian menggunakan sistem kerja mesin siklus kompresi

uap.

f. Kompresor yang digunakan berdaya 1 HP. Komponen lain menyesuaikan

dengan daya kompresor standar seperti yang ada dipasaran. Refrigeran yang

digunakan jenis 134a.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Menambahkan kasanah ilmu pengetahuan tentang mesin pengering pakaian.

b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai, referensi dalam pembuatan mesin

pengering pakaian dengan kerja yang lebih baik.

c. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai acuan bagi para peneliti lain untuk

(23)

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1Metode-Metode Pengering Pakaian

Metode dalam mengeringkan pakaian saat ini dipasaran ada beberapa

macam, diantaranya (a) Pengering pakaian dengan gas LPG, (b) Pengering

pakaian dengan gaya sentrifugal, (c) Pengeringan pakaian dengan cahaya

matahari, (d) Pengering pakaian dengan metode dehumidifikasi. Berikut ini

penjelasannya:

a. Pengering pakaian dengan gas LPG

Mesin pengering jenis ini diketahui memiliki kecepatan yang sangat cepat

untuk mengeringkan pakaian yang basah. Dapat dilihat pada Gambar 2.1 mesin

pengering pakaian dengan gas LPG.

Gambar 2.1 Mesin pengering pakaian dengan gas LPG.

http://3.bp.blogspot.com/5VDmxox8JUo/Ty0wByv9YiI/AAAAAAAAAKg/ymx1g2H4dcs/s1600 mesin-pengering-laundry+TL-60.jpg

Pengering pakaian gas LPG dengan berbagai modifikasinya banyak

ditemui dipasaran. Prinsip kerja metode pengering pakaian ini yaitu

memanfaatkan panas yang dihasilkan pemanas baik dari heater atau gas LPG yang disirkulasikan ke lemari, yang bertujuan untuk mengeringkan pakaian yang

ada didalam lemari pengering. Panas dari elemen pemanas disirkulasikan oleh

(24)

ruangan menyebabkan air dalam pakaian menguap. Selanjutnya udara lembab ini

dibuang keluar lemari.

b. Pengering pakaian dengan gaya sentrifugal dan heater pemanas

Prinsip kerja metode pengering pakaian adalah memanfaatkan gaya

setrifugal untuk memisahkan air dari pakaian dan menggunakan pemanas, seperti

heater atau gas LPG sebagai pemanas ruangannya. Pakaian akan diputar di dalam

drum dengan kecepatan penuh dari motor listrik dan bersamaan dengan itu heater

menciptakan udara panas yang disirkulasikan ke drum. Udara yang bersuhu tinggi

dalam drum menciptakan air pada pakaian menguap. Putaran yang tinggi tersebut

menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan uap air terhempas keluar dari

drum utama dan tertampung ke drum terluar, kemudian air yg terkumpul langsung

keluar melalui pipa output. Tetapi metode pengeringan ini tidak bisa membuat

pakaian menjadi siap setrika, tetapi membantu proses pengeringan bila cuaca

mendung ataupun hujan. Setelah keluar dari mesin ini, pakaian masih perlu di

angin – anginkan terlebih dahulu sebelum nantinya siap untuk di setrika.

Gambar 2.2 Mesin pengering pakaian dengan gaya sentrifugal.

http://1.bp.blogspot.com/-BPcSBIx1f-A/UVGnxYShLqI/AAAAAAAAAFI/3_-itAosEBM.jpg.

c. Pengeringan pakaian dengan cahaya matahari

Cara pengeringan dengan matahari ini sudah dilakukan secara umum.

Panas yang dihasilkan matahari dapat menguapkan air yang ada pada pakaian

(25)

berkembangnya jaman dan teknologi, banyak orang mencoba untuk menciptakan

mesin pengering pakaian. Hal ini bukan dikarenakan matahari tidak bisa

mengeringkan pakaian, melainkan disaat ingin mengeringkan pakaian cuaca tidak

mendukung (hujan). Hingga saat ini metode pengeringan dengan matahari masih

tetap banyak digunakan.

Gambar 2.3 Pengering pakaian dengan cahaya matahari.

d. Pengering pakaian dengan metode dehumidifikasi.

Pengering pakaian jenis ini menggunakan metode dehumidifikasi.

Pengering pakaian jenis ini sangat jarang ditemui di pasaran. Mesin pengering

pakaian bekerja memanfaatkan proses dehumidifikasi dan pemanasan udara yang

disirkulasikan ke lemari. Udara diturunkan kelembabannya dan dipanaskan,

kemudian disirkulasikan ke lemari. Akibat dari udara kering dan bersuhu tinggi

pada ruangan menimbulkan air dalam pakaian menguap. Selanjutnya udara

lembab ini disirkulasikan kembali ke alat penurun kelembaban.

2.1.2Dehumidifier

Dehumidifier merupakan suatu alat pengering udara yang berfungsi mengurangi tingkat kelembaban pada udara melalui proses dehumidifikasi. Proses

dehumidifikasi merupakan proses penurunan kadar air dalam udara menjadi

udara kering. Dengan mengkondisikan udara didalam ruangan, dapat diperoleh

kelembaban sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dehumidifikasi udara dapat dicapai dengan 2 metode. Pertama,

menggunakan metode pendinginan suhu udara dibawah titik embun dan

(26)

kelembaban atau yang disebut desiccant dehumidifier. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai jenis dehumidifier tersebut :

a. Refrigerant dehumidifier

Refrigerant dehumidifier merupakan dehumidifier yang paling umum ditemui di pasaran. Dehumidifier ini paling banyak dipilih karena biaya produksinya yang murah, mudah dalam pengoperasiannya dan efektif jika di

aplikasikan dalam domestik maupun komersial. Dehumidifier ini akan berkerja sangat baik jika ditempatkan pada ruangan bersuhu hangat dan berkelembaban

tinggi.

Prinsip kerjanya yaitu menggunakan sistem kompresi uap. Evaporator

akan menyerap uap air di dalam udara, kemudian udara dilewatkan kondensor

agar menjadi kering dengan suhu udara yang tinggi. Evaporator memiliki tugas

menurunkan suhu udara ke titik di mana kondensasi terjadi. Kondensasi terbentuk

pada evaporator, kemudian menetes kebawah dan tertampung pada wadah.

Sedangkan kondensor memiliki peran untuk menaikkan suhu udara agar udara

menjadi semakin kering.

Gambar 2.4Refrigerant dehumidifier.

Sumber : http://www.achooallergy.com/images/how-a-dehumidifier-works-art.gif.

b. Desiccant dehumidifier

(27)

Dehumidifier ini akan berkerja dengan sangat baik bila digunakan di daerah beriklim dingin atau ketika diperlukan dew point yang rendah. Karena tidak ada air yang diproduksi selama proses tersebut, maka unit-unit ini dapat bekerja secara

efektif pada suhu sub nol.

Prinsip kerjanya melewatkan udara lembab ke bagian proses pada disc.

Disc dibuat seperti sarang lebah dan berisi bahan pengering (silica gel atau zeloid). Disc umumnya dibagi menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh sekat. Pertama bagian proses (75% dari lingkaran) dan kedua bagian reaktivasi

(25% dari lingkaran). Disc diputar perlahan-lahan (sekitar 0,5 rpm) menggunakan motor kecil. Selanjutnya uap air pada udara akan diserap oleh disc bahan pengering. Kemudian udara meninggalkan rotor dengan suhu hangat dan kering.

Bersamaan dengan berputarnya disc pada bagian reaktivasi disirkulasikan udara panas dari heater.

Pemanasan pada bagian reaktivasi bertujuan meregenerasi disc bahan pengering (bagian proses). Kemudian air yang terserap oleh disc bagian reaktivasi terlepas karena proses pemanasan dan heat exchanger bergantian menyerap uap air tersebut. Uap air yang diserap oleh heat exchanger akan terpisah menjadi udara dan air, udara akan disirkulasikan kembali ke heater sedangkan air akan

menetes dan tertampung pada tangki.

Gambar 2.5 Desiccant dehumidifier.

Sumber : http://www.andatech.com.au/blog/wp-content/uploads/2013/07/dehumidifiers.

(28)

Untuk memahami proses dehumidifikasi ada beberapa parameter yang

harus dipahami atau dimengerti antara lain (a) Kelembaban, (b) Suhu udara, (c)

Aliran udara, (d) kelembaban spesifik, berikut penjelasannya:

2.1.3.1Kelembaban

Kelembaban didefinisikan sebagai jumlah kandungan air dalam udara.

Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang

dikandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Udara terdiri dari berbagai macam

komponen antara lain udara kering, uap air, polutan, debu dan partikel lainnya.

Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara kering, sedangkan udara

yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab. Komposisi dari udara

terdiri berbagai jenis gas yang relatif konstan. Komposisi udara kering teridiri dari

N2 dengan volume 78,09% dan berat 75,53%; O2 volume 20,95% dan berat

23.14%; Ar volume 0,93% dan berat 1,28% serta CO2 volume 0,03 dan berat

0.03%.

Gambar 2.6 Komposisi udara kering.

Sumber: http://4.bp.blogspot.comhHctQ8HhDDQ/UDTigNUJaZI/AAAAAAAAAB.jpg

(29)

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban biasanya

menggunakan hygrometer atau dengan menggunakan termometerbola basah dan termometer bola kering. Prinsip kerja dari hygrometer yaitu dengan menggunakan dua buah termometer. Termometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu

udara kering dan termometer kedua untuk mengukur suhu udara basah. Pada

termometer bola kering, tabung air raksa pada termometer dibiarkan kering

sehingga akan mengukur suhu udara aktual. Sedangkan pada termometer bola

basah, tabung air raksa diberi kain yang dibasahi agar suhu yang terukur adalah

suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat

berkondensasi.

Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak

dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah banyaknya air yang

terkandung di dalam 1 kg udara. Kelembaban relatif merupakan persentase

perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1 kg udara dengan jumlah air

maksimal yang dapat terkandung dalam 1 kg udara tersebut. Kelembaban relatif

menentukan kemampuan udara pengering untuk menampung kadar air pakaian

yang telah diuapkan. Semakin rendah kelembaban relatif maka maka semakin

banyak uap air yang dapat diserap.

2.1.3.2Suhu Udara

Suhu udara adalah keadaaan panas atau dinginnya udara disuatu tempat.

Suhu udara dinyatakan panas jika suhu udara pada tempat dan waktu tertentu

melebihi suhu lingkungan disekitarnya dan begitu sebaliknya untuk suhu udara

dingin. Suhu udara rata-rata di wilayah tropis, khususnya Indonesia yaitu 28oC.

Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengeringan. Semakin besar

perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu pakaian maka kemampuan

perpindahan kalor semakin besar, maka proses penguapan air juga meningkat.

Agar bahan yang dikeringkan tidak sampai rusak, suhu udara harus diatur atau

(30)

2.1.3.3Aliran Udara

Aliran udara pada proses pengeringan memiliki fungsi membawa udara

panas untuk menguapkan kadar air pakaian serta mengeluarkan uap air hasil

penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan harus segera dikeluarkan agar tidak

membuat jenuh udara pada ruangan, yang dapat mengganggu proses pengeringan.

Semakin besar debit aliran udara panas yang mengalir maka akan semakin besar

kemampuannya menguapkan kadar air dari pakaian, namun berbanding terbalik

dengan suhu udara yang semakin menurun. Untuk memperbesar debit aliran udara

(Qudara) dapat dengan memperbesar luas penampang (A) atau pun kecepatan aliran

udara (v). Untuk menghitung debit aliran udara dipergunakan Persamaan (2.1) :

Qudara = A . v , m3/s (2.1)

Kelembaban spesifik atau rasio kelembaban (w) adalah jumlah kandungan

uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara

massa uap air dengan massa udara kering. Kelembaban spesifik umumnya

dinyatakan dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau (kg/kg).

Dalam sistem dehumidifier semakin besar perbandingan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wF) dengan kelembaban spesifik dalam

mesin pengering (wD), maka semakin banyak massa air yang berhasil diuapkan.

Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan Persamaan (2.2) :

Δw = , kg/kg (2.2)

Pada Persamaan (2.2) :

Δw : Massa air yang berhasil diuapkan , kg/kg wF : Kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering , kg/kg

(31)

2.1.4Siklus Kompresi Uap

Mesin refrigerasi siklus kompresi uap merupakan jenis mesin refrigerasi

yang dipergunakan pada mesin dehumidifikasi. Terdapat berbagai jenis refrigeran

yang digunakan dalam sistem kompresi uap. Refrigeran yang umum digunakan

adalah yang termasuk kedalam keluarga chlorinated fluorocarbons (CFCs, disebut juga Freon): R-11, R-12, R-21, R-22, R-502, dan R-134a. Namun pada saat ini umumnya menggunakan refrigeran R-134a sebagai fluidanya karena

ramah lingkungan. Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah

kompresor, evaporator, kondensor dan pipa kapiler.

Gambar 2.8 Skematik siklus kompresi uap.

Dalam siklus ini uap refrigeran bertekanan rendah akan dikompresi oleh

kompresor sehingga menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi, dan kemudian uap

refrigeran bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan

tinggi dalam kondensor. Kemudian cairan refrigeran tekanan tinggi tersebut

tekanannya diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigeran tekanan rendah

tersebut dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran

tekanan rendah.

Qout

Qin

(32)

Gambar 2.9 P-h diagram siklus kompresi uap.

Gambar 2.10 T-s Diagram Siklus Kompresi Uap. Qout

Qin

Win

Qin Qout

(33)

Di dalam siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami

beberapa proses yaitu :

a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi kering. Proses ini dilakukan oleh

kompresor, di mana refrigeran yang berupa gas bertekanan rendah mengalami

kompresi yang mengakibatkan refrigeran menjadi gas bertekanan tinggi. Karena

proses ini berlangsung secara isentropik (proses pada entalpi (s) konstan), maka

suhu yang keluar dari kompresor juga meningkat menjadi gas panas lanjut.

b. Proses (2-2a) merupakan penurunan suhu (desuperheating). Proses ini berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran gas panas lanjut yang

bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik gas jenuh. Proses (2-2a) berlangsung

pada tekanan yang konstan.

c. Proses (2a-3a) merupakan proses kondensasi atau pembuangan kalor ke udara

lingkungan sekitar kondensor pada suhu konstan. Pada proses ini terjadi

perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase ini terjadi

karena temperatur refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara lingkungan sekitar

kondensor, maka terjadi pembuangan kalor ke udara lingkungan sekitar

kondensor. Proses (2a-3a) berlangsung pada tekanan dan suhu yang konstan.

d. Proses (3a-3) merupakan proses pendinginan lanjut. Pada proses ini terjadi

pelepasan kalor sehingga temperatur refrigeran yang keluar dari kondensor

menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair. Hal ini membuat refigeran lebih

mudah mengalir dalam pipa kapiler.

e. Proses (3-4) merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan

berlangsung pada entalpi yang tetap. Proses in terjadi selama di dalam pipa

kapiler. Pada proses ini refrigeran berubah fase dari cair menjadi fase cair-gas.

Akibat penurunan tekanan ini, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan.

f. Proses (4-1a) merupakan proses evaporasi atau penguapan. Pada proses ini

terjadi perubahan fase dari cair gas menjadi gas jenuh. Perubahan fase ini terjadi

karena temperatur refrigeran lebih rendah daripada suhu udara lingkungan sekitar

evaporator, maka terjadi penyerapan kalor dari udara lingkungan sekitar

(34)

g. Proses (1a-1) merupakan proses pemanasan lanjut. Proses ini yang terjadi

karena penyerapan kalor terus menerus pada proses (4-1a), maka refrigeran yang

masuk ke kompresor berubah fase dari gas jenuh ke gas panas lanjut. Kemudian

mengakibatkan kenaikan tekanan dan temperatur refrigeran. Dengan terjadinya

proses pemanasan lanjut ini, menjadikan kompresor bekerja lebih ringan.

2.1.5 Psychrometric Chart

Psychrometric chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan properti-properti dari udara pada suatu tekanan tertentu. Skematis psychrometric chart dapat dilihat pada Gambar 2.11 dimana masing-masing kurva/garis akan menunjukkan nilai properti yang konstan. Untuk mengetahui nilai dari

properti-properti (h, RH, W, SpV, Twb, Tdb, dan Tdp) bisa dilakukan apabila minimal dua

(35)
(36)

2.1.5.1Parameter-Parameter Dalam Psychrometric Chart

Parameter-parameter udara dalam Psychrometric chart antara lain (a) Dry-bulb temperature, (b) Wet-bulb temperature, (c) Dew-point temperature, (d)

Specific humidity, (e) Volume spesifik, (f) Entalpi, (g) kelembaban relatif. Berikut ini penjelasannya:

a. Dry-Bulb Temperature (Tdb)

Dry-Bulb temperature adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan Slink Psikrometer pada termometer dengan bola kering.

b. Wet-Bulb Temperature (Twb)

Wet-bulb temperature adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan sling psychrometer pada termometer bola basah.

c. Dew-Point Temperature (Tdp)

Dew-point temperature adalah suhu di mana udara mulai menunjukkan aksi pengembunan ketika didinginkan.

d. Specific Humidity (W)

Specific humidity adalah jumlah kandungan uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering (kg air/ kg udara kering).

e. Volume Spesifik (SpV)

Volume spesifik adalah volume udara campuran dengan satuan meter kubik

per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara kering

atau meter kubik campuran per kilogram udara kering.

f. Entalpi (h)

Entalpi adalah jumlah panas total dari campuran udara dan uap air di atas titik

nol. Dinyatakan dalam satuan Btu/lb udara.

g. Kelembaban Relatif (RH)

Kelembaban relatif (RH) adalah persentase perbandingan jumlah air yang

terkandung dalam 1m3 dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam

(37)
(38)

2.1.5.2Proses-proses Yang Terjadi Pada Udara Dalam Psychrometric Chart

Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart adalah sebagai berikut (a) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling dan dehumidifikasi) (b) Proses pemanasan (heating) (c) Proses pendinginan evaporatif. Berikut ini penjelasannya :

Gambar 2.13 Proses-proses yang terjadi dalam psychrometric chart.

a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling dan dehumidify). Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan

kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses pendinginan dan

penurunan kelembaban, terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola

basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik.

(39)

Gambar 2.14 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling dan dehumidifikasi).

b. Proses pemanasan (Heating).

Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada proses proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering,

temparatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik

embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif

mengalami penurunan.

(40)

c. Proses pendinginan evaporatif (evaporative cooling)

Proses pendinginan evaporatif adalah proses pengurangan kalor sensibel

ke udara sehingga suhu udara tersebut menurun. Proses ini disebabkan oleh

perubahan temperatur bola kering dan rasio kelembaban. Pada proses pendinginan

evaporatif, terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Sedangkan

temperatur titik embun, kelembaban relatif dan kelembaban spesifik mengalami

peningkatan. Namun entalpi dan temperatur bola basah tetap konstan.

Gambar 2.16 Proses pendinginan evaporatif.

2.1.2 Proses Yang Terjadi Pada Mesin Pengering Pakaian

Gambar 2.17 menunjukan proses yang terjadi pada mesin pengering

pakaian. Dimana pertama-tama udara dikondisikan melalui proses pendinginan

(41)

Gambar 2.17 Proses yang terjadi pada mesin pengering.

Pada dasarnya fungsi evaporator sebagai unit proses pendinginan dan

dehumidifikasi untuk menghasilkan udara yang bersuhu dingin dan mengurangi

kadar air dalam udara. Dimana udara tersebut digunakan untuk proses pemanasan,

sehingga terjadi kenaikan suhu udara dan penurunan kelembaban udara.

Kemudian udara tersebut digunakan untuk proses pendinginan evaporatif,

sehingga terjadi kenaikan kelembaban dan penurunan suhu udara. Untuk

menghitung laju aliran massa udara pada duct dapat dipergunakan Persamaan (2.3):

ṁudara = ρudara . Qudara , kgudara/s (2.3)

Pada Persamaan (2.3) :

ṁudara = Laju aliran massa udara pada duct ,kgudara/s

ρudara = Densitas udara , kg/m3 Qudara = Debit aliran udara , m3/s

Menentukan kemampuan mengeringkan massa air dapat dihitung dengan

Persamaan (2.4):

M2 = ṁudara . Δw . 3600 , kgair/jam (2.4)

Pada Persamaan (2.4) :

M2 = Kemampuan mengeringkan massa air , kg/jam

ṁudara = Laju aliran massa udara pada duct ,kgudara/s

(42)

2.2 Tinjauan Pustaka

Seung Phyo Ahn, dalam dokumen paten US 7,347,009 B2 yang

dikeluarkan 25 Maret 2008 berjudul ” Clothes Dryer With a Dehumidifier”,

menggambarkan mesin pengering pakaian gaya sentrifugal yang dimodifikasi

dengan diberikan sistem dehumidifier didalamnya. Metodologi pengeringan

bagian pertama udara terhubung ke sisi wadah pengeringan yang termasuk proses

perpindahan kalor pertama. Bagian kedua bagian pengeluaran udara dari wadah

pengeringan. Bagian ketiga percampuran udara luar dengan udara dari heater

pemanas. Kemudian gaya sentrifugal membantu mempercepat pengeringan pada

pakaian. Suhu kerja heater untuk mengeringkan pakaian hingga 100 oC

Chao-Jung Liang, dalam dokumen paten USOO5l52077A yang

dikeluarkan 6 Oktober 1992 berjudul “Clothes Drying Machine”, menggambarkan

mesin pengering pakaian dengan memanfaatkan siklus kompresi uap. Prinsip

kerjanya udara disirkulasikan dengan kipas (fan) melalui kondensor dan evaporator yang berada didalam lemari pengering. Kondensor berfungsi sebagai

pemanas udara yang akan mengeringkan pakaian, sedangkan evaporator berfungsi

untuk menyerap uap air dari pakaian basah. Sistem yang digunakan adalah sistem

tertutup, sehingga udara terus berputar hingga pakaian dalam lemari kering dan

siap untuk di setrika.

Luke E. Lentz, dalam dokumen paten US7458171 B1, diterbitkan pada 2

Desember 2008, berjudul “Dehumidifier clothes dryer apparatus”. Menjelaskan pengering pakaian menggunakan sistem tertutup, tidak memerlukan sumber udara

dari luar dan juga tidak memerlukan adanya pemanas (heater), dikarenakan untuk penghematan listrik dalam pengoperasiannya. Mesin pengering pakaian dengan

memanfaatkan siklus kompresi uap. Kondensor yang digunakan untuk kondensasi

uap air pada udara yang akan melewati pakaian dan ada nya bak penampungan air

yang setelah udara melewati pakaian basah. Relatif kebutuhan energi yang rendah

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan yaitu mesin pengering pakaian dengan

benda uji kain salur. Gambar 3.1 memperlihatkan skematik alat yang dijadikan

penelitian.

Gambar 3.1 Skematik mesin pengering pakaian.

(44)

Variasi penelitian dilakukan terhadap jumlah pakaian yang akan

dikeringkan. Variasi jumlah pakaian penelitian yang dipilih sebanyak 5 pakaian,

10 pakaian, 15 pakaian, dan 20 pakaian. Penelitian akan dilakukan sebanyak 3 kali

percobaan, guna mendapatkan hasil karakeristik mesin pengering pakaian. Kain

yang akan dijadikan benda penelitian ini terbuat dari kain salur polyester.

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian

Dalam proses pembuatan mesin pengering ini diperlukan alat dan bahan

sabagai berikut :

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan lemari mesin

pengering pakaian, antara lain :

a. Mesin las listrik

Mesin las listrik digunakan dalam pembuatan rangka lemari. Dengan

memakai proses pengelasan untuk penyambungan rangkanya, diharapkan rangka

yang dibuat akan memiliki kontruksi yang kuat dan tahan lama.

b. Gerinda tangan dan gerinda potong

Gerinda digunakan untuk menghaluskan permukaan suatu benda kerja atau

pun memotong suatu plat. Dalam proses pembuatan rangka lemari mesin

pengering pakaian, gerinda yang digunakan yaitu gerinda tangan dan gerinda

potong.

c. Bor dan gunting plat

Bor digunakan untuk membuat lubang. Pembuatan lubang dilakukan untuk

pemasangan paku rivet dan pemasangan baut. Gunting plat digunakan untuk memotong plat seng casing mesin pengering pakaian.

d. Gergaji besi dan gergaji kayu

Gergaji besi digunakan untuk memotong besi. Besi yang dipotong

menggunakan gergaji besi adalah besi siku L berlubang. Dimana besi tersebut

digunakan sebagai bahan utama pembuatan rangka untuk peletakan timbangan.

Sedangkan gergaji kayu digunakan untuk mengergaji papan kayu alas komponen

(45)

e. Obeng dan kunci pas ring set

Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang

digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Kunci pas dan ring set digunakan

untuk mengencangkan baut.

f. Meteran dan mistar

Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam proses

pembuatan rangka, meteran banyak digunakan untuk mengukur panjang plat seng,

besi siku L dan besi hollow. Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur

panjang dari suatu benda, seperti Styrofoam dan busa. g. Pisau cutter dan cat

Pisau cutter digunakan untuk memotong suatu benda, seperti memotong

styrofoam dan lakban. Sedangkan cat digunakan untuk melapisi besi atau mencegah dari terjadinya korosi.

h. Lakban dan lem aibon

Lakban digunakan untuk menutup celah-celah sambungan styrofoam dan plat seng. Sedangkan lem aibon digunakan untuk merekatkan styrofoam dan busa dengan plat seng.

i. Tang kombinasi dan tang rivet

Tang kombinas digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat

agar kencang. Tang keling (riveter) digunakan untuk mengeling paku keling. Tang kelingini digunakan pada pemasangan casing pada rangka.

j. Tube cutter

Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Agar hasil potongan pada pipa lebih baik serta dapat mempermudah proses pengelasan.

k. Tube expander

Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan ujung pipa tembaga agar antar pipa dapat tersambung dengan baik.

l. Gas las Hi-cook

Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan

(46)

m. Bahan las

Bahan las yang digunakan dalam penyampungan pipa kapiler

menggunakan perak, kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk

menyambung antara tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan

tambahan bertujuan agar sambungan pengelasan lebih merekat.

n. Metil

Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran

pipa kapiler. Dosis pemakaian yaitu sebanyak satu tutup botol metil.

o. Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak di

sistem mesin pengering pakaian, seperti udara dan uap air. Hal ini dimaksudkan agar tidak menggangu atau menyumbat refrigeran. Karena uap air yang berlebihan

pada sistem pendinginan dapat membeku dan menyumbat filter atau pipa kapiler.

3.2.2 Bahan

Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan lemari

mesin pengering pakaian, antara lain :

a. Plat Seng

Plat seng digunakan sebagai casing luar mesin pengering pakaian.

Pemilihan plat seng sebagai casing luar dikarenakan terdapatnya casing dalam dari bahan styrofoam.

(47)

b. Styrofoam

Styrofoam digunakan sebagai casing dalam, dengan tebal 20 mm. Seperti yang diketahui bahwa styrofoam mempunyai konduktifitas termal sebesar k = 0,033 W/m.oC (Yunus A. Cengel, 2008), yang berarti material tersebut

mempunyai penghantar panas yang rendah.

Gambar 3.4 Styrofoam. c. Busa

Busa berfungsi untuk meminimalisir kebocoran udara dan temperatur ke

luar ruangan. Dalam penelitian ini digunakan untuk menutup celah-celah udara

pada mesin pengering pakaian dan untuk melapisi pintu-pintu.

Gambar 3.5 Busa.

d. Besi Hollow

Besi hollow digunakan sebagai rangka alas mesin pengering pakaian.

Pemilihan ini dikarenakan besi hollow memiliki profil hollow, yang menjadikan

cocok dan kuat menahan beban komponen-komponen mesin pengering pakaian.

e. Besi siku L dan besi siku L berlubang.

Besi siku L digunakan sebagai rangka mesin pengering pakaian.

Sedangkan besi siku L berlubang digunakan sebagai rangka penyangga

(48)

f. Roda

Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat

memindahkan mesin pengering dari satu tempat ke tempat lain.

g. Kawat

Kawat digunakan untuk mengikat rangka peletakan hanger secara

menyilang dengan timbangan, guna mendapatkan posisi timbangan yang

seimbang.

h. Kompresor

Kompresor merupakan unit yang berfungsi untuk mensirkulasikan

refrigeran ke pipa-pipa mesin pengering pakaian dengan cara menghisap dan

memompa refrigeran. Pada penelitian ini menggunakan kompresor rotari merk

Mitsushita 2P17S225A dengan daya 1 HP.

Gambar 3.6 Kompresor rotari.

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_Sec6Fb7rfvI/TE2nZi9ERdI/AAAAAAAAAJk/_M8--PNozCs/s1600/Rotary+Compressor.jpg

i. Kondensor

Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk

mengkondensasikan refrigeran dari fase uap menjadi zat cair. Untuk mengubah

fase dari uap menjadi cair ini diperlukan suhu lingkungan yang lebih rendah agar

(49)

Gambar 3.7 Kondensor.

j. Pipa kapiler

Pipa kapiler adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan

refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum ke evaporator.

Gambar 3.8 Pipa Kapiler.

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-ttGC2E17Cf4/UPQ6dYB-slI/AAAAAAAACBQ/fc4pCj Bdmhg/s1600/pipa_kapiler.jpg.

k. Evaporator

Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran,

yang sebelumnya dari fase cair menjadi gas.

Gambar 3.9 Evaporator.

l. Filter

Filter merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak

terjadi penyumbatan pada pipa kapiler, seperti kotoran akibat korosi,

(50)

Gambar 3.10 Filter.

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-VSQY6Rsre5o/UI4BM9DhCsI/AAAAAAAAEis/hESK4 T0Bkhc/s1600/ Strainer-Muffler-Filter-Drier.jpg

m. Refrigeran

Refrigeran adalah jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin.

Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar.

Jenis gas yang dipergunakan dalam penelitian adalah jenis R 134a.

Gambar 3.11 Refrigeran 134a.

Sumber : http://img.hisupplier.com/var/userImages/2008-04/10/mehree_133919.jpg

n. Kipas

Kipas digunakan untuk menghisap udara lingkungan dan mensirkulasikan

udara kering hasil proses dehumidifikasi.

(51)

o. Pressure Gauge

Pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran dalam sistem pendinginan baik dalam saat pengisian maupun pada saat beroperasi.

Dalam pressure gauge ini terdapat 2 alat ukur, yaitu tekanan hisap kompresor dan tekanan keluaran kompresor.

Gambar 3.13 Pressure gauge.

3.2.3 Alat Bantu Penelitian

Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian sebagai

berikut:

a. Pengukur suhu digital dan termokopel

Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur

pada saat pengujian. Cara kerjanya pada ujung termokopel diletakkan

(ditempelkan atau digantung) pada bagian yang akan diukur, maka suhu akan

tampil pada layar penampil suhu digital. Dalam pelaksanaannya diperlukan

kalibrasi agar lebih akurat.

(52)

b. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk pengujian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data yaitu 15 menit.

c. Timbangan digital

Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat pakaian dalam

pengujian. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi karena adanya beban

tambahan dari hunger pakaian.

Gambar 3.15 Timbangan digital.

d. Hygrometer digital

Hygrometer digital digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu pada saat pengujian. Dalam pelaksanaannya diperlukan kalibrasi agar lebih akurat

karena penulis mengunakan dua hygrometer. Spesifikasi hygrometer digital yang digunakan dapat dilihat dilampiran.

(53)

e. Inverter variable frequency drive

Inverter variable frequency drive merupakan sebuah alat pengatur kecepatan motor dengan mengubah nilai frekuensi dan tegangan yang masuk ke motor.

Pengaturan nilai frekuensi dan tegangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

kecepatan putaran dan torsi motor yang diinginkan. Dalam penelitian ini

digunakan untuk mengatur kecepatan motor kipas. Spesifikasi Inverter variable frequency drive yang digunakan dapat dilihat dilampiran.

Gambar 3.17 Inverter variable frequency drive.

Sumber : https://www.inverterdrive.com/prodimage/600_Toshiba-VFPS1-4185PL-1.jpg

f. Anemometer

Anemometer digunakan uuntuk mengukuer kecepatan aliran udara pada

duct. Dalam penelitian ini satuan yang digunakan adalah m/s.

(54)

3.3 Tata Cara Penelitian

3.3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian

Alur pelaksanaan penelitian mesin pengering pakaian disajikan dalam

Gambar 3.19 sebagai berikut :

Gambar 3.19 Skematik diagram alur penelitian. Perancangan mesin pengering pakaian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan mesin pengering pakaian dan lemari pakaian

Pengambilan data

Pengolahan, analisi data / pembahasan, kesimpulan dan saran

Selesai Uji coba

Baik

Tidak baik Pemvakuman dan pengisian refrigeran 134a

(55)

3.3.2 Pembuatan Mesin Pengering Pakaian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pengering

pakaian yaitu :

1. Merancang bentuk dan model mesin pengering pakaian.

2. Membuat rangka mesin pengering dengan bahan besi siku L.

3. Pemasangan balok kayu sebagai alas komponen, seperti; kompresor,

evaporator, kondensor dan kipas.

4. Pemasangan tampungan air evaporator dan pemasangan kipas.

5. Pemasangan komponen yang terdari evaporator, kondensor, filter dan

kompresor.

6. Pemasangan pipa-pipa tembaga dan pengelasan sambungan antar pipa.

7. Pemasangan set pressure gauge.

Gambar 3.20 Pemasangan komponen.

8. Pemotongan plat seng dengan ukuran tertentu.

9. Pemasangan plat seng pada rangka. Pemasangan dilakukan dengan membuat

lubang dari casing seng sampai ke rangka dengan menggunakan bor. 10.Selanjutnya proses pengelingan casing dengan paku keling

11.Pemasangan pintu.

12.Kemudian pemasangan komponen kelistrikan dan perkabelan mesin pengering

pakaian.

(56)

Gambar 3.21 Komponen kelistrikan dan pemasangan busa.

14.Pembuatan lemari mesin pengering pakaian.

15. Pembuatan dan pengelasan rangka mesin pengering dengan bahan besi siku L

dan besi hollow.

16.Pemasangan kipas exhaust.

17.Pemotongan casing seng dengan ukuran tertentu.

18.Pemasangan casing luar pada rangka. Pemasangan dilakukan dengan membuat lubang dari casing luar sampai ke rangka dengan menggunakan bor tangan. 19.Selanjutnya proses pengelingan casing dengan paku keling.

20.Pemasangan styrofoam sebagai casing dalam dan pemasangan busa pada pintu-pintu.

Gambar 3.22 Pemasangan styrofoam pada casing dalam dan busa pada pintu. Busa

(57)

21.Kemudian pemasangan kelistrikan dan kabel kipas untuk lemari pengering.

22.Pembuatan rangka penyangga timbangan. Serta pembuatan lubang pada

casing atas, sebanyak 4 lubang dengan diameter lubang yaitu 50 mm.

23.Pembuatan dan pemasangan rangka peletakan hanger. Kemudian ikat ujung

tiang besi rangka dengan kawat secara menyilang.

Gambar 3.23 Rangka penyangga timbangan dan rangka untuk meletakan hanger.

3.3.3 Proses Pengisian Refrigeran 134a

Sebelum pengisian refrigeran diperlukan beberapa proses yaitu proses

pemetilan dan pemvakuman agar mesin pengering dapat digunakan.

3.3.3.1Proses Pemetilan

Pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang atau dilas pada

evaporator, dengan cara yaitu :

1. Menghidupkan kompresor dan menutup pentil tersebut.

2. Kemudian menuangkan metil kira-kira 1 tutup botol metil.

3. Pada ujung pipa kapiler memasukkan 1 tutup botol metil, kemudian dihisap

oleh pipa kapiler tersebut.

4. Kemudian mematikan kompresor dan las ujung pipa kapiler pada lubang

(58)

3.3.3.2Proses Pemvakuman

Merupakan proses untuk menghilangkan udara, uap air dan kotoran

(korosi) yang terjebak dalam siklus mesin pengering. Berikut langkah-langkah

pemvakuman, antara lain :

1. Alat yang digunakan pressure gauge berikut 1 selang berwarna biru (low pressure), yang dipasang pada pentil yang sudah dipasang dopnya dan 1 selang berwarna merah (high pressure), yang dipasang pada tabung refrigeran. 2. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran tabung

menyalakan korek api dan ditaruh di depan ujung potongan pipa kapiler.

5. Selain itu, pada jarum pressure gauge akan menunjukan angka 0 psi.

6. Mengecek kebocoran pada sambungan-sambungan pipa dan katup dengan

busa sabun. Jika terdapat gelembung-gelembung udara maka sambungan

tersebut masih terjadi kebocoran.

7. Setelah sudah diperiksa semua tidak terjadi kebocoran, langkah selanjutnya

mengelas ujung potongan pipa kapiler tersebut.

3.3.3.3 Proses Pengisian Refrigeran134a

Untuk melakukan pengisian refigeran pada mesin mesin pengering,

diperlukan beberapa prosedur, seperti berikut :

(59)

Gambar 3.24 Katup pengisian refrigeran.

2. Setelah kompresor hidup, membuka keran pada katup tabung refrigeran secara

perlahan-lahan. Setelah tekanan pada high pressure gauge mencapai tekanan yang diinginkan yaitu pada 185 psi, tutup keran pada katup tabung refrigeran.

3. Setelah refrigeran terisi ke dalam siklus mesin, melepaskan selang pressure gauge. Mengecek lubang katup, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun guna mengetahui kebocoran.

3.3.4 Skematik Pengambilan Data

Untuk mempermudah pemahaman tentang kerja mesin pengering pakaian,

alur dan sistem kerja ditampilkan dalam skematik mesin pengering pakaian yang

(60)

Gambar 3.25 Skematik pengambilan data.

Keterangan Gambar 3.25 skematik mesin pengering pakaian :

a. Tin

Suhu udara kering sebelum masuk mesin pengering.

b. T1

Suhu udara kering setelah melewati evaporator.

c. T2

Suhu udara kering setelah melewati kondensor.

d. Tout

Suhu udara kering setelah keluar dari mesin pengering.

e. RHin

(61)

f. RH2

Kelembaban udara setelah melewati kondensor.

g. RHout

Kelembaban udara setelah keluar dari mesin pengering.

h. P1

Tekanan refrigeran yang masuk kompresor.

i. P2

Tekanan refrigeran yang keluar kompresor.

j. v

Kecepatan aliran udara pada duct.

3.3.5 Langkah-langkah Pengambilan Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu sebagai

berikut :

a. Penelitian di ambil pada tempat terbuka dan pada musim kemarau. Perubahan

suhu sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini diabaikan, karena suhu

sekitar dan kelembabannya selalu berubah-ubah sesuai cuaca.

b. Termokopel, hygrometer, dan timbangan digital yang digunakan sudah dikalibrasi.

c. Memeriksa kipas berkerja dengan baik. Serta saluran pembuangan air tidak

tersumbat.

d. Alat bantu penelitian diletakkan pada tempat yang sudah ditetapkan.

e. Kemudian menghidupkan mesin pengering pakaian, kipas 1 dan kipas 2.

f. Frekuensi motor kipas diatur pada inverter variable frequency drive sampai 25 Hz.

g. Kemudian mencatat massa kosong (rangka dan hanger). Selanjutnya timbang

dan catat massa pakaian kering (MPK).

h. Selanjutnya menutup semua pintu lemari mesin pengering dan tunggu sampai

30 menit, guna mesin pengering pakaian mencapai suhu kerja yang stabil.

i. Membasahi dan memeras pakaian sampai air tidak menetes kembali.

(62)

percobaan kedua dan ketiga massa pakaian basah awal harus didapat hasil

yang sama dengan percobaan pertama.

j. Mengecek tekanan P1 dan P2, kemudian tutup semua pintu.

k. Mengatur alarm stopwatch menjadi per 15 menit. l. Data yang perlu dicatat per 15 menit, antara lain :

MPBSt : Massa pakaian basah saat t, (kg)

RHin : Kelembaban udara sebelum masuk mesin pengering , (%).

Tin : Suhu udara kering sebelum masuk mesin pengering , (°C).

T1 : Suhu udara kering setelah melewati evaporator , (°C).

RH2 : Kelembaban udara setelah melewati kondensor , (%).

T2 : Suhu udara kering setelah melewati kondensor , (°C).

RHout : Kelembaban udara setelah keluar dari mesin pengering , (%)

Tout : Suhu udara kering setelah keluar dari mesin pengering , (°C).

v : Kecepatan aliran udara , (m/s).

P1 : Tekanan refrigeran yang masuk kompresor , (Psi).

P2 : Tekanan refrigeran yang keluar kompresor , (Psi).

m. Hasil dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil kalibrasi alat bantu

dan berat pakaian dikurangi dengan massa kosong.

3.4 Cara Menganalisis Dan Menampilkan Hasil

Cara yang digunakan untuk menganalisis hasil menampilkan hasil, sebagai

berikut :

a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam tabel seperti Tabel 3.1.

Kemudian hitung rata-rata dari 3 kali percobaan tiap variasinya.

b. Setelah diperoleh rata-rata, kemudian menghitung massa air yang menguap

dari pakaian (M1) tiap variasi. Massa air yang menguap dari pakaian (M1)

dapat dihitung dengan Persamaan (3.1):

(63)

Pada Persamaan (3.1) :

M1 = Massa air yang menguap dari pakaian , kg

MPBA = Massa pakaian basah awal , kg

MPK = Massa pakaian kering , kg

c. Selanjutnya mencari suhu kerja kondensor dan suhu kerja evaporator dengan

menggunakan P-h diagram. Untuk dapat menggunakan P-h diagram maka

tekanan refrigeran P1 dan P2 harus dikonversikan dari satuan Psi ke MPa.

d. Kemudian setelah mendapatkan suhu kerja evaporator dan suhu kerja

kondensor, maka dapat digunakan untuk mencari kelembaban spesifik dalam

ruangan pengering (wD) dan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin

pengering (wF) menggunakan psychrometric chart.

e. Setelah diketahui nilai kelembaban spesifik dalam ruangan pengering (wD)

dan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wF), kemudian

menghitung massa air yang berhasil diuapkan (Δw) tiap variasi. Massa air

yang berhasil diuapkan (Δw) adalah kelembaban spesifik dalam ruangan pengering (wD) dikurangi kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin

pengering (wF). Massa air yang berhasil diuapkan (wΔ) dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan (2.2).

f. Kemudian menghitung laju aliran massa udara pada duct (ṁudara) tiap variasi. Laju aliran massa udara pada duct (ṁudara)adalah debit udara (Qudara) dikali

densitas udara (ρudara) sebesar 1,2 kg/m3. Laju aliran massa udara pada duct (ṁudara)dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3).

g. Selanjutnya menghitung kemampuan mesin pengering pakaian untuk

menguapkan massa air (M2) dengan menggunakan Persamaan (2.4).

Kemampuan mesin pengering pakaian untuk menguapkan massa air (M2)

adalah laju aliran massa udara pada duct (ṁudara) dikalikan massa air yang

berhasil diuapkan (Δw) dikalikan 3600 menit.

h. Untuk memudahkan pembahasan, hasil-hasil perhitungan proses pengeringan,

maka digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik yang

(64)

3.5 Cara Mendapatkan Kesimpulan

Dari analisis yang sudah dilakukan akan diperoleh suatu kesimpulan.

Kesimpulan merupakan hasil analisis penelitian dan kesimpulan harus sesuai

(65)

Gambar

Gambar 2.8 Skematik siklus kompresi uap.
Gambar 2.9 P-h diagram siklus kompresi uap.
Gambar 2.13 Proses-proses yang terjadi dalam psychrometric chart.
Gambar 2.14 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

bangun dengan mesin pengering yang digunakan industri laundry. 4) Mendapatkan karakteristik pengeringan pakaian dengan menggunakan. mesin pengering yang telah

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 merancang dan merakit mesin pengering pakaian menggunakan komponen mesin AC ruangan yang ada di pasaran yang dapat digunakan setiap waktu

Proses pengeringan pakaian dengan kondisi awal peras tangan dan tanpa kipas memerlukan waktu 150 menit dengan jumlah massa air yang diuapkan sebesar 5,76 kg, untuk kondisi awal

4.1 Hasil Penelitian, Pengolahan Data, dan Perhitungan Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin pengering pakaian sistem terbuka dengan variasi jumlah pakaian meliputi :

Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin pengering gendar sistem tertutup dengan variasi jumlah gendar meliputi; massa keripik gendar kering (MGK), massa

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian dengan pemanasan awal selama 30 menit pada alat pengering lebih cepat laju pengeringan

Tujuan penelitian ini adalah (a) merancang dan merakit mesin pengering pakaian dengan mempergunakan energi listrik (b) melihat pengaruh pemasangan kipas di ruang

Data yang dicatat dari hasil penelitian mesin pengering pakaian sistem tertutup dengan variasi kondisi awal pakaian hasil pemerasan menggunakan mesin cuci dan