STRUKTUR TOR-TOR ILAH MARDOGEI DALAM PESTA RONDANG BINTANG PADA
MASYARAKAT SIMALUNGUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FITRI MAYA SARI NIM 2113142022
JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapatan yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naska ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada kehadiran Allah SWT,yang telah melimpahkan segalah nikmat kebaikan kepada penulis, sehingga dapat melaksanakan penulisan Skripsi ini dengan baik dengn judul “Struktur Tor-Tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun”.
Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang sudah ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kendala, namun berkat doa, bantuan dan semangat dari berbagai pihak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.
Dr. Isda Pramuniati, M. Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
Uyuni Widiastuti, M. Pd Ketua Jurusan Sendratasik.
Sitti Rahma, S.Pd, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari.
Yusnizar Heniwati, S.S.T, M.Hum pembimbing I
Drs. Dilinar Adlin M.Pd pembimbing II
Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn Narasumber I sekaligus Pembimbing
Akademik
Martozet, S.Sn, M.A Narasumber II
Bapak / Ibu Dosen Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.
Mardianna Haloho,S.Pd narasumber yang memberikan imformasi ke
dalam penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Kepada yang teristimewa kedua orang tua bapak Zumingin,Ibu Sukini ,
kakak Pariani, Abg Muliono, Kak Rini, Kak Murni, Abg Tria, Adik Mardiah, adik nisa cibro dan keluarga semua penulis cintai dan sayangi yang tiada henti-hentinya memberikan nasehat,semangat sampai materi kepada penulis serta berkat doa dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Terima kasih Kepada Abror Harahap, SE yang sudah membantu dalam
persiapan pemberkasan.
Terima Kasih buat sahabat seperjuangan Alan Alfiansyah, Kheliana,
dan seluruh kakak stambuk terutama Sefrina, S.Pd, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelaesaikan Skripsi penulis ucapkan banyak terima kasih
Kepada semuanya yang bersangkutan paut terhadap Skripsi ini penulis
ucapkan banyak terimakasih.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang turut membantu, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2015
ABSTRAK
Fitri Maya Sari, 2113142022, Struktur Tor-Tor Ilah Mardogri Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015.
Tor-Tor Ilah Mardogei disajikan pada pesta Rondang Bintang. Tor-Tor Ilah Mardogei tentang kegiatan menggambarkan masyarakat Simalungun pada saat panen raya. Tor-Tor Ilah Mardogei diiringi dengan syair lagu yang dilantunkan langsung oleh para penarinya sebagai tempo dari gerak Tor-Tor tersebut.
Teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian serta teori pendukung yang berhubungan dengan topic penelitian yaitu pengertian tari, teori struktur.
Waktu penelitian digunakan untuk membahas tentang Struktur Tor-Tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Juni-Agustus 2015. Tempat penelitian di Hutta III Silau Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun. Populasi pada penelitian ini warga biasa, tokoh adat, dan seniman-seniman Simalungun.Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu 2 orang seniman dan 2 orang tokoh adat yang mengerti dan memahami serta berkecimpung pada Tor-Tor Ilah Mardogei. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitain yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Struktur Tor-Tor Ilah Mardogei bentuk penyajiaanya terdiri dari 3 tahap yaitu pembuka,isi dan penutup. Struktur Tari Ilah mardogei pada masyarakat Simalungun bagaimana susunan, bentuk penyajian serta hubungan antara gerak dengan elemen-elemen tari yaitu Gerak, Syair, Tata Rias dan Busana.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Agama Penduduk Nagori Silau Malela ... 24
Tabel 4.2. Ragam Gerak Tor-Tor Ilah Mardogei ... 26
Tabel 4.3. Deskripsi Tari Tor-Tor Ilah Mardogei ... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Peta Kecamatan Gunung Malela ... 18 Gambar 4.2. Pakaian Adat Simalungun ... 43 Gambar 4.3. Ragih Sattik yang digunakan oleh pria ... 45
Gambar 4.4. Suri-Suri (Handangan –Handangan) diikatkan di pinggang .. 45
Gambar 4.5. Hati Rongga disebut dengan Heoi Hati Rongga ... 46 Gambar 4.6. Suri-Suri yang diikatkan di atas dada berfungsi sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak
Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan
Batak Simalungun. Mayoritas masyarakat Simalungun bermata pencaharian
sebagai petani, ini disebabkan karena sebahagian masyarakat Simalungun tinggal
di daerah pegunungan yang tanah nya subur, hawanya sejuk sehingga sesuai
dengan bercocok tanam sehingga dari dulu hingga sekarang mereka hidup dari
lahan pertanian. Adapun jenis tanaman yang mereka tanam adalah padi dan
jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah
makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi.
Sama halnya dengan Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo,
Batak Mandailing, Batak Angkola yang memiliki sistem kekrabatan begitu juga
dengan Batak Simalungun. Sistem kekerabatan yang di miliki oleh masyarakat
Simalungun berdasarkan Tolu Sahundulan (Tiga Sama Duduk) yang
komposisinya terdiri dari :
Sanina, yakni orang-orang semarga (saudara semarga)
Tondong, yakni pihak pemberi isteri (pihak orang tua isteri)
Anak Boru, yakni pihak penerima isteri atau pihak yang megambil isteri
dari suatu kelompok marga.
Setiap suku memilik adat istiadat serta perbedaan budaya yang
adat, kesenian, baik seni tari, seni musik, seni rupa. Berbicara tentang kesenian,
kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana ynag digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia yang diciptakan sebagai
media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan terentu dan dilaksanakan pada
berbagai kegiatan baik itu upacara, hiburan, maupun pertunjukan. Kesenian
merupakan warisan nenek moyang dahulu masih saja membudaya dan harus di
kembangkan karna dapat menjadi identitas pribadi suatu masyarakat. Kesenian itu
sendiri terbagi berbarapa cabang di antaranya seni tari, seni rupa, seni musik dan
seni teater. Semua bentuk kesenian ini menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan.
Masyarakat Simalungun melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari dengan menyertakan keseniaan sebagai
kelengkapan pelaksanaan kegiatan. Salah satu keseniaan yang digunakan adalah
seni tari. Seni tari adalah unkapan jiwa yang mengandung unsur keindahan dalam
bentuk gerak teratur sesuai dengan tempo musik pengiring yang memiliki makna
tertentu. Pada masyarakat Simalungun, tari-tarian dijadikan sebagai media
komunikasi dalam mengugkapkan atau menyampaikan pesan didalam berbagai
kegiatan. Tari dalam masyarakat Simalungun disebut juga dengan Tor-tor, salah
satunya adalah Tor-tor Ilah Mardogei.
Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat
Simalungun disajikan pada acara pesta Rondang Bintang. Khususnya di
Simalungun, para permuka adat bersama tokoh masyarakat yang disebut dengan
Bintang merupakan pesta kebudayaan masyarakat Simalngun yang dulu disebut
pesta Pariama (pesta muda-mudi) yang di lakukan pada saat Rondang Bintang
(bulan purnama) sesuai musim panen raya. kegiataan ini dulunya merupakaan
pesta adat yang menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen raya yang di
lakukan, selain itu pada pesta Rondang Bintang ini juga di manfaatkan sebagai
ajang pertemuaan menjalin kasih atau mencari jodoh dan pembinaan semangat
gotong royong parah remaja sebagai generasi penerus. pesta Rondang Bintang di
adakan dengan tujuan agar keseniaan simalungun tidak hilang, juga dapat
dilestarikan dan menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat
simalungun .pada pesta Rondang Bintang banyak sekali pertunjukkan yang
ditampilan seperti musi tradisional simalungun yaitu Gondang Somba, Gondang
Simonang-monang, Gondang Sipitu-pitu. Ada juga peragaan busana Simalungun
seperti busana pengantin baik pagelaran busana pengantin kuno ,hingga busana
pengantin modern. Sedangkan tari-tarian yang di tampilkan adalah Tor-tor
Sombah, Tor-tor Harouan Bolon, Tor-tor Manduda, Tor-tor Sitalasari, Tor-tor
Toping-toping/ Huda-Huda, Tor-tor Ilah yang di tampilkan pada Pesta Rondang
Tor-tor Ilah Mardogei telah ada sejak ternbentuknya simalungun yaitu pada jaman raja-raja Simalungun. Tor-tor Ilah Mardogei adalah tarian yang
menggambarkan tentang kegiatan masyarakat Simalungun pada saat musim panen. Mereka melakukan pekerjaan tersebut secara bergotong royong dan
dilaksanakan pada bulan purnama yang dikarenakan pada zaman dahulu belum adanya listrik yang masuk kekampung atau desa, sehingga mereka melakukan pekerjaan tersebut dibawah terangnya bulan purnama. Mereka bekerja sambil menari dan menyanyi. Bulan purnama biasanya jatuh pada bulan 10 tetapi sudah
ada perubahan dikarenakan perkembangan zaman yang canggih dan seniman-seniman yang berbeda pendapat.Tor-tor ilah Mardogei hingga sekarang masih
dipertunjukkan dalam pesta rondang bintang (pesta budaya Simalungun) sekali dalam setahun selama tiga hari dua malam, selain tarian juga ada mempertunjukkan hasil pendapatan dari daerah masing-masing.
Tor-tor Ilah Mardogei merupakan tarian yang gerakannya di iringi lagu
yang dinyanyikan langsung oleh penarinya. Fungisnya sebagai hiburan, Tarian ini juga menggambarkan rasa suka cita dimana para penari wanita Simalungun
melakukan Mardogei (memijak-mijak pada agar bulir padi lepas dari tangkainya dan para penari spria membantu memijak padi sambil mencari perhatian terhadap wanita simalungun maka dari situhlah tumbuhlah percintaan masyarakat
simalungun. Ada terdapat beberapa bagian ragam gerakan awal dan gerakan akhir yang ada pada gerakan mardogei yaitu hentakan kaki.
Adapun rangkaian tarian ini dimulai dari gerakan manabi omei (menyabit
atau memotong padi), Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari
(mengipas padi), dan gerakan terakhir adalah manunjung omei (mengangkat padi
dengan caramembawanya diatas kepala). Ciri khas dari Tor-tor Ilah Mardogei
adalah hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasanyan mereka
sedang mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya).
Musik iringan tari ini adalah musik internal yaitu di mana para penari menyayikan
syair ilah mardogei dengan tempo yang telah ditentukan dan dinyayikan secara
bergantian oleh wanita dan peria.
Tujuan di laksanakannya Tor-tor Ilah Mardogei ini adalah agar para remaja atau yang sering disebut dengan ABG (Anak Boru Garama) mencintai dan
dapat melestarikan kebudayaan. Dikarenakan pada pesta Rondang Bintang banyak terdapat tarian, nyayian dan musik yang diciptakan langsung oleh orang-orang Simalungun, mencerminkan kebiasaan an ciri khas masyarakat Simalungun
dengan bergotong rotong.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menggali Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang. Mardogei dengan menggangkat tari
ini sebagai topik penelitian dengan judul: Struktur Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun.
B. Identifikasi Masalah
Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang
banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan
dalam sebuah rancangan penelitian, agar peneliti dapat melihat apa-apa saja
masalah yang ada.
Hal ini sejalan dengan pendapat ahli dalam Marta Sri Ulina (2013 :04)
diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu
luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit, sebaliknya bila
ruang lingkup masalah dipersempit, maka dapat diharapkan analisis secara luas
dan mendalam”.
Untuk itu dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis akan membuat
identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal- hal yang diteliti adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Struktur Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang
pada masyarakat Simalungun
2. Apa fungsi yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta
Rondang Bintang pada masyrakat Simalungun?
3. Apa tujuan Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada
masyarakat Simalungun?
4. Bagaimana musik pengiring Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang
Bintang pada masyarakat Simalungun?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah terkait dalam suatu penelitian dan
untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda serta keterbatasan waktu, dana
dan kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh surakhman (1990:36) ia
mengatakan bahwa :”sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak
perlu dipakai sebagai masalah penelitian, tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah, pembatasan-batasan ini perlu, bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penelitian akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam
Adapun pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
Struktur Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat
Simalungun.
D. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebuh memperkecil
batasan-batasan yang telah diperbuat dan sekaligus berfungsi untuk mempertajam
arah penelitian.
Menurut Mariani(2005:14) bahwa :”Rumusan masalah merupakan jabaran
desail fokus penelitian yang akan dibuat. Rumusan masalah menjadi
semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan Masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus
pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Sruktur Tor-tor Ilah Mardogei Dalam Pesta Rondang Bintang Pada
Masyarakat Simalungun?”.
E. Tujuan Penelitian
Suatu pemikiran mengenai apa yang ingin dibahas dan diteliti dalam
kegiatan penelitian. Menurut pendapat Arikunto Suharsimi (1995:69) mengatakan
bahwa “penelitian adalah suatu rumusan kalimat yang menujukkan adanya hal
yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan struktur Tor-tor Ilah Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh manfaat penelitian
sebagai berikut:
1. Menjadi sumber informasi bagi para pembaca mengenai Tor-tor Ilah
Mardogei dalam Pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun.
2. Sebagai bahan informasi dan pustaka untuk para peneliti–peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan menambah wawasan serta pengetahuan
peneliti.
4. Sebagai motivasi bagi setiap pembaca khususnya masyarakat Simalungun
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan dan penejelasan yang
sudah di uraikan mulai dari latar belakang hingga pembahasan, maka dapat
disimpulkan secara keseluruhan terhadap Tor-tor Ilah Mardogei di Huta III Silau
Malela Kabupaten Simalungun sebagai berikut :
1. Tor-tor Ilah Mardogei menggambarkan tentang kegiatan masyarakat
Simalungun pada saat misim panen yang dilakukan secara bergotong royong
pada malam Rondang Bintang. Mereka bekerja sambil menari da menyanyi.
Tor-tor ini merupakan tarian berpasangan yang dilakukan secara
berkelompok. Tor-tor ini di tarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita).
Adapun rangkaian gerak tarian ini di mulai dari gerakan manabi omei,
Mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, gerak terakhir adalah manunjung omei. Ciri khas Tor-tor Ilah Mardogei adalah hentakan
kaki gerakan yang menandakan bahwasanya mereka sedang Mardogei (
memijak-mijak padai agar bulir lepas dari tangkainya).
2. Pada tari Ilah Mardogei terdapat tiga tahap penyajian yaitu antara lain
Pmebukaan, isi dan pentup. Tahapan tersebut termasuk kedalam struktur
tarian tersebut. Selain itu, pada pebahasan struktur juga terdapat hubungan
antara satu kesatuan pada tarian tersebut yaitu antara tari dengan busana serta
49
3. Musik iringan pada Tor-tor Ilah Mardogei merupakan musik internal yang
berasal dari dalam tubuh penari (hentakan kaki dan vocal)
4. Busana yang digunakan penari pada Tor-tor Ilah Mardogei untuk pria Ragih
pane, Heoi bokkou. Sedangkan penari wanita adalah Hati Rongga, Suri-suri .
B. Saran
Dari hasil kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diajikan beberpa saran
antara lain sebagai berikut :
1. Penulis berharap dengan adanya peneltian ini masyarakat Simalungun untuk
menjaga , mengembangkan serta melestarikan tari-tarian yang berada pada
masyarakat Simalungun khususnya di Kabupaten Simalungun
2. Diharapkan kepada masyarakat Simalungun khususnya kepada pemerintah
daerah agar senantiasa memperkenalkan berbagai tari-tarian kepada
masyarakat luas baik lokal maupun diluar daerah dan mengadakan
pertunjukkan kesenian Simalungun agar dapat memahami keseniaan
Simalungun baik secara bentuk geraknya hingga makna yang ingin
disampaikan akan tersampaikan kepada penikmat seni maupun masyarakat
yang menyaksikanya.
3. Dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah
menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak
budaya sendiri.
4. Semoga penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Anya Peterson Royce, 2007. Kajian Struktur dalam Bentuk Tari. Bandung.
Mariani, 2005 . Metode Penelitian Kebudayaan Jakarta : Bumi Aksara.
Nasutiaon, Afni Dayanti. 2014. Makna Teks Tari ilah Bolon dalam Upacara
Rondang Bintang. Medan Universitas Negri Medan .
Nurwani. Pengantar Pengetahuaan Tari, Fakultas Bahsa dan seni medan : Universitas Negri Medan..
Soedarsono. 1972. Pengantar Pengtahuan Tari. Yokyakarta: ASTI.
Sri Ulina, Marta. 2013. Tor-Tor Bodan Naudanan Sebagai Seni Pertunjukan
Dalam Pesta Rondang Bintang di Kecamtan Raya Kabupaten Simalungun.
Medan : Universitas Negeri Medan.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitiaan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Suharsini, Arikunto. 1995. Prosedur Penelitiaan Suatu pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Asdi Mahasyatnya.
Surahman, W. 1990. Pembatasan Masalah Dalam Penelitian. Jakarta. Gramedia.
Susi Surahningsih. 2012. Keberadaan Horja Haranagan Pada Masyarakat
Simalungun. Medan:Universitas Negeri Medan.
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Perspektif Kualitatif. 2006. Bandung.
Yunigtyas, Risty. 2014. Perkembangan Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat
Simalungun , Medan :Universitas Negeri Medan