157
BAB VI
KESIMPULAN DAN ARAHAN
6.1. Kesimpulan
Dalam tahap kesimpulan ini, dijabarkan jawaban dari tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Jawaban ini merupakan hasil temuan dan analisis penelitian mengenai revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang serta potensi dan kelemahan kawasan Kota Lama dari segi penataan ruang dan aktivitas. Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan; a. Untuk tujuan penelitian yang pertama mengenai penyebab kurang
berhasilnya upaya revitalisasi Kota Lama Semarang, dapat disimpulkan bahwa Upaya revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang yang sudah dilakukan dapat dikatakan kurang berhasil karena masih ada beberapa hal yang belum dilakukan atau sudah direncakan akan tetapi pelaksanaanya belum maksimal/berhasil. Keberadaan lembaga BPK2L sebagai pengelola kawasan Kota Lama memeberikan pengaruh positif dalam upaya revitalisasi. Namun masih ada banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan menghidupkan kembali kawasan Kota Lama Semarang.
Aspek-aspek penting revitalisasi seperti aktivitas dan perbaikan fisik harus menjadi perhatian utama, karena aktivitas dan perbaikan fisik merupakan indikator dalam revitalisasi. Kedua hal tersebut dapat dicapai melalui pendekatan olah desain kawasan pusaka. Olah desain kawasan pusaka berkaitan dengan perbaikan bangunan seabgai ruang aktivitas dan berjalan sejajar dengan aktivitas yang drencanakan.
b. Untuk tujuan penelitian yang kedua mengenai potensi kawasan Kota Lama Semarang dapat disimpulkan bahwa kawasan masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, terutama berkaitan dengan penataan ruang dan aktivitas. Beberapa potensi penataan yang dapat dikembangkan adalah ruang terbuka, bagian kawasan yang bisa dijadikan kawasan mixed use, ruang jalan yang lebar dan nyaman, massa bangunan dengan citra yang khas, dan infrastruktur kawasan. Sedangkan dari aktivitas kawasan yang bisa dikembangkan adalah
158
aktivitas wisata dan aktivitas harian yang bersifat seni yang saat ini belum ada.
c. Untuk tujuan arahan pengembangan penataan ruang dan aktivitas kawasan dapat dilakukan dengan melanjutkan program revitalisasi yang telah berhasil seperti Festival Kota Lama, menyusun program revitalisasi yang lebih menyeluruh dan dapat mengatasi masalah kematian kawasan kawasan serta meningkatkan implementasi dari program revitalisasi yang sudah ada dalam kawasan. Serta mengembangkan potensi kawasan untuk menghidupkan kawasan dan menjadikan kawasan menarik dikunjungi. Potensi yang diarahkan berupa tata ruang kawasan dan pengembangan aktivitas baru dalam kawasan.
Arahan di fokuskan pada olah desain kawasan pusaka yang berkaitan dengan perbaikan kawasan sekaligus pengembangan aktivitas dalam kawasan.
Diagram 6.1.
Prioritas Arahan Revitalisasi Kota Lama Semarang Sumber: Analisis, 2014
159
6.2. Arahan
6.2.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Revitalisasi Kota Lama Semarang Kawasan Kota Lama merupakan kawasan dengan kekayaan arsitektur peninggalan masa kolonial, sehingga bangunan-bangunan di dalamnya sudah menciptakan citra kawasan yang khas, yaitu citra kawasan Kolonial. Oleh karena itu kawasan akan dikembangkan sebagai kawasan pusaka dengan perkuatan identitas kawasan sebagai
Litlle Netherland.
Tujuan yang ingin dicapai melalui arahan ini adalah;
Memperkuat peran kawasan Kota Lama sebagai kawasan wisata pusaka dengan citra khas kawasan kolonial (Little Netherland)
Kawasan Kota Lama sebagai kawasan one stop living atau kawasan dengan beragam fungsi
Sedangkan konsep-konsep perencanaan dan perancangan kawasan untuk mencapai tujuan arahan sebagai berikut;
a) Pemanfaatan kembali bangunan pusaka untuk kegiatan aktif dan menjadi generator kawasan
b) Ruang terbuka (taman, dan ruang jalan) sebagai pusat-pusat kegiatan
c) Pengembangan aktivitas harian yang menarik di kawasan, aktivitas harian diutamakan yang bersifat rekreatif.
Selain ketiga konsep tersebut, kawasan Kota Lama Semarang juga harus mampu menghadirkan suasana kawasan tua yang lengkap dan unik. Oleh karena itu, peneliti mengadopsi konsep I-Discovery yang dikembangkan oleh Urban Discovery. Dengan konsep sebagai berikut;
iSee
merupakan bagian kawasan yang harus dikunjungi berupa bangunan pusaka terkemuka, karya arsitek terkemuka yang masih dalam kondisi baik.
iShop
Bagian kawasan yang direncanakan harus ada fungsi ekonomi aktif berupa pertokoan. Pertokoan yang dimaksud adalah yang mendukung kegiatan wisata seperti toko souvernir, barang antik, galeri unik, dsb.
160 iEat & iDrink
Dalam kawasan yang direncanakan terdapat bagian kawasan yang menjadi tujuan wisata kuliner. Tujuan wisata kuliner dapat berupa bangunan-bangunan ataupun ruang luar dengan deretan PKL
iLearn
Kawasan pusaka bukan hanya untuk kegiatan rekreasi akan tetapi juga harus memberikan pendidikan dan pengetahuan pada masyarakat.
iSurprise
Faktor kejutan dalam kawasan, dapat berupa kegiatan lokal khas dan dapat juga berupa festival.
6.2.2. Arahan dan Desain
Untuk mewujudkan konsep perencanaan dan perancangan dalam rnagka menghidupkan kembali kawasan Kota Lama, maka perlu adanya arahan desain untuk kawasan Kota Lama, yaitu bagaimana merevitalisasi kawasan Kota Lama melalui desain.
Arahan dan desain revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang dibedakan menjadi tiga bagian yaitu arahan dan desain makro, messo dan mikro. Arahan desain makro meliputi arahan revitalisasi kawasan pusaka Kota Semarang terutama kawasan pusaka Kota Lama Semarang dan kawasan pusaka yang berdekatan dengan kawasan ini. Arahan desain messo meliputi arahan penyebaran fungsi aktif dalam kawasan, sirkulasi kawasan, pusat-pusat kegiatan kawasan, serta sarana dan prasarana kawasan. Sedangkan arahan desain mikro meliputi arahan yang lebih mendetail seperti adaptive reuse bangunan, jenis-jenis aktivitas yang dilakukan dalam lingkup yang lebih spesifik yaitu bagian kawasan yang paling berpotensi untuk dikembangkan.
A. Arahan Desain Makro
Arahan desain makro berkaitan dengan peran kawasan Kota Lama Semarang sebagai salah satu kawasan pusaka Kota Semarang.
Memberikan tematik bagi kawasan pusaka sehingga masing-masing kawasan pusaka di Kota Semarang dapat terus hidup, aktif dan memiliki ciri khas masing-masing. Kawasan Kota Lama
161
sebagai kawasan pusaka-pariwisata dengan citra khas kawasan kolonial.
Citra khas kawasan Kota Lama adalah dengan adanya bangunan- bangunan pusaka dalam kawasn dengan gaya arsitektur kolonial, sehingga kawasan dikenal dengan Little Netherland. Dengan mempertahankan citra Little Netherland, kawasan Kota Lama sebagai salah satu kawasan pusaka di Kota Semarang akan lebih mudah dikenal dan memperkuat peran kawasan sebagai kawasan wisata di Kota Semarang. Akan tetapi bukan hanya sebagai kawasan wisata, melainkan juga sebagai kawasan aktif dengan nilai yang semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Mempromosikan kawasan Kota Lama Semarang sebagai kawasan
dengan nilai investasi yang semakin bertambah dari tahun ke tahun
Memanfaatkan kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat kegiatan-kegiatan Kota Semarang misalnya untuk kegiatan konser, pameran dan sebagainya.
Memasukan perencanaan kawasan Kota Lama Semarang dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Semarang hingga pelaksanaanya.
162 Gambar 6.1. Arahan Makro Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
163
B. Arahan Desain Messo
Arahan messo berkaitan dengan kawasan Kota Lama secara keseluruhan;
Perlu adanya pembaruan kebijakan yang berlaku dalam kawasan Kota Lama Semarang berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang dilengkapi dengan profil ekonomi kawasan.
Perlu pengaturan dan sosialisasi kepada pemilik bangunan berkaitan dengan insentif dan denda dalam pengelolaan aset pusaka. Insentif diberikan apabila bangunan pusaka dalam kondisi terawat dan aktif digunakan tanpa menyalahi aturan yang ada. Insentif dapat berupa bantuan dana pemeliharaan, pembebasan pajak selama 1 tahun, hingga yang berupa penghargaan. Denda dikenakan pada pemilik bangunan apabila bangunan diabaikan, rusak/hilang sebagian. Denda dapat berupa sejumlah uang hingga pengambilan alihan hak bangunan oleh pemerintah.
Pemanfaatan kembali bangunan-bangunan di dalam kawasan yang lokasi strategis untuk fungsi aktif seperti cafe, restoran, gallery, gedung serbaguna, hotel, dsb.
Pengembangan kawasan multifungsi kawasan dan shared space
Jaringan informasi berupa penanda dan peta kawasan yang memuat pusat kegiatan dalam kawasan
Jaringan pedestrian way pada kawasan yang dilengkapi dengan siting grup, peneduh dan penerangan
Penataan kantong-kantong parkir dalam kawasan
164
Gambar 6.2. Analisis Zonasi Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
165
Gambar 6.3. Arahan Messo Zonasi Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
166
Gambar 6.4. Analisis Adaptive Reuse
167 Gambar 6.5. Arahan Messo
Adaptive Reuse Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
168 Gambar 6.6. Analisis Sirkulasi Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
169 Gambar 6.7. Arahan Messo Sirkulasi
170
Gambar 6.8. Analisis PKL Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
171 Gambar 6.9. Arahan Messo Pedagang
172
C. Arahan Desain Mikro
Arahan mikro berkaitan dengan arahan mendetail dari bagian kawasan yang paling berpotensi sebagai tahap awal upaya revitalisasi, meliput dua lokasi sebagai berikut;
Spot 1 Taman Srigunting – Taman Garuda
Spot 2 Jl. Mpu Tantular
Gambar 6.10. Spot Arahan Mikro
(1)Taman Srigunting-Taman Garuda (2)Jl. Mpu Tantular Sumber: Anaiisis, 2014
173 Gambar 6.11. Arahan Spot 1 Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
174 Gambar 6.12. Arahan Spot 1 (2)
175 Gambar 6.13. Arahan Spot 1 (3)
176 Gambar 6.14. Arahan Spot 2 Sumber: Anaiisis Arahan, 2014
177
6.3. Saran
Saran dalam penelitian ini dimaksudkan agar arahan yang diberikan dapat terwujud dengan harapan dapat menghidupkan kembali kawasan Kota Lama Semarang sebagai kawasan pariwisata pusaka.
Arahan yang telah disusun diatas dapat dilaksanakan dan diterapkan dalam kawasan karena pada dasarnya arahan disusun melalui proses studi program revitalisasi yang sudah berlaku di kawasan dan potensi-potensi yang dapat dikembangkan dalam kawasan. Selain itu, revitalisasi melalui olahdesain juga mendapat tanggapan yang positif dari pihak-pihak yang terlibat sehingga arahan yang disusun sangat mungkin diwujudkan.
Bagi pemerintah Kota Semarang dan BPK2L perlu adanya ketegasan terkait kebijakan yang sudah berlaku di kawasan. BPK2L perlu meningkatkan kinerjanya dengan bantuan semua pihak yang terlibat yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Semua pihak harus bekerja sama demi terwujudnya tujuan melalui arahan yang telah disusun.
Arahan yang telah disusun dapat diwujudkan melalui beberapa hal yaitu; a. Memasukan arahan yang disusun kedalam kebijakan yaitu rencana tata
bangunan dan lingkungan (RTBL) sehingga memiliki kekuatan hukum untuk pelaksanaanya
b. Mendiskusikan pelaksanaan arahan dengan pihak swasta (pemilik bangunan, pengembang, investor) sehingga nantinya akan ada negosiasi mengenai pelaksanaan arahan yang menguntungkan bagi semua phak c. Menggunakan insentif untuk merangsang perbaikan yang mempermudah
pelaksanaan arahan