• Tidak ada hasil yang ditemukan

STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA EDUTAINMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA EDUTAINMENT"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA SEBAGAI MEDIA

EDUTAINMENT

SKRIPSI

Oleh:

Rossa Amira Damawati

I0203097

PENDIDIKAN Sastra Inggris

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ……… DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR BAGAN ……… BAB I PENDAHULUAN 1. JUDUL ……… 2. PENGERTIAN JUDUL……… 3. LATAR BELAKANG……...………..

3.1. Fenomena Televisi dan Anak……….………...

3.1.1. Televisi dan Pesonanya ………

3.1.2. Anak dan Teman Televisinya ………

3.1.3. Mitos Televisi vs Penelitian Para Ahli Terhadap Manfaat Televisi 3.1.4. Dukungan Pemerintah Terhadap Perkembangan Media Televisi

Sebagai Media Edutainment ...………

3.2. Latar Belakang Pemilihan Lokasi Kota Surakarta dan

Kondisi Penyiaran Televisi ……….. 3.2.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi Kota Surakarta……….

3.2.2. Kondisi Penyiaran Televisi ……….

4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN………. 4.1. Permasalahan……..………...

4.2. Persoalan ………..……..…

5. TUJUAN DAN SASARAN ………...………

5.1. Tujuan ………..…….

5.2. Sasaran ………..…….

6. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN………...………....……..

6.1. Lingkup Pembahasan ……….………

6.2. Batasan Pembahasan ……….………

7. METODE PEMBAHASAN………..……….

7.1. Pengumpulan Data ……….………

7.2. Analisa Data ……….…………

7.3. Konsep Perencanaan dan Perancangan ……….. 8. SISTEMATIKA PENULISAN………..

BAB II TINJAUAN TEORI

1. TINJAUAN DUNIA PENYIARAN ………..…..

1.1. Definisi Penyiaran ……….….…

1.2. Sejarah Penyiaran Televisi ………..….. 1.2.1. Sejarah Perkembangan di Dunia ……….………..…... 1.2.2. Sejarah Perkembangan di Indonesia ……….………...…..…

1.3. Ragam Televisi ………..…

1.4. Sistem, Teknik, dan Prosedur Penyiaran Stasiun Televisi ……..……. 1.4.1. Sistem Penyiaran Stasiun Televisi ……….………….... 1.4.2. Teknik Penyiaran Stasiun Televisi ……….………..….. 1.4.3. Materi/Program Siaran Pada Stasiun Televisi ……….…….…..…. 1.4.4. Prosedur Penyiaran Stasiun Televisi ……….………..…..

1 1 1 1 1 4 5 8 9 9 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 13 13 14 14 14 16 18 16 16 16 19 20 20 22 25 27 i v viii ix

commit to user

(3)

ii

1.5. Tinjauan Studio Televisi ………..…..

1.5.1. Makro ………..…….…..

1.5.2. Mikro ………..………

2. PERTIMBANGAN VISUAL, AKUSTIK, DAN PENCAHAYAAN PADA STUDIO TELEVISI ……….……. 2.1. Pertimbangan Visual ……….……….….. 2.2. Pertimbangan Akustik……..………... 2.2.1. Audio ……….……..… 2.2.2. Pengkondisian Akustik ……….………..…… 2.2.3. Volume Ruang ……….………..…… 2.2.4. Besaran/Tinggi Ruang ……….………..…… 2.3. Pertimbangan Pencahayaan ……….……….…….…… 2.3.1. Pencahayaan Buatan …….……….……

2.3.2. Macam Penyinaran Pada Ruang Dalam……..………..…. 2.3.3. Pencahayaan Pada Studio Pementasan…….………..……. 3. TINJAUAN DUNIA ANAK USIA 2 – 10 TAHUN ……….…

3.1. Periodesasi dan Tugas Perkembangan ..………….……

3.2. Eksplorasi Pengembangan Potensi dan Bakat Anak……….. 3.3. Konsep Edutainment (Belajar dan Bermain) dan Wadah Eksplorasi

Pengembangan Potensi dan Bakat Anak ..……….………

4. STUDI KOMPARASI ……….….……..

4.1. CCTV (China Central Television Headquarters) ………..……..

4.2. Maidstone Studios Inggris ……….…...

4.3. MMTC (Multi Media Training Center) Jogjakarta ……….……...

4.4. TV E (TV Edukasi) ……….………

BAB III TINJAUAN SURAKARTA

1. KONDISI FISIK ……….………

2. KONDISI NON FISIK………..………….. 2.1. Sarana dan Prasarana ... 2.2. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta... 2.3. Kondisi Kependudukan ... 2.4. Kondisi Perekonomian ... 3. RELEVANSI STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA…...… 3.1. Perkembangan Dunia Penyiaran Di Surakarta ……….…... 3.2. Fasilitas Edutainment Sebagai Sarana Pengembangan Potensi Anak di Surakarta ……….………. 3.3. Potensi Dan Kebutuhan Stasiun Televisi Swasta Anak

di Surakarta ………..………

BAB IV STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN

1. PENGERTIAN ………..……....……

2. FUNGSI DAN PERANAN STASIUN TELEVISI ………..……… 3. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STASIUN TELEVISI …..……….

3.1. Visi Stasiun Televisi ...

3.2. Misi Stasiun Televisi ………..……..…..….…

3.3. Tujuan Stasiun Televisi ………...………..

3.4. Sasaran Stasiun Televisi ………...……….

4. JENIS KEGIATAN UTAMA YANG DIWADAHI ………..………

4.1. Pertelevisian ………...……….….……… 4.2. Fasilitas Anak ……….…...….…... 81 82 82 82 87 88 89 89 90 90 30 30 32 40 41 41 43 44 44 45 45 46 47 48 49 52 64 66 68 66 74 92 93 93 93 93 94 94 94 94 95 40 76

commit to user

(4)

iii

4.3. Kegiatan Penunjang Stasiun Televisi ………

4.4. Kegiatan Servis Stasiun Televisi ………

5. PELAKU KEGIATAN ………...

6. RENCANA PROGRAM SIARAN ……….…….…

6.1. Sumber Program ………...….……..

6.2. Perencanaan Program ……….…….

7. PENGADAAN DANA ………..…….

8. LOKASI SITE YANG DIRENCANAKAN ……….…..….. 8.1. Pendekatan Pemilihan Lokasi Site ………...…….. 8.2. Pemilihan Site………...………

8.2.1. Site Terpilih ……….……..

8.2.2. Eksisting Site ……….……..

9. UNGKAPAN FISIK STASIUN TELEVISI YANG DIRENCANAKAN……..…

9.1. Rencana Penampilan Bangunan ……….……….…..

9.2. Perwujudan Penampilan Bangunan ……….………...

9.2.1. Eksterior ……….…….

9.2.2. Interior ……….….

9.3. Rencana Penggunaan Material Bangunan ……….…..

9.3.1. Struktur ………..

9.3.2. Dinding ………..

9.3.3. Lantai ………..

9.3.4. Atap ………..

9.3.5. Jendela ………..

BAB V ANALISA DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN TELEVISI ANAK DI SURAKARTA

1. ANALISA PERENCANAAN PROGRAM ……….………….………….….… 2. ANALISA ALUR KEGIATAN PADA STASIUN TELEVISI……….……..….. 2.1. Alur Kegiatan Pertelevisian ……….……….….……. 2.2. Alur Kegiatan Fasilitas Anak ……….……….……….….

2.2.1. Kegiatan Staff ……….……

2.2.2. Kegiatan Anak ……….……

2.2.3. Kegiatan Orang Tua dan Pengunjung ………..

2.3. Alur Kegiatan Penunjang ……….………

2.4. Alur Kegiatan Servis ……….………

3. ANALISA SISTEM DAN PROGRAM PERUANGAN………...…….. 3.1. Analisa Kebutuhan Ruang ………..…..…

3.2. Analisa Besaran Ruang ……….……….…..

3.3. Analisa Pola Hubungan Ruang…...……….…..

3.3.1. Hubungan Ruang Makro ………..…...…..

3.3.2. Hubungan Ruang Mikro ………..………..….…..

4. ANALISA PENDEKATAN SITE ……….……… 4.1. Analisa Orientasi Massa dan View ……….….. 4.2. Analisa Penentuan Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE)

Berdasarkan Pencapaian ………...…....

4.3. Analisa Pengolahan Pola Sirkulasi ……….…..

4.4. Analisa Tingkat Kebisingan ……….…...

4.5. Analisa Zonifikasi Site ……….…..

4.6. Analisa Tata Landscape ………..…...…....….

5. ANALISA SISTEM SIRKULASI BANGUNAN……….….… 5.1. Sistem Sirkulasi Horizontal ……….………

5.2. Sistem Sirkulasi Vertikal ……….…………..………..………

97 97 97 98 98 99 99 101 102 101 103 103 103 103 105 105 107 107 107 108 110 115 122 143 143 144 148 148 149 150 152 153 155 155 155 156 97 97 104 105 110 112 112 113 114 115 115 114

commit to user

(5)

iv

6. ANALISA PENDEKATAN BANGUNAN STASIUN TELEVISI... 6.1. Studi Bentuk Dasar ………...……… 6.2. Pendekatan Tata Massa Bangunan ………

6.2.1. Tata Eksterior ………

6.2.2. Tata Interior dan Penyelesaian Akustik Ruang ……….…………

6.2.3. Tata Cahaya ………...

6.3. Pendekatan Sistem Struktur Bangunan…..………..

6.3.1. Sub Struktur ………….………..……..

6.3.2. Super Struktur ……….……….…… 6.3.3. Upper Struktur ………..……… 6.4. Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan……….……….…

6.4.1. Jaringan Air Bersih ...

6.4.2. Jaringan Drainase ………..……..…..…….……

6.4.3. Jaringan Listrik ... 6.4.4. Jaringan Instalasi Tata Udara ... 6.4.5. Jaringan Sistem Komunikasi ………....………..…………. 6.4.6. Sistem Pengelolaan Sampah ………..…..…………..…….…… 6.4.7. Sistem Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Dan Petir….

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA

1. MAKRO ………..….………

1.1. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site ……….……….………..…..

1.1.1. Lokasi Terpilih ……….……….…….…….……

1.1.2. Eksisting Site Terpilih ……….……….…….…….……

1.2. Konsep Pengolahan Site ……….….…….…….

1.2.1. Konsep Pencapaian ……….………..…….……

1.2.2. Konsep Sirkulasi ……….……….….…….……

1.2.3. Konsep Zonifikasi Site ……….………..…….……

1.3. Tata Lansekap ……..………….………..….………

2. MIKRO ………..………..………

2.1. Konsep Kebutuhan Ruang ……….……….……..……… 2.2. Konsep Pola Hubungan Ruang…..……….……..………

2.2.1. Hubungan Ruang Makro ………

2.2.2. Hubungan Ruang Mikro ………...………

2.3. Konsep Sirkulasi ………..….…..

2.3.1. Sirkulasi Horizontal ………..….…….

2.3.2. Sirkulasi Vertikal ………..…….…….

2.4. Konsep Bangunan Stasiun Televisi ……….………..…….……...

2.4.1. Konsep Tata Massa Bangunan ………..…….……...

2.4.2. Konsep Sistem Struktur Bangunan ………..……… 2.4.3. Konsep Sistem Utilitas Bangunan ………...………

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 157 157 157 157 161 165 166 167 167 168 169 169 171 171 173 172 174 174 178 178 178 179 180 179 181 181 191 178 182 191 191 196 196 196 196 196 204 204 182

commit to user

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1. JUDUL

Stasiun Televisi Swasta Anak di Surakarta Sebagai Media Edutainment

2. PENGERTIAN JUDUL

Stasiun televisi swasta anak di Surakarta sebagai media edutainment adalah sebuah wadah yang berfungsi sebagai sarana penyiaran program khusus anak bermuatan edukasi rekreatif yang bersifat memberikan informasi, pengetahuan dan memotivasi belajar anak dengan dikemas secara atraktif dan menyenangkan, dan rekreasi edukatif yang memberi sajian hiburan edukatif bagi pengembangan potensi anak dengan disertai fasilitas yang mewadahi kegiatan edukasi rekreatif dan rekreasi edukatif sebagai sarana eksplorasi pengembangan potensi dan bakat anak yang berlokasi di kota Surakarta.

3. LATAR BELAKANG

3.1. Fenomena Televisi dan Anak 3.1.1. Televisi dan Pesonanya

Dewasa ini manusia tidak dapat melepaskan diri dari teknologi dengan berbagai macam aktivitas yang sedang dijalani setiap hari. Sebagai contoh ketika pagi ibu mempersiapkan masakan bagi keluarga menggunakan kompor, atau berangkat bekerja seperti ayah menggunakan motor, mobil, atau sarana transportasi lain (bekerja dari pagi sampai sore/malam), dan anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton televisi dan bermain (aktivitas nyata di lapangan atau maya dengan media seperti PS atau virtual game lain) selain bersekolah. Malahan, seluruh anggota keluarga disibukkan aktivitas masing – masing demi terpenuhinya kebutuhan dan kesejahteraan hidup dengan bantuan dari teknologi.

Televisi merupakan salah satu produk teknologi yang memiliki penetrasi sangat besar dan juga memiliki pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan umat manusia. Semenjak kehadirannya dikomersilkan secara massal pada tahun 1930, dengan sekejap kotak elektris ini menjadi primadona seluruh umat manusia, bahkan menjadi bagian hidup mereka. Seperti ditulis oleh Saktiyanti

1

(7)

Jahya pada bukunya Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi, Martin Essin menyebut bahwa era sekarang ini merupakan The Age of Television dimana televisi telah menjadi kotak ajaib yang dapat membius para penghuni gubuk reyot masyarakat di dunia ketiga. Martin juga menambahkan, televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat harus tetap terpaku 4 sampai 6 jam sehari di depan layar kaca. Dan Foster Wallace menyatakan: “Kita hidup bersamanya, tidak hanya melihatnya...maka tidak seperti generasi yang sudah tua, manusia abad ini tidak punya ingatan tentang dunia tanpa membicarakan televisi. Ingatan tentang dunia terbangun bersama di dalamnya.”1

Dengan menjalankan fungsi – fungsi media massa sebagai media berita / penerangan, pendidikan, hiburan, dan promosi, televisi mampu mengisi kekosongan tiap individu karena mampu memberikan bantuan layaknya teman melalui program – programnya diantara himpitan tuntutan hidup yang semakin tinggi dan kompetitif. Dibanding media lain seperti media cetak atau radio, televisI dinilai sebagai media massa paling cepat dan efektif dalam menyajikan informasi dan hiburan. Beberapa peneliti dan pengamat media menyatakan bahwa televisi memiliki banyak kelebihan, seperti mampu memberikan rangsangan audio visual yang dapat meningkatkan perkembangan otak termasuk meningkatkan keingintahuan, perhatian, dan konsentrasi2, memberikan keserempakan penyiaran kepada khalayak sehingga mereka dapat menerima informasi dalam waktu yang sama, memiliki kekuatan pesan yang konkret, mampu meliput daerah yang tidak terbatas, bisa dinikmati dan dimengerti oleh berbagai kalangan umur bahkan oleh penderita cacat tubuh dan buta huruf, harga terjangkau oleh golongan ekonomi bawah, dan menurut Darwanto televisi adalah sebagai agen pembaru (agent of social change) dalam pembangunan nasional yang membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional ke masyarakat modern3. Itulah sebabnya mengapa kotak ajaib ini begitu sangat dipuja sehingga dikenal mendapat julukan ‘The Second God’, orang-orang Belanda pun memplesetkan singkatan TV menjadi Tweede-Vrouw (istri kedua)4. Bahkan kini televisi juga berfungsi sebagai sarana ‘pemersatu’ keluarga setelah masing – masing individu menjalankan kewajiban personal dalam hidup. Dan

1

Suprapto, Tommy,(2006), Berkarier di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta

2

http://www.kompas.com, 21 April 2008

3

Darwanto, (2007), Televisi Sebagai Media Pendidikan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta

4

(8)

kenyataannya kini televisi menjadi barang primer yang harus dipenuhi dan memainkan peranan yang cukup penting dalam hidup.

Perkembangan teknologi media televisi di Indonesia cukup pesat. Diperkirakan saat ini ada lebih dari 80 juta set pesawat televisi di Indonesia, ini berarti jika satu pesawat ditonton oleh sekitar 3 orang dalam satu keluarga, hampir 95% penduduk Indonesia menyaksikan acara yang disiarkan oleh kotak ajaib ini5. Semenjak TVRI disiarkan secara serempak pada 24 Agustus 1962 sebagai pionir berdirinya stasiun televisi (milik pemerintah), masyarakat antusias menyambut secara positif kehadirannya. Selama 39 tahun menjadi single fighter dalam dunia pertelevisian dan masyarakat mulai mengalami kejenuhan, pemerintah mulai memberikan izin kepada RCTI pada tahun 1988 untuk beroperasi sebagai stasiun televisi pertama dengan mengusung status swasta (kepemilikan perseorangan bukan pemerintah) berdasar SK Menpen RI Nomor 190A/Kep/Menpen/1987 (yang diperbarui SK Menpen No.111/Kep/Menpen/1990) tentang saluran siaran terbatas, dan dari sinilah muara peluang berdirinya stasiun televisi swasta lain untuk beroperasi. Setelah itu SCTV lahir pada 24 Agustus 1990, TPI 23 Januari 1991 (sekarang berganti nama menjadi MNC TV sejak 20 Oktober 2010), ANTV 7 Maret 1993, Indosiar 11 Januari 1995, Metro TV 25 November 2000, Trans TV 15 Desember 2001, Lativi tahun 2002 (yang berganti menjadi TV One pada 2008), TV7 tahun 2001 (pada 2006 berubah menjadi Trans7), dan Global TV tahun 2002, seakan menjadi magnet bagi para pemilik modal untuk berinvest di dunia pertelevisian6. Tak hanya stasiun televisi swasta nasional saja yang semakin dikenal, beberapa kurun waktu terakhir televisi lokal juga mendapat perhatian khusus dari para pemirsa. Ini terbukti sampai saat ini ada lebih dari 100 buah stasiun televisi lokal beroperasi di Indonesia. Dengan berpayung hukum pada UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran pasal 6 ayat 3 yang berbunyi “Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal” dan dibentuknya lembaga ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia) sebagai pelindung stasiun televisi local semakin mantap mengembangkan sayap untuk memberikan berbagai macam sajian program kepada pemirsa.

5

Mahayoni dan Hendrik Lim, (2008), Anak vs Media, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

6

Ibid no.1

(9)

3.1.2. Anak dan Teman Televisinya

Kotak ajaib menyajikan berbagai program menarik bagi seluruh khalayak. Tak hanya orang dewasa, sekarang ini racun bius televisi sudah menyebar pada anak. Sebuah survey yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan, anak-anak menghabiskan waktunya rata-rata 30-35 jam seminggu hanya untuk menonton televisi7, ini berarti anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton televisi dibanding kegiatan lain yang lebih berarti seperti bersekolah, bermain, dan beristirahat.

Televisi adalah teman bagi anak. Namun layaknya sifat manusia, televisi memiliki sifat seperti 2 sisi mata uang, baik dan buruk. Sebagai teman yang selalu setia menemani anak dengan memberikan berbagai informasi dan hiburan, pada saat ini sebagian besar stasiun TV menayangkan 5 unsur merugikan bagi perkembangan kehidupan, otak dan karakter anak, yaitu kekerasan (war), eksploitasi seksual (sex), kriminalitas (criminal), gosip, dan mistik. Sasa Djuarsa Sendjaja, anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat menyatakan bahwa frekuensi dan durasi tayangan kekerasan sudah berada dalam tahap yang mengkhawatirkan, mengingat rata-rata program tayangan liputan berita criminal (21 program) memuat adegan kekerasan dengan berbagai versi, khususnya ketika menunjukkan gambar korban kekerasan, perusakan benda, penggunaan alat kekerasan, dan visual mayat. Bahkan menurut catatannya sepanjang periode 15-30 November 2005, 9 televisi setidaknya telah menayangkan 225 program kriminal8. Amelia Hezkasari, salah satu anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat menambahkan acara-acara banyak menayangkan adegan vulgar dan kekerasan karena persaingan program yang semakin kompetitif dalam menarik pemirsa. Dari setiap 3 jam tayangan prime time yang disiarkan oleh 11 stasiun televisi swasta di Jakarta, hampir 70% sinetron mengandung kekerasan dan kecenderungan eksploitasi seksual.”9 Kelima unsur negatif tersebut selalu menjadi teman anak setiap kali menonton, selalu setia memberikan input/pertimbangan negatif pada otak. Sedangkan pihak stasiun televisi menyiarkan dengan dalih menyiarkan program sesuai dengan potret sketsa keinginan masyarakat penonton yang pada sejatinya demi

7

Artikel Kompas: Anak yang Ketagihan Nonton TV, Hal 20: kol 1-9, Selasa 16 Juli 2002

8

News Letter KPI, Hal 26, Januari-Maret 2006

9

(10)

peningkatan rating dan share tanpa pertimbangan mutu materi siaran, hanya melihat kepentingan bisnis/komersialisme saja10.

Program – program yang hadir dalam setiap ruang keluarga tersebut tidak mampu menyajikan filter, terutama bagi tayangan yang kurang layak untuk ditonton anak yang belum cukup umur. Ini berakibat fatal karena televisi memberi pengaruh yang cukup kuat bagi individu apalagi bagi anak karena dalam masa perkembangannya mereka masih labil, belum memiliki pondasi karakter sehingga informasi apa yang diterima oleh mereka langsung diterima, diserap, dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata, sehingga pada akhirnya terjadi pergeseran nilai moral dan membentuk pola pikir yang salah. Mengingat lamanya anak menonton TV rata – rata 5 jam setiap hari dan berdasar pada sebuah penelitian bahwa pada usia tertentu (2-10 tahun) otak anak mengalami perkembangan tingkat kecerdasan maksimal (masa peka otak untuk belajar), aktivitas otak jauh lebih sibuk, 2 kali lebih aktif dibandingkan dengan orang dewasa11, yang disebut sebagai Golden Age, pada usia ini rawan terhadap berbagai input yang masuk ke dalam otak dan pengaruh yang dirasakannya begitu kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, mereka mudah meniru dan belajar dari tayangan yang mereka tonton12. Bentuk belajar anak adalah dengan bermain dan berekreasi. Kemampuan untuk menciptakan gagasan baru, bersuka cita terhadap hal-hal baru, dan menciptakan dunia demi dunia merupakan celah-celah evolusioner yang berawal dari kegiatan bermain. Dan anak belajar 75% melalui pengamatan (visual) dan 25% melalui pendengaran (audio) karena pengamatan visual lebih meninggalkan kesan mendalam dan cermat sehingga memudahkan untuk mengingat kembali sehingga membantu perkembangan psikologis dan daya kreativitas anak13.

3.1.3. Mitos Televisi vs Penelitian Para Ahli Terhadap Manfaat Televisi

Edward R. Murrow (1958) mengatakan, “Alat ini bisa mengajar, bisa memberikan pencerahan, ya, bahkan bisa memberikan ilham. Tetapi ini bisa terwujud hanya bila manusianya bertekad menggunakannya untuk mencapai tujuan – tujuan itu. Kalau tidak, ia cuma sebuah kotak kecil berisi tabung dan

10

Ibid no.5

11

Gopnik, Alison, (2007), Keajaiban Otak Anak, Mizan Media Utama, Bandung

12

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals

13

Ibid no.3

(11)

kabel.” Ada beberapa mitos seputar televisi dan fakta yang terjadi diantaranya yaitu14:

a) Mitos mengenai televisi merupakan media pasif, hal ini disangkal oleh fakta bahwa kenyataannya acara televisi pendidikan bisa secara aktif melibatkan anak, baik fisik maupun intelektual yang berkelanjutan, bahkan sampai setelah acaranya usai.

b) Televisi menghambat pertumbuhan dan mengganggu gelombang otak anak yang sehat, yang mana faktanya adalah pola – pola gelombang otak selama menonton televisi sangat serupa dengan kegiatan otak selama kegiatan – kegiatan lain.

c) Televisi memperpendek rentang perhatian anak – anak, faktanya adalah acara – acara televisi pendidikan bisa benar – benar meningkatkan perhatian dan keterampilan kognitif anak – anak.

d) Jika anak menonton televisi, ia akan menjadi murid yang bodoh, faktanya adalah tergantung pada apa dan seberapa banyak yang ditonton anak. Pelajar yang menonton televisi secara moderat, khusunya televisi pendidikan bisa menjadi pelajar unggulan.

e) Jika anak menonton televisi, ia tak akan menjadi pembaca yang baik, televisi dan buku adalah musuh bebuyutan, yang mana faktanya adalah program – program anak yang bermutu bisa benar – benar memotivasi anak untuk membaca buku dan mencintai kegiatan membaca.

f) Jika anak menonton televisi yang mendidik maupun yang menghibur ia akan mengharapkan gurunya suka menyanyi dan menari, yang mana faktanya adalah anak kecil memahami benar bahwa kedua dunia itu terpisah, begitu pula konvensi – konvensi televisi dan ruang kelas.

Dr. Jack Lyle, yang menjabat sebagai Director of Communication Institute The West Center di depan rapat staf Menteri Penerangan Republik Indonesa mengungkapkan pemikirannya terhadap televisi sebagai media audio visual dalam hal keefektifan menjalankan fungsinya menyatakan bahwa “Televisi menyajikan ‘jendela dunia’. Apa yang kita lihat melalui jendela tersebut membantu untuk berkreasi seperti yang telah disebut beberapa tahun lalu oleh Walter Lippman sebagai ‘gambaran dalam pikiran’, dan gambaran inilah yang merupakan bagian penting dari proses pembelajaran setiap individu, terutama sekali yang berhubungan dengan rasa menghargai orang lain, tempat – tempat,

14

Chen, Milton. Anak – Anak dan Televisi, (1996), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

(12)

situasi – situasi yang tidak setiap orang pernah bertemu secara langsung maupun yang telah memiliki pengalaman.” Selanjutnya televisi sebagai media audio visual menghasilkan pengalaman tiruan (simulated experience), dan justru dari sini akan memberikan kesan mendalam bagi penonton, membuatnya tertarik pada hal – hal baru dan ingin menggali lebih banyak dan mendalam, akan lebih bermanfaat lagi jika televisi dimanfaatkan sebagai media pendidikan.

Patricia Marks Greenfield dan Jessica Beagles-Roos mengadakan penelitian pada anak dengan kelompok usia 6 – 10 tahun dengan cara membandingkan peran televisi dan radio dengan menampilkan suatu cerita yang disertai dengan kegiatan menguji ingatan anak kemudian menganalisa hasil respon anak terhadap kedua media tersebut. Ternyata hasilnya adalah televisi dapat memperjelas peranannya sebagai media pendidikan. Penyajian melalui radio sama halnya dengan yang terjadi di ruang kelas dimana sisi audio lebih dominan untuk dipakai oleh anak karena rangsangannya berupa kata – kata, sedangkan pada televisi ada tambahan berupa ilustrasi visual yang dinamis. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya Media Pendidikan mengutip pendapat A.S. Franklin Durham yang ditulis dalam bukunya Television

In Our School tentang siaran pendidikan untuk sekolah, melalui media massa

televisi sebagai berikut:

“Sebuah komunikasi, televisi adalah unik terhadap kemampuannya untuk menyajikan banyak sisi lain ke dalam ruang kelas. Setiap bantuan rangsangan audio dan visual seperti yang telah kita ketahui dapat diperoleh dari televisi, gambar bergerak, film strip, slide (terutama untuk menyediakan setting untuk produksi drama), rekaman, gambar, peta, dan tak terhitung banyaknya peralatan instruksional yang terlebih lagi memberikan kesempatan pada sekolah untuk menyajikan suasana kesegaran, orisinil, ilustrasi kreatif yang dihasilkan saat ini.”

Pendapat tersebut lebih meyakinkan bahwa melalui media televisi dapat membantu memecahkan masalah – masalah pendidikan, yang berarti bahwa televisi mampu meningkatkan kemampuan belajar. Alih – alih sajian tayangan negatif dari produsen TV, dengan berdasar pada penelitian sebelumnya, sebenarnya televisi adalah media potensial dalam menyampaikan pendidikan, karena dengan adanya televisi dapat memacu mengembangkan daya nalar serta

(13)

daya reka anak sehingga mampu meningkatkan dan mendukung efektivitas dan efisiensi proses belajar anak sebesar 20% – 50%15.

3.1.4. Dukungan Pemerintah Terhadap Perkembangan Media Televisi Sebagai Media Edutainment

Fenomena televisi yang menjadi candu bagi masyarakat saat ini nampaknya menjadi pemikiran serius bagi pihak pemerintah negara – negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Dengan melihat permasalahan dan kondisi yang ada dalam dunia pertelevisian kita yang tidak sehat disertai dengan kondisi pendidikan saat ini, seperti terbatasnya produksi buku dan penyebarannya, jumlah kelas untuk belajar, dan juga jumlah peralatan laboratorium, maka pemerintah begitu sangat melirik pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan masyarakat dari semua jenjang pendidikan maupun praktisi untuk berjalan sesuai dengan arah dan tujuan UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana tercakup di dalamnya kewajiban untuk melakukan peningkatan mutu pendidikan, pemerataan akses pendidikan, faktor geografis, keterbatasan sarana dan prasarana, globalisasi informasi, dan memotivasi masyarakat gemar belajar. Dari latar belakang itulah Departemen Pendidikan Nasional melalui departemen Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom) mulai melakukan persiapan untuk mempunyai stasiun televisi yang khusus menyiarkan pendidikan, dan pada tanggal 12 Oktober 2004, Mendiknas, Malik Fajar meresmikan Stasiun Televisi Pendidikan yang diberi nama Televisi Edukasi (TVE) yang terletak di Ciputat, Jakarta Selatan16.

Materi program siaran pada TV Edukasi meliputi 4 komposisi pokok, yaitu program pendidikan formal (meliputi pendidikan untuk PAUD, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi) sebesar 30%, non formal (paket B, C, dan keterampilan) sebesar 30%, informal (pentas dongeng, lensa siswa, ungkapan budaya, dokumenter, sinetron, micro teaching, science club, fisika itu asyik) sebesar 20%, dan informasi pendidikan (straight news dan feature) sebesar 20%, yang disiarkan melalui 2 sistem distribusi utama, yaitu langsung melalui TVRO (Television Received Only; menggunakan parabola) dan siaran relay melalui TVRI (Televisi Republik Indnesia), dengan menayangkan jadwal siaran formal

15

Ibid no.3

16

Survey data Televisi Edukasi oleh penulis, 01 April 2010

(14)

selama 45 menit/mata pelajaran pada jam – jam sekolah dengan maksud untuk dijadikan sebagai media sumber belajar.

Dengan diwujudkannya TV Edukasi sebagai media home-centered learning (pembelajaran yang berpusat di rumah) membuktikan bahwa pemerintah sangat mendukung lahirnya stasiun televisi yang mendedikasikan diri pada kemajuan belajar anak.

3.2. Latar Belakang Pemilihan Lokasi Kota Surakarta dan Kondisi Penyiaran Televisi

3.2.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi Kota Surakarta

Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan kota Surakarta layak untuk dijadikan lokasi stasiun televisi swasta anak. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain:

1) UU RI No 32 Tahun 2002 memberikan kesempatan perkembangan Lembaga Penyiaran Lokal

Dalam UU No 32/2002 tentang penyiaran, pasal 6 ayat 3 berbunyi “Dalam

sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal.“ Stasiun penyiaran jaringan adalah stasiun televisi

lokal yang bekerja sama dengan stasiun televisi swasta nasional. Munculnya peraturan ini sempat menimbulkan polemik karena dengan demikian stasiun televisi nasional harus mempunyai stasiun penyiaran jaringan (stasiun relay) di setiap daerah di Indonesia, jika tidak maka stasiun televisi nasional tersebut akan menjadi stasiun televisi lokal.

Selain itu pasal 31 ayat 1 undang-undang yang sama menyatakan “Lembaga

penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal.” Hal ini tentunya membuka kesempatan stasiun TV lokal menunjukkan

potensinya, termasuk di kota Surakarta. 2) Mendukung Pengembangan Kota

Perkembangan kota merupakan wujud beberapa kebijakan penting dari bidang pembangunan kota Surakarta yang ditegaskan dalam Rencana Strategis Daerah antara lain17:

17

http://www.surakarta.go.id

(15)

Ø Bidang ekonomi dengan pengembangan industri, revitalisasi obyek-obyek wisata, penggalian obyek dan daya tarik wisata yang baru

Ø Bidang kebudayaan dengan meningkatkan kualitas dan ketahanan budaya, mengembangkan kebudayaan khas yang bersumber dari warisan budaya luhur bangsa dan budaya daerah dan meningkatkan apresiasi seni dan budaya tradisional daerah bagi pengembangan pariwisata daerah.

Ø Bidang komunikasi dan media massa dengan meningkatkan kerjasama kemitraan antara pemerintah kota, media massa dan masyarakat dalam memantapkan kualitas demokrasi dan keseimbangan informasi, meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi dan komunikasi pembangunan dan hasil-hasilnya.

Oleh karena itu pengembangan berbagai bidang pembangunan tersebut dapat dibantu dengan dilakukan promosi melalui media penyiaran, oleh karena itu bisa dikatakan bahwa stasiun televisi dapat membantu pertumbuhan kota. Selain itu potensi kota yang semakin kian berkembang dan dikenal internasional semenjak ditetapkannya Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara internasional melalui event – event kebudayaan seperti Solo International Ethnic Music (SIEM), Solo International Performing Art (SIPA) yang kini rutin digelar setiap tahun dengan dihadiri oleh berbagai kalangan usia artis (termasuk anak – anak dari berbagai negara), dan tak ketinggalan pula gelaran Solo Batik Carnival (SBC) mampu menarik minat pengunjung baik domestik maupun internasional, yang secara tidak langsung memancing investor mengembangkan bisnisnya di kota ini (sebagai contoh, menjamurnya pusat perbelanjaan dan pasar – pasar modern, hotel, apartemen dan lifestyle, misal dibangunya hotel Ibis, Best Western Premier, dan apartemen Solo Paragon yang kesemua unit sudah full booked, bahkan dalam dunia pendidikan kini semakin banyak sekolah bertaraf internasional, khususnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) menjadi sasarannya. Dan tak ketinggalan pula event olah raga yang diselenggarakan di Manahan). Dari beberapa hal tersebut media penyiaran televisi memang patut dibutuhkan untuk memberikan lebih banyak informasi potensi kota melalui promosi, dan ini saatnya pemupukan potensi dan bakat generasi muda (juga sebagai media penguat pondasi anak agar tidak terlarut terjadinya akulturasi budaya yang berlebihan di masa mendatang).

(16)

3.2.2. Kondisi Penyiaran Televisi

Stasiun televisi regional hadir sebagai pionir di kota Surakarta atas nama TA TV (Terang Abadi Televisi) pada bulan April tahun 2004 dengan Channel 50 UHF. PT Terang Abadi Televisi hadir dengan visi memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku, dengan langkah-langkah strategis berupa misi yaitu menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, dan tujuan membangun pola berpikir masyarakat supaya lebih baik lagi, sehingga dapat membangun manusia Indonesia seutuhnya. Dengan menggunakan pemancar 10 KW Sistem terbaru dari Italia yang berada di Patuk Gunung Kidul berjajar dengan tower 2 televisi nasional, TATV mampu menjangkau daerah layanan coverage meliputi Subosukawonosraten (Kota Solo, Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Wonogiri). Propinsi Yogyakarta (Bantul, Sleman, Wonosobo), Magelang, Kebumen, Kudus dan sekitarnya. Sekarang ini TATV sudah menyiar lebih dari 15 jam penyiaran, akhir 2007 menjadi 18 jam penyiaran, dengan pola 60% in house program (program produksi sendiri) dengan mengusung tema kelokalan baik dari segi berita, talk show, maupun hiburannya dengan slogannya TATV MANTEB (MAsa kini daN TEtap berBudaya)18. Namun walau sudah menyajikan produk lokal, bahkan sering menggelar promosi event off air seperti konser musik Ari Lasso di Stadion Sriwedari Solo, launching beberapa produk nasional (Telkomsel Halohybrid, Esia, Suzuki Karimun Estilo, Suzuki New Shogun, dan sebagainya) tampaknya kondisi TA TV sekarang semakin lesu, ditandai dengan beberapa kendala seperti materi program yang kurang menarik (monoton) dan terutama masalah teknis audio dan penampilan layar yang tidak jernih.

4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 4.1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang mengenai kondisi pertelevisian secara global, permasalahan anak dan teman televisinya, kondisi perkembangan kota Surakarta terhadap perkembangan bisnis dan anak ke depan, dan kondisi pertelevisian kota Surakarta saat ini, ditarik suatu permasalahan:

18

http://id.wikipedia.org/wiki/Terang_Abadi_TV

(17)

Bagaimana merancang stasiun televisi swasta anak di Surakarta sebagai media edutainment yang berfungsi sebagai sarana penyiaran program khusus anak berusia 2 sampai dengan 10 tahun dengan disertai fasilitas edukasi rekreatif dan rekreasi edukatif sebagai sarana eksplorasi pengembangan potensi dan bakat anak yang atraktif, informatif, dan komunikatif?

4.2. Persoalan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka persoalan yang harus diselesaikan meliputi:

1) Penentuan jenis kegiatan penyiaran program anak usia 2 – 10 tahun dan pendukungnya yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, dan persyaratan ruang yang harus dipenuhi

2) Penentuan lokasi dan tapak yang sesuai untuk pendirian bangunan stasiun televisi

3) Penentuan pencapaian dan sirkulasi dalam tapak, kaitannya dengan kegiatan pertelevisian

4) Penentuan tata massa bangunan, tata ruang kawasan, dan ekspresi bentuk tampilan bangunan yang disesuaikan dengan karakter bangunan pertelevisian dan anak usia 2 – 10 tahun

5) Penentuan sistem struktur, akustik, dan utilitas yang digunakan dalam bangunan stasiun televisi anak

6) Penentuan bahan dan material yang mampu mendukung fungsi peruangan dan bangunan stasiun televisi anak yang direncanakan

5. TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan Stasiun Televisi Swasta Anak di Surakarta sebagai media edutainment yang berfungsi sebagai sarana penyiaran program khusus anak berusia 2 sampai dengan 10 tahun dengan disertai fasilitas edukasi rekreatif dan rekreasi edukatif sebagai sarana eksplorasi pengembangan potensi dan bakat anak dalam ungkapan visual bangunan yang atraktif, informatif, dan komunikatif.

5.2. Sasaran

Menyusun konsep Stasiun Televisi Swasta Anak yang meliputi :

commit to user

(18)

a) Rumusan konsep jenis kegiatan penyiaran program anak usia 2 – 10 tahun dan pendukungnya yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, dan persyaratan ruang yang harus dipenuhi

b) Rumusan konsep lokasi dan tapak yang sesuai untuk pendirian bangunan stasiun televisi

c) Rumusan konsep pencapaian dan sirkulasi dalam tapak, kaitannya dengan kegiatan pertelevisian

d) Rumusan konsep tata massa bangunan, tata ruang kawasan, dan ekspresi bentuk tampilan bangunan yang disesuaikan dengan karakter bangunan pertelevisian dan anak usia 2 – 10 tahun

e) Rumusan konsep sistem struktur, akustik, dan utilitas yang digunakan dalam bangunan stasiun televisi anak

f) Rumusan konsep bahan dan material yang mampu mendukung fungsi peruangan dan bangunan stasiun televisi anak yang direncanakan

6. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN 6.1. Lingkup Pembahasan

Pembahasan diorientasikan pada hal-hal untuk menjawab permasalahan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur yang sesuai dengan tujuan sasaran dan berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan stasiun televisi swasta anak di Surakarta

6.2. Batasan Pembahasan

Pembahasan dibatasi pada pemecahan permasalahan arsitektural bangunan dengan didasari pada pendekatan konsep perencanaan dan perancangan.

7. METODE PEMBAHASAN

Untuk mempermudah pemahaman, pembahasan dikemukakan dengan cara mengupas hal- hal yang bersifat umum ke hal- hal yang bersifat khusus. Tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

7.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a) Studi literatur: diperoleh dari buku referensi maupun tulisan yang membahas tentang keterkaitannya dengan judul konsep project tugas akhir yang diajukan

(19)

b) Studi lapangan: data didasarkan pada hasil survey yang berupa wawancara dengan sumber-sumber yang terkait, data teknis dan data dokumentasi c) Studi komparasi: membuat perbandingan dengan objek sejenis yang sudah

ada

7.2. Analisa Data

Dilakukan pengolahan data-data yang telah terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan pemrograman fungsional dan arsitektural yang mengacu pada: a. Analisa fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan stasiun

televisi, termasuk kegiatan pengguna, kebutuhan dan aktivitas pertelevisian. b. Analisa arsitektural bertujuan untuk menganalisa masalah persyaratan atau

kriteria pemilihan site, pengolahan site, persyaratan dan program ruang, bentuk massa, ruang, tampilan, material dan struktur bangunan yang menyatukan antara tuntutan kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada.

Analisa yang dilakukan dikaitkan dengan permasalahan yang ada sehingga menghasilkan sintesa dan kesimpulan sebagai faktor- faktor pemecahan dan dasar dalam penyusunan konsep untuk mencapai tujuan dan sasaran. Penyusunan konsep kemudian dibahas dan disajikan dengan cara deskriptif disertai gambar dan diungkapkan dengan cara yang sistematis.

7.3. Konsep Perencanaan dan Perancangan

Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilkan beberapa konsep yaitu konsep lokasi dan site, konsep tata landscape, konsep tata massa, konsep peruangan, konsep tampilan bangunan, konsep material, struktur, dan utilitas bangunan.

8. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang pengertian judul, latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan Stasiun Televisi Swasta Anak di Surakarta yang direncanakan.

(20)

BAB II TINJAUAN TEORI

Memaparkan tinjauan teori mengenai dunia penyiaran, televisi, akustik studio, dunia anak, dan studi komparasi objek stasiun televisi yang telah ada.

BAB III TINJAUAN SURAKARTA

Tinjauan umum kota Surakarta, kondisi eksisting kawasan perencanaan dan potensi-potensi yang ada sebagai lokasi Stasiun Televisi Swasta di Surakarta yang direncanakan.

BAB IV STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA YANG

DIRENCANAKAN

Menguraikan pembahasan mengenai stasiun televisi yang direncanakan beserta pendekatan-pendekatannya.

BAB V ANALISA DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA

Berisi analisa pendekatan perencanaan dan perancangan yang mencakup analisa pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan lokasi, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, site, pencapaian, orientasi, gubahan massa, sistem material akustik, struktur, dan utilitas bangunan yang nantinya menjadi konsep dasar perencanaan dan perancangan bentuk fisik bangunan Stasiun Televisi Anak.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN

TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA

Penyajian rumusan konsep sebagai hasil dari pembahasan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, untuk kemudian digunakan sebagai dasar perancangan desain fisik Stasiun Televisi Swasta Anak di Surakarta.

(21)

Gambar 3.1 Peta Kota Surakarta

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

BAB III

TINJAUAN SURAKARTA

1. KONDISI FISIK

Kota Surakarta terletak antara 1100 – 1110 BT dan 7,60 – 80 LS. Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata–rata 92 m di atas permukaan air laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata– rata (0–3)0. Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang lebih 50. Sebagian besar tanahnya berupa tanah liat dengan pasir (regosol kelabu). Di bagian utara pada beberapa tempat berupa tanah padas dan agak berbatu.

Kota Surakarta memiliki iklim tropis dengan musim kemarau dan musim hujan. Kelembapan udara kota sebesar 73 %. Curah hujan rata–rata 2.200 % mm/ tahun. Suhu udara rata–rata 260, suhu udara maksimum 32,300 C, dan suhu udara minimum 21,700 C1.

Luas wilayah Kota Surakarta adalah 440,040 km (4.404ha), terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Secara administrasi kota Surakarta berbatasan dengan:

» Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali » Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar » Selatan : Kabupaten Sukoharjo

» Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

1

http://www.surakarta.go.id

81

commit to user

(22)

2. KONDISI NON FISIK 2.1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana kota Surakarta yang cukup penting meliputi jalan, angkutan darat dan udara, lembaga perbankan, telekomunikasi dan lain-lain. Untuk sarana angkutan darat di wilayah kota Surakarta terdapat teminal bis Tirtonadi, Stasiun Balapan, Porwosari, Jebres. Sedangkan untuk sarana angkutan udara terdapat bandara Adi Sumarmo sebagai bandara internasional.

2.2. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta

Berdasarkan Permendagri No. 2 Tahun 1987 dan Kepmen No. 640/KPTS/1986, RUTRK kota Surakarta bertujuan untuk memberikan arahan penataan ruang kota secara makro yang diharapkan menjadi dasar pedoman pelaksanaan pembangunan kota. Sejalan dengan hal tersebut, maka keberadaan Stasiun Televisi Swasta Anak di Surakarta disesuaikan relevansinya dengan segi perencanaan kota.

A. Fungsi dan Peran Kotamadya Surakarta

1) Fungsi khusus guna pengembangan Trikrida Utama, yang diharapkan menjadi jati diri kota, yaitu pengembangan pariwisata, budaya dan olahraga.

2) Fungsi umum, yaitu pembangunan sektor industri, pendidikan dan administrasi.

3) Peran kawasan sebagai Pusat Kota Wilayah Perkotaan Surakarta, peran makro sebagai pusat pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah.

B. Rencana Pembagian Satuan Wilayah Pengembangan

Berdasarkan Perda No. 1 tahun 1989, wilayah Kota Surakarta dibagi dalam 4 wilayah pengembangan, yaitu :

Penggunaan Ruang Kota RUTRK

Ha % Wisata budaya 99,9 2,25 Olahraga 79,27 1,00 Jasa Wisata 55,05 1,25 Perdagangan 264,24 6,00 Perkantoran komersial 44,04 1,00 Perkantoran pemerintah 77,07 1,75 Pendidikan 253,23 5,75 Fasilitas Sosial 121,11 2,75 Fasilitas Transportasi 44,04 1,00 Industri 85,88 2,00 Perumahan 2.642,44 60,00 Ruang terbuka 22,02 0,05 Fasilitas Khusus 11,01 0,25

Lain-lain (jalan sungai, dll) 605,58 0,25

Jumlah 4.404,07 13,70 Tabel 3.1 Penggunaan ruang kota menurut RUTRK

(Sumber: Bappeda Surakarta)

(23)

· Wilayah Pengembangan Utara. · Wilayah Pengembangan Barat. · Wilayah Pengembangan Timur, dan · Wilayah Pengembangan Selatan.

Secara makro, perkembangan tata ruang Surakarta dicirikan sebagai daerah transisi antara kegiatan perumahan dan kegiatan komersial dan fasilitas umum yang berkembang di dalam wilayah administratif Kotamadya Surakarta. Di dalam wilayah kotamadya, pusat kota berkembang di sekitar dua keraton, yaitu Kasunan dan Mangkunegaraan yang berkembang menjadi daerah perdagangan atau niaga, perkantoran, dan hiburan serta jasa. Pusat-pusat kegiatan lain diluar pusat kota, berkembang menjadi satelit pusat kota. Beberapa satelit pusat kota berkembang secara linear maupun terpusat. Kegiatan-kegiatan yang ada berkembang menjadi daerah komersial, niaga, dan jasa terutama di jalan-jalan utama dan daerah elite2.

RUTRK sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan memuat rencana pembagian satuan wilayah pengembangan. Wilayah Kotamadya Surakarta dibagi menjadi 4 wilayah pengembangan. yang terbagi dalam 10 Sub Wilayah Pengembangan (SWP). Pembagiannya sebagai berikut :

1) SWP I dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Pucangsawit meliputi 6 kelurahan (Pucang Sawit, Jagalan, Sewu, dan Semanggi).

2) SWP II dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kampung Baru meliputi 12 kelurahan (Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan,

2

RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013, Hal II.2

Wilayah pengembangan Barat (Pabelan, Kartasura) Wilayah pengembangan Timur (Palur, Jaten)

Wilayah Pengembangan Selatan (Grogol, Baki,

Mojolaban) 1100 BT 1110 BT 7.60 LS 80 LS Wilayah Pengembangan Utara (Colomadu)

Gambar 3.2 Rencana pengembangan wilayah

(Sumber: RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013)

(24)

Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Sudiroprajan)

3) SWP III dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Gajahan meliputi 12 kelurahan (Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasarkliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu, dan Joyosuran)

4) SWP IV dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sriwedari meliputi 8 kelurahan (Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen)

5) SWP V pusat pertumbuhan di Kelurahan Sondakan meliputi 3 kelurahan (Pajang, Laweyan, Sondakan)

6) SWP VI dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jajar meliputi kelurahan (Karang Asem, Jajar, Kerten)

7) SWP VII dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Sumber meliputi 2 kelurahan (Sumber, Banyuanyar)

8) SWP VIII dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Jebres meliputi 2 kelurahan (Jebres, Tegalharjo)

9) SWP IX dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Kadipiro meliputi 2 kelurahan (Kadipiro, Nusukan)

10) SWP X dengan pusat pertumbuhan di Kelurahan Mojosongo meliputi 1 kelurahan (Mojosongo)

C. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota

Mencakup arah pemanfaatan ruang kota yang menggambarkan lokasi intensitas tiap bangunan. Kegiatan yang disediakan ruangnya dalam wilayah

Gambar 3.3 Peta satuan wilayah pembangunan daerah Surakarta

(Sumber: RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013) IX : Potensi industri

VIII : Potensi pendidikan, industri

dan wisata

I : Potensi industri dan wisata

III : Potensi wisata, budaya dan perdagangan II : Potensi wisata,

budaya dan olahraga IV : Potensi pendidikan

dan home industri V : Potensi pendidikan VI : Potensi pendidikan,

industri dan wisata

VII : Potensi perumahan X : Potensi perumahan

(25)

Kotamadya Dati II Surakarta mengacu pada pengembangan delapan fungsi di masa mendatang, yaitu : areal pariwisata, kebudayaan, olah raga, relokasi industri, pendidikan, perniagaan, pertokoan dan perbelanjaan, arel perkantoran, serta lingkungan perumahan. Kedelapan fungsi tersebut akan dikembangkan hingga tahun 2013, merupakan aktivitas primer Kodya Dati II Surakarta.

SWP POTENSI LOKASI

Wisata Budaya OR Industri Pendidikan Dagang Kantor Rmh

I X Pucang sawit II X X X X Mangkunegaran, balaikota, kawasan Komersial III X X X Keraton, kawasan komersial IV X X Sriwedari, balai kambang, Manahan V X Sondakan, Laweyan VI X X Jajar VII X Sumber, Banyuanyar

VIII X X X Taman jurug,

UNS, kawasan Komersial

IX X X Kadipiro

Dari Peta Satuan Wilayah Pembangunan dan Tata Guna Lahan Daerah serta potensi penyediaan ruang untuk fungsi kota Surakarta di atas, wilayah yang sesuai untuk didirikan Stasiun Televisi Swasta adalah pada SWP VI, dengan pertimbangan yaitu sesuai daerah peruntukan fasilitas perkantoran dan pendidikan, keberadaan lokasi tidak terlalu jauh dari pusat kota, dan kemudahan akses dari dalam maupun luar kota.

D. Rencana Penataan Bangunan

1) Penataan Lingkungan dan Bangunan

Penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di kota Surakarta :

a. Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 4 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.

b. Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 8 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 Lantai untuk perumahan.

Tabel 3.2 Potensi lokasi dalam penyediaan ruang untuk fungsi kota

(Sumber: RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013)

(26)

c. Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min. 9 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 Lantai untuk industri.

2) Penataan Bangunan Bertingkat Banyak a. Sangat potensial

Sepanjang jalan Slamet Riyadi, Urip Sumoharjo, Sudirman, Yos Sudarso, Gatot Subroto, dan Dr. Rajiman (Coyudan).

b. Potensial

Sepanjang jalan A.Yani, Kapt. Mulyadi, Gajah Mada, Sutan Syahrir, S. Parman, Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kol. Sutarto.

c. Cukup potensial

Sepanjang jalam R.M. Said, Akhmad Dahlan, Juanda Teuku Umar, Ronggowarsito, Kartini, Monginsidi, Dr. Rajiman (Laweyan), Adi Sucipto, Dr. Moewardi, dan Katamso.

3) Penataan Perpetakan Bangunan Jalan – Jalan Utama

a. Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak > 5000 m2 untuk KB min 9 lantai

b. Kawasan untuk peruntukan dan penggal jalan dengan petak 2000-5000m2 untuk KB max 8 lantai.

c. Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak 1000-2500m2 untuk KB max 4 lantai.

d. Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak < 1000 m2 untuk KB max 2 lantai.

4) Penataan Ketinggian Bangunan

Materi atau kriteria perancangan yang diatur dalam penataan ketinggian bangunan adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum pada jalan-jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta yaitu: a. Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan tidak

bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan dengan Angka Luas Lantai = 2 x Angka Lantai Dasar

b. Ketinggian Bangunan Rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan minimum 12m dan lantai dasar dan dengan Angka Luas Lantai maksimum = 4xAngka Lantai Dasar.

commit to user

(27)

c. Ketinggian Bangunan Sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimim 36m dan minimum 24m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai maksimum = 8xAngka Lantai Dasar.

d. Ketinggian Bangunan Tinggi, yaitu blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai dengan tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai minimum = 9xAngka Lantai Dasar, maksimum 20 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai = 20xAngka Lantai Dasar.

2.3. Kondisi Kependudukan

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2011 adalah 500.642 jiwa terdiri dari 243.363 laki-laki dan 257.279 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2007 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708 jiwa. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa3.

Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Soloraya - Surakarta + Kartasura, Colomadu, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km2. Penduduknya berjumlah 850.000 jiwa.

3

Surakarta, dalam Retrobibliothek Online dari Meyers Knversationslexikon, Leipzig & Wien. 1885-1892

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Pria Wanita Pria dan

Wanita 0-4 18.880 16.284 35.164 5-9 17.936 23.128 41.064 10-14 21.476 24.780 46.256 15-19 24.072 24.072 48.144 20-24 22.656 29.264 51.920 25-29 24.072 24.544 48.916 30-34 20.296 23.128 43.424 35-39 20.296 23.836 44.132 40-44 19.588 21.240 40.828 45-49 16.992 16.048 33.040 50-54 12.744 13.452 26.196 55-59 9.204 10.620 19.824 60-64 8.024 11.564 19.588 65+ 14.632 21.712 36.344 Jumlah 250.868 283.672 500.642 Tabel 3.3 Jumlah penduduk kota Surakarta tahun 2011

(Sumber: www.surakarta.go.id)

(28)

B. Penggolongan Penduduk Berdasar Kegiatan

Jenis Kegiatan Jenis Kelamin

Pria Wanita Jumlah

Bekerja 131.452 83.544 214.996

Pengangguran 17.228 8.968 26.196

Angkatan Kerja 148.680 92.512 241.192

Sekolah 28.792 30.208 59.000

Mengurus Rumah Tangga 6.608 90.624 97.232

Lainnya 8.496 6.316 14.632

Bukan Angkatan Kerja 43.896 126.968 170.864

Usia Kerja 192.576 219.480 412.056

Bukan Usia Kerja (15 Th Keatas)

58.292 64.192 122.484

C. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Indonesia (SUSENAS), jumlah penduduk kota Surakarta mencapai 534.540 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 84,44, yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 88 penduduk laki-laki.

Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta mencapai 12.716 jiwa/km2. Adapun proyeksi tambahan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

2.4. Kondisi Perekonomian

Surakarta merupakan kota terbesar kedua di Jawa Tengah yang layak untuk dijadikan tujuan investasi. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya adalah: 1. Kondisi perekonomian dan sosial politik yang relatif stabil menjadikannya

sebagai tempat yang nyaman untuk berinvestasi.

2. Penduduknya memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang beragam ditunjukkan dengan banyaknya universitas, akademi, sekolah tinggi, dan institut. Menjadikan Surakarta sebagai penghasil sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Lokasi yang strategis di kawasan perdagangan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, Semarang) memudahkan untuk terkoneksi satu sama lain.

4. Beberapa industri mempunyai prospek ekonomi yang cukup baik.

Tahun Luas (km2) Jumlah penduduk (jiwa) Tk. Kepadatan (jiwa/km2) 1992 44,040 519.997 11.807 1993 44,040 527.767 11.984 1998 44,040 568.280 12.904 2003 44,040 602.910 13.690 2008 44,040 639.650 14.524 2013 44,040 678.620 15.409

Tabel 3.4 Penggolongan jumlah penduduk berdasar kegiatan

(Sumber: www.surakarta.go.id)

Tabel 3.5 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta

(Sumber: Biro Pusat Statistik)

(29)

5. Pelayanan perizinan investasi yang dapat dipercaya, efisien, mudah dan transparan.

Adapun potensi Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Surakarta, kota dagang bersejarah yang hingga saat ini masih memegang peranan sebagai pusat perdagangan dan jasa di wilayah Solo. Kota ini menawarkan kesempatan yang begitu besar karena didukung oleh letak kota yang strategis sebagai salah satu titik pusat perdagangan di Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang), dekat dengan Bandara Internasional Adi Sumarmo, dan didukung oleh infrastruktur lainnya seperti terminal antar propinsi, Stasiun Kereta Api Antar Propinsi, Rumah Sakit Nasional terkemuka, Hotel Bintang Lima, Universitas Terkemuka, Pusat Perbelanjaan Besar dan kondisi jalan raya yang baik. Tradisi manufaktur serta kualitas institusi pendidikan yang dimiliki menjadikan kota ini memiliki angkatan kerja yang berdaya jual untuk menarik investor baik dari dalam maupun luar negeri.

2. Wisatawan baik domestik maupun mancanagera merasakan kebanggaan tersendiri ketika mengunjungi kota sejarah ini saat menyaksikan kemegahan budaya dan peninggalan sejarah kerajaan pada masa itu. Ketenangan, keramahtamahan masyarakatnya serta industri pariwisata Keraton Surakarta menjadi prospek usaha luar biasa yang ditawarkan kota ini.

3. Dalam hal potensi investasi, kota yang dibatas oleh sungai Bengawan Solo di bagian timur dan selatan ini dikenal sebagai kota yang fokus terhadap sektor Manufaktur dengan angka kontribusi sebesar 25% diikuti dengan perdagangan, restoran & hotel yang menyumbang 22,02%. Kota ini juga dikenal dalam sektor keuangan, pusat perdagangan dan jasa di wilayah Solo dan penyedia tulang punggung manufaktur yang penting.

4. Hampir semua produk yang dihasilkan dipasarkan keluar wilayah melalui jalur Surakarta itu sendiri, sehingga kota ini juga dikenal sebagai pusat pemasaran hasil pertanian. Potensi yang kuat dalam peranannya sebagai pusat distribusi dan bidang jasa menjadikan bidang tersebut fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut.

3. RELEVANSI STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA 3.1. Perkembangan Dunia Penyiaran Di Surakarta

Seiring dengan pertumbuhan kota yang semakin pesat skala nasional dan internasional maka aktivitas di dalamnya pun mengalami tuntutan kualitas

commit to user

(30)

fasilitas, Sumber Daya Manusia, begitu pula informasi menjadi sangat penting untuk diikuti setiap waktu sebagai respon. Saat ini perkembangan dunia penyiaran di kota Surakarta belum mengalami geliat nyata. RRI sebagai tonggak sejarah hadirnya stasiun radio pertama milik pemerintah tidak mampu berkembang, bahkan stasiun televisi lokal satu – satunya di Surakarta, TA TV, juga belum mampu merepresentasikan dirinya sebagai media efektif penyaji program siaran secara audio visual (terlebih program bagi anak sebagai tunas bangsa) dan fasilitas stasiun televisi yang ideal.

3.2. Fasilitas Edutainment Sebagai Sarana Pengembangan Potensi Anak di Surakarta

Aktivitas anak yang dilakukan setiap hari adalah bersekolah, menonton televisi, dan bermain. Nampaknya kegiatan menonton televisi yang semakin menggeser kegiatan anak bermain merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan mengingat sudah terjadi perubahan gaya hidup. Orang tua sekarang ini sulit memaksa anak untuk tidak menonton televisi, bahkan membatasi waktu bermain. Hal ini sangat merugikan karena anak (dalam hal ini usia 2 – 10 tahun) memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk memperoleh informasi sebagai kegiatan belajar mereka dalam rangka memenuhi kewajiban tugas perkembangan hidup. Di kota Surakarta sendiri stasiun televisi TA TV yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan anak tersebut baik dari unsur informasi/edukasi maupun hiburannya, dan kondisi fasilitas edutainment anak yang ada di kota Surakarta sendiri saat ini seperti kursus akademik yang tersebar penjuru daerah di Surakarta, kursus musik Purwacaraka, kursus drum milik Gilang Ramadan, kursus menyanyi Elfa’s Music, sanggar tari dalam lingkungan keraton, fasilitas olahraga di Manahan, wahana bermain Taman Hiburan Sriwedari (THR), Timezone, dan Amazone berupa wadah pengembangan yang terpisah – pisah.

3.3. Potensi Dan Kebutuhan Stasiun Televisi Swasta Anak Di Surakarta

Melihat tinjauan kota Surakarta dan perkembangannya, terutama pada kondisi anak maka dibutuhkan stasiun televisi swasta anak sebagai media edutainment di Surakarta, sebagai wadah pengembangan potensi anak berusia 2 hingga 10 tahun. Hal ini didukung oleh peraturan Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Bab III Pasal 6 ayat 3 yang berbunyi “Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan

commit to user

(31)

yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal”, bahwa lembaga penyiaran kini tidak hanya dikuasai oleh jaringan pertelevisian nasional saja namun dapat memberi kebebasan berdirinya stasiun – stasiun televisi di luar metropolitan, sehingga daerah mampu menampilkan potensi lokalnya melalui stasiun televisi lokal yang dikelola secara mandiri oleh swasta. Ini berarti stasiun televisi yang direncanakan pada awal pendiriannya berskala dan berskope regional pada batas waktu secepatnya berkembang menjadi nasional. Pada khususnya stasiun televisi yang direncanakan diperuntukkan bagi anak, namun pada umumnya secara ketenagakerjaan stasiun televisi membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, ini berarti dalam cara pandang yang luas stasiun televisi secara tidak langsung membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. Dan dengan berbagai pertimbangan di atas pula kota Surakarta memiliki potensi pemasaran yang cukup menguntungkan khususnya dalam bidang pertelevisian dan informasi modern.

(32)

BAB IV

STASIUN TELEVISI SWASTA ANAK DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN

1. PENGERTIAN

Stasiun televisi swasta anak di Surakarta sebagai media edutainment yang direncanakan adalah sebuah wadah yang berfungsi sebagai sarana penyiaran program khusus anak berusia 2 sampai dengan 10 tahun bermuatan edukasi rekreatif yang bersifat memberikan informasi dan pengetahuan dan memotivasi belajar anak demi menunjang prestasinya di sekolah, dengan dikemas secara atraktif dan menyenangkan (program keagamaan, flora dan fauna, dan program mata pelajaran dari TV Edukasi) dan rekreasi edukatif yang memberi sajian hiburan atraktif dan bersifat edukatif bagi pengembangan potensi anak (program bernyanyi, pertunjukan hasil karya, bermain profesi, panggung boneka, penemuan, sejarah budaya, program bahasa dan seni, program keterampilan, program kebudayaan, program kesehatan dan olahraga, imajinasi, komedi, kuis, dan petualangan, dikemas dalam kelompok program musik, drama, permainan, dan pertunjukan) dengan disertai fasilitas anak yang mewadahi kegiatan yang juga bersifat edukasi rekreatif (segala jenis kegiatan menggali informasi dan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyenangkan, seperti kursus penyiaran, kursus seni pertunjukan, kursus musik modern, penggalian aktivitas di perpustakaan, internet café, pameran) dan rekreasi edukatif (segala jenis kegiatan yang bersifat hiburan atraktif dan bersifat edukatif bagi pengembangan potensi anak seperti eksplorasi bermain outdoor seperti bermain pasir, kejar – kejaran, petak umpet, bermain ayunan, berkebun, melakukan percobaan ilmiah, dan eksplorasi bermain indoor seperti kegiatan mengenal geometri, bermain puzzle, strategi, kegiatan dongeng dan diskusi) sebagai sarana eksplorasi pengembangan potensi dan bakat anak yang berlokasi di kota Surakarta.

» Dalam hal ini stasiun televisi swasta anak yang direncanakan merelay program mata pelajaran formal dari TV E dengan maksud untuk mendukung program pemerintah melaksanakan arah dan tujuan UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan amanat UUD 1945 dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemerataan pendidikan. Acara disiarkan pada jam – jam tertentu atas kerja sama dengan TV E yang

92

commit to user

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kota Surakarta  (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tabel 3.1 Penggunaan ruang kota menurut RUTRK  (Sumber: Bappeda Surakarta)
Gambar 3.2 Rencana pengembangan wilayah  (Sumber: RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013)
Gambar 3.3 Peta satuan wilayah pembangunan daerah Surakarta  (Sumber: RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan mencari tahu apakah audiens merasa puas dengan stasiun televisi swasta nasional, berdasarkan motif dan kepuasan yang sama dengan penelitian

Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli

Berdasarkan analisis fungsi dan program ruang yang terdiri dari analisis pelaku, kegiatan, kebutuhan ruang dan persyaratan ruang, disimpulkan bahwa kawasan stasiun

Dalam siaran persnya terkait perkembangan implementasi Sistem Stasiun Jaringan, 28 Desember 2009 yang lalu, Depkominfo menyatakan bahwa10 Lembaga Penyiaran Swasta Televisi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan berbagai merek siaran berita stasiun televisi swasta berdasarkan dimensi ekuitas mereknya, dengan memfokuskan pada empat

Skripsi dengan judul AKTIFITAS PERSIAPAN STASIUN TELEVISI MENUJU SISTEM PENYIARAN TELEVISI DIGITAL (Studi Kasus pada MNC Group Jawa Timur) ini bisa memberikan masukan

Beberapa acara kesenian Tradisional pernah menjadi acara favorit dibeberapa stasiun televisi swasta (Favorit tentunya berdasarkan rating, menurut data Survey Research

Pilihan Bahasa Iklan Di Stasiun Televisi Swasta; Iffah Rahmawati, 070210402087; 2011; 99 halaman; Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Jurusan Pendidikan