24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penilitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama dan JudulPenelitian
Temuan Dalam Penelitian Terdahulu
Relevansi Penelitian
1. Zara Azizah (2017), Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Semen Gresik Tuban melalui Program Pemberdayaan Budi Daya Ikan Sistem Keramba di Desa Tlogowaru, Kec.
Merakurak, Kab. Tuban.
Fakultas Pembangunan
Sosial dan
Kesejahteraan,
Universitas Gadjah Mada.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, kegiatan yang dilaksanakan PT.
Semen Gresik Tuban merupakan kegiatan CSR untuk memberdayakan masyarakat. Wujud nyatanya
berupa program
pemberdayaan budi daya ikan sistem keramba di Desa Tlogowaru, Kec. Merakurak, Kab. Tuban. Tujuan dari program tersebut adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha pemberdayaan masyarakat
Relevansi dari penelitian yang akan datang yaitu sama- sama membahas mengenai kegiatan corporate social responsibility dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat. Tetapi arah penelitian ini melihat wujud nyata dari PT.Petrokimia Gresik, dengan melihat bagaimana implementsi program binaan pembuatan kerajinan limbah pelepah pisang di desa Trepan, kecamatan Babat, kabupaten Lamongan. Hal tersebut
25 No Nama dan Judul
Penelitian
Temuan Dalam Penelitian Terdahulu
Relevansi Penelitian
mandiri dalam rangka meningkatkan penghasilan
dan memberikan
kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang.
sama-sama untuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha pemberdayaan masyarakat mandiri dalam rangka meningkatkan penghasilan
dan memberikan
kesejahteraan pada masyarakat.
2. Netty Dyah Kurniasari (2015), Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (untuk meningkatkan produksi UMKM). Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, Peran perusahaan atau korporat sangat penting dalam
mereduksi angka
kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia, diantaranya adalah dengan menjalankan program CSR.
Dari berbagai bentuk program CSR, program yang lebih tepat adalah CSR berbasis pemberdayaan masyarakat, yang bisa dilakukan adalah membuat program pelatihan, kemitraan dan promosi.
Program ini merupakan salah satu cara untuk membantu pengembangan UMKM di Madura.
Relevansi dari penelitian yang akan datang yaitu sama- sama membahas mengenai kegiatan corporate social responsibility dan pada program ini juga lebih menuju ke bentuk pemberdayaan masyarakat.
Tetapi perbedaanya bentuk program CSR yang diberikan perusahaan melalui bentuk pelatihan pembuatan kerajinan limbah pelepah pisang, dan tujuannya diharapkan mampu untuk memberdayakan masyarakat sampai menuju kepada masyarakat yang mandiri, dan dari program tersebut
diharapkan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.
3. Benny Saputra (2018), Implementasi
Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility Konservasi Kawasan Laut Badak LNG di Kota Bontang. Prodi Sosiologi, Universitas Mulawarman.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, Salah satu perusahaan di Kota Bontang yang giat melakukan program CSR adalah Badak LNG. Badak LNG menyadari pentingnya melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Motif dari Badak LNG menjalankan program CSR bukan hanya untuk meningkatkan reputasi perusahaan tetapi membantu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang di Kota Bontang. Badak LNG telah memperlihatkan
Relevansi dari penelitian yang akan datang yaitu kedua perusahaan sama-sama telah menjalankan program CSR dan sama-sama menyadari akan pentingnya melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Adapun perbedaanya pada lokasi penelitian dan bentuk program pemberdayaannya, PT. Petrokimia Gresik memperlihatkan
kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan melalui program binaan pembuatan kerajinan limbah
26 No Nama dan Judul
Penelitian
Temuan Dalam Penelitian Terdahulu
Relevansi Penelitian
kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan melalui Community Development salah satunya program Mitra Binaan kelompok budidaya ikan kedokedo sunu abadi yang berada di Bontang Kuala.
pelepah pisang di desa Trepan, kecamatan Babat, kabupaten Lamongan.
4. Fatma Zuhra (2016), Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Membentuk Citra Positif Pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, PT.
PIM telah berusaha mengimplementasikan Program CSR pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, berbagai macam program kegiatan telah dibentuk seperti program kemitraan dan bina lingkungan. Implementasi Program CSR PT. PIM disamping sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya juga merupakan media dalam upaya membentuk citra positif perusahaan berdasarkan pandangan dan penilaian sebagai feedback dari masyarakat terhadap kinerja dan eksistensi perusahaan.
Relevansi dari penelitian yang akan datang yaitu sama- sama membahas mengenai kegiatan corporate social responsibility dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Serta memiliki kesamaan pada jenis dan pendekatan penelitian.
yang digunakan sama-sama menggunakan jenis kualitatif deskriptif. Adapun perbedaannya, penelitian yang akan datang lebih menuju ke implementasi program corporate social responsibility dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
5. Syamsuddin Muh. Bahar (2016), Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra & Sulbar Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu Saddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, Sulsel. Prodi Manajemen, Universitas Hasanuddin Makassar.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN (Wilayah) Sulsel, Sultra & Sulbar terhadap pemberdayaan masyarakat di Desa Ulu Saddang serta untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi oleh pihak PLN (Wilayah) Sulsel, Sultra & Sulbar dalam melaksanakan CSRnya.
Meskipun dalam
Relevansi dari penelitian yang akan datang yaitu sama- sama bertujuan untuk mengetahui implementasi
corporate social
responsibility dan berupaya dalam pemberdayaan masyarakat, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak yang terkait. Adapun perbedaannya pada penelitian ini yaitu pada lokasi penelitian, penulis melihat bentuk CSR di PT.Petrokimia Gresik yang ditujukan ke desa
27 No Nama dan Judul
Penelitian
Temuan Dalam Penelitian Terdahulu
Relevansi Penelitian
programnya PT PLN (Wilayah) Sulsel, Sultra &
Sulbar sudah berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, namun dalam pencapaiannya
memberdayakan masyarakat masih program-program yang ada dan masih minim kontribusi.
Trepan, kecamatan Babat, kabupaten Lamongan. dengan program yang diberikan yaitu pelatihan pembuatan kerajinan limbah pelepah pisang di desa Trepan, kecamatan Babat, kabupaten Lamongan
2.1.2 Implementasi Program
Implementasi program menurut David C. Korten adalah model
kesesuaian implementasi kebijakan. Menurut Korten (Tarigan dkk,
2000: 19) dapat dijelaskan bahwa dalam Pelaksanaan atau
implementasi program terdiri dari tiga elemen yaitu program itu
sendiri, kelompok sasaran atau pemanfaat program, dan pelaksana
program dalam struktur organisasi. Pelakasanaan program dapat
dikatakan berhasil jika memenuhi tiga elemen implementasi program
di atas. Yang pertama, yaitu kesesuaian antara program dengan apa
yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua,
kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu
kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan
kemampuan organisasi pelaksanaan. Ketiga, kesesuaian antara
kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian
antara syarat yang diputuskan untuk dapat memperoleh output program
dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program
i.
28
2.1.3 Konsep Implementasi Program
Implementasi merupakan suatu proses yang sangat penting ketika berbicara penerapan program baik itu yang bersifat sosial atau dalam dunia pendidikan. Implementasi program merupakan lakang-langkah pelaksanaan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu sendiri, Menurut Charles O. Jones (Siti Erna, 2009: 28) menyebutkan implemetasi program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Implementasi program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu
ii:
1. Pengorganisasian
Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.
2. Interpretasi
Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
3. Penerapan atau Aplikasi
Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya
Program memiliki tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian
kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk
29
mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain
iii:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.
3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Manila, 2006 : 43)
Implementasi dikemukakan oleh Mclaughin (Dalam Nurdin dan Usman, 2004) bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh – sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan
iv.
Maka, Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi
tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi
dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat
yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan
membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan
peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada
masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksnakan.
30
Berhasil atau tidaknya suatu program di implementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggunujawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi (Riggs, 2005:54 dalam Sinulingga)
v.
Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu- individu terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan.
2.1.4 Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab
sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara
perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan (Suhandari
(2007) dalam Untung (2008:1))
vi. Menurut Undang-undang No.40 Tahun
2007, pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam (SDA) wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
(CSR). Dengan demikian perusahaan dapat memberikan perhatian
31
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) juga didefinisikan The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) sebagai komitmen bisnis berkelanjutan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta masyarakat setempat dan masyarakat luas (Setyaningrum, 2011)
vii. Menurut definisi ini, masyarakat bisnis memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada pembangunan karyawan mereka, keluarga mereka, masyarakat setempat, dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan dengan demikian mencoba untuk menjamin pembangunan ekonomi berkelanjutan (Watts dan Holme (1999) dalam Rahim (2011)).
Ungkapan „komitmen berkelanjutan‟ dalam definisi ini menunjukkan bahwa perusahaan menganggap Corporate Social Responsibility (CSR) bukan persoalan sementara. Sebaliknya, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah masalah permanen yang harus ditempatkan dalam strategi kebijakan dan program-program dari perusahaan (Rahim, 2011)
viii.
2.1.5 Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat dan komunitas setempat.
Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama. Tanggung jawab
sosialnya, pelaku bisnis atau perusahaan memfokuskan perhatiannya
32
kepada tiga hal, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan meningkatkan reputasi. Program CSR adalah kepedulian perusahaan yang didasari oleh tiga prinsip dasar yaitu triple bottom lines sebagai perkembangan dan motif CSR di Indonesia sosial
ix(Rudito dalam Nasruddin, 2008).
a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesehjateraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar yang bersekolah di sekitar perusahaan, pemberian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan
c. kapasitas ekonomi lokal dan sebagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
d. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati.
2.1.6 Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR merupakan cara-cara untuk menaikkan reputasi perusahaan.
CSR sebagai tindakan kedermawanan. Terdapat tiga alasan mengapa
dilakukannya CSR sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional
perusahaan
x(Julianda, 2013), yaitu:
33
a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Perusahaan harus menyadari suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam oleh perusahaan yang bersifat eksploratif dan kompensasi sosial akibat ketidaknyamanan pada masyarakat.
b. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga terciptanya hubungan harmonis dengan masyarakat.
c. Kegiatan CSR adalah salah satu cara untuk meredam konflik sosial. Konflik sosial berasal dari akibat kegiatan operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
2.1.7 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Prinsip dasar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang kurang mampu agar terbebas dari kemiskinan (Untung, 2008:3). Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) mempunyai beberapa manfaat.
Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan antara
lain: (a) mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
34
perusahaan; (b) mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial; (c) mereduksi risiko bisnis perusahaan; (d) melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha; (e) membuka peluang pasar yang lebih luas; (f) mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah; (g) memperbaiki hubungan dengan stakeholders; (h) memperbaiki hubungan dengan regulator; (i) meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (j) peluang mendapatkan penghargaan (Suhandari (2007) dalam Untung (2008:6))
xi.
2.1.8 Tahapan Penerapan Program Corporate Social Responsibility Melaksanakan CSR, perlu dibuat suatu perencanaan matang yang menyeluruh dan dapat dijalankan secara matematis. Menurut Umar (2003:349), Program jangka panjang suatu perusahaan diturunkan dari perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. Program CSR merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat sustainable di dunia usaha. Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perusahaan perlu dibuat program-program yang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan program CSR membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Menurut Rahendrawan (2006), ada beberapa langkah persiapan dan penerapan CSR, yaitu :
a. Perencanaan CSR, yang terdiri dari :
1. Mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan CSR
untuk perusahaan
35
2. Mengidentifikasi masalah CSR yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan
3. Mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan CSR, baik dengan unit organisasi dan/atau dari kematangan CSR itu sendiri
4. Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan CSR di dalamnya
5. Mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang CSR
6. Mempersiapkan program-program dari CSR a. Persiapan aktivitas CSR, yang terdiri dari:
1. Proses pengambilan keputusan dan pengesahan program- program CSR
2. Sumber daya internal dari perusahaan (sumber daya manusia, modal, dll)
b. Pengimplementasian CSR, yang terdiri dari:
1. Menghubungkan program-program CSR dengan para stakeholders, yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas, dan anggaran perusahaan 2. Mengimplementasikan program
3. Persons in charge, orang yang memimpin pelaksanaan program CSR.
c. Evaluasi, yang terdiri dari :
1. metode pengawasan dan perangkatnya
36
2. mekanisme pengembangan terus menerus
3. persons in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya evaluasi
2.1.9 Indikator Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility
Menurut Edi (2010:143)
xiiIndikator keberhasilan pelaksanaan program CSR yaitu dengan adanya:
1. Leadership (Kepemimpinan)
Program CSR dapat dikatakan berhasil jika mendapatkan dukungan dari top management perusahaan. Selain itu, juga terdapat kesadaran yakni untuk melakukan aktivitas kedermawanan sosial dari pimpinan perusahaan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan program CSR.
2. Penyerapan Alokasi Bantuan
CSR yang berhasil tidak bergantung pada seberapa besar pendanaan yang dialokasikan untuk sebuah program, tetapi lebih kepada tingkat serapan yang maksimal. Tingkat penyerapan yang maksimal menunjukkan bahwa program berjalan dengan baik sesuai kebutuhan yang direncanakan
3. Transparansi dan Akuntabilitas
Terdapat laporan tahunan (annual report) yang dibuat oleh
sebuah perusahaan terkait dengan praktik CSR yang telah
dilakukan pada tahun berjalan.
37
4. Coverage Area (Cakupan Wilayah)
Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program CSR sebaiknya terdapat identifikasi penerima manfaat (beneficiaries) secara tertib dan rasional bedasarkan skala prioritas yang telah ditentukan. Setelah cakupan wilayah penerima manfaat diidentifikasi secara jelas, perusahaan perlu menerapkannya secara konsisten.
5. Perencanaan dan Mekanisme Monitoring-Evaluasi (Monev)
Untuk memastikan perencanaan yang telah ditentukan dapat berjalan sebagai mestinya manajemen perusahaan perlu menerapkan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) secara teratur dan berkala. Dengan demikian, penerapan monev ini secara teratur dan berkala merupakan salah satu indikator yang mementukan keberhasilan pelaksanaan CSR sebuah perusahaan 6. Pelibatan Stakeholder (Stakeholders Enggagement)
Program CSR yang berhasil juga dapat dinilai dari sejauh
mana pelibatan stakeholder perusahaan untuk itu, CSR dapat
dikatakan berhasil jika di dalamnya terdapat mekanisme kordinasi
reguler dan stakeholder-utamanya masyarakat. Selain itu, juga
terdapat mekanisme yang menjamin partisipasi masyarakat untuk
dapat terlbiat dalam siklus proyek.
38
7. Keberlanjutan (Sustainbility)
Keberhasilan program CSR juga dapat dinilai dari aspek keberlanjutannya. Dari segi inisiatif, misalnya, terjadi alihperan dari perusahaan ke masyarakat. Sehingga tanpa adanya peran perusahaan pun program dapat berjalan secara mandiri. Lebih dari itu, program CSR dinilai berhasil.
8. Hasil Nyata (Outcome)
Secara praktis, program CSR dikatakan berhasil jika terdapat hasil nyata yang dapat ditunjukkan dari pelaksanaan program.
2.1.10 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi (Agus, 2014 : 112)
xiiiPemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat (Mubarak, 2010)
xiv.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar
39
masyarakat tadinya lemah baik dalam bidang sosial, ekonomi serta plolitik, diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyrakat tersebut dan meningkatkan potensi yang mereka miliki dan guna membangun serta menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan pendekatan tertentu yang dapat menjamin keberhasilan hakiki dalam bentuk kemandirian.
2.1.11 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata power yang berarti keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan modal sosial di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan modal sosial. Apabila kita sudah mempunyai kepercayaan (trusts), patuh aturan (role), dan Jaringan (networking) memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan mudah mengarahkan dan mengatur masyarakat serta mudah mentransfer pengetahuan kepada masyarakat.
Dengan memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan dapat menguatkan knowledge, modal (money), dan people. Konsep ini mengandung arti bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah transfer kekuasaan melalui penguatan modal sosial kelompok untuk menjadikan kelompok produktif untuk mencapai kesejahteraan sosial.
Modal sosial yang kuat akan menjamin suistainable didalam
40
membangun rasa kepercayaan di dalam masyarakat khususnya anggota kelompok (how to build the trust).
2.1.12 Tujuan dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggung jawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan
xv. Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
xvi.
Menurut Budimanta dalam Rudito,dkk (2003), pengembangan masyarakat suatu perusahaan terhadap lingkunganya memiliki tujuan.
Tujuan pengembangan masyarakat suatu perusahaan
xvii, yaitu:
1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik disekitar wilayah kegiatan perusahaan.
2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan
kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.
41
Menurut Isbandi Rukminto (2003 : 237) Adapun upaya untuk memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dengan cara
xviii, yaitu:
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta, bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberdayakan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.
c. Membantu masyarakat untuk membuat analisa situasi usaha yang berprospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.
d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.
2.1.13 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Anwar Arifin, strategi adalah sebagai keseluruhan keputusan kondisional tentang suatu tindakan yang akan dijalankan guna untuk mencapai suatu tujuan. Ketika fokus dari strategi adalah tujuan, dengan sendirinya strategi pemberdayaan pada hakikatnya merupakan program umum pemberdayaan dengan karakteristik
xix:
1. Sasaran yang dituju jelas
2. Faktor-faktor pendukung yang dimiliki mendukung terutama sumber daya manusia dan dananya.
3. Cara penggunaa sumber daya terumuskan secara tepat.
42
Menurut Moeljarto (1996:141)
xx, Strategi dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dalam aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok merupakan fase awal dari pemberdayaan. Artinya dimana masyarakat kurang mampu atau masyarakat lemah diberi kebebasan untuk membentuk dan beraktivitas dalam kelompok yang diinginkannya.
Pembentukan kelompok menyediakan suatu dasar bagi terciptanya kohesi sosial anggota kelompok.
2. Pendampingan
Fungsi pendampingan sangat krusial dalam membina aktivitas kelompok. Pendampingan bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok sebagai fasilitator (pemandu), komunikator (penghubung), ataupun dinamisator (penggerak). Melalui pendampingan, kelompok diharapkan tidak tergantung pada pihak luar namun dapat dibentuk untuk tumbuh dan berfungsi sebagai suatu kelompok kegiatan yang mandiri.
3. Perencanaan kegiatan
Tahap perencanaan kegiatan melengkapi tahap-tahap
sebelumnya yang mementingkan peran aktif anggota
kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui
kemampuannya. Prinsip-prinsip penting dalam tahap
perencanaan kegiatan ini adalah (1) prinsip keterpaduan,
43
dalam prinsip ini berarti suatu kegiatan pemberdayaan harus terkait dengan kegiatan-kegiatan lain dalam lingkup daerah tersebut, (2) prinsip kepercayaan, merupakan hakekat yang harus ada dalam partisipasi dan pemberdayaan, (3) prinsip kebersamaan dan kegotong royongan, kegiatan pemberdayaan yang dilakukan harus mampu menumbuhkan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kesetiakawanan, dan kemitraan antar anggota kelompok, (4) prinsip kemandirian, prinsip ini menekankan bahwa kegiatan atau program harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mayarakat miskin mampu menolong dirinya sendiri dan bermanfaaat dalam meningkatkan taraf hidup anggota kelompok serta harus dapat berkembang secara berkesinambungan.
2.2.14 Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Poerwoko (2012:110)
xxiTerkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi dan kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan. Lebih lanjutnya Poerwoko (2012:110) mengemukakan bbeberapa indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat mencakup :
1. Warga secara nyata tertarik dalam kegiatan yang dilaksanakan
44
2. Tingat kemudahaan penyelenggaraan program untuk memperoleh pertimbangan atau persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan
3. Meningkatkan kapasitas skala partisipasi masyarakat 4. Berkurangnya masyarakat yang kekurangan
5. Meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan mutu hidup
6. Meningkatkan kemandirian masyarakat
2.2.15 Fungsi Manajemen (POAC)
George R. Terry,1958 dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan POAC:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan
yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-
masing unit. Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan
45
penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.
c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah sampai kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak terarah kepada sasarannya hanyalah merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu dan materi atau dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management
d. Controlling (Pengawasan)
Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2.2 Landasan Teori
46
2.2.1 Biografi George C. Homans
George Caspar Homans lahir di Boston Massachusetts tanggal 11 Agustus 1910. meninggal di Cambridge Massachusetts pada tanggal 29 Mei 1989 dalam usia 78 tahun karena penyakit hati yang terakumulasi. Ia adalah seorang sosiolog Amerika dan pendiri sosiologi perilaku dan teori pertukaran.
Homans melakukan studi di St. Paulus di Concord, New Hampshire pada tahun 1923-1928 lulus dalam bidang bahasa Inggris dan sastra Amerika. Karena tinggal di lingkungan di mana orang sangat menyadari hubungan sosial, sehingga Homans menjadi tertarik pada sosiologi. Dari tahun 1934 sampai 1939 ia terpilih menjadi doktor muda di sosiologi Harvard. Homans terkenal karena penelitiannya dalam perilaku sosial dan karya-karyanya, termasuk Human Group, Social Behavior: Its Elementary Forms. Homans dianggap sebagai salah satu teori sosiologis utama pada periode dari tahun 1950 hingga 1970-an
xxii.
2.2.2 Teori Pertukaran Sosial ( George C. Homans)
Teori pertukaran yang dibangun oleh George C. Homans
merupakan reaksi terhadap paradigma fakta sosial yang terutama
dikemukakan oleh Durkheim. Homans mengatakan bahwa proses
interaksi sosial dapat memunculkan suatu fenomena baru akibat dari
interaksi tersebut. Sekalipun ia mengakui proses interaksi, namun ia
juga mempersoalkan bagaimana cara menerangkan fenomena yang
muncul dari proses interaksi.
47
Teori-teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer : dimana orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalanya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan
xxiii.
Penelitian ini menggunakan teori pertukaran sosial dari George C.
Homans (1910-1989). Menurut para teoritisi pertukaran sosial, konsep individu digunakan dalam tipe negosiasi dalam interaksi dan dapat dilacak pada ekonomi klasik. Ciri khas ekonomi klasik adalah masuknya variable-variabel seperti biaya (cost), imbalan (reward), dan keuntungan (profit). Ketiga variabel ini diasumsikan mampu menjelaskan pilihan-pilihan tindakan atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai berdasarkan tatanan sosial tertentu Objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal yang tidak nyata. Dalam bahasa Homans, pertukaran membayangkan perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas, nyata atau tidak nyata, dan kurang lebih sebagai pertukaran hadiah atau biaya, sekurang-kurangnya antara 2 orang bisa lebih, pada kalimat lain Homans menyatakan :
Perilaku sosial adalah pertukaran barang, barang material tetapi
juga barang non material, seperti simbol persetujuan atau prestise
(gengsi). Orang yang memberikan banyak pada pihak yang lain
mencoba untuk mendapatkan banyak dari mereka, dan orang yang
48
mendapat banyak dari pihak lain di bawah tekanan untuk memberikan banyak pada mereka. Proses pengaruh ini cenderung mencapai keseimbangan pada pertukaran. Untuk seseorang dalam sebuah pertukaran, apa yang ia berikan mungkin menjadi pengorbanan (cost) untuknya, seperti halnya apa yang mungkin ia dapatkan sebagai imbalan (reward), dan perilakunya berubah sedikit sebagai perbedaan dari yang dua, keuntungan (profit), yang cenderung menuju pada tingkatan maksimal.
Pertukaran sosial ini tentunya jika dihubungkan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) di perusahaan pupuk PT. Petrokimia
Gresik ini maka tentu terdapat pertukaran sosial di dalamnya. Seperti halnya adanya berbagai macam proposisi yaitu:
a. Proposisi sukses (The Success Proposition)
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh imbalan (hadiah), maka ia pun akan sering melakukan tindakan itu.
b. Proposisi Stimulus (The Stimulus Proposition)
Jika dimasa lalu terjadinya stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh imbalan, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang dengan yang lalu, akan semakin sering orang melakukan tindakan serupa atau hampir sama.
c. Proposisi Nilai (The Value Proposition)
49
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu.
d. Proposisi Devrivasi Kejemuan (The Deprivation-Satiation Proposition)
Semakin sering seseorang menerima suatu imbalan tertentu, semakin kurang nilai imbalan yang diberikan bagi orang tersebut.
e. Proposisi Restu Agresi ( The Deprivation-Sation Proposition) Proposisi 1 bila tindakan seseorang tidak memperoleh imbalan yang diharapkan, atau justru menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka ia akan marah dan menunjukkan perilaku agresif, dan hanya perilaku demikian yang bernilai baginya.
Proposisi 2 bila tindakan seseorang menerima imbalan yang diharapkan, terutama imbalan yang lebih besar daripada yang diharapkan, atau ia tidak menerima hukuman yang diharapkan maka ia akan puas. Makin besar kemungkinan melakukan tindakan yang disetujui, maka akibat tindakan seperti itu akan bernilai baginya.
Pertukaran sosial tentunya ada yang dipertukarkan antara perusahaan dan masyarakat, dari pihak perusahaan tentunya ada misi sosial kepada masyarakat sebagai tanggung jawab sosial berupa program CSR yang mana program ini ditujukan untuk masyarakat.
Teori pertukaran Homans dilandasi oleh prinsip transaksi
ekonomis dimana orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai
50
imbalannya adalah memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
Adapun asumsi teori ini adalah interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Namun bagi teori pertukaran, pertukaran sosial tidak hanya dapat diukur dengan uang saja karena hal-hal yang dipertukarkan adalah hal yang nyata dan tidak.
Homans menjelaskan proses pertukaran dengan proposisi, seperti proposisi sukses. Proposisi ini menyatakan bahwa bila seseorang berhasil memperoleh ganjaran, maka ia akan cenderung mengulangi tindakan tersebut.
Asumsi dasar dari teori pertukaran Homans dapat menjelaskan pertukaran yang terjadi pada masyarakat kelompok kerajinan limbah pelepah pisang terhadap bantuan-bantuan CSR yang telah diberikan oleh PT. Petrokimia Gresik. Sehingga dapat di asumsikan ketika PT.
Petrokimia Gresik memberikan program CSR berupa pemberdayaan masyarakat melalui kerajinan limbah pelepah pisang, masyarakat yang mendapatkan bentuk program CSR ini akan mendapatkan ketrampilan dan dapat meningkatkan perekonomian mereka. Sedangkan bagi PT.
Petrokimia Gresik sendiri program kerajinan limbah pelepah pisang ini
apabila berhasil diterima dengan baik oleh masyarakat mampu untuk
meningkatkan citra perusahaan selain itu dapat mencapai tujuan
program untuk memenuhi aspek community development dan
pelestarian lingkungan sekaligus kegiatan proper Perusahaan (Permen
Lingkungan Hidup No. 3 tahun 2014) dan mendukung misi Perusahaan
tentang community development. Sehingga apabila masyarakat desa
51
Trepan menerima program tersebut dan melaksanakannya maka PT.
Petrokimia Gresik telah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai tersebut.
Adapun asumsi teori ini adalah interaksi sosial itu mirip dengan
transaksi ekonomi. Namun bagi teori pertukaran, pertukaran sosial
tidak hanya dapat diukur dengan uang saja karena hal-hal yang
dipertukarkan adalah hal yang nyata dan tidak. Seseorang misalnya
bekerja di sebuah perusahaan tidak hanya mengharapkan ganjaran
ekstrinsik berupah upah tetapi juga ganjaran instrinsik berupa
kesenangan, persahabatan dan kepuasan kerja. Sama halnya dengan
kelompok kerajinan limbah pelepah pisang mereka menerima program
tersebut maka mereka harus bekerja untuk membuat kerajinan limbah
pelepah pisang ketika mereka belum mendapatkan upah dalam
mengerjakan kerajinan tetapi mereka juga mendapatkan ganjaran
instrinsik berupa kesenangan, persahabatan, kekompakan dan
kepuasan kerja pada kelompok.
52
i Tarigan, Antonius dkk. 2000. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya.
ii Suryana, Siti Erna Latifi. 2009. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang. Program Magister Studi Pembangunan, Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
iii Manila. 2006. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. 1996. Hal 43.
iv Usman, Nurdin. 2004. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
v Sinulingga, R. 2014. Konsep Implementasi Program, (online), (http://ojs.uma.ac.id). diakses 29 Desember 2018.
vi Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika.
vii Setyaningrum, Dyah Ayu. 2011. Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi Kasus pada PT. Apac Inti Corpora, bawen).
Skipsi Universitas Diponegoro, Semarang.
viii Rahim, Mia Mahmudur. 2011. On the Perspectives of the Implementation of : Corporate Social Responsibility. Transnational Corporations Review, Vol. 3, No. 3, pp. 1-16, September 2011.
ix Nasruddin. 2008. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat Bidang Ekonomi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi di Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun 2006.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
x Julianda, Hijriah. 2013. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Markuni Internasional Indonesia. Makassar : Universitas Hasanuddin.
xi Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
xii Suharto, Edi. 2010. CSR & COMDEV, Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi.
Bandung. Alfabeta.
xiii Agus Triyono. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Community Development Program Posda PT. Holcim Indonesia TBK. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.VI No.2
xiv Mubarak, W.I. 2010. Ilmu Kesehatan Masyaraakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
xv Jamasy, O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan.
xvi Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
xvii Rudito dkk. 2003. Metode dan Teknik Pengolaan Comdev. Jakarta : ICSD (Indonesia Center Sustainable Development)
xviii Isbandi, Adi. 2003. Pemikiran – Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta:
UI Press. Hal.15.
xix Anwar, Arifin. 1989. Strategi Komunikasi. Bandung: Armico.
xx Moeljarto, Vidhyandika. 1996. Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui Program IDT. Hal.131
xxi Kurniawan, Edi. 2013. Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat.
FKIP : UMP
xxii Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern : Biografi Para Peletak Sosiologi Modern.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Hal.177-181
xxiii
Margaret M. Poloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada