• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNINGTERHADAP MOTIVASI BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNINGTERHADAP MOTIVASI BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

BELAJAR NOTASI MUSIK SISWASMP NEGERI 1 PIYUNGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Novia Kurniawati NIM12208241053

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang

sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang

lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya tulis sebagai acuan dengan

mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Penulis,

Novia Kurniawati Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Novia Kurniawati

NIM : 12208241053

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

(5)

v

(6)

vi

Karya tulis ini saya persembahkan untuk Ibu saya tercinta, Munfingah, adik

kandung saya, Septiana Dwi Rakhmawati, dan rekan terdekat saya Rizky Nur

Ahmad. Terima kasih telah memberi dukungan kepada saya dan memanjatkan doa

(7)

vii

Alkhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa SMP Negeri 1 Piyungan”. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. Suwarta Zebua, M.Pd. dan Ibu Dra. Heni Kusumawati,

M.Pd. yang selalu membimbing saya proses penyelesaian skripsi.

2. Ibu Sri Windaryati selaku guru seni musik SMP Negeri 1 Piyungan

yang senantiasamemberikan pengarahan kepada saya sehingga

kegiatan penelitian berjalan dengan lancar.

3. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan yang baik, aktif dan

selalu memberikan semangat kepada saya.

4. Saudari Ratri Pratiwi, selaku validator instrumen yang telah sangat

sabar mengajari saya cara menyusun instrumen yang baik dan benar.

Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan selama

membimbing saya.

5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

Penyusun menyadari skripsi ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,

kritik dan saran sangat diharapkan dari berbagai pihak untuk perubahan yang lebih

baik.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Penulis,

(8)

viii

Halam an

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A.Landasan Teori ... 8

1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar ... 8

2. Model Pembelajaran ... 10

3. Model Discovery Learning ... 11

a) Pengertian Discovery Learning ... 11

b) Tahap-tahap Model Discovery Learning ... 14

c) Kelebihan danKekurangan Discovery Learning ... 15

4. Motivasi Belajar ... 16

a) Pengertian Motivasi ... 16

b) Pengertian Belajar ... 17

c) Pengaruh Motivasi dalam Belajar ... 18

d) Fungsi Motivasi ... 19

e) Teori Motivasi Belajar ... 21

f) Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 22

g) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 24

5. Teori Notasi Musik Dasar ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C.Kerangka Berpikir ... 33

(9)

ix

A.Jenis dan Desain Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 37

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D.Populasi dan Sampel... 38

E. Langkah-langkah Penelitian ... 39

1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen ... 39

2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol... 41

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43

G.Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 44

H.Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Deskripsi Data Penelitian ... 50

B. Hasil Analisis Data ... 64

1.Hasil Uji Instrumen ... 65

2.Hasil Uji Normalitas ... 70

3.Hasil Uji Homogenitas ... 71

C.Uji Hipotesis ... 72

D.Pembahasan ... 74

E. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A.Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(10)

x

Halam an

Gambar 1: Garis Paranada ... 26

Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada ... 26

Gambar 3: Kunci G ... 26

Gambar 4: Kunci F ... 26

Gambar 5: Grand Staff ... 27

Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu ... 27

Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda ... 28

Gambar 8: Persamaan Nilai Notasi ... 29

Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu ... 29

Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua ... 29

Gambar 11: Tangga Nada C Mayor ... 31

Gambar 12: Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadapMotivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan ... 35

Gambar 13: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen ... 59

Gambar 14: Diagram Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen ... 61

Gambar 15: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol ... 63

(11)

xi

Halaman Tabel 1:Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan

Pembelajaran Konstruktivistik ... 9

Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat ... 28

Tabel 3: Tanda Birama Sebagai Dasar Ketukan ... 30

Tabel 4: Format Pretest- Postest Control Group Design... 37

Tabel 5: Koefisien Korelasi ... 46

Tabel6: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 56

Tabel 7: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 57

Tabel 8: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 58

Tabel 9: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 59

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 60

Tabel 11: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 61

Tabel 12: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 62

Tabel 13: Distribusi Frekuensi Data Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 64

Tabel 14: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ... 65

Tabel 15: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sesudah Uji Coba ... 66

Tabel 16: Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 66

Tabel 17: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 70

Tabel 18: Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Motivasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 19: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa ... 72

(12)

xii

Halaman

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi ... 89

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari Prodi ... 90

Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 91

Lampiran 4: Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian Daerah ... 92

Lampiran 5: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 93

Lampiran 6: Lembar Validasi Pakar ... 94

Lampiran 7: Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 96

Lampiran 8: Hasil Uji Validitas Instrumen (SPSS Output) ... 97

Lampiran 9: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen(SPSS Output) ... 98

Lampiran 10: Angket Motivasi Belajar Notasi Musik ... 99

Lampiran 11: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimendan Kontrol ... 101

Lampiran 12: Uji Deskriptif Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 110

Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar(SPSS Output) ... 111

Lampiran 14: Uji Normalitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 113

Lampiran 15: Uji Homogenitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 115

Lampiran 16: Uji-T Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas Eksperimen dan KelasKontrol (SPSS Output) ... 116

(13)

xiii

BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN Oleh

Novia Kurniawati NIM 12208241053

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Setelah mengetahui tingkat perbedaan motivasi antara kedua kelompok tersebut, maka diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan motivasi belajar notasi musik siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen.Desain penelitian ini yaitu Pretest-Posttest Control Group Design.Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A-H SMP Negeri 1 Piyungan.Sampel penelitian ini yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan VIII F sebagai kelas kontrol.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan uji beda atau uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan. Hal tersebut dibuktikan dari perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa analisis pretest, nilai signifikansi atau p = 0.440 > 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan khusus kepada kelas eksperimen yaitu dengan diterapkannya discovery learning sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus yaitu hanya menggunakan model konvensional seperti pada umumnya, analisis posttest didapatkan nilai signifikansi atau p = 0.320 > 0.05. Berdasarkan hasil analisis posttest tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pendidikan di Indonesia semakin ditingkatkan, baik dari segi

materi ajar maupun sisi pendidik. Maka, tidak heran jika pemerintah terus

memperbaiki kurikulum pendidikan demi kemajuan pendidikan di

Indonesia. Suyadi dan Dahlia (2014:3) mengemukakan pengertian

kurikulum sebagai berikut.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan, isi, bahan ajar, dan metode pembelajaran yang semuanya itu digunakan untuk membina siswa ke arah perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan perilaku tersebut telah terjadi pada siswa.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan sering mengalami

perubahan sehingga banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diterapkan oleh

guru dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari penyusunan

kurikulum tersebut dapat terwujud dengan maksimal. Modelpembelajaran

merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar

khususnya di sekolah. Siswa cenderung memberikan perhatian mereka

kepada guru yang mampu memberikan sesuatu yang berbeda dari hal-hal

sebelumnya atau hal pada umumnya.

Salah satu model pembelajaran yang banyak diterapkan di

(15)

2005:167), discovery berarti penemuan sehingga dalam konsep model discovery ini siswa diharapkan mampu menemukan masalah yang mereka hadapi sehubungan dengan materi pelajaran yang guru sampaikan sehingga

pembelajaran berpusat pada siswa. Ketika guru menerapkan pembelajaran

yang berpusat pada siswa, potensi, bakat, dan minat siswa akan semakin

berkembang secara optimal dan maksimal (Supardi, 2013:174). Oleh sebab

itu, kurangnya antusias dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dapat

diantisipasi dengan penerapan discovery learning untuk mengembangkan motivasi dan potensi siswa.

Hadrian (2013:54) mengatakan bahwa, “Sebelum siswa dapat

menyimpan memori atau belajar, sesuatu atau seseorang harus dapat

menarik perhatian mereka.” Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dan

mengaplikasikan media pembelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran

yang efektif dan media pembelajaran yang dikemas dengan unik, akan

menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi terhadap siswa untuk

belajar. Ketika guru masuk kelas dengan membawa sebuah hal yang baru

dan terlihat berbeda dari biasanya, tentu siswa akan memusatkan

perhatiannya pada benda itu. Dengan begitu, guru akan lebih mudah

meminta perhatian siswa pada dirinya ketika menyampaikan materi.

Mata pelajaran seni budaya merupakan mata pelajaran gabungan dari

beberapa bidang seni, yaitu seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni

(16)

di sekolah adalah seni musik dan seni rupa. Akan tetapi, peneliti akan

memfokuskan pembahasan dalam bidang seni musik.

Perkembangan materi seni musik dari waktu ke waktu semakin

meningkat dengan baik.Siswa tidak hanya dituntut dapat bermusik secara

praktik, tapi mampu memahami teori-teori dalam dunia musik secara

umum.Akan tetapi, ketika siswa diperkenalkan dengan teori musik, siswa

cenderung malas dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran seni

musik karena yang ada di pikiran mereka, seni musik seharusnya membuat

mereka senang bukan membuat mereka pusing dengan teori-teori musik

yang ada.Salah satu teori dalam seni musik yang membuat siswa merasa

malas untuk mempelajarinya adalah notasi musik.

Notasi musik merupakan bagian yang sangat penting dalam musik

khususnya partitur atau teks musik karena setiap karya musik pasti ditulis

dalam bentuk notasi musik.Untuk memahami notasi musik dibutuhkan

ketekunan dan keseriusan dalam mempelajarinya.Bentuk notasi musik yang

beraneka ragam seringkali membuat mindset siswa pusing dan bingung melihatnya sehingga tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk

mempelajarinya lebih lanjut.Apalagi, ketika materi notasi musik

disampaikan menggunakan model pembelajaran konvensional yang

mengedepankan ceramah saja.Hal tersebut tidak membuat siswa

termotivasi, tapi merasa bosan.

Tingkat penggunaan notasi musik dalam materi pembelajaran seni

(17)

sekali muncul di buku paket siswa maupun guru bahkan siswa mulai

dituntut untuk mampu menulis notasi musik. Berdasarkan Kurikulum 2013,

tertuliskan Kompetensi Dasar(KD) 4.1 materi seni musik SMP/MTs Kelas

IX adalah menggubah lagu modern secara unisono. Menurut pengalaman

penulis ketika Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1

Piyungan, pada umumnya siswa tidak dapat menyelesaikan tugas

menggubah lagu dengan baik dan benar dikarenakan ketidakpahaman siswa

mengenai notasi musik.Bahkan, ketika dijelaskan mengenai notasi musik,

para siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya.

Sehubungan dengan materi menggubah lagu yang dipelajari di kelas IX,

pengenalan notasi musik sebaiknya diajarkan sejak kelas VII atau kelas VIII

sehingga siswa akan siap menerima materi menggubah lagu di kelas IX.

Oleh sebab itu, perlu ditumbuhkan motivasi belajar notasi musik pada siswa

kelas VII dan VIII di SMP Negeri 1 Piyungan sehingga mereka dapat

mengenal dan memahami notasi musik serta siap menggubah materi lagu

dalam bentuk notasi musik di kelas IX. Berdasarkan permasalahan yang

ditemukan oleh penulis di SMP N 1 Piyungan, discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang patut dicoba di kelas untuk

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasipermasalahan sebagai berikut.

1. Kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran seni musik di

sekolah.

2. Kurangnya motivasi belajar siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1

Piyungan terhadap notasi musik sehingga tidak siap dalam mengahadapi

materi menggubah lagu di kelas IX.

3. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Piyungan tidak kompeten menggubah lagu

dalam bentuk notasi musik.

4. Materi notasi musik terasa membosankan ketika disampaikan

menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan

ceramah saja.

5. Model discovery learning belum pernah dicoba dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

6. Belum diketahui adanya perbedaan motivasi belajar siswa antara model

pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan penggunaan model

konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1

(19)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan

difokuskan pada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model

pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan model konvensional

pada pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkanuraian latar belakang dan batasan masalah, maka

didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

“Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakanmodel

discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan

model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran

notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran mengenai pemilihan model pembelajaran yang

(20)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat:

a. diterapkan dalam pembelajaran notasi musik khususnya di SMP

Negeri 1 Piyungan,

b. menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh guru di sekolah

khususnya SMP Negeri 1 Piyungan sehubungan dengan kurangnya

(21)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar

Pembelajaran yang semakin dikembangkan dan diimplementasikan

dalam proses pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang

menggunakan pendekatan berfokus pada peserta didik. Pendekatan ini

disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta

didik untuk belajar berpikir inovatif.Brook and Brooksmenyatakan bahwa

kontruktivis adalah pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan

pada proses penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan

gambaran serta inisiatif pesera didik (Hanafiah, 2012:62).

Pendekatan konstruktivis berhubungan dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan.Pendekatan konstruktivis inilah yang mendasari model discovery learning, hanya saja pendekatan konstruktivis menuntut penemuan baru sedangkan discovery learning menemukan suatu pengetahuan yang sudah ada. Siregar (2010:43) mengemukakan perbedaan

karakteristik antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran

(22)

Tabel 1:Perbedaan PembelajaranKonvensional dan Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivistik

Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan

menekankan pada

keterampilan-keterampilan dasar.

Kurikulum disajikan mulai dari

keseluruhan menuju

kebagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.

Pembelajaran sangat taat pada

kurikulum yang telah ditetapkan

Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.

Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.

Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.

Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digores

informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara

didaktik dalam menyampaikan

informasi kepada siswa.

Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.

Penilaian hasil belajar atau

pengetahuan siswa dipandang

sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.

Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.

Siswa-siswi biasanya bekerja

sendiri-sendiri tanpa ada grup dalam proses belajar.

Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup.

Proses pembelajaran konstruktivis merupakan proses yang

mendorong siswa lebih kooperatif dan kompetitif serta aktif, kreatif dan

inovatif, proses pembelajaran di kelas pun akan lebih menyenangkan.

Secara keseluruhan, konsep pembelajaran konstruktivis mendasari model

discovery learning. Model pembelajaran ini mampu mencetak peserta didik yang lebih aktif karena sekecil apapun pendapat mereka akan sangat

(23)

2. Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan pembelajaran yang

dinamis.Bukti bahwa pembelajaran tersebut bersifat dinamis adalah adanya

interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa, serta interaksi

dengan sumber belajar yang ada. Dalam mencapai pembelajaran yang

efektif dan dinamis, diperlukan suatu model pembelajaran yang baik dan

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah sebuah rangka menyiasati perubahan

perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif (Hanafiah,

2012:41).Ketika ingin mendapatkan sesuatu dengan hasil yang baik dan

maksimal, maka perlu dilakukan persiapan untuk meminimalisir kesalahan

maupun kekurangan, begitu pula dengan sebuah pembelajaran.Model

pembelajaran merupakan sebuah persiapan yang harus dirancang demi

mencapai pembelajaran yang mampu memberikan hasil terbaik dan

maksimal bagi peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran, guru

dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, keterampilan,

ide, cara berpikir, serta memberikan kebebasan pada mereka untuk

mengekspresikan diri (Trianto, 2010:51-52).

Joyce dan Weil (1992:4) dalam Trianto (2010:53) mengemukakan

bahwa sebuah model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran

yang dirancang guna membantu menentukan perangkat-perangkat yang

dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut seperti buku, film, komputer,

(24)

dipengaruhi oleh materi yang akan dipelajari di dalam kelas dan tujuan dari

penyampaian materi. Selain itu, penyusunan model pembelajaran pun

dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa karena model pembelajaran

yang baik adalah yang memudahkan siswa bukan malah sebaliknya

(Trianto, 2010: 54).Wiyani (2013:35) memaparkan bahwa model

pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan acuan oleh guru

dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya.

Dari penjelasan mengenai model pembelajaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan

pembelajaran berfungsi sebagai acuan pendidik yang dirancang sesuai

dengan materi pembelajaran serta kemampuan siswa demi meningkatkan

mutu belajar serta untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang maksimal.

Model pembelajaran memiliki lingkup yang luas sehingga membantu guru

dalam memilih media atau perangkat pembelajaran untuk mendukung model

pembelajaran yang diterapkan dalam kelas.

3. ModelDiscovery Learning a. Pengertian Discovery Learning

Model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif sehingga

pembelajaran tersebut berpusat pada siswa merupakan model pembelajaran

yang banyak digunakan di sekolah saat ini.Suryosubroto (1997:104)

mengemukakan bahwa prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa

(25)

dilakukannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik adalah model discovery learning.

Menurut Supardi (2013:204) discovery learningmerupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar mencari dan

menemukan sendiri.Teknik pendekatan masalah merupakan teknik yang

digunakan dalam model pembelajaran ini. Guru tidak memberikan materi

dalam bentuk final sehingga siswa diberi peluang untuk mencari dan

menemukan sendiri isi dari meteri yang akan disampaikan dan mencoba

memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan. Model pembelajaran

ini tentunya berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk terlibat serta

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai

fasilitator dan pembimbing.

Menurut Suryosubroto (1997:192) model pembelajaran discovery merupakan komponen dari praktek yang memajukan siswa untuk belajar

aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan

reflektif. Siswa sadar mengenai pengertian sehingga guru tidak perlu

menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Suryosubroto (1997:192), penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang unik, guru bebas membentuk cara pembelajaran,

termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah

untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar

(26)

hendaknya dirancang oleh guru secara sistematis, artinya pengalaman

belajar memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik

secara berurutan sesuai dengan urutan materi yang harus dikuasai siswa

untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan (Wiyani, 2013:155).

Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan atau inquiry dan pemecahan masalah atau problem solving.Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari

penemuan (Suryosubroto, 1997:193).Berikut merupakan pendapat yang

dikemukakan oleh Sund tentang hubungan anatara discovery dan inquiry.

Sund (1975) dalam Suryosubroto (1997:193) mengemukakan bahwa

discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Sund, inquiry dibentuk meliputi discovery. Inquiry lebih dalam pengertiannya dibandingkan dengan

discovery. Artinya, proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan problema, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data, analisis data, serta menarik

kesimpulan.

Dari beberapa pengertian discovery learningdi atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery

(27)

aktif, belajar menemukan teori sendiri karena guru tidak memberikan suatu

materi dalam bentuk final, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk

mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan.

b. Tahap-tahapModel Discovery Learning

Djamarah (2013:19-20) menjelaskan tahap-tahap pokok dari model

discovery learning yaitu terdiri dari simulation, problem statement, data collection, data processing, verivication, dan generalization.

a) Simulation. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.

b) Problem Statement. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, kemudian merumuskan masalah tersebut. Dari rumusan masalah yang telah dibuat, siswa dibimbing untuk mencari hipotesis atau jawaban sementara.

c) Data Collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi keputusan untuk membuktikannya melalui kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, mencari hal-hal yang relevan, atau wawancara dengan narasumber.

d) Data Processing. Semua data yang telah di dapat diolah dengan cara diklasifikasikan, ditabulasikan, atau bila perlu dihitung menggunakan analisis statistik.

e) Verification. Verifikasi atau pembuktian merupakan kegiatan membuktikan apakah hipotesis yang telah dibuat dapat terjawab atau tidak setelah dilakukan pengolahan data.

f) Generalization. Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.

Strategi pembelajaran dengan discovery learning ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer dalam memecahkan permasalahan

(28)

c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Suryosubroto (1997:200-202) memaparkan kelebihan dan

kekurangan dari model pembelajaran discovery sebagai berikut.

Kelebihan model pembelajaran penemuan atau discovery:

a) dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya,

b) pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya sehingga pengetahuan yang berhasil di dapat oleh siswa akan bersifat kukuh tertancap dalam pikirannya,

c) model pembelajaran ini mampu membangkitkan gairah pada siswa, d) mendorong siswa untuk bergerak maju sesuai kemampuannya

sendiri,

e) mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar,

f) memperkuat kepercayaan diri siswa melalui proses-proses penemuan yang dihadapinya dan memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,

g) model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide,

h) membantu perkembangan siswa menuju rasa keraguan atau kecurigaan yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran ini

adalah sebagai berikut:

a) diperlukan persiapan mental untuk belajar dengan cara seperti ini, misalnya siswa yang lamban mungkin akan bingung dalam usahanya untuk mengembangkan pikiran jika berhadapan degnan hal-hal yang abstrak,

b) model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori,

c) menimbulkan kekecewaan terhadap guru atau siswa yang terbiasa dengan cara pembelajaran yang konvensional karena tidak mampu berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran dengan model penemuan,

(29)

e) tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan ide-ide dalam beberapa ilmu, misalnya IPA,

f) menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif jika pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan

dari model discovery learning yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, menggerakkan siswa untuk mandiri, dan mampu meningkatkan rasa

percaya diri siswa, sedangkan untuk kekurangan dari model discovery learning dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang berhasil jika diterapkan dalam kelas besar, siswa yang tidak aktif dan kurang percaya diri

akan sulit mengikuti pembelajaran, dan model discovery learning mengedepankan teori dari pada praktik sehingga siswa kurang dapat

berpikir kreatif.

4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Belajar merupakan rutinitas wajib yang seharusnya dilakukan oleh

pelajar atau siswa di sekolah.Akan tetapi, pada umumnya siswa merasa

bahwa belajar merupakan kegiatan yang mudah sekali membosankan. Rasa

malas seringkali menghantui hati dan pikiran siswa ketika akan dimulainya

kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Menurut Santrock (2008:510), motivasi adalah proses yang memberi

semangat, arah dan kegigihan perilaku. Cropley (1985) dalam Siregar

(30)

tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.Indrakusuma (1971)

dalam Habsari (2005:74) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang

dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang diinginkan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.Sumijo (1984) dalam Habsari (2005:74)

menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dalam diri

seseorang untuk berprestasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Astuti (2010:67), motivasi sangat penting artinya dalam proses

belajar siswa karena berfungsi menggerakkan serta mengarahkan kegiatan

belajar. Motivasi diyakini sebagai penguat atau reinforcement.

Dari pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

dengan penuh konsistensi hingga mencapai tujuan atau prestasi yang

diingankannya.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga liang lahat

(Siregar, 2011: 3). Menurut Slameto (2013:2), belajar merupakan suatu

proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan

tingkah laku yang terjadi dapat bersifat pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotorik), maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif).

(31)

pada diri individu karena adanya interaksi dengan sesama individu maupun

lingkungan sekitarnya. Harold Spears mengungkapkan bahwa “learning is

to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamai, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya, mendengar dan mengikuti aturan). Gagne

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif

menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari

pembelajaran yang telah direncanakan (Siregar, 2011:4).

Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu

karena adanya interaksi antar sesama maupun interaksi dengan

lingkungannya.

c. Pengaruh Motivasi dalam Belajar

Reid (2007:19) mengungkapkan bahwa idealnya, motivasi haruslah

intrinsik yaitu pembelajar memiliki motivasi diri (self-motivating). Anak

tidak akan belajar tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Akan tetapi, tidak

semua anak termotivasi untuk belajar sehingga anak perlu dimotivasi oleh

orang tua di rumah maupun guru di sekolahnya.

Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam diri manusia

untuk mendapatkan sebuah prestasi di akhir proses belajarnya. Studi yang

dilakukan Walberg dkk. (1983) menyimpulkan bahwa motivasi memiliki

kontribusi antara 11-20% terhadap prestasi belajar, sedangkan studi yang

(32)

kontribusi hingga 36%, dan Mc.Cellend menunjukkan bahwa motivasi

memiliki kontribusi hingga 64% terhadap prestasi belajar (Siregar,

2011:52).

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

merupakan dorongan dalam diri individu untuk belajar dan seringkali

diperlukan dukungan dari individu lain maupun faktor lain untuk

memunculkan motivasi dalam diri individu tersebut. Motivasi sangat

berperan besar dalam pencapaian prestasi belajar.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi belajar siswa dalam kelas bergantung pada situasi dan

kondisi kelas. Pengelolaan kelas bergantung pada guru karena kelas adalah

tempat berhimpun siswa dan guru dalam rangka transfer bahan pelajaran

dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan memperlancar proses

pembelajaran sedangkan pengelolaan kelas yang kurang baik akan

menghambat proses pembelajaran sehingga hasil dari pembelajaran tersebut

akan kurang baik pula. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan

dengan interaksi edukatif yang terjadi di kelas, apalagi kertika guru tidak

mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik atau

malah cenderung menurunkan motivasi siswa dalam kelas. Guru seharusnya

mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa

merasa termotivasi untuk terus belajar dan mengurangi rasa bosan pada

(33)

Motivasi dapat berjalan dengan efektif jika memperhatikan

kebutuhan anak didik. Keanekaragaman cara belajar merupakan salah satu

cara yang mampu meningkatkan gairah belajar siswa. Peranan guru sebagai

motivator sangatlah penting dalam interaksi edukatif karena pekerjaan

sebagai guru tidak dapat lepas dari kemahiran sosial. (Supardi, 2013:98).

Motivasi merupakan suatu instrumen yang sangat penting dalam diri

manusia.Fungsi motivasi sangat besar bagi keberhasilan atau kesuksesan

manusia dalam mencapai cita-citanya.Berikut fungsi motivasi yang

dikemukakan oleh Sardiman (2008:85).

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Fungsi motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Uno (2008:17) sebagai

berikut.

a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.

b) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Dari pemaparan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi berfungsi sebagai dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan, menentukan arah tujuan, serta menyeleksi langka-langkah yang

(34)

e. Teori Motivasi Belajar

Mc.Cown, Driscoll, dan Roop (1997) dalam Kusumaningtyas

(2010:21) mengungkapkan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga hal,

yaitu:

a) Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu menjadikan motivasi sebagai

dorongan untuk mencapai sebuah prestasi pada akhir pencapaiannya.

Setiap orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka ia akan

terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap perilakunya. Prestasi

merupakan sebuah impian besar yang terdapat dalam dirinya. Tanpa

adanya motivasi yang kuat, maka prestasi akan sulit untuk didapatkan.

Oleh sebab itu, peserta didik yang ingin mencapai prestasi di bidang

akademik maupun non akademik di sekolah maupun di luar sekolah,

harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mampu melewati

segala tahap ujian dan mendapatkan hasil terbaik sehingga prestasi pun

dapat digenggam.

b) Kebutuhan untuk pemenuhan diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi

segala kebutuhan dalam hidupnya. Tanpa adanya motivasi, tentu saja

kebutuhan yang diperlukan setiap manusia tidak dapat tercukupi.Untuk

mendapatkan segala hal yang dibutuhkan, manusia harus memiliki

motivasi untuk mendapatkannya.

c) Kebutuhan untuk mandiri. Manusia yang mandiri merupakan manusia

(35)

adanya motivasi dalam dirinya untuk menyelesaikan segala

perbuatannya.

Siregar (2011:52) menjelaskan bahwa Keller (1983) memiliki

pendapat lain mengenai teori motivasi, Keller menyusun seperangkat

prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

yang disebut dengan ARCS Modelyaitu attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfication (kepuasan). Keller berpendapat bahwa keempat hal tersebut merupakan kondisi

motivasional yang penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran

sehingga motivasi dalam siswa dapat terjaga dari awal sampai akhir

pembelajaran.

f. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam

kelas. Adapun berbagai ciri yang dapat terlihat jelas dari seorang siswa yang

memiliki motivasi belajar menurut Supriyadi (2005:86) yaitu siswa selalu

memperhatikan materi yang diajarkan, tekun dalam belajar, tertarik untuk

belajar, sering belajar, berkomitmen dalam memenuhi tugas-tugas sekolah,

serta semangat untuk hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan

baik. Sadirman (2008:83) juga mengemukakan beberapa ciri orang yang

memiliki motivasi dalam dirinya, yaitu:

a) tekun dalam menyelesaikan atau menghadapi tugas yang di dapat, b) ulet dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi,

(36)

d) lebih senang bekerja mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain,

e) cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena terkesan monoton,

f) dapat mempertahankan pendapat yang dimilikinya (tidak mudah berubah pikiran), dan

g) berpendirian kuat.

Dari beberapa ciri orang yang bermotivasi di atas, dapat dikatakan

bahwa orang yang tekun dalam belajar, memiliki rasa keingintahuan yang

tinggi pada hal baru, ingin selalu memecahkan masalah yang ada, mandiri,

tidak suka dengan hal yang monoton, dan memiliki pendirian yang kuat

merupakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya.

Kusumaningtyas (2010:24) merangkum pendapat Mc.Cown

dkk.(1997) yang menyatakan bahwa motivasi belajar meliputi adanya

keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan

dan berkomitmen untuk terus belajar dalam jangka waktu

kedepan.Aspek-aspek motivasi menurut Mc.Cown dkk dijelaskan secara rinci sebagai

berikut.

a) Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar. Peserta didik yang memiliki

motivasi dalam dirinya memiliki keinginan yang kuat dan inisiatif untuk

belajar karena ada rasa ingin tahu atau curiosity yang tinggi dalam dirinya.

b) Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan

tugas-tugas. Motivasi seseorang dapat diamati melalui usaha dan keterlibatan

(37)

c) Komitmen untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi cenderung

akan lebih tekun untuk belajar dan memiliki komitmen untuk terus

belajar karena dia yakin bahwa belajar mampu membawa dirinya dalam

keberhasilan.

Selanjutnya, dari model motivasi ARCS yang diungkapkan

Keller.terdapat empat aspek motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan

sangat penting untuk dijaga selama proses pembelajaran. Siregar (2011:52)

telah merangkumnya sebagai berikut.

a) Attention (perhatian), yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini muncul ketika siswa menghadapi sesuatu yang baru, aneh, lain dari yang pernah ada, atau kontradiktif sekalipun.

b) Relevance (relevansi), yaitu adanya hubungan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ketika siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran tersebut kedepannya, maka ia akan merasa termotivasi untuk mempelajarinya.

c) Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa dirinya kompeten atau mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga siswa akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

d) Satisfaction (kepuasan), yaitu suatu kepuasan yang muncul dalam diri siswa setelah mencapai suatu tujuan (keberhasilan) dan dengan adanya kepuasan tersebut siswa akan termotivasi untuk terus mencapai tujuan yang serupa.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar tentunya tidak muncul begitu saja.Akan tetapi,

banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schiefelbein dan Simons

(1981) dalam Kusumaningtyas (2010:25), faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya motivasi dalam diri peserta didik yaitu sumber dan proses

sekolah,kualitas guru, dankarakteristik siswa.Mc.Cown dkk.(1997) dalam

(38)

belajar sebagai indikator berhasilnya tujuan pendidikan sangat dipengaruhi

oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Imron (1996) dalam Siregar (2011:53) menyatakan bahwa ada enam

faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:

a) Cita-cita/aspirasi belajar. b) Kemampuan pembelajar. c) Kondisi pembelajar.

d) Kondisi lingkungan pembelajar.

e) Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran(bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dll).

f) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

tidak dapat muncul begitu saja.Terdapat banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti karakteristik siswa, kualitas guru, dan kondisi

sekolah, baik dari segi fisik maupun non fisik.

5. Teori Notasi Musik Dasar

Musik merupakan susunan tinggi rendahnya nada yang berjalan

dalam waktu.Panjang pendek suatu bunyi dapat digambarkan dengan

simbol-simbol yang disebut not (pitch), sedangkan panjang pendek diam

juga disimbolkan dalam tanda istirahat/rest (Mudjilah, 2010:5).

Surmani, dkk.dalam buku Alfred’s Essentials of Music Theory

(39)

1. Garis Paranada (Staff)

Musik dalam bentuk notasi balok ditulis di atas garis

paranada.Garis paranada atau staff terdiri dari 5 baris.

Gambar 1: Garis Paranada

Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)

Notasi musik dapat ditulis tepat di atas garis atau di antara dua garis seperti

berikut.

Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk.

2. Kunci G (Treble Clef)

Gambar 3: Kunci G Sumber: Surmani, dkk.

Kunci G berbentuk seperti huruf G yang dikreasikan

bentuknya.Kunci G digunakan untuk menulis notasi yang memiliki titinada

tinggi.Tanda kunci G berpusat pada baris kedua sehingga sangat mudah

untuk mengingat letak nada g’ melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).

3. Kunci F (Bass Clef)

(40)

Kunci F digunakan untuk menulis nada-nada rendah.Tanda kunci G

berpusat pada baris keempat sehingga sangat mudah untuk mengingat letak

nada f melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).

4. Grand Staff

Gambar 5: Grand Staff Sumber: Surmani, dkk.

5. Garis Bantu (Ledger Line)

Garis bantu atau ledger line merupakan garis pendek yang ditambahkan pada garis paranada baik di atas atau di bawah dan berfungsi

untuk memperluas tingkat nada pada penulisan not dalam garis paranada

[image:40.595.145.422.520.629.2]

tersebut.

(41)

6. Birama, Garis Birama dan Garis Birama Ganda

Musik dibagi menjadi beberapa bagian yang sama menggunakan

garis biramadan ruang yang terdapat diantara dua garis birama disebut birama. Garis birama ganda ditulis diakhir dari penulisan notasi musik

[image:41.595.154.460.477.642.2]

dalam satu partitur lagu/musik.

Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)

7. Nilai Not dan Tanda Istirahat

Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat

Not Nilai Istirahat (rest)

Not bernilai 1 atau utuh

Not bernilai 1/2

Not bernilai ¼

Not bernilai 1/8

Not bernilai 1/16

Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Satu not utuh senilai dengan dua not 1/2 juga senilai dengan empat

not ¼, senilai dengan delapan not 1/8, senilai dengan 16 not 1/16, dan

(42)

Gambar8:Persamaan Nilai Notasi Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)

Selain not asli seperti di atas, ada pula penulisan notasi musik dalam bentuk

not bertitik, tanda istirahat bertitik dan legato.

Menurut Mudjilah (2010:7), tanda titik yang berada di belakang not

atau tanda istirahat, tanda titik tersebut memiliki nilai 1/2 dari not yang ada

di depannya atau diikutinya.

Contoh :

Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Jika ada dua titik yang menyertai not atau tanda istirahat, maka titik kedua

bernilai 1/2 dari titik sebelumnya.

Contoh:

Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Selain simbol-simbol dasar di atas, untuk dapat membaca notasi musik

diperlukan pemahaman teori musik lebih dalam sebagai berikut.

1. Tanda Birama

Mudjilah (2010:8-10) menjelaskan bahwa dalam musik, panjang

(43)
[image:43.595.148.338.142.267.2]

Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan Dasar Ketukan Tanda Birama

Penyebut 1

Penyebut 2

Penyebut 4

Penyebut 8

Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)

Tanda birama adalah sebuah tanda yang terdapat di awal suatu karya musik

yang menunjukkan satuan ketukan dan jumlah ketukan dalam tiap birama

(Mudjilah, 2010:10).

Contoh:

- Tanda birama 2/4 berarti terdapat dua ketukan dalam tiap birama dengan

setiap ketukan bernilai not 1/4.

- Tanda birama 3/8 berarti terdapat tiga ketukan dalam tiap birama dengan

setiap ketukan bernilai not 1/8.

2. Tangga Nada C Mayor

Mudjilah (2010:25) mengemukakan bahwa

Tangga nada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang disusun ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi ke nada terendah. Tangga nada diatonis merupakan sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone (whole-tone) dan 1 semitone (half-tone) secara bervariasi.

Terdapat dua jenis tangga nada diatonis yaitu tangga nada mayor dan

tangga nada minor.Tangga nada mayor merupakan tangga nada yang

memiliki jarak 1 semitone pada nada ke 3-4 dan ke 7-1(oktaf), sedangkan

(44)

dasar pembelajaran notasi musik, tangga nada C Mayor merupakan tangga

nada dasar yang sesuai untuk dipelajari sebagai permulaan pengenalan

tangga nada. Berikut susunan tangga nada C Mayor:

Gambar 11: Tangga Nada C Mayor Sumber: blog.cantatechoir.com

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh

Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul “Penerapan

Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) untuk

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran

di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan”. Kesamaan dalam penelitian ini

adalah variabel motivasi belajar siswa dan metode yang diterapkan yaitu

pembelajaran discovery.

Analisis penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran

matematikadengan metode penemuan terbimbing (GuidedDiscovery)

sebagai upaya untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas

(45)

karakteristik penemuanterbimbing.Pada pra tindakan, hasil pengukuran

motivasi belajar siswadengan angket menunjukkan bahwa

rata-ratapersentase motivasi belajar siswasebesar 67,29% dengan

kategorisedang, dan pada akhir tindakan sebesar74,40% dengan kategori

tinggi. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningatkan di setiap

siklusnya.Rata-rata hasil belajar pada pra tindakanadalah 56,42 dengan

persentase ketuntasansebanyak 14%. Pada siklus I rata-rata hasilbelajar

meningkat menjadi 78,57 denganpersentase ketuntasan 68% dan pada siklus

IIrata-rata hasil belajar meningkat menjadi85,18 dengan persentase

ketuntasan 82%.

Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gordella

Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode

Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan

Kabupaten Kulon Progo”. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu variabel

motivasi belajar siswa dan metode yang digunakan yaitu metode discovery.

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa

bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan

Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari

guru. Dalam kesimpulan penelitiannya, cara untuk meningkatkan motivasi

(46)

tanya jawab guna menumbuhkan keingintahuan siswa. Setelah itu, guru

memfasilitasi siswa dengan gambar serta LKS dalam tahap pengumpulan

data, dan yang terakhir adalah dengan melibatkan siswa untuk berpartisipasi

dalam seluruh tahap discovery. Berdasarkan hasil pengolahan data, peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut: pencapaian

hasil motivasi belajar siswa yang pada pra tindakan hanya 31% siswa

kemudian pada siklus I dan siklus II telah mencapai minimal 80% siswa

memiliki motivasi belajar IPS berkategori tinggi dengan rata-rata skor

motivasi belajar pada pra tindakan adalah 55, pada siklus I menjadi 82, pada

siklus II menjadi 88.

Dari dua penelitian yang relevan di atas, terlihat bahwa model

discovery learningmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pada penelitian kali ini, penulis fokus terhadap motivasi belajar siswa dalam

pengenalan notasi musik di sekolah sehingga dalam hasil penelitian

diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan model

discovery learning seperti dua penelitian relevan di atas. C. Kerangka Berpikir

Sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu

menangkap dan memahami materi yang diberikan oleh guru dengan baik

dan menyeluruh.Akan tetapi, untuk mencapai tingkat keberhasilan yang

tinggi, perlu adanya motivasi yang tinggi dalam diri siswa untuk

belajar.Semakin berkembangnya dunia pendidikan, guru semakin

(47)

bagi motivasi siswa. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada penjelasan

guru di depankelas tidaklah menjadi sebuah model pembelajaran yang

sesuai di masa pendidikan saat ini. Model pembelajaran yang sangat

dibutuhkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan

keaktifan siswa sehingga guru hanyalah sebagai fasilitator.

Dalam pembelajaran notasi musik di sekolah, masih banyak guru di

sekolah yang belum menerapkan model pembelajaran yang tepat guna

meningkatkan motivasi belajar siswa.Notasi musik cenderung disampaikan

dalam bentuk metode ceramah yang terkesan membosankan.Hingga saat ini,

notasi musik masih menjadi hal yang kurang diminati oleh siswa, padahal

notasi musik merupakan bagian dari seni musik yang sangat penting untuk

dipelajari.

Melihat kondisi seperti itu, penulis mencari pemecahan masalah

guna meningkatkan motivasi belajar siswa mengenai notasi musik yaitu

dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

dan memicu semangat serta meningkatkan keingintahuan siswa pada notasi

musik. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif pemecahan

masalah di atas yaitu model discovery learning.Model discovery learningmemposisikan guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat

guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa

sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar

(48)

demikian, situasi pembelajaran akan menjadi aktif, menarik, dan

menyenangkan sehingga akan muncul gairah atau semangat untuk belajar

dan motivasi belajar siswa pun dapat meningkat.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan

[image:48.595.158.509.254.464.2]

bagan sebagai berikut:

Gambar 12:Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Narbuko (2015: 141), hipotesis adalah dugaan sementara

yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan

pengertian hipotesis tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Kurangnya Variasi Model Pembelajaran Notasi Musik

Siswa Kurang Bersemangat dalam Mempelajari Notasi Musik

Kegiatan Belajar Mengajar Membosankan

Penerapan Discovery Learning

(49)

“Ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model

(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ekperimen bertujuan

untuk melihat apakah sesuatu yang baru dapat mempengaruhi atau

menyebabkan hal lain terjadi (Suwartono, 2014: 133). Analisis dari

penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu

variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara memanipulasi variabel

bebas untuk kemudian melihat efeknya pada variabel terikat (Suharsaputra,

2014:151). Jenis penelitian eksperimen ini adalah eksperimen kuasi atau

semu karena tidak semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat

dapat dikontrol (Suharsaputra, 2014:154).

Desain penelitian merupakan alat penuntun bagi peneliti untuk

mengambil data, menentukan sampel hingga analisis data (Sarwono,

2006:27-28).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pretest- Postest Control Group Design.Sugiyono (2013:114) menjelaskan bahwa Pretest- Postest Control Group Design terdiri dari dua kelompok yang telah dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok. Hasil pretest dikatakan baik bila nilai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak berbeda secara

(51)

Tabel 4: Format Pretest - Posttest Control Group Design

Keterangan:

RE : Kelompok eksperimen (E) yang dipilih secara random (R)

RK : Kelompok kontrol (K) yang dipilih secara random (R)

X : Perlakuan kelompok eksperimen

O1 : Pretest kelompok eksperimen

O2 : Posttest kelompok eksperimen

O3 : Pretest kelompok kontrol

O4 : Posttest kelompok kontrol

B. Variabel Penelitian

Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud dalam buku

Narbuko (2015:118), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas merupakan variabel

pengaruh sehingga secara bebas mempengaruhi variabel lain, sedangkan

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain sehingga

variabel ini muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah atau

mengganti variabel bebas (Narbuko, 2015:119). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pembelajaran notasi musik menggunakan model

discovery learning, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar notasi musik siswa.

RE O1 X O2 RK O3

(52)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan dengan fokus

penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan.Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016 (jadwal selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 7, halaman 96).

D. Populasi dan Sampel

Hasan (2002:58) mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas

dan lengkap yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari

populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap mampu

mewakili populasi. Dalam hubungan populasi dan sampel, Prof. Sutrisno

Hadi, MA.menjelaskan bahwa sampel yang baik adalah sampel yang

representatif yaitu yang mencerminkan populasi secara maksimal (Narbuko,

2015:107). Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima

berdasarkan desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 15 subjek per

kelompok untuk metode eksperimental (Umar, 2011:79).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN

1 Piyungan berjumlah 217 orangyang terdiri dari delapan kelas (kelas A -

kelas H) pada tahun ajaran 2015-2016. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yaitu pengambilan

sampel tanpa pilih-pilih sehingga seluruh individu dalam populasi baik

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama (kelompok) memiliki

(53)

2015:111). Setelah dilakukan pengambilan sampel secara acak dengan

teknik random sampling, kelas yang terpilih sebagai kelompok kelas eksperimen adalah kelas VIII A sebanyak 28 orang, sedangkan kelas kontrol

adalah kelas VIII F sebanyak 26 orang. Pada kelas eksperimen, kelas VIII A

mendapat perlakuan berupa pembelajaran notasi musik menggunakan model

discovery learning, sedangkan kelas VIII F tidak mendapatkan perlakuan khusus sehingga hanya menggunakan model konvensional dalam

pembelajaran notasi musik di kelas tersebut.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelas di SMPN 1 Piyungan sebagai

objek penelitian, yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII

F sebagai kelas kontrol. Dalam kegiatan belajar, kelas eksperimen

menggunakan model discovery learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pelaksanaan kegiatan belajar pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen

Kegiatan belajar kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII A SMPN

1 Piyungantahun ajaran 2015/2016. Materi yang dibahas dalam kegiatan

belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis

bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur

proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model

(54)

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian

pretest dalam bentuk angket/kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai

notasi musik menggunakan model discovery learning.Kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran

pada materi notasi musik. b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan

model pembelajaran penemuan (discovery learning). Sebelumnya, kelas

dibagi menjadi beberapa kelompok dan selama kegiatan belajar, seluruh

siswa bekerjasama dalam bentuk tim. Dalam penerapannya, proses

pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah sebagai berikut.

a. Simulation: siswa diberikan dua partitur lagu dalam bentuk notasi musik

b. Problem Statement: siswa diberikan kesempatan untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan masalah yang mereka

dapatkan dalam partitur lagu yang telah diberikan. Kemudian, dari

pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa dibimbing untuk membuat

hipotesis atau jawaban sementara.

c. Data Collection: siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data

(55)

diperoleh melalui berbagai sumber seperti buku atau wawancara dengan

narasumber.

d. Data Processing: data yang telah dikumpulkan, dipresentasikan oleh

masing-masing kelompok dan diklasifikasikan

e. Verification: hipotesis dibuktikan bersama-sama

f. Generalization: siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pada kelas kontrol adalah penarikan kesimpulan dari

kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.Kemudian dilanjutkan dengan

pemberian posttest dalam bentuk angket yang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar notasi musik siswa setelah dilaksanakan kegiatan

belajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol

Kegiatan belajar kelas kontrol dilakukan di kelas VIII F SMPN 1

Piyungantahun ajaran 2015/2016.Materi yang dibahas dalam kegiatan

belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis

bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur

proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian

(56)

motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai

notasi musik menggunakan model pembelajaran konvensional.Kemudian,

dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran. b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan

model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran yang biasa

dilakukan yaitu dengan ceramah.Dalam kegiatan belajar ini, siswa diberikan

materi mengenai notasi musik seperti bentuk simbol-simbol yang biasa

di

Gambar

Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)
Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)
Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan
Gambar 12:Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kajian ini, diketahui bahwa infeksi parasit dan virus yang disertai dengan menurunnya kualitas lingkungan akibat kegiatan pertambangan telah menyebar di seluruh

Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia di muka bumi ini (Khan

“Vonis” FATF kepada Indonesia itu didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu belum adanya peraturan perundang-undangan yang menyatakan pencucian uang sebagai tindak pidana,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan pengenalan konsep gejala alam pada anak kelompok B TK Aisyiyah

[r]

DS : Faktor resiko keluarga Diabetes Melitus: penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat, steroid, diuretic, dilantin, dan fenobarbital

Sumber data primer diperoleh melalui wawancarai dengan alum-ni Program Studi Perbankan Syariah Unisma Bekasi yang telah masuk dalam persaingan dunia kerja baik

Data hasil pembacaan oleh sensor ketinggian air ditampilkan kontrol panel sistem pemantau, lalu data tersebut dikirim ke web server dengan interval pengiriman 5