• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM KEGIATAN PENYULUHAN ANTI NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA DEPOK TERHADAP SIKAP REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM KEGIATAN PENYULUHAN ANTI NARKOTIKA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA DEPOK TERHADAP SIKAP REMAJA"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mecapai Gelar Sarjana Sosial

(S. Sos)

Oleh:

RIZKA FATIHANAH NIM:11140510000148

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440H/2019

(2)
(3)
(4)
(5)

Nama: Rizka Fatihanah NIM:11140510000148 Dosen Pembimbing: Dra. Rochimah Imawati, M. Psi

ABSTRAK

Pengaruh Komunikasi Persuasif Dalam Kegiatan Penyuluhan Anti Narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok Terhadap Sikap

Remaja merupakan masa peralihan pada diri individu dimana individu rentan terhadap perilaku-perilaku menyimpang dan perubahan sikap. Penyalahgunaan narkotika merupakan satu dari sekian banyak perilaku menyimpang yang seringkali menimpa kalangan remaja. Pembentukan sikap anti narkotika merupakan upaya BNN Kota Depok dalam meminimalisir penyalahgunaan narkotika pada remaja Kota Depok. Namun, komunikasi persuasif yang dilakukan tokoh berpengaruh tidak selalu dominan dalam merubah sikap individu.

Maka pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh komunikasi persuasif dalam kegiatan penyuluhan anti narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok terhadap sikap siswa-siswi SMP Negeri 4 Depok?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap yang dikemukakan oleh Manstead dan Strickland (1996;2001) yaitu tiga komponen yang memengaruhi sikap, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi luang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi persuasif dalam kegiatan penyuluhan anti narkotika yang dilakukan oleh BNN Kota Depok terhadap sikap siswa-siswi SMP Negeri 4 Depok dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,450. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,203 yang menunjukkan bahwa komunikasi persuasif dalam kegiatan penyuluhan anti narkotika BNN Kota Depok berpengaruh sebesar 20,3% terhadap sikap remaja, sisanya sebesar 79,7% dipengaruhi faktor lain diluar penelitian ini.

Kata kunci: Komunikasi Persuasif, Penyuluhan, Narkotika, Sikap dan Remaja.

(6)

iv

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Persuasif Dalam Kegiatan Penyuluhan Anti Narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok Terhadap Sikap Remaja (Studi Kasus Siswa-Siswi SMP Negeri 4 Depok)”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, pada sahabatnya, dan para pengikutnya.

Pada penulisan skirpsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Sehingga dengan bangga dan bahagia, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Suparto, M. Ed, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu terimakasih kepada Dr. Siti Napsiah sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.

Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan II Bidang

(7)

Administrasi Umum, serta Dr. Cecep Castra Widjaya M.Si, sebagai Wakil Dekan II Bidang Kemahasiswaan.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Dr.

Armawati Arbi, M.Si dan Dr. H. Edy Amin, M.A, Sekertaris Program Studi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Dr. Armawati Arbi. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis dan nasihat yang berkaitan dengan kegiatan akademik.

4. Dra. Rochimah Imawati, M. Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, maupun pemikirannya kepada penulis. Sehingga penelitian skripsi ini dapat selesai sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Semoga beliau dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT.

5. Drs. Masran, M.Ag, Kholis Ridho, M.Si, dan Dra. Nina Fariani Harahap M.M yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat terus menjalankan kegiatan akademik.

6. Seluruh dosen Fakultas llmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta staf tata usaha dan karyawan yang tak kenal lelah memberikan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman selama kuliah.

(8)

vi

7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis untuk mencari bahan referensi dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak H.

Matasan (alm) dan Hj. Maryani yang tidak pernah lelah mendoakan dan memberikan dukungan serta kasih sayang untuk kesuksesan penulis. Adik-adik tersayang Laily Fuadah dan Juhriyat Juhri Alamsyah yang telah menghibur penulis dikala penat dan lelah serta keluarga besar Engkong Kemin (alm) dan Nenek Hj Buniyati (almh).

9. Kepala Sekolah Drs. Hudaya, M.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bapak Dudih Rohaedi, seluruh staf guru dan karyawan serta murid-murid SMP Negeri 4 Depok yang telah menerima kedatangan penulis, dukungan dan partisipasi dalam membantu dan memberikan data- data guna melengkapi penelitian ini.

10. Saiful Mujab, M.A, sebagai kepala Kanwil Kementrian Agama Provinsi Dki Jakarta, BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Susanah Hasan S.Ab yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

11. Kepada Nurmohammad Humam Fakhri yang tidak pernah lelah memberikan semangat, dukungan dan bantuannya hingga akhir perkuliahan penulis.

12. Kepada jajaran sahabat, Rini Astuti, S. Sos, Maya Muslika Handayani, S. Sos, Nurhidayati Fauziyah S.

Sos, Fadhillah, Iis Kholisoh Tusadiyah, Diya Meyfrilinda dan Fatimah Azzahro yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis saat senang maupun susah.

13. IKAPMI AMANAH UIN Syarif Hidayatullah, kawan seperjuangan yang tidak pernah lelah membantu, memberikan dukunngan dan menghadirkan kebahagiaan pada masa-masa perkuliahan penulis.

14. Kepada Amalia Assyifa Rahman, S. Sos, Eprilla Tri Hapsari, S. Sos, Filza Itqiya, S. Sos, dan seluruh teman-teman seperjuangan KPI C 2014 yang menemani penulis dari awal hingga akhir perkuliahan dan tidak pernah lelah untuk terus memberikan semangat dan bantuannya.

15. Kepada teman KKN “PESONA” yang juga selalu memberikan semangat sehingga penulis dapat kembali bangkit untuk mengerjakan penelitian ini.

16. Saadiyah Ulfa, S.Pd, Lina Laili Nabila dan sahabat serangkai penulis sejak di Madsarah yang selalu memberikan doa, semangat dan nasihat kepada penulis

(10)

viii

meski jarak jauh memisahkan. Semoga kalian selalu dalam kasih sayang Allah SWT.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas setiap kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun kelebihan dalam penelitian ini semata-mata datangnya dari Allah SWT dan kekurangannya adalah milik penulis. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Aamiin

Jakarta, Oktober 2019

Rizka Fatihanah 11140510000148

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 11

1. Batasan Masalah ... 12

2. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Manfaat Penelitian ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 13

BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEP ... 16

A. Sikap ... 16

1. Pengertian Sikap.... ... 16

2. Aspek-aspek Sikap ... 19

3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Sikap ... 20

B. Komunikasi Persuasif ... 21

1. Pengertian Komunikasi Persuasif ... 22

(12)

x

2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif ... 23

C. Penyuluhan ... 26

1. Definisi Penyuluhan ... 26

2. Unsur-Unsur Penyuluhan ... 29

D. Remaja ... 32

E. Narkotika ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 39

G. Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Populasi dan Sampel ... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Sumber Data ... 45

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian ... 47

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Tehnik Pengolahan Data ... 52

I. Uji Instrumen ... 54

1. Uji Validitas... 54

2. Uji Reliabilitas ... 56

J. Teknik Analisis Data ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Regresi Linear Sederhana ... 56

(13)

3. Uji Koefisien Korelasi ... 57

4. Koefisiensi Determinasi ... 59

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 61

A. Temuan Hasil Penelitian ... 61

1. Deskripsi Data Responden Penelitian ... 61

2. Uji Instrumen ... 62

B. PEMBAHASAN ... 83

1.Komunikasi Persuasif Dalam Kegiatan Penyuluhan Anti Narkotika ... 83

2. Sikap Siswa/ i SMP Negeri 4 Depok ... 88

3. Uji Hubungan antara Komunikasi Persuasif dalam Kegiatan Penyuluhan Anti Narkotika terhadap Sikap Siswa/ i SMP Negeri 4 Depok.90 4. Uji Normalitas ... 90

5. Koefisien Korelasi ... 91

6. Koefisien Determinasi ... 93

7. Uji Regresi Linear Sederhana ... 94

BAB V PENUTUP ... 99

A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 107

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka ... 14

Tabel 3.1 Skoring Instrumen ... 49

Tabel 3.2 Blue Print Komunikasi Persuasif ... 50

Tabel 3.3 Blue Print Sikap ... 51

Tabel 3.4 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 58

Tabel 4.1 Deskripsi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 4.2 Deskripsi Data Responden Berdasarkan Jenjang Kelas ... 62

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Uji Validitas Variabel X (Komunikasi Persuasif) ... 63

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Uji Validitas Variabel Y (sikap)... 64

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 65

Tabel 4.6 Komunikasi Persuasif ... 66

Tabel 4.7 Aspek Persuader Dalam Komunikasi Persuasif Pada Kegiatan Penyuluhan ... 71

Tabel 4.8 Aspek Persuadee Dalam Komunikasi Persuasif Pada Kegiatan Penyuluhan ... 72

Tabel 4.9 Aspek Pesan Dalam Komunikasi Persuasif Pada Kegiatan Penyuluhan ... 73

Tabel 4.10 Aspek Saluran Dalam Komunikasi Persuasif Pada Kegiatan Penyuluhan ... 74

(15)

Tabel 4.11 Aspek Umpan Balik Dalam Komunikasi Persuasif

Pada Kegiatan Penyuluhan ... 75

Tabel 4.12 Aspek Efek Dalam Komunikasi Persuasif Pada Kegiatan Penyuluhan ... 76

Tabel 4.13 Sikap... 77

Tabel 4.14 Aspek Kognitif Dalam Sikap ... 80

Tabel 4.15 Aspek Afektif Dalam Sikap ... 81

Tabel 4.16 Aspek Konatif Dalam Sikap ... 82

Tabel 4.17 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test ... 90

Tabel 4.18 Uji Korelasi ... 91

Tabel 4.19 Koefisien Determinasi... 93

Tabel 4.20 Uji Regresi Linear Sederhana ... 94

Tabel 4.21 Temuan Hasil Penelitian ... 97

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir...40

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Kriminalitas narkotika menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Narkotika mampu menghancurkan masa depan suatu bangsa. Biasanya narkotika sangat cepat berkembang dan menular di lingkungan pergaulan para remaja. Keresahan tentu saja menghantui para orangtua kepada anak-anak mereka.

Sehingga lingkungan bermain remaja menjadi terkesan mengkhawatirkan bagi para orangtua. Belakangan kasus narkotika semakin menjadi-jadi manakala para sindikat pengedar narkotika menjadikan sekolah sebagai gudang narkoba, seperti kasus yang ditemukan di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta Barat sebagaimana yang dilansir pada situs berita online JawaPos.com. Penemuan gudang narkoba di sekolah mencerminkan bahwa lingkungan pendidikan kita masih begitu rentan dan abai tentang kedisiplinan kepada para anak-anak didik.

Kejadian ini tentu menjadi teguran keras bagi pemerintah agar semakin fokus dalam penanganan dan pemberantasan pengedaran dan penyalahgunaan barang-barang haram tersebut.

Tegasnya pemerintah kepada para pengedar dan penyalahguna narkotika bahkan sampai kepada hukuman mati.

Tuntutan hukuman mati diputuskan sebagai hukuman tegas dan

(18)

keras terhadap para terpidana sesuai dengan kejahatan dan pelanggaran yang diperbuat. Meskipun efektivitas hukuman mati masih terus dikaji lebih mendalam karena terkesan melanggar HAM yang tercantum pada Pancasila sila ke dua, yaitu

“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, namun keputusan tersebut dirasa setimpal jika mengingat efek dan dampak buruk yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika. Meski begitu hukuman mati belum menimbulkan efek jera bagi para pelaku justru peredaran narkotika di Indonesia semakin besar.

Data dari JawaPos.com berdasarkan Direktorat Tindak Pidana (Dittipid Narkoba) Bareskrim menyatakan bahwa kasus narkotika pekan awal Januari 2019 mengalami kenaikan 22,14 persen dengan 469 kasus narkotika dan 622 orang tersangka dibandingkan pada pekan terakhir Desember 2018 hanya ada 384 kasus narkotika dan 481 orang tersangka. Jumlah tersangka kasus narkotika pun meningkat hampir 30 persen. Tingginya angka pada data tersebut pun diduga masih lebih kecil dibandingkan pada kenyataannya yang belum terungkap sepenuhnya.Kemudian Direktur Dittipad Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto menuturkan bahwa ada tiga daerah dengan kerawanan narkotika tertinggi dilihat dari jumlah kasus terbanyak dan salah satunya di Polda Jawa Barat (Jabar).1

1 https://m.jawapos.com/jpg-today/07/01/2019/4-provinsi-rawan- narkotika-jabar-paling-banyak-dengan-123-kasus/ (diakses tanggal 22 Januari 2019).

(19)

Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komjen Pol Drs Heru Winarko mengatakan di Provinsi Jawa Barat daerah dengan jumlah paparan narkoba tertinggi adalah Kota Depok, yaitu sembilan titik lokasi. Setelah itu barulah kota lainnya yaitu wilayah Cirebon Bogor dan Sukabumi.2 Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Depok AKBP Rusli Lubis yang membenarkan adanya peningkatan kasus kriminalitas narkotika di Kota Depok. Beliau pun menyampaikan rasa keprihatinanya yang miris dengan banyaknya pengguna narkoba pada kalangan remaja. Mudahnya akses keluar masuk narkoba di kota Depok menjadi permasalahan yang sangat serius. Terlebih zona merah atau wilayah terbesar peredaran narkoba di Depok yakni di wilayah Sukmajaya yang mana merupakan markas atau kantor Badan Narkotika Nasional Kota Depok itu sendiri.3 Letkol Inf Eko Syahputra Siregar selaku Dandim 0508 Depok menuturkan dalam satuan kerja unit narkoba mengalami kenaikan secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas sepanjang 2018 kasus narkoba ada sebanyak 344 kasus atau naik 1,47 persen dari tahun

2 https://jabar.tribunnews.com/amp/2019/02/26/pelajar-pengguna-narkoba -di-indonesia-tercatat-24-persen-dari-total-pengguna-sebanyak-337-orang/

diakses tanggal 4 Maret 2019) .

3 https://news.okezone.com/read/2018/07/12/338/1921647/depok-darurat- narkoba-ironinya-penggunanya-remaja/ (diakses tanggal 22 Januari 2019).

(20)

2017. Lalu secara kualitas barang bukti yang disita sebanyak 97.353,33 gram, 109 butir ekstasi dan 663,66 gram sabu-sabu.4

Menurut Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika pada bab 1 ayat (1) bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.5 Meskipun pada bab 3 ayat (7) tertera bahwa narkotika sebenarnya dapat digunakan, hanya saja untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6 Sehingga penggunaan narkotika diluar kepentingan tersebut merupakan tindak penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang bukan merupakan hak dan tentunya melanggar hukum.

Dalam perspektif agama Islam sebagaimana firman Allah Ta‟ala dalam surat Al-A‟rof ayat 157 yang berbunyi:

َثِئ اَبَخْلا ْنِهْيَلَع ُمِّرَحُي َو ِتاَبِّيًّطًلا ُنُهًل ُّلِحُيَو Artinya: “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.

4 Ntmcpolri.info/home/jumlah-kasus-kejahatan-dan-narkoba-sepanjang- 2018-wilkum-polresta-depok/ (diakses pada 6 Fabruari 2019).

5 Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.

6 https://jauhinarkoba.com/undang-undang-nomor-35-tahun-2009-tentang- narkotika/ (Diakses pada 21 Agustus 2018).

(21)

Makna yang tersirat dalam ayat tersebut yakni mengharamkan mengonsumsi sesuatu yang diharamkan (Allah SWT) dan memberikan dampak buruk, seperti segala zat yang memabukan serta menghilangkan akal dan kesadaran, misalnya meminum khamr. Adapun larangan meminum khamr ini diperingatkan keras dalam Al-Qur‟an. Meskipun tidak memsabukan sebagaimana khamr namun narkotika sama halnya juga banyak memberikan mudhorot, seperti merusak tubuh dan akal. Bahkan sia-sia nyawa pengguna narkotika melayang begitu saja. Selain merusak penggunanya, bahaya penyalahgunaan narkotika juga berdampak pada merugikan lingkungan, keluarga bahkan negara. Kecanduan narkotika menyebabkan penurunan produktivitas yang berdampak pada kesejahteraan ekonomi maupun psikologis. Dalam skala besarnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi di samping juga membengkaknya biaya perawatan dan pengobatan bagi si pecandu tersebut.7 Maka hendaknya manusia dapat mengambil hikmah atas segala kebaikan dan keburukan yang telah Allah SWT ciptakan.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan bahwa keberadaan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota (BNNK) tidak lain merupakan upaya pembagian wewenang dari Badan Narkotika Nasional. BNN Kota Depok terdiri dari tiga divisi, yaitu Divisi Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat,

7 Rose Kusuma, Mencegah Seks Bebas, Nerkoba, Dan HIV/AIDS, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), h. 31.

(22)

Divisi Berantas dan Divisi Rehabilitasi. Sebagai instansi yang memiliki wewenang dan fokus dalam upaya penanganan dan pemberantasan narkoba, BNN Kota Depok tentu memiliki peran penting dalam memberikan sosialisasi atau penyuluhan untuk menumbuhkan kesadaran dan membentuk sikap anti narkoba pada seluruh kalangan masyarakat Kota Depok. Pembagian kalangan masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan penyuluhan BNN Kota Depok, antara lain kalangan pelajar (usia sekolah dan remaja), kalangan pegawai pemerintahan, kalangan pegawai swasta dan kalangan masyarakat umum. Demi mencapai tujuan hendaknya segala macam upaya dilancarkan BNN Kota Depok terutama pada kalangan remaja sebagai sasarannya. BNN Kota Depok harus bisa menyesuaikan situasi remaja sekarang ini dengan upaya-upaya yang hendak dilancarkan. Tujuannya agar pesan yang hendak disampaikan dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh sasaran.8

Upaya BNN Kota Depok dalam membentuk sikap anti narkoba dalam program kerja yang dijalankan, antara lain kegiatan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba), seminar/ penyuluhan anti narkotika, iklan atau himbauan pada media massa hingga workshop. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan saat ini upaya BNN Kota Depok dalam membentuk sikap anti narkotika

8Wawancara dengan Ibu Anna Maria Susanti, S. Sos, Divisi Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat) BNN Kota Depok, 4 November 2018, pukul 10.15 WIB).

(23)

di kalangan remaja terwujud pada kegiatan penyuluhan- penyuluhan P4GN pada sekolah-sekolah di lingkungan sekitar Kota Depok. Pada tahun-tahun sebelumnya pun BNN Kota Depok bekerjasama dengan beberapa media massa untuk menjadi medium penyampaian pesan dan informasi, seperti koran, baliho, spanduk dan radio lokal walaupun belakangan ini kerjasama dengan para media tersebut tidak lagi berjalan karena alasan kurangnya anggaran yang disediakan. Bahkan informasi yang disampaikan melalui media-media tersebut pun tidak menyeluruh tersebar ke seluruh Kota Depok.

Selain mengandalkan media dalam penyampaian informasi dan pesan anti narkotika kepada seluruh warga Kota Depok, BNN Kota Depok pun bersinergi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), komunitas-komunitas, relawan atau pegiat anti narkotika serta organisasi masyarakat, seperti Basolia, NU, Muhammadiyah, LDII dan lain sebagainya. Kerja sama yang dilakukan BNN Kota Depok dengan berbagai pihak tujuannya adalah untuk memudahkan penyebaran informasi anti narkotika pada lingkup masing-masing. Hal ini pun dapat membantu melancarkan kinerja pihak BNN Kota Depok yang kekurangan dalam jumlah SDM terlebih dalam menjangkau kalangan masyarakat yang belum pernah terjamah oleh penyuluhan dan penanganan BNN Kota Depok.

Meninjau upaya penanganan pemakai/ pecandu dan pengedar narkoba, BNN Kota Depok memiliki penanganan yang berbeda.

(24)

Meskipun sama-sama penyalahguna narkotika namun penanganan bagi pecandu narkoba di Kota Depok tidak memberlakukan tangkap atau penjara seperti para pengedar. Para pemakai narkoba pada tahap awal maupun yang sudah parah akan dirujuk untuk melakukan rehabilitasi. Sebenarnya pihak BNN Kota Depok selalu menghimbau kepada masyarakat untuk membawa keluarga, tetangga, teman ataupun diri mereka sendiri yang merasa pernah memakai atau bahkan menjadi pecandu narkoba untuk datang kepada pihak BNN Kota Depok dan direhabilitasi. Akan tetapi masyarakat yang belum mengetahui hal tersebut enggan mengakui dan mengajak orang-orang terdekat mereka bahkan diri mereka sendiri karena takut akan ancaman jeruji besi. Padahal kebijakan yang diterapkan BNN Kota Depok ini dilakukan agar tidak membebani mental para pasiennya. Sehingga kesadaran sangat dibutuhkan demi menjaga keselamatan diri mereka sendiri.

Melihat berbagai upaya Badan Narkotika Nasional dalam memerangi narkotika hingga membentuk Badan Narkotika yang tersebar pada wilayah-wilayah administrasi daerah seharusnya masyarakat Indonesia ini bukan lagi masyarakat yang awam dengan narkotika. Begitupun masyarakat kota Depok bukanlah masyarakat yang awam akan narkotika dan dampak negatifnya.

Berangkat dari pengetahuan yang ada seharusnya masyarakat menjadi berhati-hati dan menghindari terjadinya penyalahgunaan narkotika. Nyatanya di Kota Depok sendiri memiliki jumlah

(25)

penyalahguna narkotika yang masih cukup tinggi termasuk penyalahguna kalangan remaja. Bahkan jumlah kasus kriminalitas narkotika di Kota Depok lebih banyak daripada kasus kriminalitas umum lainnya. Sebagai peraih penghargaan Kota Layak Anak sudah seharusnya kesehatan dasar anak-anak dan remaja di Kota Depok dapat semaksimal mungkin terhindar dari ancaman penyalahgunaan narkoba.

Masa remaja merupakan masa transisi, dimana para remaja umumnya mengalami pertumbuhan dan perubahan. Selama mengalami masa transisi tidak dapat dipungkiri para remaja cenderung melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam berperilaku. Perilaku menyimpang para remaja, seperti penyalahgunaan narkoba terjadi akibat besarnya rasa keingintahuan dalam mencoba hal-hal yang belum pernah dialami sebelumnya. Hal seperti ini biasanya merupakan bagian dari pembentukan sikap individu. Tentu dalam kehidupan sehari- hari umumnya tidak ditemui kebiasaan-kebiasaan masyarakat lingkungannya yang mengonsumsi narkotika secara umum.

Pembentukan sikap anti narkotika pada kalangan remaja sangatlah penting mengingat para remaja berada pada masa pencarian identitas atau jati diri melalui lingkungan dan pergaulan. Pentingnya membentuk sikap anti narkotika merupakan upaya untuk mencegah penyalahgunaan narkotika yang semakin meluas di kalangan remaja terutama kalangan remaja usia sekolah atau dalam masa wajib belajar. Sebagaimana

(26)

upaya Badan Narkotika Nasional Kota Depok dalam membentuk sikap anti narkotika melalui kegiatan penyuluhan kepada sekolah-sekolah di Kota Depok, salah satunya yaitu SMP Negeri 4 Depok. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Depok berada di titik lokasi darurat narkoba, Sukmajaya, sehingga sekolah ini wajib menjadi target sasaran penyuluhan BNN Kota Depok. Terlebih usia murid-murid sekolah menengah pertama merupakan golongan remaja awal dengan usia yang rentan mencari dan mengubah jati diri/ identitas dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini pula para remaja kerap kali menyukai mencoba berbagai hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih mendalam terkait pengaruh kegiatan penyuluhan Badan Narkotika Kota Depok dalam pembentukan sikap anti narkoba terutama di kalangan remaja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memberikan judul skripsi ini sebagai berikut: “Pengaruh Komunikasi Persuasif Dalam Kegiatan Penyuluhan Anti Narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok Terhadap Sikap Remaja (Studi Kasus Pada Siswa- Siswi SMP 4 Depok)”.

(27)

B. Identifikasi Masalah

1. Kriminalitas narkotika menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia.

2. Penyalahguna narkotika pada remaja semakin darurat dan memperihatinkan.

3. Lingkungan Kota Depok sangat rawan pada peredaran bebas narkotika.

4. Jumlah kasus kriminalitas narkoba di Kota Depok mengalami kenaikan dibandingkan kasus kriminalitas umum lainnya.

5. Minimnya anggaran BNN Kota Depok dalam mensosialisasikan dan menangani kasus narkotika di Kota Depok.

6. Minimnya sumber daya manusia pada BNN Kota Depok dalam menjamah dan menjangkau masyarakat di seluruh Kota Depok.

7. BNN Kota Depok masih kesulitan dalam mengajak pemakai (pecandu) untuk melakukan rehabilitasi.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membuat batasan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, yaitu pada bagaimana sikap siswa-siswi SMP

(28)

Negeri 4 Depok setelah mendapatkan penyuluhan anti narkotika oleh Badan Narkotika Nasional Kota Depok.

2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh komunikasi persuasif dalam kegiatan penyuluhan anti narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok terhadap sikap siswa-siswi SMP Negeri 4 Depok?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Selanjutnya dari rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh komunikasi persuasif dalam kegiatan penyuluhan anti narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Depok terhadap sikap siswa-siswi SMP Negeri 4 Depok.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan, inspirasi, wawasan dan referensi bagi mahasiswa khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

(29)

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak sekolah untuk mempertahankan dan lebih disiplin terhadap kesehatan dan pergaulan remaja di lingkungan sekolah.

2) Selain itu penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok dalam meningkatkan kinerja untuk membentuk sikap anti narkoba umumnya pada masyarakat, khususnya bagi anak- anak dan remaja di Kota Depok. Kemudian diharapkan penelitian ini dapat menjadi apresiasi dan support yang dapat memberikan semangat baru bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok dalam menanggulangi pengguna dan memberantas para pengedaran obat-obatan terlarang di Kota Depok.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis telah meninjau pustaka dan mereview penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki fokus peneli tian yang sama, antara lain:

(30)

Tabel 1.1 Tabel Tinjauan Pustaka

No Nama Judul Persamaan Perbedaan Kesimpulan

1. Ambar Sumirat

Pengaruh Penyuluhan Tentang Napza Terhadap Sikap dan

Pengetahuan Remaja Kelas XI di MAN Yogyakarta II

Pengaruh kegiatan penyuluhan terhadap perubahan sikap

Subjek, objek, teori, tujusn dan lokasi penelitian.

Terdapat pengaruh penyuluhan tentang napza terhadap sikap dan pengetahuan remaja kelas XI di MAN Yogyakarta II 2. Defri

Arianto

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo-

Pasuruan Terkait Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya

Pestisida Tahun 2014

Pengaruh Penyuluhan terhadap perubahan sikap

Subjek, objek, teori,

permasalahan penelitian, tujuan dan lokasi penelitian.

Terdapat pengaruh yang signifikan pada pengetahuan dan sikap petani setelah mendapat penyuluhan terkait

penggunaan alat pelindung diri dari bahaya pestisida

3. Bustomi Arifin

Strategi Komunikasi Persuasif Volunteer Earth Hour

Tangerang dalam Hemat Energi Studi Kasus Pada Masyarakat Tangerang

Komunikasi Persuasif

Subjek, objek, teori,

permasalahan penelitian, tujuan dan lokasi penelitian.

Volunteer Earth Hour Tangerang melakukan tiga pendekatan dalam strategi komunikasi persuasif, yaitu strategi

psikodinamika, strategi

sosiokultural dan strategi meaning contruction.

(31)

15

Earth Hour Tangerang menggunakan perpaduan antara strategi

komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi.

Volunteer Earth Hour Tangerang belum maksimal dalam

menggunakan strategi komunikasi persuasif untuk mempersuasi masyarakat dalam berhemat menggunakan energi.

(32)
(33)

17 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KONSEP

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap secara umum dalam bidang sosiologi dan dunia psikologi memiliki kesesuain satu sama lainnya. Minat para ahli psikologi pada masalah sikap dibangkitkan oleh minat terhadap masalah perbedaan individual (individual differences). Pembahasan terkait masalah sikap manusia digunakan untuk menjelaskan kenapa orang-orang dapat berperilaku berbeda dalam situasi yang sama.9 Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka; mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok; dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial.10

Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua hal yaitu

„like‟ atau „dislike‟ (senang atau tidak senang, suka atau

9 Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1995), h. 4.

10 Rita L, Richard C dan Ernest R, Pengantar Psikologi, (Jakarta:

Erlangga, 2013), h. 371.

(34)

tidak suka). Reaksi yang dimunculkan terhadap satu objek tertentu akan berbeda pada setiap orang mengacu pada faktor perbedaan individu (pengalaman, latar belakang, pendidikan, dan kecerdasan).11

Pendapat Allport (1935) mengenai sikap adalah “A mental and neural state of readiness, organised through experience, exerting a directive and diynamic influence upon the individual’s response to all objects and situasions with which it is releated.” Sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon- respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait.12

Thurstone, Likert dan Osgood berpendapat bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Menurut Barkowitz sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.13 Strickland (2001) menjelaskan bahwa sikap merupakan predisposisi atau kecenderungan untuk memberikan respon secara kognitif,

11 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenamamedia Group, 2011), h. 67.

12 A. Wawan dan Dewi M, Teori dan Pengukuran (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia), (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), h. 28.

13 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 5.

(35)

emosi dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu.

Colman (2006) mengemukakan pendapat tentang sikap yaitu sebuah pola yang menetap berupa respons evaluatif tentang orang, benda, atau isu.14 Colman (2006) mengemukakan pendapat tentang sikap yaitu sebuah pola yang menetap berupa respons evaluatif tentang orang, benda, atau isu.15 Mcshane dan Von Glinow (2010:100) mendefinisikan sikap sebagai cluster of belief (kelompok keyakinan), assessed feelings (perasaan dinilai), dan behavioral intentions (maksud berperilaku) terhadap orang, objek atau kejadian (dinamakan objek sikap) yang dinyatakan secara sadar.16

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapaan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi

14 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 64.

15 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 64.

16Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.

50.

(36)

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu, sikap merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.17

2. Aspek-aspek Sikap

Sikap seseorang dapat ditentukan oleh tiga komponen berikut, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku (Manstead, 1996; Strickland, 2001).18 a. Komponen kognitif merupakan pikiran, keyakinan,

atau ide seseorang tentang suatu objek.

b. Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap.

Komponen afektif meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka.

c. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Kecenderungan dalam hal ini bukan pada perilaku secara terbuka.

17 Sumiyati Astuti, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hal. 18.

18 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, h.65.

(37)

3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap suatu objek antara lain:19

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi seseorang dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat dan melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang yang dianggap penting adalah sosok individu yang memiliki power. Umumnya, individu cenderung bersikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting sebagai wujud adanya suatu afiliasi serta menghindari adanya konflik.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media Massa

Pemberitaan pada suatu media, cetak maupun elektronik, seharusnya faktual dan disampaikan secara

19 A. Wawan dan Dewi M, Teori dan Pengukuran (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia), (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), h. 35-36.

(38)

objektif. Namun apabila berita cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga agama maupun pendidikan sangat menentukan sistem kepercayaan.

Sehingga pada gilirannya konsep tersebut memengaruhi sikap.

f. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan mekanisme pertahanan ego.

B. Komunikasi Persuasif

Kegiatan penyuluhan tidak terlepas dari unsur-unsur komunikasi. Penyuluhan merupakan kegiatan yang memengaruhi opini dan perilaku sasaran penyuluhannya. Seseorang atau kelompok yang memberikan penyuluhan dalam komunikasi disebut komunikator (persuader), isi penyuluhan yang disampaikan (pesan), dan sasaran penyuluhan (persuadee).

Dalam proses komunikasi, kegiatan penyuluhan tergolong komunikasi persuasif yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.

(39)

1. Pengertian Komunikasi Persuasif

Persuasi adalah kegiatan psikologis dalam usaha memengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku seseorang atau orang banyak. Persuasi adalah upaya memengaruhi menggunakan cara komunikasi (antarmanusia) yang berdasar pada argumentasi dan alasan-alasan psikologis.20

Menurut Phill Astrid bahwa persuasif dalam komunikasi merupakan suatu teknik memengaruhi manusia dengan memanfaatkan/ menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikasi yang hendak dipengaruhi. Jalaluddin Rakhmat mengartikan persuasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menekankan pada proses memengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti kehendaknya sendiri.21

Colman (2006) menjelaskan bahwa persuasi adalah proses pengubahan sikap yang dilakukan melalui presentasi pesan yang bermuatan argumen-argumen yang

20 Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi Dan Persuasi, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 8.

21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Depok: PT RajaGrafindoPersada, 2019), h. 186.

(40)

melemahkan atau menguatkan seseorang, obyek, atau isu tempat seseorang mengarahkan sikapnya.22

Komunikasi persuasif dapat dipahami sebagai suatu proses memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain secara verbal maupun nonverbal. Proses tersebut adalah gejala atau fenomena yang menunjukan suatu perubahan sikap atau perlakuan secara terus-menerus.23 Soleh Soemirat, Hidayat Satari dan Asep Suryana dalam bukunya “Komunikasi Persuasif” mendefinisikan persuasi, yakni melakukan upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang luwes, manusiawi dan halus, dengan akibat munculnya kesadaran, kerelaan dan perasaan senang serta adanya keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang dikatakan persuader.24

2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif terdiri dari enam unsur, antara lain:25

22 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 69.

23 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 187.

24 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 126.

25 Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 12.

(41)

a. Persuader atau orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan. Persuader harus memiliki etos tinggi yang dicirikan dengan kesiapan, kesungguhan, kepercayaan, ketenangan, keramahan dan kesederhanaan. Seorang persuder harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif.

b. Persudee adalah orang atau kelompok yang menjadi tujuan atau sasaran penyampaian pesan.

c. Pesan adalah sesuatu yang memberikan pengertian kepada persuadee. Pesan bisa berbentuk verbal maupun nonverbal. Isi pesan persuasif harus berusaha untuk mengkondisikan, menguatkan atau membuat pengubahan tanggapan sasaran. Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.26 d. Saluran merupakan perantara di antara orang-orang

yang berkomunikasi. Bentuk saluran tergantung pada jenis komunikasi yang dilakukan.

e. Umpan balik adalah balasan dari perilaku yang diperbuat. Dalam penelitian ini perbuatan yang dimaksud adalah kegiatan penyuluhan. Umpan balik

26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 42.

(42)

bisa berasal dari internal maupun eksternal. Umpan balik internal adalah reaksi persuader atas pesan yang disampaikan. Sedangkan umpan balik eksternal adalah reaksi persuadee atas pesan yang disampaikan.

Umpan balik eksternal bersifat langsung, dapat pula tidak langsung.

f. Efek komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri persuadee sebagai akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi. Efek bisa berbentuk perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku.

C. Penyuluhan

1. Definisi Penyuluhan

Istilah penyuluhan dalam bahasa sehari-hari sering digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian penerangan kepada masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun oleh lembaga non-pemerintah.

Menurut Mubarok, istilah penyuluhan diambil dari kata dasar “suluh” berarti obor dan berfungsi sebagai penerangan. Isep Zainal Arifin dalam buku Bimbingan Penyuluhan Islam menuturkan bahwa istilah penyuluhan berkaitan dengan istilah bimbingan, dalam bahasa Inggris

(43)

“guidance and counseling” yang mana merupakan cabang disiplin ilmu psikologi.27

Penyuluhan dapat dipandang sebagai sebuah ilmu dan tindakan praktis. Sebagai sebuah ilmu, pondasi ilmiah penyuluhan adalah ilmu tentang perilaku (behavioural science) yang menelaah pola pikir, tindak dan sikap manusia dalam menghadapi kehidupan. Sebagai sebuah tindakan praktis, penyuluhan merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok, komunitas ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.28

Secara etimologi (harfiyah), arti penyuluhan berasa dari bahasa Inggris “counseling” yang berarti “menerangi, menasehati”, atau memberi kejelasan kepada orang lain agar ia memahami dan mengerti hal-hal yang sedang dialaminya”. Kemudia secara terminologi (istilah), pengertian penyuluhan (konseling) menurut beberapa ahli, antara lain:29

27 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam; Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 49.

28 Siti Amanah, Maret 2007, Makna Penyuluhan Dan Transformasi Perilaku Manusia, Jurnal Penyuluhan, Vol. 3 No. 1, h. 63, diakses tanggal 20 Maret 2019.

29M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 9.

(44)

James Adam, mengemukakan adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seseorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.

H. Koestur Partowisastro, mengungkapkan penyuluhan dalam dua pengertian, yakni; (a) Dalam arti luas; adalah segala ikhtiar pengaruh psikologis terhadap sesama manusia, (b) Dalam arti sempit; merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan semua cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.

Rogers, menyatakan penyuluhan ialah serangkaian kegiatan hubungan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

Beradasarkan berbagai pengertian diatas tersebut dapat dipahami bahwa penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain (counselee) dalam memecahkan problema-problema kehidupan yang dihadapinya, yang dilakukan dengan wawancara

(45)

konseling (face to face), atau dengan cara pertemuan langsung (timbal balik) sesuai dengan situasi dan keadaan klien, supaya ia memiliki pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya, berdasarkan penentuan dirinya sendiri.30

2. Unsur-Unsur Penyuluhan

Terdapat lima unsur teknik penyuluhan praktis, antara lain:31

a. Penyuluhan

1) Orang yang menjadi ujung tombak penyampaian informasi (narasumber, penceramah).

2) Menguasai hal-hal subtantif dan teknik penyuluhan yaitu: substansi terutama materi dan metode penyuluhan, dan teknis terutama keterampilan penyampaian pesan dalam berbagai situasi dan kondisi.

3) Menguasai retorika

4) Menyampaikan hal yang terkait dengan penyuluhan (konsep, media yang diperlukan) 5) Dapat menganalisis medan, situasi dan khalayak.

6) Menjaga kondisi dan penampilan.

30M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah:, 2008), h. 10.

31 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 54-56.

(46)

7) Memperhitungkan jarak tempuh.

8) Konfirmasi-konfirmasi b. Khalayak

1) Tanyakan kondisi objektif khalayak dari sisi:

sosial, ekonomi, pendidikan, agama dan lain-lain.

Hal penting lainnya memastikan mana yang boleh dibicarakan atau tidak.

2) Hati-hati dengan masukan pihak penyelenggara tentang khalayak.

3) Korelasi judul yang diminta panitia dengan kondisi subjektif khalayak.

4) Menyesuaikan konsep dengan waktu dan kenyataan khalayak.

c. Metode

1) Penyuluhan Langsung

Dalam metode ini peneliti melakukan komunikasi langsung dengan sasaran penelitian baik secara individu maupun kelompok. Metode penyuluhan kepada individu biasanya menggunakan wawancara dan penyuluhan kepada kelompok biasa dengan melakukan seminar, diskusi, ceramah dan sejenisnya.

2) Penyuluhan Tidak Langsung

Dalam metode penyuluhan tidak langsung, peneliti melakukan komunikasi dengan para responden

(47)

melalui media massa, seperti telepon, sosial media maupun tayangan televisi.

d. Media

1) Tradisional: mimbar, meja, lesehan, alam terbuka dan lain-lain.

2) Non-tradisional/ Masa kini: media massa, media elektronik.

e. Materi

Materi harus disiapkan dalam berbagai bentuk sesuai permintaan dan kapasitas kemampuan anda, bentuk materi biasanya:

1) Konsep untuk pegangan sendiri dari yang lengkap hingga yang tersingkat (naskah emerensi).

2) Paper atau makalah jika diminta.

3) Bahan-bahan untuk OPH sebagai kerangka dari konsep.

4) Buat bahan OPH yang jelas, mudah terbaca dan mudah diuraikan.

5) Jika menggunakan komputer atau alat elektronik lain siapkanlah perangkatnya secara lengkap.

(48)

D. Remaja

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu.

Salah satu ciri-ciri makhluk hidup, yaitu tumbuh dan berkembang. Tumbuh berarti manusia mengalami proses perubahan dalam bentuk fisiknya, misalnya pertambahan berat badan, tinggi badan dan mengalami perubahan-perubahan fisik seperti, laki-laki bertumbuh jakun yang semakin menonjol pada bagian leher dan perempuan mengalami pertumbuhan pada bagian payudara. Sedangkan berkembang adalah proses perubahan menuju kedewasaan, misalnya seorang anak yang berkembang menjadi remaja setelah mengalami masa pubertas.

Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental manusia memiliki hubungan yang sangat erat dalam keseluruhan proses perkembangan pribadi manusia. Meskipun bergitu para ahli psikologi cenderung membedakan istilah pertumbuhan dan perkembangan. Istilah “pertumbuhan” ditunjukkan kepada perubahan aspek-aspek jasmaniah. Sedangkan istilah

“perkembangan” ditunjukkan kepada perubahan aspek-aspek mental psikologis, misalnya perubahan yang berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama dan lain sebagainya.32

Sarlito W. Sarwono membagikan tingkatan perkembangan yang terdiri dari tiga tahapan sebagaimana yang disampaikan oleh

“The American School Conselour (Association ASCA)”, yaitu

32 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 136

(49)

sebagai berikut: (1) Remaja Awal (usia 12-14 tahun), (2) Remaja Pertengahan (usia 15-16 tahun), dan (3) Remaja Akhir (usia 17- 19 tahun).33

Menurut M. Alisuf Sabri masa remaja (adolescence) berlangsung dari umur 15 atau 16 tahun sampai umur 21 tahun atau sejak individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.34

Masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroik, dinamis, kritis, dan masa yang paling indah, tetapi sebagian lagi menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan masa nyentrik. Karena masa tersebut berada diambang the best of time and the worst of time (dapat berada dalam waktu yang baik dan waktu yang buruk). Masa ini sering disebut juga masa Sturn und drang sebab pada masa ini emosi timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap norma-norma atau tradisi-tradisi yang berlaku yang kiranya tak dikehendakinya.35

33Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 76.

34 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 160.

35 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 64.

(50)

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak- kanak dan masa remaja. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang menimbulkan konflik seperti, perilaku-perilaku yang aneh, canggung dan jika tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan.36 Pada masa ini juga para remaja sibuk mencari dan menemukan identitas dirinya. Sebagaimana Erikson mengemukakan jika usaha para remaja dalam mencari identitas diri yakni untuk memperoleh kejelasan mengenai dirinya dan peranannya dalam masyarakat.37

Timbulnya konflik atau problema dalam diri para remaja merupakan bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Sebagaimana manusia pada umumnya, kebutuhan remaja terbagi menjadi tiga golongan, yaitu kebutuhan biologis (pisik), kebutuhan psikis dan kebutuhan sosial (social motives). Adapun kebutuhan biologis merupakan kebutuhan yang berasal daripada dorongan-dorongan biologis yang bersifat naluriah (instinktif), misalnya bernafas, mengantuk, dorongan seks dan sebagainya.

Kebutuhan psikis merupakan kebutuhan yang bersifat kejiwaan atau rohaniah, misalnya kebutuhan akan agama, kesehatan jiwa dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan sosial (social motives) merupakan kebutuhan yang berasal dari luar diri atau sesuatu yang ditimbulkan oleh orang lain atau hubungan dengan lainnya,

36Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 72.

37 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 162.

(51)

misalnya kebutuhan pergaulan, memperoleh pengalaman, penghargaan dan lain-lainnya.38

E. Narkotika

Istilah narkoba merupakan merupakan singkatan dari kata- kata “narkotika” dan “obat-obatan berbahaya”. Dalam ilmu kedokteran narkotika dan obat-obat berbahaya justru sering digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena itu, yang berbahaya bukan narkoba itu sendiri, melainkan penyalahgunaan narkoba untuk tujuan-tujuan lain di luar tujuan kedokteran. Istilah

“narkotika” berasal dari kata Yunani “narkosis”, dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran Hipokrates, untuk zat-zat yang menimbulkan mati rasa atau rasa lumpuh.39

Penegak hukum dan masyarakat menggunakan istilah narkoba, yaitu merujuk pada narkotika, psikotropika dan obat terlarang. Sementara napza merupakan istilah dalam dunia kedokteran untuk narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain.

Bahan, obat dan zat yang tergolong narkoba maupun napza apabila dikonsumsi (diminum, dihisap, dihirup, ditelan, dan disuntikkan) akan memengaruhi kerja otak, yang selanjutnya mmemengaruhi fungsi organ tubuh vital dan sistem organ lain

38 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 72.

39 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 268.

(52)

seperti jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain.

Sebenarnya narkotika dan psikotropika memiliki manfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan ilmu pengetahuan. Namun, perdagangan bebas dan ilegal mendorong zat atau obat tersebut disalahgunakan untuk dikonsumsi oleh orang sembarangan.

Sehingga penyalahgunaannya tersebut mengakibatkan kerugiaan bahkan fatal.40

Penyalahguna narkotika sekarang ini tidak lagi terbatas usia, anak-anak hingga orang dewasa begitu mudah mendapatkan dan mengonsumsi barang-barang terlarang tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sistem keamanan negara sangat kebobolan.

Terbukti dengan meningkatnya kasus kriminalitas narkotika baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mencegah adanya kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada kasus kriminalitas narkotika, Pemerintah Republik Indonesia melakukan upaya mengatur pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana penjara, pidana seumur hidup hingga pidana mati (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997).

Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

40 Rose Kusuma, Mencegah Seks Bebas, Nerkoba, Dan HIV/AIDS, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), h. 53.

(53)

rasa, serta menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Narkotika dibagi menurut potensi penyebab ketergantungannya, sebagai berikut:

1. Narkotika golongan I: berpotensi sangat kuat/ tinggi menyebabkan ketergantungan. Golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan (pasal 8 ayat 1). Yang termasuk dalam golongan ini, antara lain:

opium mentah, opium masak, tanaman ganja termasuk olahannya, kokain, opium obat dan sebagainya.

2. Narkotika golongan II: berpotensi kuat/ tinggi menyebabkan ketergantungan. Golongan ini dipakai pada terapi sebagai pilihan terakhir. Dalam golongan ini termasuk diantaranya morfin, petidin, metadon dan sebagainya.

3. Narkotika golongan III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan. Golongan ini banyak digunakan dalam terapi. Termasuk dalam golongan ini, antara lain: kodein, propiram, norkodeina, dan sebagainya.

Psikotropika adalah zat atau obat yang bersifatalamiah maupun sintesis dan bukan narkotika. Psikotropika bersifat proaktif melalui pengaruh selektif pada sistem susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997. Adapun psikotropika terbagi menjadi 4 golongan, antara lain:

(54)

1. Psikotropika golongan I: berpotensi sangat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Misalnya, MDMA (ekstasi), LSD dan STP.

2. Psikotropika golongan II: berpotensi sangat kuat menyebabkan ketergantungan yang digunakan sangat terbatas pada terapi. Misalnya, amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, dan ritalin.

3. Psikotropika golongan III: berpotensi sedang menyebabkan ketergantungan. Golongan ini banyak digunakan dalam terapi. Misalnya, pentobarbital dan flunitrazepam.

4. Psikotropika golongan IV: berpotensi sedang menyebabkan ketergantungan. Golongan ini banyak digunakan dalam terapi. Misalnya, diazepam, klobazam, dan fenobarbital.

Zat adiktif merupakan zat atau bahan lain yang tidak termasuk narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kinerja otak akan tetapi zat/ bahan ini seringkali disalahgunakan dalam pemakaian sehari-hari. Beberapa zat yang dimaksud sebagai berikut:

1. Alkohol: terdapat pada berbagai jenis minuman keras 2. Inhalasi/ solven: gas/ zat yang mudah menguap yang

terdapat pada macam-macam keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.

(55)

3. Nikotin: terdapat pada tanaman tembakau.

4. Kafein: terdapat pada beberapa minuman seperti kopi, minuman penambah tenaga dan obat sakit kepala tertentu.41

F. Kerangka Berpikir

Ancaman narkotika sangat mengkhawatirkan dan membahayakan negara Indonesia. Tahun ke tahun kasus kriminalitas narkotika di Indonesia semakin miris terlebih kriminalitas narkotika yang menerpa kalangan remaja. Upaya penanganan penyalahgunaan narkotika terwujud dalam program kerja Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) seperti kegiatan penyuluhan anti narkotika. Kegiatan penyuluhan anti narkotika, BNNK berupaya membuka wawasan akan bahaya dan ancaman narkotika serta membentuk sikap anti narkotika para sasaran penyuluhan, supaya komunikasi dalam kegiatan penyuluhan berjalan efektif, pihak BNNK Depok harus menjalankan strategi komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif merupakan strategi membujuk atau meyakinkan sasaran komunikasi untuk mengubah opini bahkan bertindak sesuai yang diharapkan. Kemudian BNNK Depok membujuk atau meyakinkan sasaran kegiatan penyuluhan untuk anti narkotika.

41 Rose Kusuma, Mencegah Seks Bebas, Nerkoba, Dan HIV/AIDS, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), h. 54.

(56)

Sikap adalah respon individu terhadap suatu objek.

Pembentukan sikap pada individu menurut Fishbein dan Ajzen dipengaruhi oleh faktor keyakinan dan evaluasi individu terhadap suatu objek sehingga sikap individu dipengaruhi oleh bagaimana keyakinan dan evaluasi dirinya terhadap objek tersebut. Jika keyakinan dan evaluasi individu terhadap suatu objek positif maka respon yang ditunjukan terhadap objek tersebut pun disukai (favorable) sedangkan jika keyakinan dan evaluasi seseorang terhadap suatu objek negatif maka respon yang ditunjukan pun berupa tidak disukai (unfavorable). Sikap dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif dan konatif.

Faktor yang memengaruhi pembentukan sikap anti narkotika pada murid biasanya berasal dari lembaga pendidikan atau lembaga agama yang menjadi tempat bernaungnya murid atau pelajar tersebut. Lalu menyusul faktor-faktor lain yang juga memiliki pengaruh kuat dalam membentuk sikap individu, yaitu faktor kebudayaan, faktor pengalaman pribadi, faktor orang lain yang dianggap penting, faktor emosional dan faktor media massa.

Semua faktor ini sadar atau tanpa disadari memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk sikap individu.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Komunikasi Persuasif

(Variabel X)

Sikap

Variabel Y)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir....................................................40
Tabel 1.1 Tabel Tinjauan Pustaka
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Tabel 3.2 Blue Print Komunikasi Persuasif dalam Kegiatan  Penyuluhan  Aspek  Indikator  Nomor Item  Jumlah  Fav  Unfav  Persuader  a
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, nikmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Tinjauan

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis bisa

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan