SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh:
MOCH. ISMAIL HIDAYAT 0513010302/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
MOCH. ISMAIL HIDAYAT
0513010302/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY
RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang Diajukan
MOCH.ISMAIL HIDAYAT 0513010302/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Muslimin, Msi Tanggal : 03 - 05- 2010
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang Diajukan
MOCH.ISMAIL HIDAYAT 0513010302/FE/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Muslimin, Msi Tanggal : 31 – 03 - 2010
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY
RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang Diajukan Oleh
MOCH.ISMAIL HIDAYAT 0513010302/FE/EA
Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Muslimin, Msi Tanggal : 25 – 02 - 2010
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Moch. Ismail Hidayat
0513010302/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima Oleh tim penguji skripsi
Jurusan akuntansi fakultas ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada 21 Mei 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs.Ec. H. Muslimin, Msi Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi
Sekretaris
Drs. Ec. Hero Priono, Msi Anggota
Drs.Ec. H. Muslimin, Msi
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURES DI BURSA EFEK INDONESIA.” dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan program Sarjana Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi pada
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulisan menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu DR. Sri Trinaningsih, MSi, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
5. Para dosen staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibuku yang tercinta, serta buat saudara-saudara yang tersayang,
tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang
sebanyak-banyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, serta memberikan
curahan kasih sayangnya skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu
pengetahuan.
Surabaya, Mei 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
ABSTRAK... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 11
2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Kajian Teori ... 16
2.2.1. Pasar Modal ... 16
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 16
2.2.1.2. Fungsi Pasar Modal ... 18
2.2.1.3. Macam-macam Pasar Modal... 20
2.2.2. Saham ... 21
2.2.2.1. Pengertian Saham ... 21
2.2.2.2. Harga Saham ... 23
2.2.2.3. Pendekatan Nilai Saham ... 24
2.2.2.4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi harga saham ………... 26
2.2.3. Analisis Rasio ... 27
2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio………. ... 27
2.2.3.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan ……….. 27
2.2.4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham ... 28
2.2.5. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Harga Saham ... 31
2.2.5.1 Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham ... 31
2.2.5.2 Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham ... 32
2.2.5.3 Debt Ratio (DR) Terhadap Harga Saham ... 33
2.2.6. Pengaruh ROA, DER, dan DR Terhadap Harga Saham ... 34
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.1.1. Definisi Operasional ... 37
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.3.1. Jenis Data ... 41
3.3.2. Sumber Data ... 41
3.3.3. Pengumpulan Data ... 41
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 42
3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 42
3.4.2. Uji Hipotesis ... 45
3.4.3. Teknik Analisis ... 47
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48
4.1.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia ... 48
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Yang Menjadi Obyek Penelitian ... 49
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51
4.2.1. ReturnOn Assets (X1) ... 51
4.2.2. Debt to Equity Ratio (X2) ... 52
4.2.3. Debt Ratio (X3) ... 53
4.2.4. Harga Saham (Y) ... 54
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56
4.3.1. Uji Asumsi Klasik ... 56
4.3.1.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum Perbaikan Multikolinieritas... 60
4.3.1.2 Uji Asumsi Klasik Setelah Perbaikan Data ... 62
4.3.2. Uji Hipotesis ... 64
4.3.3. Teknik Analisis ... 67
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
4.5. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 69
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
.
vii
Tabel 1.1 Harga Saham ... 7
Tabel 1.2 Rasio Keuangan ... 7
Tabel 3.1 Tabel Kriteria Durbin Watson... 43
Tabel 4.1 Data Return On Assets tahun 2005-2008 ... 51
Tabel 4.2 Data Debt to Equity Ratio tahun 2005-2008 ... 52
Tabel 4.3 Data Debt Ratio tahun 2005-2008... 53
Tabel 4.4 Harga Saham tahun 2005-2008... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 56
Tabel 4.6 Model Summaryb... 57
Tabel 4.7 Nilai VIF (Variance Inflation Factor)... 58
Tabel 4.8 Hasil Korelasi RankSpearman... 59
Tabel 4.9 Hasil Uji F sebelum Perbaikan Multikolinieritas ... 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Setelah Perbaikan Data ... 62
Tabel 4.11 Model Summaryb Setelah Perbaikan Data ... 62
Tabel 4.12 Nilai VIF Setelah Perbaikan Data ... 63
Tabel 4.13 Hasil Korelasi RankSpearman Setelah Perbaikan Data ... 64
Tabel 4.14 Hasil Uji F Setelah Perbaikan Data ... 64
Tabel 4.15 Hasil Uji t Setelah Perbaikan Data... 66
Tabel 4.16 Model Regresi ... 67
Oleh :
MOCH ISMAIL HIDAYAT
Abstrak
Bursa efek atau pasar modal mempunyai peranan penting baik bagi badan usaha, investor maupun pemerintah. Dalam pasar modal, investor memainkan peranan sentralnya yaitu dengan membeli dan menjual saham atau surat-surat berharga lainnya melalui perusahaan-perusahaan efek yang terdaftar resmi di bursa. Sebelum menginvestasikan dananya investor perlu melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan yaitu meliputi : Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt Ratio (DR).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan Tobacco Manufacturers yang go public dan terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2005 – 2008, sedangkan jenis data yang digunakan adalah data sekunder menggunakan teknik analisis regresi linear berganda untuk tiga predictor, akan tetapi agar diperoleh hasil penelitian yang baik, maka dilakukan trimming (membuang) variabel Debt Ratio, karena memiliki nilai VIF paling besar.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data, dapat diketahui Return On Assets dan Debt to Equity Ratio secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Pernyataan ini didasarkan pada hasil pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F yang menghasilkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,111. Dari hasil uji t secara parsial diketahui bahwa Return On Assets dan Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Return On Assets dengan sig 0,056 > nilai α (0,05), Debt To Equity Ratio dengan nilai sig. 0,111 > nilai α (0,05), maka variabel Debt To Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga Saham.
Keyword : ReturnOn Assets, DebttoEquity Ratio, Debt Ratio dan Harga Saham.
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi sekarang ini, bisnis di Indonesia mengalami
persaingan yang ketat dan berupaya untuk menjadi perusahaan yang
terbaik dari perusahaan yang lain, hal tersebut mempengaruhi pola
perdagangan negara menjadi semakin terbuka, dalam dunia usaha yang
terlibat antara lain manajemen, pemegang saham, pemerintah, kreditur,
dan yang harus berfikir secara global.
Faktor yang menentukan keberhasilan proses pelaksanaan
pembangunan yang sesuai dengan pola perdagangan global adalah
faktor dana untuk investasi baik dari pemerintah (berasal dari
penanaman modal dalam negeri) atau dari pihak swasta (berasal dari
modal asing), untuk membiayai pembiayaan dari semua sektor
diperlukan investasi yang cukup besar, diantaranya dengan menggali
dana dari masyarakat yang salah satu sasarannya adalah mengaktifkan
kegiatan pasar modal.
Investasi mempunyai peranan penting dalam perekonomian.
Negara yang sedang membangun membutuhkan dana yang besar untuk
investasi, sehingga pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada modal
yang tersedia, banyak cara melakukan investasi, salah satunya melalui
akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat di dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan
selain dari pinjaman luar negeri dan perbankan.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan
(menghindarkan perusahaan dari debt to equity ratio yang tinggi) dan
meningkatkan nilai perusahaan yang go public, bagi emiten, pasar
modal merupakan lahan untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk
modal investasi, sementara bagi investor, pasar modal merupakan
jembatan yang menghubungkan antara penyedia dana yang disebut
investor dengan pengelola dana yang disebut emiten (Ardianto, 2007:
405).
Saham sebagai salah satu alternatif media investasi pada pasar
modal memiliki tingkat risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan
tabungan atau deposito yang saat ini dijamin pemerintah. Namun,
saham juga memiliki potensi tingkat keuntungan yang lebih besar. Hal
ini disebabkan pendapatan yang tidak pasti, dimana pendapatan saham
yang diterima terdiri dari dividen (bagian laba yang dibagikan) dan
capital gain (kenaikan harga saham). Stockholders mengharapkan
pendapatan saham tersebut haruslah lebih besar atau sama dengan
pendapatan yang diharapkan (expected return) dan tingkat risiko (risk),
dalam penanaman modal akan menghitung capital gain dan capital
Seorang investor yang rasional dalam mengambil keputusan
investasi saham didahului dengan proses analisis laporan keuangan
perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya melalui pasar modal.
Analisis terhadap laporan keuangan tersebut akan menggambarkan
kinerja perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh emiten merupakan salah satu pedoman
yang penting bagi investor untuk melihat kondisi emiten tersebut. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, yang juga berarti telah menjual saham-sahamnya kepada
publik, wajib mengumumkan laporan keuangannya secara periodik
(Ardianto, 2007: 406)
Sebelum menginvestasikan dananya, investor perlu melakukan
analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan, karena itu investor harus selalu waspada terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar modal
yang dapat mengurangi keuntungan investor, pada kondisi ini peranan
laporan keuangan sangat penting bagi investor.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut, maka dapat diketahui
kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas usahanya
secara efisien dan efektif (dalam hal ini penggunaan modal) serta untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap kemampuan
perusahaan tersebut untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan
dalam menganalisis laporan keuangan yang dapat digunakan sebagian
dari faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi
harga saham.
Analisis harga saham merupakan hal yang sangat mendasar yang
harus dilakukan oleh pemodal saham sebelum melakukan investasi pada
suatu saham., tanpa dianalisis yang akurat dan rasional, kemungkinan
pemodal akan memperoleh kerugian yang besar, dalam analisis terhadap
harga saham yang sebenarnya merupakan suatu perkembangan dari
analisis keuangan, dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang
keberadaan atau perkembangan perusahaan tersebut.
Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan
pengelolaan perusahaan, dimana kekuatan pasar ditujukan dengan
terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan di pasar modal.
Transaksi yang terjadi didasarkan pada hasil pengamatan para investor
terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka
semakin banyak permintaan akan saham yang selanjutnya meningkatkan
harga saham.
Penilaian harga saham umumnya terdapat dua pendekatan, yaitu
fundamental approach (pendekatan fundamental) dan technical approach
(pendekatan teknikal) (Francis, 1998 dalam Ardianto, 2007: 407).
Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk
menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan
Menurut Husnan (2005), analisis fundamental memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan cara: (a) mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa
yang akan datang; (b) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga analisis diperoleh taksiran harga saham. Analisis teknikal
merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan
mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan
penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan
(Sunariyah, 2004 dalam Ardiyanto 2007: 408). Analisis teknikal
mempelajari saham dan bursa berdasarkan pada penawaran dan
permintaan. Secara sederhana dapat diartikan analisis teknikal
mempelajari harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama.
Analisis keuangan sering menggunakan kedua teknik tersebut untuk
mengestimasi harga saham, dan yang sering digunakan adalah
pendekatan fundamental (fundamental approach).
Kaitannya dengan analisis laporan keuangan, investor harus
memperhitungkan seberapa besar profit atau laba yang diperoleh
perusahaan serta seberapa pinjaman atau hutang yang dimiliki
perusahaan, untuk mengetahui seberapa besar penghasilan atas jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan diukur dengan
Untuk mengetahui financial leverage dari suatu perusahaan diukur
dengan analisis DER (Debt Equity Ratio) yaitu untuk mengukur
seberapa besar pinjaman jangka panjang perusahaan atas modal yang
diinvestasikan, dan analisis DR (Debt Ratio) yaitu untuk mengukur
seberapa besar pinjaman yang dimiliki perusahaan atas jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Selain
melakukan analisis, investor juga harus memperhatikan tingkat risiko
yang dihadapi dari investasi, yang akan dilakukan karena apabila
investor melakukan kesalahan dalam analisis dan tidak memperhatikan
risiko yang akan dihadapi maka keuntungan yang akan diharapkan dari
investasi yang dilakukan akan mengalami kerugian.
Penilaian saham secara akurat bisa meminimalkan risiko sekaligus
membantu investor mendapatkan keuntungan wajar mengingat investasi
saham di pasar modal merupakan jenis investasi yang cukup berisiko
tinggi meskipun menjanjikan keuntungan relatif besar. Teknik yang
benar dalam analisis akan mengurangi risiko bagi investor dalam
berinvestasi. Tujuan investor melakukan analisis terhadap saham-saham
adalah untuk mendapatkan keuntungan (rate of return) yang maksimal
dan untuk meminimalkan risiko (risk).
Berdasarkan tabel 1 di bawah ini menunjukkan fluktuasi harga
saham rata-rata, serta tabel 2 mengenai fluktuasi ROA (Return On
Assets), DER (Debt to Equity Ratio) dan DR (Debt Ratio) yang
Tabel 1.1 : Harga Saham Rata-rata
Harga Saham Rata-rata Perusahaan Sampel Periode 2005 - 2008
(Dalam Rupiah)
No Nama Perusahaan 2005 2006 2007 2008
1 PT BAT Indonesia Tbk. 7,725 5,637 4,925 4,875
2 PT Bentoel International Investama Tbk. (Formerly PT Transindo Multi
Prima Tbk) 129 207 384 547
3 PT Gudang Garam Tbk. 12,825 10,137 9,912 6,062
4 PT HM Sampoerna Tbk. 9,087 8,475 13,762 10,575
Rata-rata 7,441 6,114 7,223 5,515
Persentase kenaikan (penurunan) -21.7% 15.35% -30.97%
Sumber: ICMD dan IDX yang diolah
Tabel 1.2 : Rasio keuangan
Tahun/rasio 2005 2006 2007 2008
ROA 9.2925 7.145 7.5925 5.2275
DER 88.285 89.3125 103.515 106.14
DR 44.625 46.3975 49.9425 49.88
Sumber: ICMD dan IDX yang diolah
Banyak masyarakat menginvestasikan modalnya di industri rokok
dikarenakan tingkat konsumtif masyarakat Indonesia terhadap rokok sangat
tinggi, selain itu investasi pada perusahaan rokok pada umumnya bersifat
jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan dan penurunan harga saham rata-rata perusahaan sampel dari
rata-rata perusahaan sampel sebesar Rp 7.441, tahun 2006 sebesar Rp 6.114, atau
terjadi penurunan sebesar 21,7 %. pada tahun 2007 rata-rata harga saham
terjadi peningkatan sebesar Rp 7.223 atau terjadi peningkatan sebesar 15,35%.
Sedangkan pada tahun 2008 rata-rata harga saham terjadi penurunan sebesar Rp
5.515 atau terjadi penurunan sebesar 30,97%. Pada tahun 2006 rata-rata ROA
adalah 7,145% sedangkan rata-rata ROA pada tahun 2007 adalah 7,5925%
atau terjadi peningkatan sebesar 5,89%.
Peningkatan ROA tersebut menjadi daya tarik bagi investor untuk
menanamkan modalnya dan peningkatan tersebut mempengaruhi naiknya
harga saham antara tahun 2006 ke tahun 2007. sedangkan pada tahun 2007
ke 2008 terjadi penurunan harga saham rata-rata dikarenakan meningkatnya
rata-rata DER menjadi 2,47 %.
Uraian diatas bagi perusahaan yang go public harus memperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham misalnya Return on assets
yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersama
dengan aset yang ada, Debt to Equity Ratio untuk mengetahui proporsi
hutang terhadap modal perusahaan, Debt Ratio untuk mengukur jumlah
aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur.
Penelitian ini lebih menitikberatkan pada faktor fundamental sebagai variabel
yang berpengaruh terhadap harga saham, karena bagi pemegang saham,
faktor fundamental memberikan gambaran yang jelas terhadap kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan. Sehingga dapat dikatakan faktor
Dipilihnya perusahaan Tobacco Manufacturers dikarenakan selain faktor
sosial tentang larangan merokok, apakah analisis rasio juga dapat
mempengaruhi fluktuasi harga saham perusahaan rokok dimana perusahaan
rokok merupakan devisa bagi negara, selain itu tingkat konsumtif masyarakat
Indonesia baik dari kalangan atas, menengah, bawah terhadap rokok cukup
tinggi, sehingga perusahaan tersebut dapat menjadi alternatif investasi
penanaman modal di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian
ini menetapkan untuk mengambil judul: “Analisis Pengaruh Return On
Assets, Debt to Equity Ratio dan Debt Ratio Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Tobacco Manufacturers di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat
diambil perumusan masalah sebagai berikut: Apakah Return On
Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio mempunyai pengaruh
terhadap harga saham ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah
terdapat pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil manfaat antara lain:
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
lingkungan perusahaan dan dapat menerapkan teori-teori yang telah
diperoleh di kuliah.
2. Bagi Praktisi
Sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam mengendalikan harga saham dan memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal.
3. Bagi Akademis
Menambah wawasan Ilmu pengetahuan dengan hasil yang
ditemukan selama penelitian dan sebagai perbandingan bagi pembaca yang
akan melakukan penelitian pada topik yang sama di masa yang akan
11
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian yang pernah dilakukan mengenai faktor-faktor fundamental ini antara lain:
1. Njo Anastasia, dkk. (2003) a. Judul
Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di Bursa Efek Indonesia.
b. Rumusan masalah
1) Apakah Faktor fundamental (Return On Assets, Return On Equity, Book Value, Payout Ratio, Debt Equity Ratio, Required
Rate Of Return) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan properti?
2) Manakah Faktor fundamental (Return On Assets, Return On Equity, Book Value, Payout Ratio, Debt Equity Ratio, Required
c. Hipotesis
1) Diduga bahwa Return On Assets, Return On Equity, Book Value, Payout Ratio, Debt Equity Ratio, Required Rate Of Return dan risiko sistematik (beta) berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan properti.
2) Diduga bahwa Return On Assets, Return On Equity, Book Value, Payout Ratio, Debt Equity Ratio, Required Rate Of Return dan risiko sistematik (beta) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan properti.
d. Kesimpulan
1) Secara Empiris terbukti bahwa faktor fundamental (Return On Assets, Return On Equity, Book Value, Payout Ratio, Debt
Equity Ratio, Required Rate Of Return) dan risiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama
2) Secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara parsial.
2. Yusaq Tomo Ardianto (2007) a. Judul
b. Rumusan Masalah
1) Apakah Variabel profitabilitas dan leverage (Return On Equity, Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan Food and Beverage yang listed di BEJ? 2) Apakah Variabel Profitabilitas dan Leverage ((Return On
Equity, Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan Food and Beverage yang listed di BEJ?
c. Hipotesis
1) Diduga bahwa Return On Equity, Return On Assets, Debt Equity Ratio, dan Debt Ratio secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Jakarta.
2) Diduga bahwa Return On Equity, Return On Assets, Debt Equity Ratio, dan Debt Ratio secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Jakarta
d. Kesimpulan
1) Dari Hasil uji F menunjukkan bahwa Return On Equity, Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan Food and Beverages secara bersama-sama.
2) Dari hasil uji t menunjukkan bahwa Return On Equity, Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan
Food and Beverage secara parsial 3. Zaky Taptazani (2008)
a. Judul
Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah Return On Assets, Book Value Per Share, Debt Equity Ratio, dan Risiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?
c. Hipotesis
1) Diduga bahwa Return On Assets, Book Value Per Share, Debt Equity Ratio, dan Risiko Sistematik berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
2) Diduga bahwa Book Value Per Share berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
d. Kesimpulan
1) Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel Return On Assets, Book Value Per Share, Debt Equity Ratio, dan Risiko
Sistematik secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek
2) Nilai koefisien beta tertinggi adalah koefisien beta pada variabel Book Value Per Share menunjukkan bahwa variabel ini yang lebih dominan pengaruhnya terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Persamaan Penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah: 1. Topik yang diteliti yaitu harga saham.
digunakan sebagai MODEL l prediksi terhadap satu variabel dependen dengan dua atau beberapa variabel independen.
3. Ada beberapa variabel yang sama dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Assets dan Debt Equity Ratio. .
Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah:
1. Periode penelitian, penelitian ini menggunakan periode 2005 - 2008.
2. Subyek penelitian ini menggunakan perusahaan tobacco manufactures, sedangkan untuk penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan properti, Food and Beverages dan otomotif
2.2 Kajian Teori
Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) bisa didefinisikan merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6-7)
disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal.
Transaksi investasi atau jual beli surat berharga di pasar modal dapat berbentuk (Sunariyah, 2004: 5) :
1. Utang berjangka (jangka pendek/panjang). Utang berjangka (jangka pendek/panjang) merupakan salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para pemilik dana ataupun para pemodal. Dalam rangka pendanaan utang jangka panjang dikenal dua macam surat berharga, yaitu:
a. Surat obligasi, merupakan surat pengakuan utang oleh suatu entitas (biasanya berbentuk badan usaha perseroan terbatas) dengan disertai janji memberikan imbalan bunga dengan rate
tertentu.
b. Sekuritas lainnya, terdiri dari berbagai jenis sekuritas yang biasanya disebut sekuritas kredit, misalnya: right, waran, opsi dan future.
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Menurut Sunariyah (2004: 8-10), peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Tabungan (Savings Function)
2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. Surat berharga mewakili kekuatan beli (purchasing power) pada masa yang akan datang.
3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Macam-macam Pasar Modal
Penjualan saham oleh perusahaan yang go public kepada masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis pasar dan sekuritas yang akan di jual. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu (Sunariyah, 2004:12 - 14) :
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut di catatkan di bursa. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder di definisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder di tentukan permintaan dan penawaran antara pembelian dan penjualan.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading
(lantai bursa).
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan biasanya di lakukan dalam jumlah besar (block sale).
2.2.2. Saham
2.2.2.1. Pengertian Saham
Menurut Sunariyah (2003 : 30), saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang bisa disebut emiten. Saham sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5).
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim, maka saham terbagi atas :
1. Saham Biasa (Common Stock),yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam pembagian deviden, dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut di likuidasi.
2. Saham Preferen (Preferrend Stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (setiap bunga obligasi), tetapi juga tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor.
b. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas :
1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas :
2. Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3. Growth stocks (well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks (lesser known), yaitu saham dari emiten tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stocks. 4. Speculative stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa
secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5. Counter Cylical stocks, yaitu saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi makro maupun situasi bisnis secara umum.
2.2.2.2. Harga Saham
1. Harga nominal atau nilai pari
Nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besarnya harga nominal ini tergantung dari keinginan emiten.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek, atau merupakan harga jual dari penjamin emisi kepada investor. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin emisi (underwriter).
3. Harga Pasar
Harga jual investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
4. Harga Pembukaan
Harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Harga pembukaan dimungkinkan akan menjadi harga pasar. 5. Harga penutupan
Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Harga penutupan dimungkinkan akan menjadi harga pasar.
2.2.2.3. Pendekatan Penilaian Harga Saham
harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value kas yang diharapkan dari saham tersebut.
Pedoman dipergunakan untuk menilai harga saham (Husnan, 1998 : 288):
1. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalue (harganya terlalu rendah) dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi) dan karenanya harus dijual.
3. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Menurut Francis (1988 : 63) mengemukakan dua pendekatan dalam penelitian sekuritas yaitu “The Fundamental Approach And The Technical Approach”. Analisis yang mempergunakan teknik analisis fundamental percaya bahwa harga saham menggambarkan nilai intrinsik dan saham. Nilai intrinsik yang dimaksud disini adalah cara penentuan nilai saham berdasarkan kemampuan (performance) masa depan perusahaan. Nilai intrinsik kadang-kadang disebut juga sebagai “Present value atau Economic Value Estimates”.
Pendekatan lain yang sering juga digunakan dalam menilai saham adalah
lebih menekankan pada perilaku harga saham, volume perdagangan serta capital gain, disisi lain, nilai saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran akan semua saham aliran ini juga mengabaikan nilai intrinsik saham.
2.2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Usman (1990 : 167), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain :
1) Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut, antara lain : kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian nasional, kebijakan pemerintah, hak-hak investor. 2) Faktor Teknis
Faktor teknis adalah faktor yang menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain : perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar. 3) Faktor-faktor Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
2.2.3. Analisis Rasio
2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio
Menurut Sartono (2001 : 113), analisis rasio keuangan ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.
2.2.3.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Tujuan tiap penganalisa pada umumnya adalah untuk mengetahui tingkat rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan. Sartono (2001:114-125), mengklasifikasikan rasio dalam empat jenis kelompok :
a. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.
b. Rasio Aktifitas
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
c. Rasio Leverage
Rasio yang menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi.
d. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
2.2.4. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham
2.2.4.1. ReturnOn Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Menurut Sutrisno (2003 : 254)
Return on assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis, merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Assets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2000 : 131) :
Return On Assets (ROA) = ( )x100%
Assets Total
EAT pajak setelah Laba
membiayai investasinya dari dana yang berasal dari sumber internal yang tersedia dalam laba ditahan. Weston dan Brigham (1994 : 175) mengemukakan bahwa perusahaan yang tingkat pengembalian investasinya tinggi relatif menggunakan hutang yang lebih kecil, karena perusahaan mampu menggunakan persediaan dana yang cukup melalui laba ditahan.
2.2.4.2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage. Menurut Weston dan Copeland (1995 : 227), rasio-rasio leverage yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (1995 : 228), perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko kerugian yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan memperoleh laba yang tinggi, prospek hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap peningkatan risiko.
besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan modal sendiri, berarti risiko bagi para investor semakin tinggi.
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki oleh perusahaan dengan modal sendiri, dengan rumus sebagai berikut :
DER =
2.2.4.3. DebtRatio (DR) atau Leverage Ratio
Menurut Lukviarman (2006 : 30), rasio leverage merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai (1) cara perusahaan dalam membiayai
sejumlah aktiva yang dimilikinya dan (2) kemampuan perusahaan dan
membayar beban tetap disebabkan pemakaian sumber pembiayaan yang
berasal dari modal pemilik (seperti : bunga obligasi dan bunga pinjaman).
Debt Ratio merupakan ukuran seberapa besar aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan dibelanjai dengan hutang (pinjaman).
DR =
perusahaan, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
proporsi modal sendiri yang digunakan lebih rendah untuk membiayai
aktiva yang dimiliki perusahaan.
2.2.5. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Harga Saham
2.2.5.1. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profabilitas
yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas kegiatan operasional
manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor. Selain itu Return On Assets
(ROA) ini juga merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Teori Path Goal yang menyatakan
bahwa “Goal theory indicated that an individual behavior is regulated by
his or her conscious idea intention” (Luthans, 1995), yang artinya
bahwa penilaian kinerja ini dapat memberikan umpan balik bagi
manajemen bahwa dan manajemen menengah tentang bagaimana
manajemen puncak menilai kinerja mereka dalam mendayagunakan
seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Return On Assets
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik.
2.2.5.2. Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan suatu rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur penggunaan utang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki oleh perusahaan. Atau dengan kata
lain, DER adalah perbandingan antara jumlah pinjaman dan jumlah
ekuitas dari sebuah perusahaan.
Menurut Arifin (2005 : 12) dalam teori signaling memprediksi
bahwa investor dapat membedakan secara rasional antara perusahaan
yang buruk dan perusahaan yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari
keputusan manajer yang dapat dijadikan sinyal dalam menentukan
keputusan untuk mengambil dana dari eksternal (hutang). Suatu
perusahaan berani mengambil dana eksternal untuk membiayai proyek
merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik yang
tinggi. Penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya
perusahaan yang prospek pendapatannya relatif stabil yang berani
menambah hutang.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006 : 40), semakin
tinggi DER memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan
tersebut menanggung risiko kerugian yang tinggi pada saat perekonomian
sedang kurang baik. Tetapi, perusahaan dengan nilai DER yang tinggi
akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi pada saat
perekonomian sedang membaik. Tingginya nilai DER akan
akan mengharapkan pengembalian yang tinggi. Sedangkan rendahnya
nilai DER akan mempengaruhi minat investor terhadap saham tertentu,
karena investor tentunya menginginkan tingkat pengembalian yang
tinggi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa naiknya DER akan berdampak
langsung pada kenaikan harga saham perusahaan tersebut, dan turunnya
nilai DER juga akan berdampak langsung pada penurunan harga saham
perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan DER mempunyai
pengaruh positif pada harga saham.
2.2.5.3. Pengaruh Debt Ratio (DR) Terhadap Harga Saham
Rasio ini digunakan untuk mengetahui cara atau dari mana
perusahaan memperoleh sumber pembiayaan untuk membiayai aktiva
yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan mengandalkan data-data
keuangan yang diperoleh dari neraca (Lukviarman, 2006 : 27).
Debt Ratio merupakan ukuran seberapa besar aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan dibelanjai dengan hutang (pinjaman). Hutang menjadi
salah satu variabel pengamatan dari investor yang hendak menanamkan
modalnya pada saham yang dijual oleh emiten dan yang disukai kreditor
adalah rasio hutang yang rendah. Sesuai konsep risk and return, investor
menanggung risiko sesuai dengan return yang diharapkan. Pada sisi lain,
memperbesar pendapatan, karena menjual saham baru berarti
mengangkat sejumlah aktivitas operasional.
2.2.6. Pengaruh Return On Assets Debt To Equity Ratio, dan Debt Ratio
Terhadap Harga Saham
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik
saham yang ditawarkan di Bursa Efek, semakin tinggi nilai ROA,
semakin efektif perusahaan menggunakan atau memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya di dalam keuntungan setelah pajak, demikian pula
sebaiknya (Lukviarman, 2006 : 35). DER dan DR juga mempengaruhi
harga saham karena investor menilai dari segi penggunaan hutang,
dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka perusahaan
keuntungannya meningkat dan dengan penggunaan utang maka pemilik
memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan, maka
harga saham juga akan meningkat jika perusahaan bisa menggunakan
hutang tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi sehingga
investor akan tertarik untuk menanamkan investasinya pada perusahaan
tersebut (Sartono, 2001 : 121), dari keterangan di atas, maka ROA, DER
2.3 Kerangka Pikir
Penelitian yang dilakukan ini pada dasarnya merupakan
pengembangan terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dan perkembangan dari teori-teori dengan mengikuti
premis-premis sebagai berikut:
a. Premis 1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara empiris terbukti bahwa
faktor fundamental Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama.
(Njo, 2003).
b. Premis 2
Return On Equity, Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Debt
ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
perusahaan Food and Beverages secara bersama-sama. (Yusaq Tomo
Ardianto, 2007).
c. Premis 3
Return On Assets, Book Value Per Share, Debt Equity Ratio dan
Risiko sistematik secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan otomotif. (Zaky Taptazani, 2008).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dan dari teori yang ada, maka dapat disusun kerangka pikir
Gambar 2.1 . Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan pada penjelasan yang ada di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Diduga bahwa Return On Assets, Debt to Equity Ratio, dan Debt Ratio
mempengaruhi harga saham pada perusahaan Tobacco Manufacturers di
Bursa Efek Indonesia. Return On Assets
(X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
Debt Ratio (X3)
Harga Saham (Y)
37
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang
pernyataan pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian
menjadi variabel - variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan
pengukuran variabelnya (Anonim, 2009:4-10).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Harga Saham (Y)
2. Return On Assets (X1)
3. Debt to Equity Ratio (X2)
4. Debt Ratio (X3)
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1999: 152) adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberikan arti atau menspesifisikan kegiatan ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
1. Variabel Bebas
a. Return On Assets (X1)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional
manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan merupakan
indikator keberhasilan manajemen dalam menghasilkan
kegiatan operasionalnya (Sartono 2000 : 13).
ROA adalah laba setelah pajak (EAT) dibagi dengan
total assets. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
rasio dan satuan pengukurannya adalah % persen.
ROA = ( ) x 100%
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur
dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Hal ini biasanya digunakan untuk mengukur
Financial Leverage dari suatu perusahaan. Skala
pengukurannya rasio yang ditunjukkan dengan % (persen).
c. Debt Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva
yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur atau juga
biasa disebut dengan Leverage Ratio. Skala pengukurannya
rasio yang ditunjukkan dengan % (persen)
DR = x100%
Asset Total
s Liabilitie Total
(Lukviarman, 2006 : 27)
2. Variabel terikat, berupa Harga Saham (Y)
Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli
saham. Harga saham yang digunakan dalam penelitian itu adalah
rata-rata harga saham penutupan (Closing Prince) 4 tahun yaitu tahun 2005
sampai dengan tahun 2008. data mengenai harga saham di ambil dari
Indonesia Capital Market Directory dan www.idx.co.id yang ada di
BEI. Skala pengukurannya menggunakan rasio dengan satuan rupiah
(Rp).
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dalam
mengukur variabel terikat adalah skala rasio dengan satuan rupiah (Rp).
Sedangkan variabel bebas adalah menggunakan skala pengukurannya yaitu
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 4 perusahaan Tobacco
Manufacturers yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun
2005 sampai dengan tahun 2008.
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive
Sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan maksud dan
tujuan tertentu. Kriterianya sebagai berikut : (a) perusahaan Tobacco
Manufacturers tersebut sudah go public selama tahun 2005-2008, (b)
perusahaan Tobacco Manufacturers tersebut telah mengeluarkan laporan
keuangan tahun 2005-2008, (c) data harga saham tersedia selama tahun
2005-2008. Data laporan keuangan tahun 2009 tidak dapat digunakan
karena perusahaan belum mengeluarkan laporan keuangan untuk akhir
tahun 2009.
Sampel yang diambil menurut kriteria adalah 4 perusahaan
Tobacco Manufacturers, antara lain :
1. PT BAT Indonesia Tbk.
2. PT Bentoel International Investama Tbk.
(Formerly PT Transindo Multiprima Tbk)
3. PT Gudang Garam Tbk.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.1.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan data sekunder mengenai ROA (Return On Assets), DER
(Debt to Equity Ratio), DR/Leverage Ratio (Debt Ratio) dan harga saham
diperoleh dari Capital Market Directory. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari suatu organisasi atau disini mempunyai arti sudah
diterbitkan dan diperlihatkan kepada masyarakat umum seperti laporan
keuangan yang telah go Public.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan adalah dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. untuk investor
menggunakan variabel independen (X) dari tahun 2005-2008 dan Variabel
dependen (Y) dari tahun 2005-2008.
3.1.2. Pengumpulan Data
Untuk penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara kepustakaan yaitu mencari buku-buku untuk
dijadikan sumber dan dokumentasi yaitu untuk mencari data-data yang
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.1.3. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbias Estimator), artinya pengambilan keputusan Uji F dan Uji t tidak
boleh bias. Dan pengujian regresi ini akan menggunakan SPSS.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi
beberapa asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear,
yaitu :
1. Normalitas, kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar
dengan normal.
2. Tidak boleh autokorelasi.
3. Tidak boleh ada multikolinearitas.
4. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari beberapa asumsi klasik tersebut dilanggar
maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dalam penelitian ini dengan
Dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43):
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5 % maka
distribusi adalah tidak normal
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5 % maka
distribusi adalah normal.
2. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara data observasi yang diurutkan
berdasarkan waktu urut (Time Series) atau data yang diambil pada waktu
tertentu (data cross sectorial), dalam konteks regresi, model regresi Linear
mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam
disturbansi atau nilai pengganggu (Gujarati. 1995: 201), jadi suatu model
regresi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai residual dari observasi
pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual
dengan observasi sebelumnya (et-1).
Untuk mendiagnosa adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson (uji DW)
dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Tabel Kriteria Durbin Watson
Durbin Watson Kriteria
Angka D – W di bawah - 2 Ada Autokorelasi Positif
Angka D – W di bawah – 2 sampai + 2 Tidak Ada autokorelasi
Angka D – W di atas + 2 Ada autokorelasi negatif
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna)
antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi
antara sesama variabel bebas sama dengan nol. Diagnosa secara sederhana
terhadap adanya multikorelasi di dalam model regresi adalah sebagai
berikut :
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b. Jika diantara dua variabel independen memiliki korelasi yang
spesifikasi maka di dalam model regresi tersebut terdapat
multikolinieritas.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dari
lawannya (2) variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel yang lainnya. Jadi
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
= 1 / Tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi.
Nilai Cutoff yang umum dipakai adalah dengan nilai VIF > 10 maka
4. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Maksud dari penyimpangan
Heteroskedastisitas adalah variants variabel dalam model tidak sama
(konstan).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas digunakan
korelasi Rank Spearman antara residual dengan variabel independen.
- Apabila nilai signifikan hitung (sig) > dari tingkat signifikan α= 0.05
berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas
- Apabila nilai signifikan hitung (Sig) < dari tingkat signifikan α = 0.05
berarti terjadi Heteroskedastisitas (Santoso, 1999:23).
3.4.2. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki
tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang
digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 ( tidak ada kesesuaian model antara variabel X1, X2,
X3 terhadap Y ).
H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 ( ada kesesuaian model antara variabel X1, X2, X3
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan (α) 0.05.
Kriteria pengujian sebagai berikut :
1. Jika Nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.
2. Jika Nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti
ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y.
2. Uji t
Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen digunakan uji t
dengan rumus sebagai berikut :
a. Hipotesis :
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 ( tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat).
H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 ( Terdapat pengaruh yang nyata variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat).
Dimana i = 1, 2, 3
Level of Signifikan (α) = 0.05
b. Ketentuan Pengujian :
1) Jika tingkat signifikan ( p- Value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
2) Jika tingkat signifikan ( p- Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1