• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth)

Oleh

Agung Mahardhika, SP

( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama )

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

I. PENDAHULUAN

Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan komoditas ekspor terpenting di Indonesia, sebagai penghasil minyak atsiri (patchouli oil) yang mempunyai prospek baik dalam memenuhi kebutuhan industri parfum, kosmetik, kimia dan kesehatan (aromaterapi). Nilam bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Filipina atau Malaysia. Namun keberadaannya mampu mendukung Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak nilam terbesar di dunia yang mensuplai hampir 90% dari kebutuhan minyak nilam dunia. Negara pengimpor terbesar adalah Perancis, Amerika Serikat, Australia dan Jepang (Ditjenbun, 2011).

Tanaman nilam adalah salah satu tanaman menghasilkan minyak atsiri yang potensial dikembangkan di Indonesia. Kondisi tersebut disebabkan faktor iklim serta jenis dan tingkat kesuburan tanah yang dimilki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman nilam. Potensi dan kondisi daerah penghasil tanaman nilam harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar tanaman nilam menjadi andalan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, petani dan pengelolaanya. Dengan semakin majunya teknologi farmasi, kedepan minyak nilam yang bersifat fixatif (sebagai pengikat minyak atsiri lainnya) banyak dibutuhkan sehingga budidaya tanaman nilam perlu dibudidayakan secara luas.

Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian ke konsumen/petani. Penggunaan benih unggul dalam proses budidaya tanaman, di samping dapat meningkatkan kuantitas produksi juga dapat memperbaiki kualitasnya guna memperoleh calon benih yang bermutu tinggi.

(2)

2 Perbanyakan vegetatif terbagi dua cara yaitu perbanyakan dengan menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Pembiakan vegetatif jenis ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik. Sedangkan untuk jangka pendek dimana kemampuan biaya terbatas maka solusi adalah dengan perbanyakan vegetatif makro.

Perbanyakan vegetatif makro seperti stek, sambungan dan cangkok muda dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah dalam pemeliharaanya dan memenuhi kaidah perbanyakan vegetative secara standar. ( Pudjiono, 2000)

Untuk mengatasi kebutuhan benih nilam yang mendesak diperlukan suatu upaya.

Salah satu cara muda untuk menjawab tantangan kebutuhan benih nilam unggul adalah penggunaan benih dari perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan setek. Setek nilam dapat berasal dari bagian pangkal tengah dan pucuk terstandar. Agar benih / setek tersebut dapat tumbuh dengan baik ( sehat, cepat dan seragam) benih/setek harus diproduksi dengan cara prosedur yang terstandar. Dalam tulisan ini akan di uraikan perbanyakan bahan tanam nilam dengan menggunakan setek, yang dimulai dari varietas unggul nilam, benih/bahan tanam setek dan penyemaian benih.

II. VARIETAS UNGGUL NILAM

Ketersediaan varietas unggul nilam menjamin mutu genetik tanaman untuk menjadi lebih baik. Keunggulan varietas dapat dilihat dari sifat yang menonjol dari satu atau lebih karakter penting. Pada tahun 2005 telah dilepas 3 varietas unggul nilam yaitu Sidakalang, Lhokseumawe dan Sidangkalang. Keunggulan yang utama adalah produksi terna dan mutu minyak tinggi. Dari ketiga varietas tersebut jenis Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda. (Nuryani, 2005). Karakteristik kualitatif yang dapat membedakan ketiga varietas nilam aceh adalah warna pangkal batang. Varietas Tapak Tuan , warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhokseumawe lebih ungu dan varietas sidakalang peling ungu.

Untuk mendukung pengembangan teknologi benih dan hasil nilam bermutu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat telah berhasil melepas 2 varietas unggul nilam tahan penyakit layu bakteri dan produksi mutu minyak tinggi dengan nama Pachoulina 1 dan Pachoulina 2 . Varietas unggul nilam tersebut merupakan upaya percepatan pengembangan varietas unggul baru yang sangat berperan penting dalam penggandaan dan penyediaan benih nilam untuk ketersediaan benih yang beredar di masyarakat.

(3)

3 Varietas Lhoksumawe Varietas Sidakalang Varietas Tapak Tuan

Varietas Pachoulina 1 Varietas Pachoulina 1 Sumber : Proposal usulan sidang pelepasan varietas nilam, 2013

III. PEMILIHAN BENIH NILAM

Tanaman nilam berakar tunggang, berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau kecoklatan. Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar di tengah, meruncing keujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunya bercabang ke segala penjuru.

Apabila daun nilam diremas-remas akan muncul bau harus ( Santoso, 2000)

Untuk meningkatkan dan menjamin produktivitas dan kualitas nilam benih/bahan tanam harus dipilih secara benar dan baik, karena benih merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan system budidaya setelah lahan. Hampir 40%

keberhasilan budidaya tanaman ditentukan oleh mutu benih. Benih yang benar adalah benih yang diambil dari kebun induk yang jelas varietasnya. Karakter tanaman pada kebun induk sama dengan deskripsi varietas tersebut, murni tidak tercampur dengan jenis dan varietas lainya. Baik artinya tanaman dikebun induk tersebut tumbuh dengan baik, sehat tidak terserang OPT dan tidak ada gejala kekurangan unsur hara.

3.1 Mutu Benih Nilam

(4)

4 Mutu benih meliputi mutu genetika, fisiologis, fisik dan patologis. Keempat mutu tersebut akan menentukan produksi tanaman. Mutu genetika adalah benih yang mempunyai identitas genetika

yang murni dan mantap, dan apabila ditanam mewujudkan kinerja pertanaman yang homogen sesuai dengan yang dideskripsikan pemulianya ( Sadjad 1994). Atribut kualitas

yang paling penting adalah viabilitas (mutu fisiologis), mutu fisiologis berkaitan dengan daya tumbuh setek nilam di persemaian. Setek nilam yang bermutu tinggi secara fisiologis akan mempunyai kemampuan untuk hidup > 80%. Klasifikasi mutu benih nilam berdasarkan pada kinerja fisik seperti kebersihan setek ( tidak ada daun yang coklat), kesegaran setek ( tidak layu), daun setek sempurna ( tidak berlubang, keriput atau menggulung). Mutu patologis berhubungan kesehatan benih, setek nilam yang bermutu tinggi merupakan setek yang bebas dari penyakit layu bakteri ( daun dan batang layu ) bebas nematoda ( daun berwarna coklat, akar rusak), bebas penyakit budok.

3.2 Benih setek sebagai bahan perbanyakan

Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif , yaitu dengan mempergunakan potongan – potongan cabang / batang ( setek ). Benih yang baik untuk ditanam harus berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman yang baik dan dijamin terbebas dari kontaminasi hama dan penyakit utama, karena hal itu dapat menggagalkan panen sampai 100%. Hasil penelitian oleh Sukarman dan Melati (2009) melaporkan bahwa viabilitas benih/daya tumbuh benih setek nilam tidak berbeda antara benih yang berasal dari bagian pangkal, tengah dan pucuk, walupun setek pucuk menghasilkan pertumbuhan (tinggi dan jumlah ruas benih/bibit) yang lebih cept dibandingkan benih yang berasal dari setek bagian pangkal dan tengah.

Tabel 1. Pengaruh bagian setek dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih nilam.

Bagian Setek Daya tumbuh Tinggi benih Jumlah ruas Jumlah daun

Pucuk 98,0 ns 26,0 8,2 a 13,5 ns

Pangkal dan

tengah 97,3 ns 14,4 77 b 14,7ns

(5)

5 Sumber : Sukarman dan Melati (2009)

Setek nilam yang dipanen hendaknya dengan kriteria : 1. Umur tanaman induk > 6 bulan

2. Diameter setek ; 0,3 – 0,5 cm

3. Ukuran setek ; setek panjang ; > 30 cm, setek pendek ± 15-20 cm

4. Fisik setek ; segar, sehat, tanpa kahat hara, bebas dari serangan hama dan penyakit dan telah mengayu, tetapi tidak yang sudah tua.

5. Kualifikasi setek dapat berasal dari batang, cabang primer, cabang sekunder.

Tanaman Nilam Untuk Produksi Benih Setek Pucuk ( kiri ) dan Setek batang/cabang ( kanan )

IV. PENYEMAIAN BENIH / SETEK

Penanaman dapat dilakukan dengan menanam setek langsung ke lapangan (bedengan) , atau dengan menanam benih di polibag lebih dahulu bersama dengan persiapan lahan.

3.1. Pesemaian di polibag

Untuk mengurangi tingkat kematian benih/setek perlu disemaikan dengan menggunakan kantong polybag. Penyemaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Siapkan rumah atas dari paranet, alang –alang atau jerami ( intensitas sinar matahari 50-70 % ) untuk panjang disesuaikan dengan jumlah benih yang disemai.

b. Siapkan media pesemaian (campuran tanah subur gembur dan kandang dengan perbandingan 2;1) tambahkan fungisida dan nematisida masing-masing 2 g / 1 Kg tanah dan aduk media sampai rata.

c. Masukan media tersebut ke dalam polybag ukuran 15 x 10 cm dan diberi lubang pada bagian bawahnya, sebanyak ¾ bagian.

(6)

6 d. Susunan polibag berisi media semai tersebut dibawah rumah atap, kemudian

disiram sampai basah dan biarkan 4-5 hari kemudian benih/setek baru di tanam.

e. Sebelum disemai di polibag benih/setek direndam dalam air kelapa 25% selama 15 menit atau dioleskan ZPT perangsang perakaran, kemudian dicelupkan ke dalam fungisida sesuai anjuran

f. Tanaman benih/setek ke dalam polybag dengan cara membuat lubang semai dan membenamkan dua buku ke dalam media polybag dan padatkan tanah di sekitar setek, untuk menjaga kelembaban persemaian ditutup dengan sungkup plastic ( ukuran = lebar 1 m dan tinggi 0,5 m, panjang sesuai kebutuhan), sampai persemaian berumur 2 minggu.

g. Lakukan pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit satu atau dua minggu sekali dengan pupuk daun, fungisida dan insektisida dengan dosis anjuran.

h. Setelah persemaian berumur empat minggu diberi perlakukan “ hardening”

dengan membuka atap sehingga benih/pesemaian mendapat sinar matahari penuh.

i. Pada umur 5-6 minggu benih sudah mempunyai cukup akar, tunas sudah tumbuh dan berdaun sehingga siap dipindahkan ke kebun untuk ditanam.

Untuk menjamin mutu, benih dipersemaian harus mempunyai standar sebagai berikut :

1. Asal Benih Kebun Induk ( Balittro ) atau petani penangkar varietas 2. Varietas : anjuran balittro yaitu 5 varietas yang telah dilepas

3. Naungan ; sungkup plastik , atap paranet, daun alang-alang, daun kelapa dan sebagainya dengan intensitas cahaya 50 -70 %

4. Temat semai yaitu polybag hitam ukuran 10 x 15 cm

(7)

7 5. Media semai yang digunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan

perbandingan yaitu : 2 : 1

6. Umur benih : 1,5 bulan setelah semai ( 5-7 ruas) 7. Tinggi benih : 20 – 25 cm

8. Jumlah daun ; 5 – 7 lembar

9. Kesehatan bibit ; Bebas OPT , tanpa gejala kekurangan hara.

3.2. Pesemaian di bedengan

Apabila dilokasi persemaian tidak tersedia polibag maka pesemaian dapat dilakukan di bedengan, dengan cara sebagai berikut :

a. Pilih lokasi yang adatar, dekat sumber air dan tidak tercemar pathogen

b. Gemburkan lahan /tanah dan bersihkan dari gulma untuk mempermuda pertumbuhan dan perkembangan akar.

c. Membuat bedengan persemaian dengan ukuran, lebar ; 150 cm, tinggi ; 30 cm dan panjang ; tergantung kebutuhan dan kondisi lahan

d. Melakukan pengolahan tanah 3 minggu sebelum penanaman benih e. Membuat parit pembuangan air : lebar 30 cm – 40 cm

f. Siapkan media persemaian pada bedengan dengan menambahkan pupuk kandang ; pasir ( 2 : 1 ).

g. Menambahkan fungisida dan nematisida pada media tanam

h. Menanam benih setek dengan jarak 10/10 dengan posisi miring 60 derajat i. Memberikan naungan dari atap daun kelapa atau alang-alang

j. Melakukan penanaman setek pada pagi atau sore hari

k. Lakukan pemindahan benih setelah berumur 4-5 minggu ( tunas dan akar sudah tumbuh merata ) secara hati – hati.

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Persemaian benih nilam sidakalang (teknik stek ),

http://kaliwesiatsiri.blogspot.com/2013/05/nilam-kali-wesi-atsiri-emas- hijau-edy.html di akses 27 Mei 2013

Amalia, 2011, Karakteristik Tanaman Nilam di Indonesia,Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik, hal 1-3

Ditjenbun 2011, Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Nilam , Kementrian Pertanian, Direktorat Jendral Perkebuanan.

Hadipoentyanti.E, Amalia, Sirait.N, Hartati.Y.S, 2013. Usulan Pelepasan Varietas Nilam, Balai Tanaman Obat dan Aromatik. Hal 42-44.

Pudjiono.S. 2008. Penerapan perbanyakan tanaman secara vegetatif pada pemuliaan pohon. Makalah gelar teknologi perbenihan tanaman hutan. Balai besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Santoso,H.B.2000. Bertanam Nilam. Jakarta

Sukarman, Melati, 2011. Prosedur Perbanyakan Nilam Secara Konvensional. Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Hal

Sukarman, dan Wahyuni, 2013, Teknik Produksi dan Pengolahan Benih Nilam Bermutu.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Prespektif Vol 12, No 1/Juni 2013 Hlm 01-10

Nuryani.Y,Emmyzar, Wahyudi.A, 2007. Teknologi Unggulan Nilam Perbenihan dan Budidaya Varietas Unggul. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Hal 3-5

Gambar

Tabel  1.  Pengaruh  bagian  setek  dan  lama  penyimpanan  terhadap  viabilitas  benih  nilam

Referensi

Dokumen terkait

menjelaskan gambar hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran Schoology pada siswa kelas X Multimedia 1 dan kelas X Multimedia 2 di SMK Negeri 3

Banyak cara yang digunakan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara dalam tanah salah satunya adalah melalui pemupukan.Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons

Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintahan nomor 24 tahun 1997 bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

Kehidupan beragama antara jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Slawi dengan masyarakat muslim di Desa Balapulang Kulon ini terjalin harmonis atau rukun tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan memahami peran serta partisipasi kelompok nelayan ikan hias samudera bakti (KNIH-SB) pantai Bangsring

Tujuan dari penelitian ini, untuk mendapatkan desain pit yang ideal, dengan mengunakan metode penampang sayatan, penyebaran batubara, cadangan overburden, cadangan

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah dalam penerbitan sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal sudah efektif, terbukti dengan tidak adanya

bahwa dalam rangka mendorong penggunaan Informasi Geospasial guna pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk mendukung terwujudnya agenda prioritas Nawacita,