i
BELAJAR NOTASI MUSIK SISWASMP NEGERI 1 PIYUNGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Novia Kurniawati NIM12208241053
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
iv
menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang
sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang
lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya tulis sebagai acuan dengan
mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Penulis,
Novia Kurniawati Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Novia Kurniawati
NIM : 12208241053
Program Studi : Pendidikan Seni Musik
v
vi
Karya tulis ini saya persembahkan untuk Ibu saya tercinta, Munfingah, adik
kandung saya, Septiana Dwi Rakhmawati, dan rekan terdekat saya Rizky Nur
Ahmad. Terima kasih telah memberi dukungan kepada saya dan memanjatkan doa
vii
Alkhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa SMP Negeri 1 Piyungan”. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Suwarta Zebua, M.Pd. dan Ibu Dra. Heni Kusumawati,
M.Pd. yang selalu membimbing saya proses penyelesaian skripsi.
2. Ibu Sri Windaryati selaku guru seni musik SMP Negeri 1 Piyungan
yang senantiasamemberikan pengarahan kepada saya sehingga
kegiatan penelitian berjalan dengan lancar.
3. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan yang baik, aktif dan
selalu memberikan semangat kepada saya.
4. Saudari Ratri Pratiwi, selaku validator instrumen yang telah sangat
sabar mengajari saya cara menyusun instrumen yang baik dan benar.
Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan selama
membimbing saya.
5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Penyusun menyadari skripsi ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diharapkan dari berbagai pihak untuk perubahan yang lebih
baik.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2016
Penulis,
viii
Halam an
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C.Batasan Masalah ... 6
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A.Landasan Teori ... 8
1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar ... 8
2. Model Pembelajaran ... 10
3. Model Discovery Learning ... 11
a) Pengertian Discovery Learning ... 11
b) Tahap-tahap Model Discovery Learning ... 14
c) Kelebihan danKekurangan Discovery Learning ... 15
4. Motivasi Belajar ... 16
a) Pengertian Motivasi ... 16
b) Pengertian Belajar ... 17
c) Pengaruh Motivasi dalam Belajar ... 18
d) Fungsi Motivasi ... 19
e) Teori Motivasi Belajar ... 21
f) Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 22
g) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 24
5. Teori Notasi Musik Dasar ... 25
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C.Kerangka Berpikir ... 33
ix
A.Jenis dan Desain Penelitian ... 36
B. Variabel Penelitian ... 37
C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
D.Populasi dan Sampel... 38
E. Langkah-langkah Penelitian ... 39
1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen ... 39
2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol... 41
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43
G.Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 44
H.Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A.Deskripsi Data Penelitian ... 50
B. Hasil Analisis Data ... 64
1.Hasil Uji Instrumen ... 65
2.Hasil Uji Normalitas ... 70
3.Hasil Uji Homogenitas ... 71
C.Uji Hipotesis ... 72
D.Pembahasan ... 74
E. Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A.Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
x
Halam an
Gambar 1: Garis Paranada ... 26
Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada ... 26
Gambar 3: Kunci G ... 26
Gambar 4: Kunci F ... 26
Gambar 5: Grand Staff ... 27
Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu ... 27
Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda ... 28
Gambar 8: Persamaan Nilai Notasi ... 29
Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu ... 29
Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua ... 29
Gambar 11: Tangga Nada C Mayor ... 31
Gambar 12: Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadapMotivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan ... 35
Gambar 13: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen ... 59
Gambar 14: Diagram Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen ... 61
Gambar 15: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol ... 63
xi
Halaman Tabel 1:Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan
Pembelajaran Konstruktivistik ... 9
Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat ... 28
Tabel 3: Tanda Birama Sebagai Dasar Ketukan ... 30
Tabel 4: Format Pretest- Postest Control Group Design... 37
Tabel 5: Koefisien Korelasi ... 46
Tabel6: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 56
Tabel 7: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 57
Tabel 8: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 58
Tabel 9: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 59
Tabel 10: Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 60
Tabel 11: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 61
Tabel 12: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 62
Tabel 13: Distribusi Frekuensi Data Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 64
Tabel 14: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ... 65
Tabel 15: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sesudah Uji Coba ... 66
Tabel 16: Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 66
Tabel 17: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 70
Tabel 18: Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Motivasi Belajar Siswa ... 71
Tabel 19: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa ... 72
xii
Halaman
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi ... 89
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari Prodi ... 90
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 91
Lampiran 4: Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian Daerah ... 92
Lampiran 5: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 93
Lampiran 6: Lembar Validasi Pakar ... 94
Lampiran 7: Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 96
Lampiran 8: Hasil Uji Validitas Instrumen (SPSS Output) ... 97
Lampiran 9: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen(SPSS Output) ... 98
Lampiran 10: Angket Motivasi Belajar Notasi Musik ... 99
Lampiran 11: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimendan Kontrol ... 101
Lampiran 12: Uji Deskriptif Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 110
Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar(SPSS Output) ... 111
Lampiran 14: Uji Normalitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 113
Lampiran 15: Uji Homogenitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 115
Lampiran 16: Uji-T Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas Eksperimen dan KelasKontrol (SPSS Output) ... 116
xiii
BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN Oleh
Novia Kurniawati NIM 12208241053
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Setelah mengetahui tingkat perbedaan motivasi antara kedua kelompok tersebut, maka diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan motivasi belajar notasi musik siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen.Desain penelitian ini yaitu Pretest-Posttest Control Group Design.Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A-H SMP Negeri 1 Piyungan.Sampel penelitian ini yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan VIII F sebagai kelas kontrol.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan uji beda atau uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan. Hal tersebut dibuktikan dari perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa analisis pretest, nilai signifikansi atau p = 0.440 > 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan khusus kepada kelas eksperimen yaitu dengan diterapkannya discovery learning sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus yaitu hanya menggunakan model konvensional seperti pada umumnya, analisis posttest didapatkan nilai signifikansi atau p = 0.320 > 0.05. Berdasarkan hasil analisis posttest tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pendidikan di Indonesia semakin ditingkatkan, baik dari segi
materi ajar maupun sisi pendidik. Maka, tidak heran jika pemerintah terus
memperbaiki kurikulum pendidikan demi kemajuan pendidikan di
Indonesia. Suyadi dan Dahlia (2014:3) mengemukakan pengertian
kurikulum sebagai berikut.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan, isi, bahan ajar, dan metode pembelajaran yang semuanya itu digunakan untuk membina siswa ke arah perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan perilaku tersebut telah terjadi pada siswa.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan sering mengalami
perubahan sehingga banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diterapkan oleh
guru dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari penyusunan
kurikulum tersebut dapat terwujud dengan maksimal. Modelpembelajaran
merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar
khususnya di sekolah. Siswa cenderung memberikan perhatian mereka
kepada guru yang mampu memberikan sesuatu yang berbeda dari hal-hal
sebelumnya atau hal pada umumnya.
Salah satu model pembelajaran yang banyak diterapkan di
2005:167), discovery berarti penemuan sehingga dalam konsep model discovery ini siswa diharapkan mampu menemukan masalah yang mereka hadapi sehubungan dengan materi pelajaran yang guru sampaikan sehingga
pembelajaran berpusat pada siswa. Ketika guru menerapkan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, potensi, bakat, dan minat siswa akan semakin
berkembang secara optimal dan maksimal (Supardi, 2013:174). Oleh sebab
itu, kurangnya antusias dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dapat
diantisipasi dengan penerapan discovery learning untuk mengembangkan motivasi dan potensi siswa.
Hadrian (2013:54) mengatakan bahwa, “Sebelum siswa dapat
menyimpan memori atau belajar, sesuatu atau seseorang harus dapat
menarik perhatian mereka.” Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dan
mengaplikasikan media pembelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran
yang efektif dan media pembelajaran yang dikemas dengan unik, akan
menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi terhadap siswa untuk
belajar. Ketika guru masuk kelas dengan membawa sebuah hal yang baru
dan terlihat berbeda dari biasanya, tentu siswa akan memusatkan
perhatiannya pada benda itu. Dengan begitu, guru akan lebih mudah
meminta perhatian siswa pada dirinya ketika menyampaikan materi.
Mata pelajaran seni budaya merupakan mata pelajaran gabungan dari
beberapa bidang seni, yaitu seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni
di sekolah adalah seni musik dan seni rupa. Akan tetapi, peneliti akan
memfokuskan pembahasan dalam bidang seni musik.
Perkembangan materi seni musik dari waktu ke waktu semakin
meningkat dengan baik.Siswa tidak hanya dituntut dapat bermusik secara
praktik, tapi mampu memahami teori-teori dalam dunia musik secara
umum.Akan tetapi, ketika siswa diperkenalkan dengan teori musik, siswa
cenderung malas dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran seni
musik karena yang ada di pikiran mereka, seni musik seharusnya membuat
mereka senang bukan membuat mereka pusing dengan teori-teori musik
yang ada.Salah satu teori dalam seni musik yang membuat siswa merasa
malas untuk mempelajarinya adalah notasi musik.
Notasi musik merupakan bagian yang sangat penting dalam musik
khususnya partitur atau teks musik karena setiap karya musik pasti ditulis
dalam bentuk notasi musik.Untuk memahami notasi musik dibutuhkan
ketekunan dan keseriusan dalam mempelajarinya.Bentuk notasi musik yang
beraneka ragam seringkali membuat mindset siswa pusing dan bingung melihatnya sehingga tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk
mempelajarinya lebih lanjut.Apalagi, ketika materi notasi musik
disampaikan menggunakan model pembelajaran konvensional yang
mengedepankan ceramah saja.Hal tersebut tidak membuat siswa
termotivasi, tapi merasa bosan.
Tingkat penggunaan notasi musik dalam materi pembelajaran seni
sekali muncul di buku paket siswa maupun guru bahkan siswa mulai
dituntut untuk mampu menulis notasi musik. Berdasarkan Kurikulum 2013,
tertuliskan Kompetensi Dasar(KD) 4.1 materi seni musik SMP/MTs Kelas
IX adalah menggubah lagu modern secara unisono. Menurut pengalaman
penulis ketika Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1
Piyungan, pada umumnya siswa tidak dapat menyelesaikan tugas
menggubah lagu dengan baik dan benar dikarenakan ketidakpahaman siswa
mengenai notasi musik.Bahkan, ketika dijelaskan mengenai notasi musik,
para siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya.
Sehubungan dengan materi menggubah lagu yang dipelajari di kelas IX,
pengenalan notasi musik sebaiknya diajarkan sejak kelas VII atau kelas VIII
sehingga siswa akan siap menerima materi menggubah lagu di kelas IX.
Oleh sebab itu, perlu ditumbuhkan motivasi belajar notasi musik pada siswa
kelas VII dan VIII di SMP Negeri 1 Piyungan sehingga mereka dapat
mengenal dan memahami notasi musik serta siap menggubah materi lagu
dalam bentuk notasi musik di kelas IX. Berdasarkan permasalahan yang
ditemukan oleh penulis di SMP N 1 Piyungan, discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang patut dicoba di kelas untuk
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasipermasalahan sebagai berikut.
1. Kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran seni musik di
sekolah.
2. Kurangnya motivasi belajar siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1
Piyungan terhadap notasi musik sehingga tidak siap dalam mengahadapi
materi menggubah lagu di kelas IX.
3. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Piyungan tidak kompeten menggubah lagu
dalam bentuk notasi musik.
4. Materi notasi musik terasa membosankan ketika disampaikan
menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan
ceramah saja.
5. Model discovery learning belum pernah dicoba dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
6. Belum diketahui adanya perbedaan motivasi belajar siswa antara model
pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan penggunaan model
konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan
difokuskan pada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model
pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan model konvensional
pada pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraian latar belakang dan batasan masalah, maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
“Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakanmodel
discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan
model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran
notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran mengenai pemilihan model pembelajaran yang
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat:
a. diterapkan dalam pembelajaran notasi musik khususnya di SMP
Negeri 1 Piyungan,
b. menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh guru di sekolah
khususnya SMP Negeri 1 Piyungan sehubungan dengan kurangnya
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar
Pembelajaran yang semakin dikembangkan dan diimplementasikan
dalam proses pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang
menggunakan pendekatan berfokus pada peserta didik. Pendekatan ini
disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta
didik untuk belajar berpikir inovatif.Brook and Brooksmenyatakan bahwa
kontruktivis adalah pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan
pada proses penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan
gambaran serta inisiatif pesera didik (Hanafiah, 2012:62).
Pendekatan konstruktivis berhubungan dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan.Pendekatan konstruktivis inilah yang mendasari model discovery learning, hanya saja pendekatan konstruktivis menuntut penemuan baru sedangkan discovery learning menemukan suatu pengetahuan yang sudah ada. Siregar (2010:43) mengemukakan perbedaan
karakteristik antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran
Tabel 1:Perbedaan PembelajaranKonvensional dan Pembelajaran Konstruktivistik
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivistik
Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan
menekankan pada
keterampilan-keterampilan dasar.
Kurikulum disajikan mulai dari
keseluruhan menuju
kebagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.
Pembelajaran sangat taat pada
kurikulum yang telah ditetapkan
Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.
Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digores
informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara
didaktik dalam menyampaikan
informasi kepada siswa.
Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
Penilaian hasil belajar atau
pengetahuan siswa dipandang
sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.
Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
Siswa-siswi biasanya bekerja
sendiri-sendiri tanpa ada grup dalam proses belajar.
Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup.
Proses pembelajaran konstruktivis merupakan proses yang
mendorong siswa lebih kooperatif dan kompetitif serta aktif, kreatif dan
inovatif, proses pembelajaran di kelas pun akan lebih menyenangkan.
Secara keseluruhan, konsep pembelajaran konstruktivis mendasari model
discovery learning. Model pembelajaran ini mampu mencetak peserta didik yang lebih aktif karena sekecil apapun pendapat mereka akan sangat
2. Model Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan pembelajaran yang
dinamis.Bukti bahwa pembelajaran tersebut bersifat dinamis adalah adanya
interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa, serta interaksi
dengan sumber belajar yang ada. Dalam mencapai pembelajaran yang
efektif dan dinamis, diperlukan suatu model pembelajaran yang baik dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah sebuah rangka menyiasati perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif (Hanafiah,
2012:41).Ketika ingin mendapatkan sesuatu dengan hasil yang baik dan
maksimal, maka perlu dilakukan persiapan untuk meminimalisir kesalahan
maupun kekurangan, begitu pula dengan sebuah pembelajaran.Model
pembelajaran merupakan sebuah persiapan yang harus dirancang demi
mencapai pembelajaran yang mampu memberikan hasil terbaik dan
maksimal bagi peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran, guru
dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, keterampilan,
ide, cara berpikir, serta memberikan kebebasan pada mereka untuk
mengekspresikan diri (Trianto, 2010:51-52).
Joyce dan Weil (1992:4) dalam Trianto (2010:53) mengemukakan
bahwa sebuah model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran
yang dirancang guna membantu menentukan perangkat-perangkat yang
dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut seperti buku, film, komputer,
dipengaruhi oleh materi yang akan dipelajari di dalam kelas dan tujuan dari
penyampaian materi. Selain itu, penyusunan model pembelajaran pun
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa karena model pembelajaran
yang baik adalah yang memudahkan siswa bukan malah sebaliknya
(Trianto, 2010: 54).Wiyani (2013:35) memaparkan bahwa model
pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan acuan oleh guru
dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya.
Dari penjelasan mengenai model pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan
pembelajaran berfungsi sebagai acuan pendidik yang dirancang sesuai
dengan materi pembelajaran serta kemampuan siswa demi meningkatkan
mutu belajar serta untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran memiliki lingkup yang luas sehingga membantu guru
dalam memilih media atau perangkat pembelajaran untuk mendukung model
pembelajaran yang diterapkan dalam kelas.
3. ModelDiscovery Learning a. Pengertian Discovery Learning
Model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif sehingga
pembelajaran tersebut berpusat pada siswa merupakan model pembelajaran
yang banyak digunakan di sekolah saat ini.Suryosubroto (1997:104)
mengemukakan bahwa prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa
dilakukannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik adalah model discovery learning.
Menurut Supardi (2013:204) discovery learningmerupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar mencari dan
menemukan sendiri.Teknik pendekatan masalah merupakan teknik yang
digunakan dalam model pembelajaran ini. Guru tidak memberikan materi
dalam bentuk final sehingga siswa diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri isi dari meteri yang akan disampaikan dan mencoba
memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan. Model pembelajaran
ini tentunya berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk terlibat serta
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing.
Menurut Suryosubroto (1997:192) model pembelajaran discovery merupakan komponen dari praktek yang memajukan siswa untuk belajar
aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan
reflektif. Siswa sadar mengenai pengertian sehingga guru tidak perlu
menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Suryosubroto (1997:192), penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang unik, guru bebas membentuk cara pembelajaran,
termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar
hendaknya dirancang oleh guru secara sistematis, artinya pengalaman
belajar memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan sesuai dengan urutan materi yang harus dikuasai siswa
untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan (Wiyani, 2013:155).
Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan atau inquiry dan pemecahan masalah atau problem solving.Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari
penemuan (Suryosubroto, 1997:193).Berikut merupakan pendapat yang
dikemukakan oleh Sund tentang hubungan anatara discovery dan inquiry.
Sund (1975) dalam Suryosubroto (1997:193) mengemukakan bahwa
discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Sund, inquiry dibentuk meliputi discovery. Inquiry lebih dalam pengertiannya dibandingkan dengan
discovery. Artinya, proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, analisis data, serta menarik
kesimpulan.
Dari beberapa pengertian discovery learningdi atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery
aktif, belajar menemukan teori sendiri karena guru tidak memberikan suatu
materi dalam bentuk final, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk
mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan.
b. Tahap-tahapModel Discovery Learning
Djamarah (2013:19-20) menjelaskan tahap-tahap pokok dari model
discovery learning yaitu terdiri dari simulation, problem statement, data collection, data processing, verivication, dan generalization.
a) Simulation. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.
b) Problem Statement. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, kemudian merumuskan masalah tersebut. Dari rumusan masalah yang telah dibuat, siswa dibimbing untuk mencari hipotesis atau jawaban sementara.
c) Data Collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi keputusan untuk membuktikannya melalui kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, mencari hal-hal yang relevan, atau wawancara dengan narasumber.
d) Data Processing. Semua data yang telah di dapat diolah dengan cara diklasifikasikan, ditabulasikan, atau bila perlu dihitung menggunakan analisis statistik.
e) Verification. Verifikasi atau pembuktian merupakan kegiatan membuktikan apakah hipotesis yang telah dibuat dapat terjawab atau tidak setelah dilakukan pengolahan data.
f) Generalization. Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.
Strategi pembelajaran dengan discovery learning ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer dalam memecahkan permasalahan
c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Suryosubroto (1997:200-202) memaparkan kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran discovery sebagai berikut.
Kelebihan model pembelajaran penemuan atau discovery:
a) dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya,
b) pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya sehingga pengetahuan yang berhasil di dapat oleh siswa akan bersifat kukuh tertancap dalam pikirannya,
c) model pembelajaran ini mampu membangkitkan gairah pada siswa, d) mendorong siswa untuk bergerak maju sesuai kemampuannya
sendiri,
e) mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar,
f) memperkuat kepercayaan diri siswa melalui proses-proses penemuan yang dihadapinya dan memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
g) model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide,
h) membantu perkembangan siswa menuju rasa keraguan atau kecurigaan yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran ini
adalah sebagai berikut:
a) diperlukan persiapan mental untuk belajar dengan cara seperti ini, misalnya siswa yang lamban mungkin akan bingung dalam usahanya untuk mengembangkan pikiran jika berhadapan degnan hal-hal yang abstrak,
b) model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori,
c) menimbulkan kekecewaan terhadap guru atau siswa yang terbiasa dengan cara pembelajaran yang konvensional karena tidak mampu berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran dengan model penemuan,
e) tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan ide-ide dalam beberapa ilmu, misalnya IPA,
f) menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif jika pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan
dari model discovery learning yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, menggerakkan siswa untuk mandiri, dan mampu meningkatkan rasa
percaya diri siswa, sedangkan untuk kekurangan dari model discovery learning dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang berhasil jika diterapkan dalam kelas besar, siswa yang tidak aktif dan kurang percaya diri
akan sulit mengikuti pembelajaran, dan model discovery learning mengedepankan teori dari pada praktik sehingga siswa kurang dapat
berpikir kreatif.
4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Belajar merupakan rutinitas wajib yang seharusnya dilakukan oleh
pelajar atau siswa di sekolah.Akan tetapi, pada umumnya siswa merasa
bahwa belajar merupakan kegiatan yang mudah sekali membosankan. Rasa
malas seringkali menghantui hati dan pikiran siswa ketika akan dimulainya
kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Santrock (2008:510), motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Cropley (1985) dalam Siregar
tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.Indrakusuma (1971)
dalam Habsari (2005:74) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang
dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang diinginkan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.Sumijo (1984) dalam Habsari (2005:74)
menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dalam diri
seseorang untuk berprestasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Astuti (2010:67), motivasi sangat penting artinya dalam proses
belajar siswa karena berfungsi menggerakkan serta mengarahkan kegiatan
belajar. Motivasi diyakini sebagai penguat atau reinforcement.
Dari pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
dengan penuh konsistensi hingga mencapai tujuan atau prestasi yang
diingankannya.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga liang lahat
(Siregar, 2011: 3). Menurut Slameto (2013:2), belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan
tingkah laku yang terjadi dapat bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif).
pada diri individu karena adanya interaksi dengan sesama individu maupun
lingkungan sekitarnya. Harold Spears mengungkapkan bahwa “learning is
to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamai, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya, mendengar dan mengikuti aturan). Gagne
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang telah direncanakan (Siregar, 2011:4).
Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu
karena adanya interaksi antar sesama maupun interaksi dengan
lingkungannya.
c. Pengaruh Motivasi dalam Belajar
Reid (2007:19) mengungkapkan bahwa idealnya, motivasi haruslah
intrinsik yaitu pembelajar memiliki motivasi diri (self-motivating). Anak
tidak akan belajar tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Akan tetapi, tidak
semua anak termotivasi untuk belajar sehingga anak perlu dimotivasi oleh
orang tua di rumah maupun guru di sekolahnya.
Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam diri manusia
untuk mendapatkan sebuah prestasi di akhir proses belajarnya. Studi yang
dilakukan Walberg dkk. (1983) menyimpulkan bahwa motivasi memiliki
kontribusi antara 11-20% terhadap prestasi belajar, sedangkan studi yang
kontribusi hingga 36%, dan Mc.Cellend menunjukkan bahwa motivasi
memiliki kontribusi hingga 64% terhadap prestasi belajar (Siregar,
2011:52).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan dalam diri individu untuk belajar dan seringkali
diperlukan dukungan dari individu lain maupun faktor lain untuk
memunculkan motivasi dalam diri individu tersebut. Motivasi sangat
berperan besar dalam pencapaian prestasi belajar.
d. Fungsi Motivasi
Motivasi belajar siswa dalam kelas bergantung pada situasi dan
kondisi kelas. Pengelolaan kelas bergantung pada guru karena kelas adalah
tempat berhimpun siswa dan guru dalam rangka transfer bahan pelajaran
dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan memperlancar proses
pembelajaran sedangkan pengelolaan kelas yang kurang baik akan
menghambat proses pembelajaran sehingga hasil dari pembelajaran tersebut
akan kurang baik pula. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan
dengan interaksi edukatif yang terjadi di kelas, apalagi kertika guru tidak
mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik atau
malah cenderung menurunkan motivasi siswa dalam kelas. Guru seharusnya
mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa
merasa termotivasi untuk terus belajar dan mengurangi rasa bosan pada
Motivasi dapat berjalan dengan efektif jika memperhatikan
kebutuhan anak didik. Keanekaragaman cara belajar merupakan salah satu
cara yang mampu meningkatkan gairah belajar siswa. Peranan guru sebagai
motivator sangatlah penting dalam interaksi edukatif karena pekerjaan
sebagai guru tidak dapat lepas dari kemahiran sosial. (Supardi, 2013:98).
Motivasi merupakan suatu instrumen yang sangat penting dalam diri
manusia.Fungsi motivasi sangat besar bagi keberhasilan atau kesuksesan
manusia dalam mencapai cita-citanya.Berikut fungsi motivasi yang
dikemukakan oleh Sardiman (2008:85).
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Fungsi motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Uno (2008:17) sebagai
berikut.
a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.
b) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dari pemaparan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi berfungsi sebagai dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan, menentukan arah tujuan, serta menyeleksi langka-langkah yang
e. Teori Motivasi Belajar
Mc.Cown, Driscoll, dan Roop (1997) dalam Kusumaningtyas
(2010:21) mengungkapkan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga hal,
yaitu:
a) Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu menjadikan motivasi sebagai
dorongan untuk mencapai sebuah prestasi pada akhir pencapaiannya.
Setiap orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka ia akan
terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap perilakunya. Prestasi
merupakan sebuah impian besar yang terdapat dalam dirinya. Tanpa
adanya motivasi yang kuat, maka prestasi akan sulit untuk didapatkan.
Oleh sebab itu, peserta didik yang ingin mencapai prestasi di bidang
akademik maupun non akademik di sekolah maupun di luar sekolah,
harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mampu melewati
segala tahap ujian dan mendapatkan hasil terbaik sehingga prestasi pun
dapat digenggam.
b) Kebutuhan untuk pemenuhan diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi
segala kebutuhan dalam hidupnya. Tanpa adanya motivasi, tentu saja
kebutuhan yang diperlukan setiap manusia tidak dapat tercukupi.Untuk
mendapatkan segala hal yang dibutuhkan, manusia harus memiliki
motivasi untuk mendapatkannya.
c) Kebutuhan untuk mandiri. Manusia yang mandiri merupakan manusia
adanya motivasi dalam dirinya untuk menyelesaikan segala
perbuatannya.
Siregar (2011:52) menjelaskan bahwa Keller (1983) memiliki
pendapat lain mengenai teori motivasi, Keller menyusun seperangkat
prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
yang disebut dengan ARCS Modelyaitu attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfication (kepuasan). Keller berpendapat bahwa keempat hal tersebut merupakan kondisi
motivasional yang penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran
sehingga motivasi dalam siswa dapat terjaga dari awal sampai akhir
pembelajaran.
f. Aspek-aspek Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam
kelas. Adapun berbagai ciri yang dapat terlihat jelas dari seorang siswa yang
memiliki motivasi belajar menurut Supriyadi (2005:86) yaitu siswa selalu
memperhatikan materi yang diajarkan, tekun dalam belajar, tertarik untuk
belajar, sering belajar, berkomitmen dalam memenuhi tugas-tugas sekolah,
serta semangat untuk hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan
baik. Sadirman (2008:83) juga mengemukakan beberapa ciri orang yang
memiliki motivasi dalam dirinya, yaitu:
a) tekun dalam menyelesaikan atau menghadapi tugas yang di dapat, b) ulet dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi,
d) lebih senang bekerja mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain,
e) cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena terkesan monoton,
f) dapat mempertahankan pendapat yang dimilikinya (tidak mudah berubah pikiran), dan
g) berpendirian kuat.
Dari beberapa ciri orang yang bermotivasi di atas, dapat dikatakan
bahwa orang yang tekun dalam belajar, memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi pada hal baru, ingin selalu memecahkan masalah yang ada, mandiri,
tidak suka dengan hal yang monoton, dan memiliki pendirian yang kuat
merupakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya.
Kusumaningtyas (2010:24) merangkum pendapat Mc.Cown
dkk.(1997) yang menyatakan bahwa motivasi belajar meliputi adanya
keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan
dan berkomitmen untuk terus belajar dalam jangka waktu
kedepan.Aspek-aspek motivasi menurut Mc.Cown dkk dijelaskan secara rinci sebagai
berikut.
a) Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar. Peserta didik yang memiliki
motivasi dalam dirinya memiliki keinginan yang kuat dan inisiatif untuk
belajar karena ada rasa ingin tahu atau curiosity yang tinggi dalam dirinya.
b) Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan
tugas-tugas. Motivasi seseorang dapat diamati melalui usaha dan keterlibatan
c) Komitmen untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi cenderung
akan lebih tekun untuk belajar dan memiliki komitmen untuk terus
belajar karena dia yakin bahwa belajar mampu membawa dirinya dalam
keberhasilan.
Selanjutnya, dari model motivasi ARCS yang diungkapkan
Keller.terdapat empat aspek motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan
sangat penting untuk dijaga selama proses pembelajaran. Siregar (2011:52)
telah merangkumnya sebagai berikut.
a) Attention (perhatian), yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini muncul ketika siswa menghadapi sesuatu yang baru, aneh, lain dari yang pernah ada, atau kontradiktif sekalipun.
b) Relevance (relevansi), yaitu adanya hubungan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ketika siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran tersebut kedepannya, maka ia akan merasa termotivasi untuk mempelajarinya.
c) Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa dirinya kompeten atau mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga siswa akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
d) Satisfaction (kepuasan), yaitu suatu kepuasan yang muncul dalam diri siswa setelah mencapai suatu tujuan (keberhasilan) dan dengan adanya kepuasan tersebut siswa akan termotivasi untuk terus mencapai tujuan yang serupa.
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar tentunya tidak muncul begitu saja.Akan tetapi,
banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schiefelbein dan Simons
(1981) dalam Kusumaningtyas (2010:25), faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya motivasi dalam diri peserta didik yaitu sumber dan proses
sekolah,kualitas guru, dankarakteristik siswa.Mc.Cown dkk.(1997) dalam
belajar sebagai indikator berhasilnya tujuan pendidikan sangat dipengaruhi
oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Imron (1996) dalam Siregar (2011:53) menyatakan bahwa ada enam
faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:
a) Cita-cita/aspirasi belajar. b) Kemampuan pembelajar. c) Kondisi pembelajar.
d) Kondisi lingkungan pembelajar.
e) Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran(bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dll).
f) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
tidak dapat muncul begitu saja.Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti karakteristik siswa, kualitas guru, dan kondisi
sekolah, baik dari segi fisik maupun non fisik.
5. Teori Notasi Musik Dasar
Musik merupakan susunan tinggi rendahnya nada yang berjalan
dalam waktu.Panjang pendek suatu bunyi dapat digambarkan dengan
simbol-simbol yang disebut not (pitch), sedangkan panjang pendek diam
juga disimbolkan dalam tanda istirahat/rest (Mudjilah, 2010:5).
Surmani, dkk.dalam buku Alfred’s Essentials of Music Theory
1. Garis Paranada (Staff)
Musik dalam bentuk notasi balok ditulis di atas garis
paranada.Garis paranada atau staff terdiri dari 5 baris.
Gambar 1: Garis Paranada
Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)
Notasi musik dapat ditulis tepat di atas garis atau di antara dua garis seperti
berikut.
Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk.
2. Kunci G (Treble Clef)
Gambar 3: Kunci G Sumber: Surmani, dkk.
Kunci G berbentuk seperti huruf G yang dikreasikan
bentuknya.Kunci G digunakan untuk menulis notasi yang memiliki titinada
tinggi.Tanda kunci G berpusat pada baris kedua sehingga sangat mudah
untuk mengingat letak nada g’ melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).
3. Kunci F (Bass Clef)
Kunci F digunakan untuk menulis nada-nada rendah.Tanda kunci G
berpusat pada baris keempat sehingga sangat mudah untuk mengingat letak
nada f melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).
4. Grand Staff
Gambar 5: Grand Staff Sumber: Surmani, dkk.
5. Garis Bantu (Ledger Line)
Garis bantu atau ledger line merupakan garis pendek yang ditambahkan pada garis paranada baik di atas atau di bawah dan berfungsi
untuk memperluas tingkat nada pada penulisan not dalam garis paranada
[image:40.595.145.422.520.629.2]tersebut.
6. Birama, Garis Birama dan Garis Birama Ganda
Musik dibagi menjadi beberapa bagian yang sama menggunakan
garis biramadan ruang yang terdapat diantara dua garis birama disebut birama. Garis birama ganda ditulis diakhir dari penulisan notasi musik
[image:41.595.154.460.477.642.2]dalam satu partitur lagu/musik.
Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)
7. Nilai Not dan Tanda Istirahat
Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat
Not Nilai Istirahat (rest)
Not bernilai 1 atau utuh
Not bernilai 1/2
Not bernilai ¼
Not bernilai 1/8
Not bernilai 1/16
Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)
Satu not utuh senilai dengan dua not 1/2 juga senilai dengan empat
not ¼, senilai dengan delapan not 1/8, senilai dengan 16 not 1/16, dan
Gambar8:Persamaan Nilai Notasi Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)
Selain not asli seperti di atas, ada pula penulisan notasi musik dalam bentuk
not bertitik, tanda istirahat bertitik dan legato.
Menurut Mudjilah (2010:7), tanda titik yang berada di belakang not
atau tanda istirahat, tanda titik tersebut memiliki nilai 1/2 dari not yang ada
di depannya atau diikutinya.
Contoh :
Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)
Jika ada dua titik yang menyertai not atau tanda istirahat, maka titik kedua
bernilai 1/2 dari titik sebelumnya.
Contoh:
Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)
Selain simbol-simbol dasar di atas, untuk dapat membaca notasi musik
diperlukan pemahaman teori musik lebih dalam sebagai berikut.
1. Tanda Birama
Mudjilah (2010:8-10) menjelaskan bahwa dalam musik, panjang
Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan Dasar Ketukan Tanda Birama
Penyebut 1
Penyebut 2
Penyebut 4
Penyebut 8
Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)
Tanda birama adalah sebuah tanda yang terdapat di awal suatu karya musik
yang menunjukkan satuan ketukan dan jumlah ketukan dalam tiap birama
(Mudjilah, 2010:10).
Contoh:
- Tanda birama 2/4 berarti terdapat dua ketukan dalam tiap birama dengan
setiap ketukan bernilai not 1/4.
- Tanda birama 3/8 berarti terdapat tiga ketukan dalam tiap birama dengan
setiap ketukan bernilai not 1/8.
2. Tangga Nada C Mayor
Mudjilah (2010:25) mengemukakan bahwa
Tangga nada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang disusun ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi ke nada terendah. Tangga nada diatonis merupakan sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone (whole-tone) dan 1 semitone (half-tone) secara bervariasi.
Terdapat dua jenis tangga nada diatonis yaitu tangga nada mayor dan
tangga nada minor.Tangga nada mayor merupakan tangga nada yang
memiliki jarak 1 semitone pada nada ke 3-4 dan ke 7-1(oktaf), sedangkan
dasar pembelajaran notasi musik, tangga nada C Mayor merupakan tangga
nada dasar yang sesuai untuk dipelajari sebagai permulaan pengenalan
tangga nada. Berikut susunan tangga nada C Mayor:
Gambar 11: Tangga Nada C Mayor Sumber: blog.cantatechoir.com
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh
Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran
di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan”. Kesamaan dalam penelitian ini
adalah variabel motivasi belajar siswa dan metode yang diterapkan yaitu
pembelajaran discovery.
Analisis penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran
matematikadengan metode penemuan terbimbing (GuidedDiscovery)
sebagai upaya untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas
karakteristik penemuanterbimbing.Pada pra tindakan, hasil pengukuran
motivasi belajar siswadengan angket menunjukkan bahwa
rata-ratapersentase motivasi belajar siswasebesar 67,29% dengan
kategorisedang, dan pada akhir tindakan sebesar74,40% dengan kategori
tinggi. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningatkan di setiap
siklusnya.Rata-rata hasil belajar pada pra tindakanadalah 56,42 dengan
persentase ketuntasansebanyak 14%. Pada siklus I rata-rata hasilbelajar
meningkat menjadi 78,57 denganpersentase ketuntasan 68% dan pada siklus
IIrata-rata hasil belajar meningkat menjadi85,18 dengan persentase
ketuntasan 82%.
Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gordella
Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode
Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo”. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu variabel
motivasi belajar siswa dan metode yang digunakan yaitu metode discovery.
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa
bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan
Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari
guru. Dalam kesimpulan penelitiannya, cara untuk meningkatkan motivasi
tanya jawab guna menumbuhkan keingintahuan siswa. Setelah itu, guru
memfasilitasi siswa dengan gambar serta LKS dalam tahap pengumpulan
data, dan yang terakhir adalah dengan melibatkan siswa untuk berpartisipasi
dalam seluruh tahap discovery. Berdasarkan hasil pengolahan data, peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut: pencapaian
hasil motivasi belajar siswa yang pada pra tindakan hanya 31% siswa
kemudian pada siklus I dan siklus II telah mencapai minimal 80% siswa
memiliki motivasi belajar IPS berkategori tinggi dengan rata-rata skor
motivasi belajar pada pra tindakan adalah 55, pada siklus I menjadi 82, pada
siklus II menjadi 88.
Dari dua penelitian yang relevan di atas, terlihat bahwa model
discovery learningmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pada penelitian kali ini, penulis fokus terhadap motivasi belajar siswa dalam
pengenalan notasi musik di sekolah sehingga dalam hasil penelitian
diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan model
discovery learning seperti dua penelitian relevan di atas. C. Kerangka Berpikir
Sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu
menangkap dan memahami materi yang diberikan oleh guru dengan baik
dan menyeluruh.Akan tetapi, untuk mencapai tingkat keberhasilan yang
tinggi, perlu adanya motivasi yang tinggi dalam diri siswa untuk
belajar.Semakin berkembangnya dunia pendidikan, guru semakin
bagi motivasi siswa. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada penjelasan
guru di depankelas tidaklah menjadi sebuah model pembelajaran yang
sesuai di masa pendidikan saat ini. Model pembelajaran yang sangat
dibutuhkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan
keaktifan siswa sehingga guru hanyalah sebagai fasilitator.
Dalam pembelajaran notasi musik di sekolah, masih banyak guru di
sekolah yang belum menerapkan model pembelajaran yang tepat guna
meningkatkan motivasi belajar siswa.Notasi musik cenderung disampaikan
dalam bentuk metode ceramah yang terkesan membosankan.Hingga saat ini,
notasi musik masih menjadi hal yang kurang diminati oleh siswa, padahal
notasi musik merupakan bagian dari seni musik yang sangat penting untuk
dipelajari.
Melihat kondisi seperti itu, penulis mencari pemecahan masalah
guna meningkatkan motivasi belajar siswa mengenai notasi musik yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
dan memicu semangat serta meningkatkan keingintahuan siswa pada notasi
musik. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif pemecahan
masalah di atas yaitu model discovery learning.Model discovery learningmemposisikan guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar
demikian, situasi pembelajaran akan menjadi aktif, menarik, dan
menyenangkan sehingga akan muncul gairah atau semangat untuk belajar
dan motivasi belajar siswa pun dapat meningkat.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan
[image:48.595.158.509.254.464.2]bagan sebagai berikut:
Gambar 12:Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Narbuko (2015: 141), hipotesis adalah dugaan sementara
yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan
pengertian hipotesis tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Kurangnya Variasi Model Pembelajaran Notasi Musik
Siswa Kurang Bersemangat dalam Mempelajari Notasi Musik
Kegiatan Belajar Mengajar Membosankan
Penerapan Discovery Learning
“Ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ekperimen bertujuan
untuk melihat apakah sesuatu yang baru dapat mempengaruhi atau
menyebabkan hal lain terjadi (Suwartono, 2014: 133). Analisis dari
penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara memanipulasi variabel
bebas untuk kemudian melihat efeknya pada variabel terikat (Suharsaputra,
2014:151). Jenis penelitian eksperimen ini adalah eksperimen kuasi atau
semu karena tidak semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat
dapat dikontrol (Suharsaputra, 2014:154).
Desain penelitian merupakan alat penuntun bagi peneliti untuk
mengambil data, menentukan sampel hingga analisis data (Sarwono,
2006:27-28).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pretest- Postest Control Group Design.Sugiyono (2013:114) menjelaskan bahwa Pretest- Postest Control Group Design terdiri dari dua kelompok yang telah dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok. Hasil pretest dikatakan baik bila nilai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak berbeda secara
Tabel 4: Format Pretest - Posttest Control Group Design
Keterangan:
RE : Kelompok eksperimen (E) yang dipilih secara random (R)
RK : Kelompok kontrol (K) yang dipilih secara random (R)
X : Perlakuan kelompok eksperimen
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Posttest kelompok kontrol
B. Variabel Penelitian
Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud dalam buku
Narbuko (2015:118), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas merupakan variabel
pengaruh sehingga secara bebas mempengaruhi variabel lain, sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain sehingga
variabel ini muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah atau
mengganti variabel bebas (Narbuko, 2015:119). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran notasi musik menggunakan model
discovery learning, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar notasi musik siswa.
RE O1 X O2 RK O3
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan dengan fokus
penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan.Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016 (jadwal selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 7, halaman 96).
D. Populasi dan Sampel
Hasan (2002:58) mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas
dan lengkap yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap mampu
mewakili populasi. Dalam hubungan populasi dan sampel, Prof. Sutrisno
Hadi, MA.menjelaskan bahwa sampel yang baik adalah sampel yang
representatif yaitu yang mencerminkan populasi secara maksimal (Narbuko,
2015:107). Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 15 subjek per
kelompok untuk metode eksperimental (Umar, 2011:79).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN
1 Piyungan berjumlah 217 orangyang terdiri dari delapan kelas (kelas A -
kelas H) pada tahun ajaran 2015-2016. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yaitu pengambilan
sampel tanpa pilih-pilih sehingga seluruh individu dalam populasi baik
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama (kelompok) memiliki
2015:111). Setelah dilakukan pengambilan sampel secara acak dengan
teknik random sampling, kelas yang terpilih sebagai kelompok kelas eksperimen adalah kelas VIII A sebanyak 28 orang, sedangkan kelas kontrol
adalah kelas VIII F sebanyak 26 orang. Pada kelas eksperimen, kelas VIII A
mendapat perlakuan berupa pembelajaran notasi musik menggunakan model
discovery learning, sedangkan kelas VIII F tidak mendapatkan perlakuan khusus sehingga hanya menggunakan model konvensional dalam
pembelajaran notasi musik di kelas tersebut.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas di SMPN 1 Piyungan sebagai
objek penelitian, yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII
F sebagai kelas kontrol. Dalam kegiatan belajar, kelas eksperimen
menggunakan model discovery learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.
Pelaksanaan kegiatan belajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen
Kegiatan belajar kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII A SMPN
1 Piyungantahun ajaran 2015/2016. Materi yang dibahas dalam kegiatan
belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis
bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur
proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model
a) Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian
pretest dalam bentuk angket/kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai
notasi musik menggunakan model discovery learning.Kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
pada materi notasi musik. b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran penemuan (discovery learning). Sebelumnya, kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok dan selama kegiatan belajar, seluruh
siswa bekerjasama dalam bentuk tim. Dalam penerapannya, proses
pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah sebagai berikut.
a. Simulation: siswa diberikan dua partitur lagu dalam bentuk notasi musik
b. Problem Statement: siswa diberikan kesempatan untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan masalah yang mereka
dapatkan dalam partitur lagu yang telah diberikan. Kemudian, dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa dibimbing untuk membuat
hipotesis atau jawaban sementara.
c. Data Collection: siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data
diperoleh melalui berbagai sumber seperti buku atau wawancara dengan
narasumber.
d. Data Processing: data yang telah dikumpulkan, dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok dan diklasifikasikan
e. Verification: hipotesis dibuktikan bersama-sama
f. Generalization: siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada kelas kontrol adalah penarikan kesimpulan dari
kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.Kemudian dilanjutkan dengan
pemberian posttest dalam bentuk angket yang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar notasi musik siswa setelah dilaksanakan kegiatan
belajar dengan model pembelajaran konvensional.
2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol
Kegiatan belajar kelas kontrol dilakukan di kelas VIII F SMPN 1
Piyungantahun ajaran 2015/2016.Materi yang dibahas dalam kegiatan
belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis
bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur
proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian
motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai
notasi musik menggunakan model pembelajaran konvensional.Kemudian,
dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran. b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran yang biasa
dilakukan yaitu dengan ceramah.Dalam kegiatan belajar ini, siswa diberikan
materi mengenai notasi musik seperti bentuk simbol-simbol yang biasa
di