• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 832013016 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 832013016 BAB III"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian, perlu ditentukan serangkaian strategi lapangan yang sistematis dan dapat digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh. Pada bab ini, peneliti akan memaparkan paradigma penelitian yang digunakan dan metode penelitian yang mencakup jenis metode, unit analisis dan unit amatan, teknik pengambilan data, serta teknik analisis data.

A. Paradigma Penelitian

Setiap penelitian dalam kajian ilmu-ilmu sosial memerlukan prosedur dan sistematika yang jelas dalam perancangan maupun pelaksanaannya, mulai dari konsep, teori yang digunakan, metodologi penelitian, serta hasil dan analisa data. Melalui definisi APA, paradigma mencakup serangkaian asumsi-asumsi, sikap, konsep, nilai-nilai, prosedur, dan teknik yang dibentuk dari kerangka teoritis atau perspektif umum dalam kajian psikologi. Singkatnya, paradigma ialah mind-set yang ditanamkan dan dipakai peneliti untuk melihat dan memaknai fenomena yang berlangsung di sekitar peneliti.

(2)

kekerasan dalam pacaran dan pola kelekatan dengan orang tua dari masa anak hingga remaja.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistic dengan menggunakan kata-kata, tanpa bergantung pada angka. Menurut Bogdan dan Taylor (1975), metodologi kualititaif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic sehingga tidak dapat mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, melainkan memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian kualitatif deskriptif dimaksudkan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta di daerah tertentu (Suryabrata, 1983). Selain itu, jenis penelitian ini juga membantu peneliti untuk mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses dari suatu fenomena (Nazir, 2003). Berdasarkan sifat penelitian kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Maka dari itu, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, memo, atau dokumen resmi lainnya (Moleong, 2014).

C. Metode Penelitian

(3)

mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. (Sutedi dalam Muhlisian, 2013).

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang berdomisili di Salatiga dan Solo dengan rentang usia 18-25 tahun. Pemilihan rentang usia tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa pada usia tersebut, individu telah mengalami transisi dari masa remaja ke dewasa awal yang mendukung kematangan proses mental untuk memenuhi tugas perkembangan di rentang usia tersebut. Pada penelitian ini, pemilihan subyek penelitian dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan kriteria tersebut, awalnya penulis mendapati 4 orang perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam relasi pacaran, namun dari hasil pengambilan data awal terhadap 4 orang tersebut, penulis menemukan ada dua latar belakang keluarga subyek yang menjadi penting untuk dikaji mendalam, yakni 2 orang korban memiliki latar belakang keluarga yang harmonis, sedangkan 2 orang lainnya berasal dari keluarga broken home. Oleh sebab itu, penulis melakukan studi kasus terhadap 2 orang subyek, yakni 1 orang subyek dari keluarga harmonis dan 1 orang lainnya berasal dari keluarga broken home. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penulis hendak melihat pola kelekatan subyek dengan orang tua dari masa anak hingga remaja, sehingga latar belakang keluarga menjadi hal yang krusial dalam melihat relasi lekat antara subyek dan orang tua.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

(4)

kekerasan dalam pacaran di Jawa Tengah. Selain itu, kasus kekerasan dalam pacaran banyak ditemukan di kota Salatiga dan peneliti memiliki akses yang terbuka untuk melakukan penelitian.

F. Unit Amatan dan Unit Analisis

Dalam penelitian kualitatif, perlu dirumuskan unit analisis dan unit amatan yang ada dalam penelitian. Menurut Arikunto (1992), unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Hamidi (2005) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Dengan demikian unit analisis bisa diartikan adalah apa yang ingin dianalisis dalam penelitian.

1. Unit Amatan

Unit amatan dalam penelitian ini adalah perempuan korban kekerasan dalam pacaran berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Salatiga, Jawa Tengah.

2. Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah pola kelekatan perempuan korban kekerasan dalam pacaran dengan orang tua dan pola relasi kekerasan korban dengan pacar.

G. Teknik Pengumpulan Data

(5)

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Pada penelitian ini, berikut ini adalah sumber informasi yang dapat digali dan diperoleh peneliti dalam proses pengumpulan data:

1. Teknik Pengambilan Data Primer a) In-depth Interview

Data primer dalam penelitian ini akan diperoleh melalui proses

in-depth interview terhadap korban kekerasan dalam pacaran dan observasi terhadap perilaku dan pernyataan korban baik verbal maupun tidak verbal. Menurut Taylor dan Bogdan (1984), wawancara mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti dan subyek penelitian, dalam rangka memahami pandangan subyek penelitian mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri. Wawancara mendalam bersifat luwes, terbuka, tidak terstruktur, dan tidak baku. Berdasarkan substansinya, ada tiga jenis wawancara mendalam, yakni:

Tabel 3.1 Jenis In-depth Interview Jenis in-depth interview

Wawancara untuk menggali riwayat hidup sosiologis. Riwayat hidup menyajikan pandangan orang mengenai kehidupannya dalam bahasanya sendiri. Peneliti berupaya menangkap pengalaman penting dalam

kehidupan seseorang menurut definisi orang tersebut.

Wawancara untuk mempelajari kejadian dan kegiatan, yang tidak dapat diamati secara langsung. Orang yang diwawancarai ialah subyek yang hidup di lingkungan sosial yang diteliti. Mereka bertindak sebagai

“pengamat” bagi

peneliti

(6)

Pada penelitian ini, in-depth interview dilakukan untuk menggali riwayat hidup yang menyajikan pandangan seseorang mengenai kehidupan yang dijalani dalam bahasanya sendiri. Untuk mengambil data lapangan, peneliti menyusun daftar pertanyaan sebagai berikut:

No TUJUAN KOMPONEN KELEKATAN

AITEM PERTANYAAN

1 Mengetahui pola kelekatan korban dengan orangtua di masa lampau a) Proximity Maintenance 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Apakah Anda dapat menceritakan apapun dengan terbuka kepada ayah?

Hal-hal apa saja yang biasa Anda ceritakan kepada ayah? Apakah Anda pernah merasa marah atau kecewa dengan ayah Anda?

Dalam situasi seperti apa Anda bisa marah atau kecewa terhadap ayah Anda?

Bagaimana Anda mengung-kapkan kemarahan dan kekecewaan tersebut?

Apa Anda juga menceritakan tentang kebahagiaan yang sedang Anda rasakan?

Bagaimana Anda mengung-kapkan kebahagiaan tersebut? Apakah Anda melibatkan ayah dalam memecahkan persoalan-persoalan Anda?

Apakah Anda menceritakan tentang rencana-rencana jangka pendek maupun panjang Anda kepada ayah?

Apakah Anda dapat menceritakan apapun dengan terbuka kepada ibu?

Hal-hal apa saja yang biasa Anda ceritakan kepada ibu? Apakah Anda pernah merasa marah atau kecewa dengan ibu Anda?

Dalam situasi seperti apa Anda bisa marah atau kecewa terhadap ibu Anda?

(7)

mengun-15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

kapkan kemarahan dan kekecewaan tersebut?

Apa Anda juga menceritakan tentang kebahagiaan yang sedang Anda rasakan?

Bagaimana Anda mengung-kapkan kebahagiaan tersebut? Apa Anda melibatkan ibu dalam memecahkan masalah Anda? Apakah Anda menceritakan tentang rencana-rencana jangka pendek maupun panjang Anda kepada ibu?

Bagaimana Anda mendes-kripsikan sosok ayah Anda? Bagaimana Anda mendes-kripsikan sosok ibu Anda? Dari keduanya, mana yang memiliki kedekatan dengan Anda?

Apa kenangan yang paling Anda ingat tentang ayah Anda? Adakah kenangan yang paling membekas tentang ibu Anda? Apa yang Anda rasakan ketika Anda berada dalam keadaan yang berjauhan dengan ayah atau ibumu?

Apakah Anda sering merindukan ayah atau ibu?

Apakah Anda pernah merasa ditinggal atau ditelantarkan oleh ayah atau ibu?

b) Safe Haven 27.

28. 29. 30. 31. 32. 33.

Bagaimana ayah memandang dirimu?

Apa pernah ada pelabelan yang diberikan ayah terhadapmu? Apa ayah meluangkan banyak waktunya untuk menghabiskan waktu denganmu?

Bagaimana ibu memandang dirimu?

Apa pernah ada pelabelan yang diberikan ibu terhadapmu? Apa ibu meluangkan banyak waktunya untuk menghabiskan waktu denganmu?

(8)

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

setiap kali Anda memerlukan bantuan?

Bagaimana respons ayah jika mendengar Anda berada dalam kesulitan?

Apa ayah terbiasa memberikan kontak fisik seperti pelukan atau ciuman?

Apakah Anda merasa nyaman dengan kontak fisik yang diberikan oleh ayah?

Apakah Anda merasa bahwa ayah akan selalu menerima Anda dalam kondisi terburuk?

Apakah Anda merasa membutuhkan ayah dalam hidup Anda?

Apakah ibu dapat diakses setiap kali Anda memerlukan bantuan? Bagaimana respons ibu jika mendengar Anda berada dalam kesulitan?

Apa ibu terbiasa memberikan kontak fisik seperti pelukan atau ciuman?

Apakah Anda merasa nyaman dengan kontak fisik yang diberikan oleh ibu?

Apakah Anda merasa bahwa ibu akan selalu menerima Anda dalam kondisi terburuk?

Apakah Anda merasa membutuhkan ibu dalam hidup Anda?

c) Secure Base 45.

46.

47.

48.

49.

50.

Apa ayah membebaskanmu untuk menentukan pilihan untuk dirimu?

Bagaimana tanggapan ayah jika ia tidak setuju dengan pilihanmu?

Apa ayah mau mendengarkan pendapatmu?

Apa ayah selalu mendukung keputusanmu?

Bagaimanakah cara ayah menunjukkan dukungan terhadapmu?

(9)

51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.

mencoba hal-hal atau kegiatan baru?

Apakah ibu membebaskanmu untuk menentukan pilihan untuk dirimu?

Bagaimana tanggapan ibu jika ia tidak setuju dengan pilihanmu? Apa ibu mau mendengarkan pendapatmu?

Apa ibu selalu mendukung keputusanmu?

Bagaimanakah cara ibu menunjukkan dukungan terhadapmu?

Apakah ibu membiarkanmu mencoba hal-hal atau kegiatan baru?

Apakah Anda merasa aman ketika berada di dekat ayah? Apakah Anda merasa nyaman berada di dekat ayah?

Apakah Anda mencari ayah ketika Anda berada dalam situasi sulit?

Apakah Anda merasa aman ketika berada di dekat ibu? Apakah Anda merasa nyaman berada di dekat ibu?

Apakah Anda mencari ibu ketika Anda berada dalam situasi sulit?

2. Mengetahui gambaran kekerasan yang dialami oleh korban

63. 64. 65. 66. 67. 68. 69.

Sejak kapan Anda berpacaran dengan pasangan Anda? Dimana atau bagaimana Anda bisa mengenalnya?

Apa yang awalnya membuat Anda tertarik dengannya? Pernahkah Anda mengalami konflik atau bertengkar dengan pasangan?

Jika ya, biasanya apa yang menjadi pemicu konflik diantara kalian berdua?

Selama sekian lama Anda berpacaran, cerita atau kenangan manis apa yang Anda ingat sampai sekarang?

(10)

70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86.

Apakah keluarga sudah merestui hubungan kalian berdua? Apakah pasangan pernah memulai pembicaraan untuk melanjutkan ke tahap yang lebih serius dengan Anda?

Sejak kapan pasangan Anda mulai melakukan tindak kekerasan terhadap Anda? Dalam bentuk apa biasanya tindakan dia yang Anda anggap sebagai kekerasan?

Saat pasangan Anda melakukan tindak kekerasan, apakah Anda mencium aroma alkohol pada mulut atau tubuhnya?

Apakah menurutmu, pasangan Anda mencintaimu?

Bagaimana perasaan Anda terhadap pasangan Anda saat ini?

Bagaimana perasaan Anda terhadap pasangan Anda setiap kali ia menyakiti Anda?

Apa yang sebenarnya Anda harapkan dari pasangan Anda? Apakah Anda merasa berkorban dalam hubungan ini?

Jika ya, apa saja yang telah Anda korbankan?

Apakah kerelaan Anda menerima tindak kekerasan tersebut merupakan ungkapan dari rasa ingin berkorban? Jika dihitung, sudah berapa kali Anda menerima kekerasan dari pasangan Anda?

Adakah benda yang digunakan pasangan saat melakukan tindak kekerasan terhadap Anda? Dalam situasi atau keadaan seperti apa biasanya pasangan mulai melakukan tindak kekerasan?

(11)

87.

88.

89.

melakukan kekerasan?

Apakah pada saat itu, Anda berusaha melindungi diri atau melawan pasangan Anda? Bagaimana respons Anda saat kejadian itu terulang?

Apa saja yang sudah Anda lakukan untuk mengurangi tindak kekerasan yang dilakukan pasangan terhadap Anda?

3. Menggambarkan dialektika pola kelekatan korban dengan orang tua dalam menentukan kebertahanan korban dalam relasi berpacaran

90.

91.

Apakah Anda berpikir bahwa pacar Anda memiliki karakter yang mirip atau sama dengan ayah Anda?

Apakah Anda berpikir bahwa pacar Anda memiliki karakter yang mirip atau sama dengan ibu Anda?

4. Menggali informasi tentang diri korban

92. 93. 94. 95. 96.

97.

98.

99.

100

Siapa nama lengkap Anda? Berapa usia Anda saat ini? Dimana Anda tinggal? Bersama siapa Anda tinggal? Apa pendidikan terakhir Anda? Anda adalah anak keberapa dan dari berapa bersaudara?

Apakah Anda pernah tinggal berpindah-pindah?

Siapakah orang yang Anda anggap paling dekat dengan Anda?

Siapakah orang yang menurut Anda paling mengenal diri Anda?

[image:11.516.85.473.83.532.2]

Siapa orang Anda percayai?

Tabel 3.2 In-depth Interview Guide

b) Observasi

(12)

Setelah berada di lapangan, peneliti hendaknya mengatur agar kerumitan perilaku pada latar penelitian dapat direkam melalui pengamatan. Hal ini mengarahkan pengamatan pada seperangkat tanda yang membimbing kepekaan perasaannya untuk “hanya” mengamati peristiwa yang diperlukan bagi informasinya dan mencakup suatu lingkup situasi dan latar secara lengkap. Sehubungan dengan kepekaan perasaan tersebut, Schazman dan Strauss mengingatkan bahwa kepekaan itu akan memudarkan sesudah mengalami masa-masa permulaan pengamatan. Pengamatan senantiasa berjuang untuk memelihara kepekaan itu agar senantiasa tinggi dengan jalan belajar menyenangi peristiwa yang diamati. Pengamatan dapat dibagi atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan secara terbuka diketahui oleh subjek. Pada pengamatan ini subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka, sedangkan, pada pengamatan tertutup, pengamatan beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh pada subjek. Proses pengamatan juga harus dituliskan ke dalam bentuk catatan. Sehingga, apapun yang teramati oleh peneliti harus dicatat agar peneliti dapat menganalisis data-data pengamatan tersebut.

(13)

akan dimasukkan ke dalam proposisi yang akan disusun atau sebagai kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong (2001) menambahkan bahwa catatan pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana. Setiap catatan pengamatan merupakan suatu kesatuan yang menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu yang sangat berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada pada catatan pengamatan lainnya.

2. Teknik Pengambilan Data Sekunder

Selain data primer yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data kualitatif, peneliti juga dapat mengumpulkan data sekunder sebagai data pendukung yang dapat menguatkan penelitian. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Moleong, 2014).

Untuk menjamin dan mengkaji keabsahan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, maka akan digunakan teknik triangulasi. Patton (dalam Moleong, 2010) menyebutkan triangulasi sumber sebagai cara untuk memanfaatkan penggunaan sumber dalam rangka membandingkan dan mengecek kembali (cross check) derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan informan. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan sumber data yang diberikan oleh pendapat orang lain yang mengenal subyek seperti suami, orangtua, sahabat, serta keluarga (Poerwandari, 2007).

(14)

maka data tersebut valid sehingga dapat dipercaya. Tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus mengubah temuannya agar sesuai dengan data yang diberikan pemberi data (Sugiyono, 2010). Data sekunder akan diperoleh peneliti dari orang-orang terdekat korban atau pernah menjadi saksi tindak kekerasan yang dialami oleh korban. Selain itu, dapat juga peneliti menggali informasi tentang latar belakang korban dari orangtuanya.

Pada penelitian ini, 6 orang terdekat subyek juga turut diwawancara sebagai pemenuhan data sekunder penelitian. Adapun 6 orang tersebut ialah teman dekat subyek, pacar subyek, dan orang tua subyek. Dengan demikian, penelitian ini melibatkan 8 orang sebagai sumber infomasi bagi peneliti, yakni 2 orang subyek dan 6 orang informan.

H. Teknik Penyusunan Instrumen

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Meskipun demikian, sebagai instrument kunci, peneliti perlu menyusun daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada subyek untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti. Millan (2001) menyatakan bahwa pertanyaan yang diberikan hendaknya dengan kalimat pendek dan tegas, dan bersifat netral sehingga tidak memancing ke arah jawaban tertentu. Selain itu, yang menjadi penting juga ialah peneliti tidak menggunakan pertanyaan yang bersifat intimidasi atau menghakimi subyek.

(15)
[image:15.516.85.450.106.618.2]

memberikan ruang kepada subyek untuk menjawab dengan leluasa. Untuk penelitian kualitatif, peneliti biasanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali informasi yang lengkap dari subyek. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diujicobakan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada subyek atau responden. Berikut adalah alur dalam menyusun pertanyaan dalam interview (Alwasilah, 2003):

Gambar 3.1 Alur Penyusunan Interview Guide

Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti akan diujicobakan kepada subyek untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut mudah dipahami atau menimbulkan ambiguitas, dan pertanyaan lain yang mungkin dapat ditambahkan dalam proses pengambilan data berikutnya. Seiring dengan proses wawancara dilangsungkan dan peneliti berupaya mendapattkan data primer dan sekunder untuk memenuhi tujuan penelitian, maka interpretasi data dapat dilakukan.

I. Teknik Interpretasi Data

Menurut Kvale (1996) interpretasi adalah upaya untuk memahami data secara lebih eksentif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif dan menginterpretasi menurut perspektifnya. Proses interpretasi memerlukan distansi (upaya mengambil jarak) dari data, dicapai melalui langkah yang metodis dan teoritis yang jelas. Oleh karena penelitian kualitatif sangat rentan dengan subjektivitas

Pertanyaan penelitian

1. Teori 2. Wawancara 3. Pengamatan

Draft pertanyaan

Uji Coba

(16)

Gambar

Tabel 3.2 In-depth Interview Guide
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Interview Guide

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Plantar Pressure in Diabetic Peripheral Neuropathy Patients with Active Foot Ulceration, Previous Ulceration and No History of Ulceration: A Meta- Analysis of

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN  2013: Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) 2014  Model Pengembangan

Hasil dari pengujian dibuktikan bahwa rekomendasi yang dihasilkan dari algoritma FMADM memiliki persentase 80% dalam memperhatikan slot tersisa tempat parkir, 93,33%

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S.

Saat ini usaha MAMA YUMMY berjalan dengan konsep jualan yang telah diajukan sebelumnya dengan konsep dari Logo, design kemasan serta varian dari produk yang

Ekspresi dan simbol-simbol dalam cerita rakyat Ambai adalah representasi sosial budaya dari komunitas Ambai yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan sosial budaya

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi