• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN SINGKONG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP SAPI BALI DI KEBUN PERCOBAAN KOYA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN SINGKONG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP SAPI BALI DI KEBUN PERCOBAAN KOYA BARAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN SINGKONG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP SAPI BALI DI KEBUN PERCOBAAN KOYA BARAT

Usman, M. Nggobe dan Batseba M.W. Tiro

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

ABSTRAK

Kajian pengaruh pemberian singkong terhadap pertambahan bobot hidup sapi bali yang dilaksanakan di kebun percobaan Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kotamadya Jayapura.

Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat pertambahan bobot hidup sapi bali melalui pemberian singkong. Perlakuan pakan yang diberikan yaitu (1) A = Rumput alam /lapangan 100 % (kontrol), (2) B = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 0,5 % dari bobot badan, (3) C = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 1,0 % dari bobot badan, dan (4) D = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 1,5 % dari bobot badan. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan pertambahan berat badan harian (PBBH) yang lebih tinggi (0,42 kg/ekor) dibandingkan dengan perlakuan lainnya, kemudian diikuti oleh perlakuan D (0,33 kg/ekor), C (0,30 kg/ekor), dan terendah perlakuan A atau kontrol (0,13 kg/ekor). Dari aspek ekonomi perlakuan B memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Rp 178.854/ekor) dan terendah perlakuan A (Rp 130.833/ekor). Hasil analisis kelayakan usahatani menunjukkan bahwa nilai R/C tertinggi diperoleh perlakuan B (1,3) dan terendah perlakuan kontrol (0,7).

Kata kunci : Pakan lokal, Pertambahan bobot, sapi bali, aspek ekonomi

PENDAHULUAN

Propinsi Papua merupakan salah satu daerah di Kawasan Timur Indonesia

(KTI) dengan luas wilayah 317.062 km

2

dan jumlah penduduk 2.056.517 jiwa,

mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan usaha peternakan,

khususnya ternak sapi potong dalam rangka untuk memenuhi permintaan yang terus

meningkat. Produksi daging di Propinsi Papua selama kurung waktu 1 (satu) tahun

(periode 2007-2008) sebesar 8,4 ribu ton. Sedangkan kebutuhan daging pada periode

yang sama sebesar 18,4 ribu ton. Pemasukan daging dari luar Propinsi Papua masing-

masing sebesar 3.009,6 ton. Dengan demikian terdapat kekurangan bahan pangan

asal ternak untuk daging adalah 5 ribu ton. Dari produksi daging tersebut, maka dapat

dihitung rata-rata konsumsi daging untuk penduduk Propinsi Papua adalah 2,15

kg/kapita/tahun. Hal ini masih sangat jauh dari standar konsumsi daging Nasional

yaitu 7,6 kg/kapita/tahun (BPS Propinsi Papua 2009).

(2)

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya usaha terobosan yang mengarah pada peningkatan produktivitas ternak sapi. Di Propinsi Papua, jenis ternak sapi yang paling banyak dipelihara oleh petani peternak adalah sapi Bali dan umumnya dipelihara oleh petani kecil di pedesaan dengan sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional.

Sapi Bali mempunyai potensi dan peluang untuk dikembangkan di Propinsi Papua karena peruntukan lahan yang masih cukup luas. Sapi Bali memiliki perkembangan sangat cepat dibandingkan dengan bangsa sapi potong lainnya di Indonesia disebabkan bangsa sapi ini lebih diminati oleh petani kecil karena beberapa keunggulan antara lain; tingkat kesuburannya sangat tinggi (Payne dan Rollinsons 1973; Copland 1974) dan merupakan sapi pekerja yang baik dan efisien, dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi dimana bangsa sapi lainnya tidak dapat (Moran, 1973). Disamping itu usaha penggemukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas sapi potong, termasuk kualitas karkas yang dihasilkan (Murdjito dan Nono 1992). Dalam usaha memproduksi daging, kualitas dan kuantitas pakan sangat besar peranannya. Kecepatan pertambahan berat badan dan kualitas karkas yang dihasilkan merupakan faktor yang perlu untuk dipertimbangkan (Haryanto, 1991). Dilaporkan oleh Nggobe et al. (1994) bahwa ternak sapi jantan muda yang hanya mengkonsumsi rumput raja (King rass) pertambahan berat badan hanya mencapai 290 gram/hari. Sedangkan pemberian campuran antara rumput raja dengan legum (Sesbania grandiflora) dengan perbandingan masing-masing 25% dan 75%, pertambahan berat badan dapat mencapai 560 gram/hari (Bustami et al. 1994).

Untuk meningkatkan produktivitas sapi Bali, khususnya dalam memacu pertumbuhan bobot badan ternak, maka diperlukan adanya perbaikan sistem pengelolaan yang lebih mengarah pada perbaikan mutu pakan. Pemberian pakan berupa rumput lapangan (alam) yang selama ini banyak dilakukan oleh peternak perlu dilakukan suplementasi pakan yang mempunyai nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Karena pemberian ransum yang hanya terdiri dari rumput alam hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan hanya sedikit untuk pertumbuhan (Morisson 1961). Sehingga perlu dilakukan suplementasi bahan pakan berkualitas tinggi. Salah satu bahan pakan yang sangat potensial dan tersedia disekitar lokasi pengkajian adalah tanaman singkong dan gamal.

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertambahan berat badan

sapi bali melalui pemberian singkong (ubi kayu) dalam komposisi pakan yang berbeda.

(3)

METODOLOGI

Pengkajian ini dilaksanakan selama kurang lebih 12 minggu bertempat di Kebun Percobaan Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kodya Jayapura. Salah satu alasan pemilihan lokasi, karena wilayah Koya Barat merupakan salah satu sentra pengembangan sapi potong. Selain itu, umumnya petani lokal yang ada disekitar Koya Barat banyak mengusahakan tanaman singkong. Sementara hijauan pakan ternak seperti rumput gajah dan gamal banyak tumbuh atau ditanam petani baik sebagai tanaman pagar maupun pelindung.

Pengkajian ini menggunakan sebanyak 4 (empat) ekor sapi bali yang berumur antara 8 – 12 bulan. Keempat ternak sapi masing-masing ditempatkan dalam kandang petak (2 x 1 m2). Sebelum pengamatan dimulai, terlebih dahulu ternak sapi diberi obat cacing dan dilakukan masa adaptasi selama satu minggu, agar ternak tidak lagi stress saat perlakuan pakan diberikan kepada ternak sapi. Singkong yang digunakan sebagai pakan penguat adalah yang masih segar dan sebelum diberikan sebaiknya singkong dihancurkan terlebih dahulu dengan kayu (ditumbuk) kemudian diberikan kepada ternak.

Teknologi pakan yang dikaji terbagi atas 4 (empat) komposisi perlakuan pakan yaitu :

A = Rumput alam /lapangan 100 % (kontrol)

B = Rumput alam 50% + Gamal 50% + singkong 0,5 % dari bobot badan C = Rumput alam 50% + Gamai 50% + singkong 1,0 % dari bobot badan D = Rumput alam 50% + Gamal 50% + singkong 1,5 % dari bobot badan

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pagi jam 07.00 – 08.00 dan dilanjutkan pemberian Hijauan Pakan Ternak (HPT) dari campuran rumput dengan daun gamal sekitar jam 10.00 – 11.00 (siang) dan jam 15.00 – 17.00 (sore). Untuk mengetahui rata-rata pertambahan berat badan ternak dilakukan penimbangan ternak sapi menggunakan timbangan digital setiap dua minggu sekali. Juga dapat dapat diukur menggunakan rumus Schoorl (Sugeng 1992) :

Bobot Badan (kg) = (LD + 22)²/100 dimana : BB = Berat badan dalam satuan lbs

PB = Panjang badan dalam satuan inci

LD = Lingkar dada dalam satuan inci

(4)

Parameter yang diamati meliputi rata-rata pertambahan berat badan, rata-rata konsumsi pakan, konversi pakan, curahan tenaga kerja, produksi pupuk kandang, serta analisis kelayakan usahatani.

Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam pengkajian ini, data yang telah diperoleh atau dikumpulkan berdasarkan parameter yang diamati diolah dengan menggunakan analisis secara deskriptif atau analisis statistik sederhana. Sedangkan data aspek ekonomi dianalisis menggunakan R/C ratio.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah

Desa Koya Barat Distrik Muara Tami termasuk dalam wilayah Kota Madya Jayapura. Penduduk Koya Barat pada umumnya adalah eks transmigrasi dari pulau jawa tahun 1983. Wilayah ini terus mengalami kemajuan terutama dibidang agribisnis pertanian seperti jagung manis, kacang tanah, pisang, singkong dan peternakan sapi potong. Selain itu daerah ini juga merupakan salah satu tujuan wisata pemancingan ikan pada waktu hari libur.

Secara umum penduduk Koya Barat memiliki mata pencaharian dibidang pertanian, seperti padi, tanaman jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan peternakan. Khususnya dibidang peternakan pada umumnya petani memelihara ternak sapi potong dengan tingkat kepemilikan antara 3–100 ekor. Sistem pemeliharaan ternak sapi potong umumnya dilakukan secara semi intensif disekitar lahan pekarangan dengan sistem pemberian pakan cat and carry. Jenis pakan yang umum diberikan hanya berupa rumput-rumputan dan beberapa jenis hijauan pakan lainnya, seperti rumput gajah, rumput benggala, kangkung, dan gamal.

Keragaan Ternak Sapi Bali

Keragaan ternak sapi terhadap parameter yang diamati selama pengkajian yaitu rata-rata pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan produksi kotoran ternak. Dari hasil pengkajian diperoleh pertambahan berat badan, konversi pakan dan produksi kotoran ternak, seperti ditampilkan pada Tabel 1.

Berdasarkan dari hasil pengkajian (Tabel 1), menunjukkan bahwa pertambahan

berat badan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (kombinasi rumput alam 50% +

Gamal 50% + singkong 0,5 % dari bobot badan). Kemudian diikuti oleh perlakuan D

(5)

(Rumput alam 50 % + Gamal + singkong 1,0 % dari bobot badan, dan terendah perlakuan A (Rumput alam /lapangan 100 %).

Tabel 1. Rata-rata konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan, dan produksi kotoran ternak selama pengkajian

Parameter Perlakuan

A B C D

Bobot awal (kg/ekor) 137,0 110,0 89,5 101,5

Bobot akhir (kg/ekor) 145,0 135,0 107,5 121,5

PBB (kg/ekor) 8,0 25,0 18,0 20,0

PBBH (kg/ekor) 0,13 0,42 0,30 0,33

Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari) 11,8 10,5 9,0 10,0

Konversi Pakan (kg/ekor) 90,8 25,0 31,7 27,0

Kotoran sapi (kg/ekor/hari) 8,5 7,2 6,8 7,0

Keterangan :

A = Rumput alam /lapangan 100 % (kontrol)

B = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 0,5 % dari bobot badan C = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 1,0 % dari bobot badan D = Rumput alam 50 % + Gamal 50 % + singkong 1,5 % dari bobot badan

Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa semua ternak sapi yang mendapatkan perlakuan pakan penguat dari singkong sebanyak 1% dari berat badan memberikan pertumbuhan bobot badan yang labih tinggi dari perlakuan A (kontrol). Namun dari ketiga perlakuan yang mendapatkan tambahan pakan penguat, tertinggi yaitu perlakuan B (kombinasi rumput alam 50% + gamal 50% + singkong 0,5% dari bobot badan). Terdapat beberapa faktor yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan selama pengkajian ini, yaitu jenis kelamin, nutrisi pakan, dan tingkat kesukaan (rasa) dari jenis pakan yang diberikan.

Hasil pengkajian ini lebih tinggi dari hasil pengkajian yang telah dilakukan

sebelumnya, tentang pemanfaatan pakan limbah kulit buah kakao sebagai pakan

alternatif pada sapi potong di Kabupaten Jayapura dimana memberikan pertambahan

berat badan harian (PBBH) sebesar 0,30 kg (Usman at al. 2009). Namun hasil kajian

ini sedikit lebih rendah seperti yang dilaporkan oleh Nggobe et al (1994) bahwa ternak

sapi jantan muda yang hanya mengkonsumsi rumput raja (King rass) pertambahan

berat badan hanya mencapai 290 gram/hari. Sedangkan pemberian campuran antara

rumput raja dengan legum (Sesbania grandiflora) dengan perbandingan masing-

(6)

masing 25 % dan 75 %, pertambahan berat badan dapat mencapai 560 gram/hari (Bustami et al. 1994).

Konsumsi pakan yang tertinggi diperlihatkan pada perlakuan A (Kontrol) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kumsumsi pakan yang tinggi pada perlakuan A, kemungkinan besar disebabkan oleh faktor kebiasaan dalam mengkonsumsi rumput. Dalam hal ni konsumsi pakan banyak dipengaruhi oleh faktor kesukaan (rasa), namun respon terhadap pertumbuhan berat badan sapi potong lebih banyak dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan. Oleh karena itu pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan berat badan sapi potong yang cepat sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan.

Konversi pakan adalah merupakan dampak dari hasil konsumsi pakan yang dibagi dengan pertambahan berat badan sapi potong selama pengkajian berlangsung.

Seperti ditampilkan pada Tabel 1, terlihat bahwa tingkat konversi pakan tertinggi diperoleh perlakuan A (kontrol) sebesar 90,8, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan B (kombinasi rumput alam 50% + Gamal 50% + singkong 1% dari bobot badan) sebesar 25,0. Konversi pakan yang tinggi seperti diperlihatkan pada perlakuan A, yang berarti bahwa efisiensi penggunaan pakan sangat tidak ekonomis, karena untuk menaikkan pertambahan berat badan sebanyak 1 kg dibutuhkan pakan sebesar 90,8 kg/ekor. Sedangkan konversi pakan yang rendah seperti ditunjukkan pada perlakuan B, memberikan efisiensi penggunaan pakan yang lebih tinggi atau lebih baik, karena untuk meningkatkan pertambahan berat badan sebanyak 1 kg hanya dibutuhkan pakan sebesar 25,0 kg.

Analisis Usahatani Ternak Sapi

Analisis usahatani sapi potong dilakukan berdasarkan perlakuan yang diberikan

selama pengkajian berlangsung. Oleh karena itu, biaya pengeluaran dan penerimaan

yang diperhitungkan, meliputi bahan pakan, obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan

kandang dan harga berat hidup per kg merupakan asumsi-asumsi harga yang berlaku

saat pengkajian berlangsung. Selanjutnya untuk menghitung apakah usaha sapi

potong yang dipelihara itu layak atau tidak untuk dikembangkan tentu sangat

ditentukan oleh nilai R/C ratio yang diperoleh. Ada beberapa kriteria yang digunakan

untuk mengukur kelayakan usahatani yang dilakukan yakni: a) <1, berarti usahatani

yang dijalankan tidak layak, b) =1, berarti usahatani yang dijalankan hanya mampu

untuk mencapai titik impas, c) >1, berarti usahatani yang dijalankan mendapatkan

(7)

Tabel 2. Analisis usahatani sapi potong selama pengkajian berlangsung

Uraian Perlakuan

A B C D

Pengeluaran ________________ Rp ________________

Pakan (kg)

- Rumput-rumputan - Gamal

- Singkong - Garam dapur

0 0 0 15.000

0 0 100.308

15.000

0 0 92.592 15.000

0 0 96.450 15.000

Obat-obatan

- Obat cacing 6.250 6.250 6.250 6.250

Tenaga kerja/ekor

281.250 281.250 281.250 281.250

Penyusutan kandang

133.333 133.333 133.333 133.333 Jumlah Pengeluaran 435.833 536.141 528.425 532.283 Penerimaan

PBB

x Harga Berat Hidup/kg

Pupuk kandang

200.000 105.000

625.000 90.000

450.000 90.000

500.000 90.000 Jumlah Penerimaan/ekor 305.000 715.000 640.000 590.000

Keuntungan/ekor -130.833 178.854 111.575 57.714

R/C ratio 0,7 1,3 1,2 1,1

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan B (Rumput alam

50% + Gamal 50% + singkong 1% dari bobot badan) memberikan nilai R/C 1,3 yang

artinya ada keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 30 jika input atau korbanan yang

dikeluarkan sebanyak Rp 100. Nilai R/C yang diperoleh pada perlakuan B lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan B

lebih layak atau lebih baik dibandingkan dengan perlakuan Lainnya. Penyebab utama

terjadinya perbedaan terhadap tingkat keuntungan dari setiap perlakuan yakni karena

adanya perbedaan terhadap pertambahan berat badan harian (PBBH) dan besarnya

biaya pakan selama pemeliharaan. Semakin tinggi PBBH seekor ternak sapi besar

kemungkinan akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, demikian pula

sebaliknya semakin rendah PBBH seekor ternak sapi akan diperoleh tingkat

keuntungan yang lebih rendah.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

 Semua perlakuan pemberian singkong memberikan pertambahan berat badan

yang lebih tinggi dengan control (tampa pemberian singkong)

 Perlakuan pemberian singkong 0,5% dari berat badan memberikan peningkatan

berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya

 Pertambahan berat badan sapi jantan lebih cepat dibandingkan dengan sapi betina

 Analisis usahatani menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan kelayakan usaha

yang lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan lainnya

Saran

 Disarankan agar umbi singkong yang dimanfaatkan sebagai pakan adalah umbi

singkong yang sudah diafkir agar tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

 Pemberian singkong sebaiknya singkong dihancurkan atau dipecah-pecah terlebih

dahulu sebelum diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, M. Nggobe dan A. Bamualim, 1994. Penggemukan Sapi Bali Jantan Muda Dengan Kombinasi Antara Rumput Raja dengan Daun Turi (Sesbania Grandiflora). Prosiding Komunikasi dan Pengolahan hasil-hasil Penelitian.

Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Badan Litbang Pertanian.

BPS Provinsi Papua, 2009. Papua Dalam Angka.

Copland, R.S., 1974. Observation On Banteng Cattle in Sabah. Trop Animal. Heth.

Prod. 6 : 89 – 94.

Dinas Peternakan Propinsi Papua, 2000. Program Pengembangan Peternakan Propinsi Papua. Temu Informasi Teknologi Pertanian, LPTP Koya Barat.

Tanggal 16 – 17 Mei 2000.

Haryanto, B. 1991. Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pakan Pada Penggemukan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.

Moran, J. B., 1978. Perbandinngan Performans Jenis Sapi Daging Indonesia.

Proceeding Seminar Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan, P- 4 & IPB –

Bogor.

(9)

Murdjito, G. dan N. Ngadiono, 1992. Production Performance of Male Halstein Friesien Brade Undeng there Different Fattening Diets. AARP Project Badan Litbang Pertanian. Bekerjasama dengan Departemen P dan K Lokakarya Penelitian, Komoditas Horticultura, Peternakan, Perikanan dan Studi Khusus, Bogor 25-27 Oktober 1992.

Nggobe, M., L. Malo dan A. Bamualim, 1994. Pemberian Beberapa Kombinasi Putak dan Rumput Raja (King rass) Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali Jantan Muda.

Prosiding Komunikasi dan Pengolahan Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Badan Litbang Pertanian.

Norton, 1994. http://ejournal.unud.ac.id/ abstrak/a.w.%20puger%20090202006.pdf Payne, W.J.A., and D.H.L Rollinsons., 1979. Bali Cattle World Animal. Rev. 7 : 13-21.

Poedjiadi, A., 1994. Formulasi Ransum Berbasis Singkong (pakan LEISA) 29 April 2011. http://peternakan.litbang. deptan.go.id

Retnowati, D., dan R. Sutanti, 2009. Pemanfaatan Limbah Padat Ampas Singkong dan Lindur Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Tembalang, Semarang.

Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Steel,R.G.D. and J.H. Torrie. 1960. Principles and Prosedures of Statistics. Mc.Graw- Hill Book, Co. Ing, New York, Toronto, London.

Tobing, M., 2011. Mengolah limbah singkong menjadi pakan ternak bergizi

http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1298616362/59930

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil uji hipotesis ditemukan bahwa persepsi harga, produk, promosi, dan tempat secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

Dari hasil penyuluhan dengan seluruh responden di dapatkan informasi bahwasannya rasa ingin tahu dan informasi yang kurang dapat menimbulkan perilaku perawatan

Ada semacam trend di tengah umat Islam kalau ditanya buku apakah yang membahas tentang ilmu Al-Quran, maka jawabannya nyaris seragam dimana- mana, yaitu Mabahits fi Ulumil Quran

1) Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan

Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian di atas mungkin disebabkan kisaran ukuran ikan paweh yang diambil tidak begitu bervariasi (berkisar antara

Berdasarkan hal tersebut, model pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi pembangunan guna memenuhi

Tabel 1 PDRB Provinsi Maluku Utara Tahun Dasar 2010 Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah).. 2 Tabel 2 PDRB Provinsi Maluku Utara Tahun Dasar

Sistem informasi masuk keberbagai aspek kehidupan salah satunya adalah pembelajaran, Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran anak adalah siswa lebih