• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh gaya kepemimpinan dan Motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh gaya kepemimpinan dan Motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN OPERASIONAL

PT. SURYAGITA NUSARAYA

SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0312015010 / FE / EM DANI WIDYASTUTI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0312015010 / FE / EM DANI WIDYASTUTI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh gaya kepemimpinan dan Motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo” dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penelitian ini hingga selesainya skripsi penulis telah banyak

mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun

materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala

kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen

(4)

ii pembuatan skripsi.

5. Ibu Yuniningsih, SE, MSi, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu dan mengarahkan penulis selama pembuatan skripsi.

6. Ibunda dan Ayahanda tercinta terima kasih atas doa dan limpahan kasih

sayang serta dukungannya yang sangat besar.

7. Seluruh staff Dosen yang telah memberi pengarahan dalam menempuh studi

di Universitas Pembangunan Nnasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi

almamater tercinta.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, April 2010

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan ... 8

2.2.1.1. Teori-Teori kepemimpinan ... 9

2.2.2. Gaya Kepemimpinan ... 11

2.2.2.1. Indikator-Indikator Yang Membentuk Gaya Kepemimpinan ... 15

2.2.3. Pengertian Motivasi ... 16

(6)

iv

2.2.4.1. Tujuan Penilaian Kinerja... 22

2.2.4.2. Indikator Kinerja Karyawan ... 23

2.2.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan ... 24

2.2.6. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 27

2.4. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.1.1. Definisi Operasional ... 29

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 31

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.2.1. Populasi ... 32

3.2.2. Sampel ... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3.1. Jenis Data ... 33

3.3.2. Sumber Data ... 34

3.3.3. Pengumpulan Data ... 34

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 35

(7)

v

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 35

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 36

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 37

3.4.4. Analisis Menggunakan Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 37

3.4.5. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 41

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 41

4.1.2. Lokasi Perusahaan ... 41

4.1.3. Struktur Organisasi ... 42

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Hasil Jawaban Responden Tentang Gaya Kepemimpinan ... 45

4.2.2. Hasil Jawaban Responden Tentang Motivasi Verja ... 48

4.2.3. Hasil Jawaban Responden Tentang Kinerja Karyawan ... 50

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 53

4.3.1. Uji Validitas ... 53

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 54

4.3.3. Uji Normalitas ... 56

4.3.4. Uji Multicollinierity dan Singularity ... 57

(8)

vi

SEM ... 58

4.3.6.2. Uji Kausalitas ... 61

4.4. Pembahasan ... 62

4.4.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Karyawan ... 62

4.4.2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

(9)

vii

Tabel 1.1. Pendapatan PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo Selama Tahun

2004 sampai Tahun 2008 ... 4

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 40

Tabel 4.1. Umur Responden ... 44

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden ... 44

Tabel 4.3. Pendidikan Responden ... 45

Tabel 4.4 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Gaya Kepemimpinan... 46

Tabel 4.5 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Motivasi Kerja 48

Tabel 4.6 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kinerja Karyawan ... 51

Tabel 4.7. Standardize Faktor Loading dan construct dengan confirmatory factor analysis ... 53

Tabel 4.8 Pengujian Reliability Consistency Internal ... 54

Tabel 4.9 Perhitungan Contruct Reliability & Variance Extracted ... 56

Tabel 4.10 Assesment of normality ... 57

Tabel 4.11 Uji Outlier Multivariate... 58

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 59

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 61

(10)

viii

Gambar 2.1. Kepemimpinan Situasional ... 12

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual ... 23

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo ... 62

Gambar. 4.2 MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Leadership

Style, Job Motivation, & Job Performance Model Specification : One Step Approach-Base Model ... 59

Gambar 4.3. MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Leadership

Style, Job Motivation, & Job Performance Model Specification : One Step Approach-Base Model –

(11)

ix Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Tanggapan Responden

(12)

x

Oleh : Dani Widyastuti

Abstraksi

Peran pemimpin suatu organisasi sangat dominan dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi, dan kemampuan memimpin suatu organisasi ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam mengelola pola pikir yang berfungsi sebagai simbol dari kesatuan moral yang dipimpinnya, dimana pemimpin mengekspresikan etika kerja dan nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Pemimpin yang memiliki pandangan ke depan adalah memiliki visi ke depan yang lebih baik. Pemimpin yang baik juga harus mampu mengilhami pengikutnya dengan penuh antusiasme dan optimisme. Pemimpin yang baik juga harus memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas secara efektif, mengerti kekuatannya, dan menjadi pembelajar terus-menerus. Agar para karyawan yang bekerja dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan, maka pemberian motivasi terhadap karyawan sangat penting untuk dilakukan dan hal ini harus segera ditanggapi oleh para personalia atau atasan tentang bagaimana cara dalam memberikan motivasi agar karyawan dapat langsung merasakan dalam melaksanakan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil jawaban dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan operasional yang melayani pengiriman domestik dan Internasional melalui udara PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo. Teknik analisis yang digunakan adalah path diagram yang akan mempermudah untuk melihat hubungan kausalitas yang akan diuji dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling).

Pada perhitungan diatas diketahui bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo serta motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo

(13)

1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran pemimpin suatu organisasi sangat dominan dalam menentukan

keberhasilan suatu organisasi, dan kemampuan memimpin suatu organisasi

ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam mengelola pola pikir yang

berfungsi sebagai simbol dari kesatuan moral yang dipimpinnya, dimana

pemimpin mengekspresikan etika kerja dan nilai-nilai yang ada dalam organisasi.

Disamping itu, bahwa peran pemimpin dalam menyampaikan misi, cara

mengkomunikasikan dan melakukan persuasi dengan bahasa serta kalimat yang

mudah difahami oleh para karyawan yang dipimpinnya, akan menimbulkan kesan

mendalam bagi bawahan terhadap organisasi. Penyampaian misi oleh pemimpin

melalui tindakan-tindakan yang dilakukannya akan sangat berpengaruh terhadap

kinerja para karyawan yang dipimpinnya karena mengerti dan menjiwai apa yang

akan dilakukannya untuk mencapai tujuan organisasi sebagamana ditetapkan.

Kondisi seperti ini akan menimbulkan motivasi dan semangat (menimbulkan

inspirasi) untuk bekerja secara optimal karena karyawan yang dipimpinnya

mengerti apa yang dikehendaki oleh pemimpinnya dan apa yang menjadi tujuan

organisasi tersebut.

Menurut Tampubolon (2007), kepemimpinan secara luas meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

(14)

dan budayanya. Pemimpin yang baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu

kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami pengikutnya, dan kompeten.

Pemimpin yang tidak jujur tidak akan dipercaya dan akhirnya tidak mendapat

dukungan dari pengikutnya. Pemimpin yang memiliki pandangan ke depan adalah

memiliki visi ke depan yang lebih baik. Pemimpin yang baik juga harus mampu

mengilhami pengikutnya dengan penuh antusiasme dan optimisme. Pemimpin

yang baik juga harus memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas secara

efektif, mengerti kekuatannya, dan menjadi pembelajar terus-menerus.

Menurut Tampubolon (2007), pemimpin yang efektif adalah yang (1)

bersikap luwes, (2) sadar mengenai diri, kelompok, dan situasi, (3) memberi tahu

bawahan tentang setiap persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak

menggunakan wewenangnya, (4) mahir menggunakan pengawasan umum di mana

bawahan tersebut mampu dan mau mengerjakan sendiri pekerjaan harian mereka

sendiri dan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu yang ditentukan,

(5) selalu ingat masalah mendesak, baik keefektifan jangka panjang secara

individual maupun kelompok sebelum bertindak, (6) memastikan bahwa

keputusan yang dibuat sesuai dan tepat waktu baik secara individu maupun

kelompok, (7) selalu mudah ditemukan bila bawahan ingin membicarakan

masalah dan pemimpin menunjukkan minat dalam setiap gagasannya, (8)

menepati janji yang diberikan kepada bawahan, cepat menangani keluhan, dan

meberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit dan (9)

memberikan petunjuk dan jalan keluar tentang metode/mekanisme pekerjaan

dengan cukup, meningkatkan keamanan dan menghindari kesalahan seminimal

(15)

Agar para karyawan yang bekerja dapat memberikan yang terbaik bagi

perusahaan, maka pemberian motivasi terhadap karyawan sangat penting untuk

dilakukan dan hal ini harus segera ditanggapi oleh para personalia atau atasan

tentang bagaimana cara dalam memberikan motivasi agar karyawan dapat

langsung merasakan dalam melaksanakan pekerjaannya. Apabila dalam

pemberian motivasi kepada karyawan kurang efektif, maka hal tersebut akan

berdampak langsung terhadap kinerja karyawan. Kemampuan dalam pemberian

motivasi tersebut tidak terlepas dari kemampuan para pemimpin tersebut.

Menurut Tjahjono dan Gunarsih (2005) tuntutan kebutuhan yang semakin

tinggi sebagai dampak krisis ekonomi global, beban kebutuhan hidup karyawan

semakin tidak terpuaskan. Hal ini berakibat menurunnya motivasi pegawai dalam

melaksanakan tugas. Seperti yang telah dikemukakan dalam salah satu teori

motivasi, teori hirarki kebutuhan dari Maslow, dari kelima kebutuhan (fisiologi,

keamanan, sosial, penghargaan, dan aktuali-sasi diri) dengan keterbatasan

sumber-sumber yang ada pada manusia, pengaruh perekonomian, serta pengaruh lain

maka kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin sulit untuk terpenuhi yang akhirnya

membawa dampak negatif terhadap kinerja Pegawai.

Penelitian ini dilakukan di PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo yang bergerak

dibidang jasa pengiriman barang. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan

perusahaan untuk lebih meningkatkan motivasi pekerja diantaranya yaitu melalui

berbagai stimulus yang bernilai ekonomi berupa uang misalnya, pemberian upah

harian, insentif atas pekerjaan yang telah dilakukannya, premi sebagai bonus atau

(16)

tunjangan-tunjangan lainnya. Sebagai perwujudan nyata dengan maksud memberikan

dorongan dan motivasi kerja karyawan PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo agar lebih

teratur dan produktif di dalam melaksanakan pekerjaan. Akan tetapi pada

kenyataannya masih terjadi permasalahan yang terjadi di PT.Suryagita Nusaraya

Sidoarjo, dimana seringnya terjadi keterlambatan jadwal keberangkatan dalam

pengiriman barang, yang selain faktor alam atau faktor-faktor yang lain, faktor

penyebab yang lebih dominan adalah karena tidak konsistennya karyawan

operasional dalam mematuhi jadwal hadir yang telah di tentukan.

Tabel 1.1. Daftar Hadir Karyawan Operasional Domestik dan Internasional PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo Selama Tahun 2004 sampai Tahun 2008 Berdasarkan absensi.

Tahun Jml. hadir Jml. Alfa Prosentase

Kehadiran

2004 105 5 4.76

2005 104 6 5.77

2006 106 4 3.77

2007 104 6 5.77

2008 105 5 4.76

Sumber : PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan selama lima tahun ini daftar

hadir karyawan PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo mengalami fluktuasi, dimana

jumlah karyawan yang tidak hadir terbanyak yaitu 6 orang (5,77%) terjadi pad

atahun 2005 dan tahun 2008, hal ini diduga karena motivasi kerja dari para

karyawan yang mengalami penurunan dan juga karena adanya persaingan yang

terjadi di pasaran. Selain itu gaya kepemimpinan di PT. Suryagita Nusaraya

Sidoarjo yang tidak memberi kesempatan karyawan untuk mengembangkan

(17)

menganggap bahwa motivasi bawahan dalam bekerja hanya ditentukan oleh

besarnya kompensasi yang diberikan, kondisi lingkungan kerja yang representatif

serta adanya perlindungan dan keamanan bekerja para karyawan. Hal ini berakibat

dengan keluarnya karyawan, dimana pada tahun 2006 karyawan yang keluar

sebanyak 2 orang, kemudian pada tahun 2007 karyawan yang keluar sebanyak 2

orang dan tahun 2008 karyawan yang keluar sebanyak 3 orang.

Menurut Siagian (1999) dalam Wahyuddin (2007) mengatakan bahwa

keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun sebagai kelompok

dalam suatu organsiasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang

terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Selain itu Mangkunegara (2006:69)

dalam teori expentansi mengatakan bahwa salah satu unsur penting dalam

motivasi adalah adanya keinginan bahwa sesorang dapat mencapai kinerja yang

diharapkan, yang disebut dengan expectancy, disamping adanya hubungan yang

jelas antara unjuk kerja dengan reward/imbalan yang didapat (instrumentality),

serta imbalan yang akan didapat sesuai dengan bentuk yang sangat diinginkan

pada saat ini.

Berdasarkan latar belakang diatas menarik peneliti untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “Pengaruh gaya kepemimpinan dan Motivasi terhadap

kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan

masalah yang timbul dalam penulisan skripsi ini dapat dikemukakan sebagai

(18)

a. Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo?

b. Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada

PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan oleh penulis, maka

dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo.

b. Untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada

PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang diuraikan di

atas, manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Bagi pihak perusahaan hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh perusahaan

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang

berkaitan dengan karyawan.

b. Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur, hasil penelitian ini sebagai sumbangan karya ilmiah yang dapat

memperkaya koleksi perpustakaan, serta mungkin akan bermanfaat bagi

mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa

(19)

7

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Armanu Thoyib dalam Jurnal Manajemen &

Kewirausahaan, Vol. 7, No. 1, Maret 2005: dengan judul “Hubungan

Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep” .

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Kepemimpinan, Budaya,

Strategi, dan Kinerja, sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah

dengan menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda dengan Asumsi

Klasik, dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa (1) Kepemimpinan dan

Budaya Organisasi bisa saling pengaruh mempengaruhi; (2) Kepemimpinan

berpengaruh terhadap Strategi Organisasi; (3) Budaya Organisasi berpengaruh

terhadap Strategi Organisasi; (4) Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

berpengaruh terhadap Strategi Organisasi; (5) Kepemimpinan, Budaya

Organisasi, dan Strategi Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-sama

menggunakan variabel gaya kepemimpinan dan kinerja. Sedangkan

perbedaannya adalah penelitian sekarang menggunakan teknik analisis

Structural Equation Model (SEM), penelitian terdahulu menggunakan analisis

(20)

2. Sedangkan penelitian terdahulu yang ketiga dilakukan oleh Binawan Nur

Tjahjono dan Tri Gunarsih dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja Dan

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Lingkungan Dinas Bina

Marga Propinsi Jawa Tengah” .Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu, Motivasi, Budaya Kerja dan Kinerja, sedangkan teknik analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda, dari hasil penelitian dapat

disimpukan bahwa Variabel bebas motivasi kerja, dan budaza organisasi

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pegawai,

Variabel bebas motivasi, dan budaya organisasi secara individual berpengaruh

secara signifikan terhadap Kinerja Pegawai. Dan Variabel budaya organisasi

mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap Kinerja Pegawai dibandingkan

variabel motivasi kerja.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-sama

menggunakan variabel motivasi dan kinerja. Sedangkan perbedaannya adalah

penelitian sekarang menggunakan teknik analisis Structural Equation Model

(SEM), penelitian terdahulu menggunakan analisis regresi linier berganda,

selain itu obyek penelitian juga berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Hersey dan Blanchard (1992: 98), kepemimpinan adalah aktivitas

mempengaruhi orang – orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara

sukarela, serta mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang

(21)

pencapaian tujuan atau tujuan - tujuan tertentu, atau upaya mempengaruhi orang –

orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh dari

pemimpin kepd apengikutnya dalamupaya mencapai tujuan organisasi (Rivai,

2003:3). Menurut Sutrisno (2009:231) dimana kepemimpinan didefinisikan

sebagai suatu kegiatan seseorang untuk memngerakkan orang lain dengan

memimpin, membimbing, mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu

agar tercapai hasil yang diharapkan. Mengingat bahwa apa yang digerakkan oleh

sesorang pemimpin bukan benda mati, tetapi manusia yang mempunyai perasaan

akan akal, serta beraneka ragam jenis dan sifatnya, maka masalah kepmimpinan

tidak dapat dipandang mudah.

Dari definisi-definisi ini jelas bahwa kepemimpinan melibatkan

kemampuan mempengaruhi. Kemampuan mempengaruhi orang lain ini

mempunyai maksud yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

mempunyai maksud yaitu untuk mencapai tujuan yangtelah ditetapkan. Dengan

kata lain tujuan dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain, dalam hal

ini karyawan atau bawahan untuk mencapai misi perusahaan.

2.2.1.1.Teori-Teori kepemimpinan

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Hersey dan Blanchard

(1992:75) dihasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan

(22)

1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat

Pendekatan ini menurut Hersey dan Blanchard diasumsikan bahwa dapat

ditemukan sejumlah ciri individu terbatas dari kepemimpinan yang efektif.

Ciri-ciri tersebut antara lain menyangkut tentang intelektualitas, emosional, fisik,

kepercayaan diri, kepandaian berbicara dan lain-lain.

Dalam pendekatan menurut teori sifat dikatakan bahwa keberhasilan

kepemimpinan terutama diakibatkan oleh dimilikinya sifat-sifat tertentu, yang

merupakan kepribadian pemimpin yang menonjol dibanding dengan sifat-sifat

yang ada pada para bawahannya. Tetapi walaupun semua sifat yang dikemukakan

para peneliti merupakan sifat ideal yang diinginkan dalam diri seorang pemimpin,

dalam kenyataan tidak satupun pemimpin mempunyai seluruh sifat yang ideal

secara sempurna.

2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku

Pendekatan menurut teori perilaku mencoba untuk menentukan apa yang

dilakukan oleh para pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan

tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan, bagaimana mereka menjalankan

tugas-tugas dan lain sebagainya. Dalam pendekatan ini, penulis akan mencoba

menguraikan beberapa gaya kepemimpinan, antara lain menurut :

a. Studi Kepemimpinan Michigan

Studi yang dilakukan oleh survey Research Center Universitas Michigan,

mengindentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu yang disebut

berorientasi pada karyawan (employe centered) dan berorientasi pada pekerjaan

(23)

Para pemimpin yang berorientasi pada karyawan menekankan aspek

hubungan dari pekerjaan mereka, mereka merasa bahwa setiap pegawai adalah

penting dan menaruh perhatian pada setiap orang, dengan demikian menerima

individualitas dan kebutuhan pribadi mereka. Sedangkan para pemimpin yang

berorientasi produksi menekankan pada hasil dan aspek-aspek teknis pekerjaan,

para karyawan dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

Penelitian dari Universitas Michigan ini tidak menunjukkan dengan jelas bahwa

satu gaya kepemimpinan selamanya paling efektif, tetapi hanya menguji dua

aspek kepemimpinan, yaitu tugas dan perilaku orang.

b. Studi Kepemimpinan Universitas Ohio

Pada dasarnya hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari

Universitas Ohio sama dengan hasil penelitian Universitas Michigan yang

mneyatakan adanya dua gaya kepemimpinan yaitu yang menekankan pada

struktur inisiasi (perilaku tugas) dan yang menekankan pada konsiderasi (perilaku

hubungan). Para pemimpin yang menekankan pada struktur inisiasi cenderung

menetapkan dengan tepat hal-hal yang harus dilakukan bawahan ketika

melaksanakan pekerjaan, sedangkan pemimpin yang menekankan pada

konsiderasi cenderung mempunyai perhatian yang tinggi dalam pertimbangan

bekerja keras untuk membina hubungan pribadi yang akrab dengan para

pengikutnya.

2.2.2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seseorang menurut Hersey dan Blancard (1992)

adalah pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang pada waktu berupaya

(24)
(25)

berbentuk lonceng itu disebut kurve preskriptif karena hal itu menunjukkan gaya

kepemimpinan yang sesuai langsung diatas level kematangan yang berkaitan.

Masing-masing dari keempat gaya kepemimpinan itu :

a. Memberitahukan (telling)

Memberitahukan adalah bagi tingkat kematangan yang rendah, yaitu

orang-orang yang tidak mampu memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu,

mereka tidak kompeten atau tidak yakin (M1). Dalam banyak hal ketidak

mauan mereka adalah karena ketidakyakinan mereka dalam kaitannya dengan

pelaksanaan tugas tertentu. Dengan demikian gaya memberitahukan yang

direktif tinggi dan suportif rendah (G1) yang menyediakan arahan dan

supervisi yang spesifik dan jelas, memiliki kemunginan efektif paling tinggi

untuk orang-orang atau pengikut yang berada pada level kematangan seperti

itu. Gaya ini diacu sebagai "memberitahukan" karena dicirikan oleh perilaku

pemimpin yang menetapkan peranan dan memberitahu pengikutnya tentang

apa, bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas dalam gaya ini

tercakup perilaku tinggi tugas rendah hubungan.

b. Menjajakan (selling)

Menjajakan adalah bagi pengikut pada tingkat kematangan rendah menuju

sedang. Orang-Orang yang tidak mampu tetapi mau mamiliki tanggung jawab

melakukan sesuatu tugas atau yakin tetapi kurang memiliki ketrampilan pada

saat sekarang (M2). Dengan demikian gaya "menjajakan" (G2) yang

menyediakan perilaku direktif tinggi karena mereka kurang mampu, tetapi

juga perilaku suportif tinggi untuk memperkuat kemauan dan antusias mereka,

(26)

kematangan ini. Gaya ini disebut sebagai "menjajakan" karena pemimpin

masih menyediakan hampir seluruh arahan. Tetapi melalui komunikasi dua

arah dan penjelasan, pemimpin berusaha agar secara psikologis pengikut

"turut andil" dalam perilaku yang diinginkan. Para pengikut pada level

kematangan ini biasanya akan menyetujui suatu keputusan, apabila mereka

memahami alasan adanya keputusan itu dan apabila pemimpin mereka juga

menawarkan bantuan dan arahan. Dalam gaya ini tercakup perilaku yang

tinggi tugas dan tinggi hubungan.

c. Mengikutsertakan (participating)

Mengikutsertakan adalah bagi tingkat kematangan pengikut sedang menuju

tinggi. Pengikut pada tingkat kematangan ini mampu tetapi tidak mau

melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. Ketidakmauan mereka sering

kali karena kurang yakin atau tidak merasa aman. Tetapi apabila mereka

kompeten namun tidak mau keengganan mereka lebih merupakan masalah

motivasi (M3). Terhadap bawahan pada tingkat kematangan ini, pemimpin

perlu membuka saluran komunikasi dua arah untuk mendukung upaya

pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka miliki. Dengan

demikian gaya "partisipatif" yang suportif tinggi dan direktif rendah memiliki

kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang atau pengikut pada

tingkat kematangan ini. Gaya ini disebut "mengikut sertakan" karena

pemimpin dan pengikut berbagi tanggung jawab pengambilan keputusan,

sedangkan peranan pemimpin yang utama dalam gaya ini adalah memudahkan

berkomunikasi. Gaya ini mencakup perilaku tinggi hubungan dan rendah

(27)

d. Mendelegasikan (delegating)

Mendelegasikan adalah bagi tingkat kematangan pengikut yang sudah tinggi.

Orang-Orang atau pengikut pada tingkat kematangan seperti ini adalah mampu

dan mau atau yakin untuk memikul tanggung jawab (M4). Dengan demikian

gaya "mendelegasikan" yang berprofil rendah yang menyediakan arahan atau

dukungan yang rendah (G4), Memiliki kemungkinan efektif paling tinggi

dengan orang-orang yang berada pada level kematangan tinggi. Meskipun

pemimpin boleh jadi masih mengidentifikasi masalah, tetapi tanggung jawab

untuk melaksanakan rencana diberikan pada para pengikut yang matang.

Mereka diperkenankan melaksanakan sendiri pekerjaan dan memutuskan

ikhwal bagaimana, bilamana, dan dimana pelaksanaan pekerjaan itu. Pada saat

yang sama mereka secara psikologis matang dan karenanya tidak

membutuhkan kadar komunikasi dua arah atau perilaku suportif diatas

rata-rata. Dalam gaya ini tercakup perilaku yang rendah hubungan dan rendah

tugas.

2.2.2.1.Indikator-Indikator Yang Membentuk Gaya Kepemimpinan

Menurut Quey-Jen (1996) dalam Mas’ud 2005, indikator gaya

kepemimpinan meliputi :

1. Atasan langsung mengajukan tujuan yang ingin dicapai dan menyerahkan

kepada karyawan bagaimana mencapainya

2. Atasan langsung menekankan pentingnya tugas dan meminta karyawan

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya

3. Atasan sering menekankan pentingnya efisiensi danmeinta karyawan untuk

(28)

4. Ketika memberikan tugas, atasan sering memberitahu karyawan untuk tidak

merusak hubungan dengan orang tertentu.

5. Ketika memberi tugas, atasan langsung berdiskusi dengan karyawan dan

jarang memberikan perintah dengan kasar.

6. Atasan langsung menekankan pentingnya menjalin hubungan yang baik

dengan para karyawan.

2.2.3. Pengertian Motivasi

Menurut Sutrisno (2009:115), motivasi merupakan suatu faktor

yangmendoorng seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena

itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku

seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki sesuatu

faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari

seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu pad aumumnya adalah

kebutuhan serta keinginan orang tersebut.

Menurut Hasibuan (1999) dalam Sutrino (2009:116) mptivasi adalah suatu

perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena

setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Menurut Siagian (1995) dalam Sutrino (2009:116)motivasi adalah keadaan

kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah

yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap, dan tindak tanduk seseorang

yang selalu dikaitkan denganpencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun

(29)

Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan

sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau

menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai

kebutuhan yang memberi kepuasan

2.2.3.1.Teori Motivasi

Ada jumlah teori motivasi, namun melihat kontek karyawan yang menjadi

fokus penelitian maka dibatasi pada dua teori yang dikemukakan oleh Maslow dan

Mc Clelland.

1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori Maslow menjelaskan suatu hirarki kebutuhan yang menunjukkan adanya

5 tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia dimana kebutuhan yang lebih

tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan tersebut,

setelah kebutuhan yang lebih rendah (sebelumnya) telah dipuaskan. Hirarki 5

kebutuhan dasar manusia menurut Maslow (Sutrisno, 2009:131) adalah :

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

a. Aktualisasi diri

Kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk

berpendapat dengan menggunakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik

terhadap sesuatu.

b. Penghargaan Diri

(30)

c. Kepemilikan Sosial

Kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk diterima dalam kelompok

berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai

d. Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya

pertentangan dan lingkungan hidup.

e. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, seksual

sebagi kebutuhan terendah

Dari diagram diatas menjelaskan bahwa urutan dan rangkaian kebutuhan

seseorang selalu mengikuti alur yang dijelaskan oleh teori moslow. Semakin

keatas kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah kuantitas manusia yang

memiliki kriteria kebutuhannya., contohnya kebutuhan kategori self –

actualization atau kebutuhan kebebasan diri untuk merealisasi cita-cita atau

harapan individu untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimilikinya. Jika

dilihat dari struktur dan keadaan masyarakat indonesia, sumber daya manusia kita

masih banyak pada peringkat kebutuhan fisiologis.

2. Teori Motivasi Mc Clelland

Teori motivasi berprestasi Mc Clelland berbeda dengan teori motivasi

Maslow. Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi

prestasi yang tinggi apabila dia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih

baik daripada yang lain. Mc Clelland (Sutrisno, 2009:139) memusatkan

(31)

a. Kebutuhan berprestasi

Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for achievenment) ; mampu

untuk mencapai hubungan lepada Standard preusan yang telah ditentukan juga

perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan.

b. Kebutuhan afiliasi

Kebutuhan untuk afiliasi (Need for Affiliation); hasrat untuk bersahabat dan

mengenal lebih dekat rekan kerja atau para karyawan didalam organisasi.

c. Kebutuhan kekuasaan.

Kebutuhan untuk kekuasaan (Need for power) kebutuhan orang untuk

berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana didalam tugasnya

masing-masing

2.2.3.2.Indikator-Indikator Yang Membentuk Motivasi

Menurut Siagian (1995:30) dalam Tjahjono dan Gunarsih (2006:68)

indikator motivasi kerja meliputi :

1. Tingkat kompensasi

Pemberian kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan guna

meningkatkan kinerja

2. Kondisi kerja yang baik

Kondisi kerja dalam perusahaan yang bisa meningkatkan kinerja karyawan

3. Perasaan diikut sertakan

Karyawan diikut sertakan dalam kegiatan perusahaan

4. Pemberian penghargaan

(32)

5. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik

Pekerjaan yang bisa mmebuat karyawan bekerja dengan baik

6. Cara pendisiplinan yang manusiawi

Tata tertib yang diberlakukan di perusahaan bisa membuat karyawan bisa

bekerja dengan baik

2.2.4. Pengertian Kinerja

Menurut Waldman dalam Koesmono (2005:179) kinerja merupakan

gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan dan pilihannya atau

bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing – masing individu dalam

organisasi.

Menurut Mangkunegara (2006:67) kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan

menurut Byars dan Rue dalam Sutrisno (2009:164) mengatakan bahwa kinerja

merupakan tingkat kecakapan seseorang pad atugas-tugas yang mencakup pada

pekerjaannya.

Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari usaha

seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan hasil dari usaha

seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dan situasi

tertentu. Sehingga kinerja tersebut merupakan hasil keterkaitan antara usaha,

(33)

Menurut Robbin (1996:259) ada tiga kriteria dalam melihat kinerja

seseorang yaitu : hasil tugas individual (Individual Task Outcomes), perilaku

(Behavior) dan ciri (Traits), yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Hasil tugas individual (Individual task outcomes)

Menilai hasil tugas karyawan dapat dilakukan pada suatu badan usaha yang

sudah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai

berdasarkan periode waktu tertentu. Bila karyawan dapat mencapai standar

yang ditentukan berarti hasil tugasnya baik.

2. Perilaku (Behavior)

Organisasi terdiri dari banyak karyawan baik bawahan maupun atasan dan

dapat dikatakan sebagai satu kelompok kerja yang mempunyai lingkungan

sendiri, dimana setiap individu saling terlibat dan berkomunikasi, baik secara

formal maupun informal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Ciri (Traits)

Ciri atau sifat karyawan umumnya berlangsung lama dan tetap sepanjang

waktu, tetapi adanya perubahan dan campur tangan dari pihak luar seperti

pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam berbagai hal.

Dengan mengidentifikasi aspek-aspek atau dimensi dari kinerja, maka

dapat diketahui efektivitas kinerja suatu pekerjaan yang telah dilakukan seorang

karyawan, sehingga akan lebih mudah bagi badan usaha untuk menentukan

penghargaan yang pantas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapainya. Hal ini akan dapat mendorong karyawan untuk lebih

mengembangkan diri dalam peran pekerjaannya sesuai dengan tuntutan badan

(34)

2.2.4.1.Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja memiliki sejumlah tujuan dalam organisasi. Menurut

Mangkunegara (2006 : 10-11), tujuan utama dilakukannya penilaian kinerja

adalah :

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sam adengan prestasi yang terdahulu

3. Mmeberikan peluang kepd akaryawan untuk mendsikusikan keinginan dan

aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap

pekerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

karawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui

rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Dari gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap fungsi dari

penilaian kinerja adalah penting, karena masing – masing fungsi itu tergantung

dari perspektif yang diterapkan, hal ini berarti bahwa penilaian kierja

penekanannya berdasarkan peran sebagai suatu faktor penentu alokasi

penghargaan. Dengan demikian karyawan harus tahu bagaimana kinerja mereka

diukur. Selanjutnya mereka harus yakin bahwa berusaha berdasarkan kemampuan

dapat membuahkan hasil dalam sebuah kinerja yang memuaskan sebagaimana

(35)

memiliki keyakinan bahwa jika mereka melakukan kinerja seperti yang

diharapkan akan meraih penghargaan sesuai dengan yang mereka harapkan.

Kesimpulannya, jika para karyawan tidak memiliki tujuan yang jelas, lalu

kriteria pengukur sasaran juga tidak jelas, dan karyawan kurang percaya diri

bahwa usaha yang mereka lakukan akan mengantarkan mereka kepada sebuah

penilaian yang memuaskan pada kerja mereka, dan akan terjadi ketidak puasan

yang berdampak pada setiap karyawan yang bekerja jauh di bawah kemempuan

mereka.

2.2.4.2.Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Siagian (1995:30) dalam Tjahjono dan Gunarsih (2006:68)

indikator kinerja karyawan meliputi :

1. Kualitas kerja

Kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

2. Kuantitas kerja

Kemampuan seorang tenaga kerja yang dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaanya secara efektif dan efisien sesuai dengan standar waktu yang telah

ditetapkan.

3. Pengetahuan

Wawasan yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja dalam hubungannya dengan

pekerjaan dan tugas yang di embannya.

4. Keandalan

Kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan,

(36)

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari

manajemen lininya.

5. Kehadiran

Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengenalkan sesuatu

yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dan selalu hadir

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Kerjasama.

Kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang

lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan,

sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

2.2.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Siagian (1999) dalam Wahyuddin (2007) mengatakan bahwa

keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun sebagai kelompok

dalam suatu organsiasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang

terdapat dalam organisasi yang bersangkutan, bahkan kiranya dapat dikatakan

bahwa mutu kemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan

peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para

pegawainya.

Bantilan (2000) dalam Wahyuddin (2007) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kinerja karyawan.

Sedangkan menurut penelitian dari Wahyuddin (2007) mengatakan bahwa gaya

(37)

pimpinan yang partisipatif dan berorientasi pada karyawan dan mau memberikan

perhatian khusus merupakan pencerminan sikap moral dan kepribadian dari

pimpinan perusahaan yang baik dalam memberikan dorongan bagi karyawan

untuk lebih giat bekerja sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya.

Hubungan baik yang terjalin antara pimpinan dengan karyawan maupun antar

karyawan itu sendiri akan menimbulkan rasa saling membutuhkan antara

perusahaan dan karyawan.

Menurut Gaya kepemimpinan partisipatif adalah suatu gaya

kepemimpinan yang dipakai oleh orang yang percaya bahwa cara untuk

memotivasi orang – orang ada dalam pengambilan keputusan (Robert D Dale,

1992 : 36). Hal ini diharapkan akan meciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan

bersama. Masalah yang timbul adalah kemungkinan lambatnya tindakan dalam

menangani masa-masa kritis. Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya

kepemimpinan dimana terjadi partisipasi secara seimbang antara pemimpin dan

para anggota kelompok. Ciri dominan dari gaya ini adalah terletak pada

partisipasi yang seimbang. Adanya persamaan hak dan kewajiban secara

proporsional sesuai dengan porsinya masing – masing. Para anggota dituntut

partisipasi aktifnya dalam proses pengambilan dan menjalankan kebijakan namun

juga harus taat pada pimpinan berdasarkan kebijakan, berdasarkan aturan main.

Sementara pemimpin juga harus memberikan ruang gerak yang sebebas-bebasnya

bagi anak buah untuk berkreasi secara bebas dan kreatif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan punya

(38)

2.2.6. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Penelitian dari Wahyuddin (2007) mengatakan bahwa motivasi

mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawannya, dimana dorongan yang

diberikan tersebut bisa berupa upah, bonus dan penghargaan yang sebanding

dengan hasil kerja yang telah dicapai karyawan tersebut. Sehingga dalam diri

karyawan timbul semangat dan motivasi yang lebih besar, untuk bekerja lebih

baik atau berprestasi bagi perusahaan.

Menurut penelitian Antonius (2002) menyatakan bahwa motivasi

mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan, dimana dengan adanya harapan

karyawan tentang imbalan, penghargaan, hubungan kerja yang baik, pelatihan dan

promosi yang diberikan atas kinerja yang meningkat, serta pekerjaan yang

menarik, maka akan menimbulkan motivasi untuk melakukan pemilihan perilaku

dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapai kinerja yang diharapkan

perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi punya

(39)
(40)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian dan gambar yang ada di kerangka pikir, hipotesis

penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo

2. Diduga motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada

(41)

29

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Gaya Kepemimpinan (X1), merupakan keseluruhan aktivitas pimpinan PT.

Suryagita Nusaraya Sidoarjo dalam mempengaruhi karyawan untuk bekerja

sama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan oleh perusahaan.

Indikator pada variabel ini dikembangkan berdasarkan penelitian Quey-Jen

(1996) :

a. Mengajukan tujuan yang ingin dicapai (X1.1).

Atasan langsung mengajukan tujuan yang ingin dicapai dan menyerahkan

kepada karyawan bagaimana mencapainya

b. Menekankan pentingnya tugas (X1.2).

Atasan langsung menekankan pentingnya tugas dan meminta karyawan

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya

c. Menekankan pentingnya efisiensi (X1.3)

Atasan sering menekankan pentingnya efisiensi dan meminta karyawan

untuk menyelesaikan tugas sesegera mungkin.

d. Sering memberitahu karyawan (X1.4)

Ketika memberikan tugas, atasan sering memberitahu karyawan untuk

(42)

e. Berdiskusi dengan karyawan (X1.5)

Ketika memberi tugas, atasan langsung berdiskusi dengan karyawan dan

jarang memberikan perintah dengan kasar.

f. Menjalin hubungan dengan karyawan (X1.6)

Atasan langsung menekankan pentingnya menjalin hubungan yang baik

dengan para karyawan.

2. Motivasi Kerja (X2), merupakan pemberian gaya penggerak yang

menciptakan kegairahan seseorang bekerja agar lebih efektif dan terintegrasi

dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. Indikator pada variabel ini

dikembangkan berdasarkan penelitian Tjahjono dan Gunarsih (2006:68):

a. Tingkat kompensasi (X2.1)

Pemberian kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan

b. Kondisi kerja yang baik (X2.2).

Kondisi kerja dalam perusahaan yang bisa meningkatkan kinerja karyawan

c. Perasaan diikut sertakan (X2.3)

Karyawan diikut sertakan dalam kegiatan perusahaan

d. Pemberian penghargaan (X2.4)

Pemberian penghargaan kepada karyawan yang berprestasi baik

e. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik (X2.5)

Pekerjaan yang bisa membuat karyawan bekerja dengan baik

f. Cara pendisiplinan yang manusiawi (X2.6)

Tata tertib yang diberlakukan di perusahaan bisa membuat karyawan bisa

(43)

3. Kinerja Karyawan (Y), merupakan tingkat pelaksanaan tindakan karyawan

untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mencapai

tujuan-tujuan perusahaan. Indikator pada variabel ini dikembangkan

berdasarkan penelitian Tjahjono dan Gunarsih (2006:68):

a. Kualitas kerja (Y.1).

Kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas

dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

b. Kuantitas kerja (Y.2).

Kemampuan seorang tenaga kerja yang dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaanya secara efektif

c. Pengetahuan (Y.3)

Wawasan yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam hubungannya

dengan pekerjaan

d. Keandalan (Y.4 )

Kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan.

e. Kehadiran (Y.5)

Perilaku seorang karyawan yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari.

f. Kerjasama (Y.6).

Kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama dengan orang

lain dalam menyelesaikan suatu tugas

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval, adapun

teknik pengukuran sikap menggunakan semantic differential yaitu metode

(44)

Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut,

misalnya :

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Keterangan :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Agak Tidak Setuju

4 = Netral

5 = Agak Setuju

6 = Setuju

7 = Sangat Setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2002 : 72). Sedangkan populasi dalam

penelitian ini adalah karyawan operasional PT. Suryagita Nusaraya

Sidoarjo yang melayani pengiriman domestik dan Internasional melalui

(45)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2003;73).

Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002 : 48):

a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 – 10.

Indikator dari penelitian 18, maka sampel penelitian 18 x 6 = 108.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sensus,

di mana anggota populasi di jadikan sampel penelitian. Jadi sampel yang

digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 110 karyawan operasional

yang melayani pengiriman domestik dan Internasional melalui udara PT.

Suryagita Nusaraya Sidoarjo.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti dari hasil jawaban responden dengan

menyebarkan kuesioner kepada karyawan operasional yang melayani

pengiriman domestik dan Internasional melalui udara PT. Suryagita

(46)

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo.

3.3.2. Sumber Data

Data bersumber dari jawaban pertanyaan yang diajukan kepada

responden, di lokasi pengumpulan data yaitu karyawan operasional yang

melayani pengiriman domestik dan Internasional melalui udara pada.

Suryagita Nusaraya Sidoarjo dan Manajer PT. Suryagita Nusaraya

Sidoarjo dan dokumentasi perusahaan

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan

menggunakan cara :

a. Metode kuesioner

Yaitu memberikan angket daftar pertanyaan kepada responden yaitu

karyawan PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo dan Manajer PT. Suryagita

Nusaraya Sidoarjo, setelah kuesioner yang diberikan karyawan

operasional sudah terkumpul maka selanjutnya diberikan kepada

manajernya untuk diisi tentang kinerja dari karyawan operasional yang

melayani pengiriman domestik dan Internasional melalui udara PT.

Suryagita Nusaraya Sidoarjo.berdasarkan nama-nama yang didapat.

b. Metode Dokumentasi

Yaitu mendapatkan atau mengumpulkan dengan pengamatan dari

karyawan operasional yang melayani pengiriman domestik dan

(47)

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator

dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya,

dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct

validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang

sebenarnya yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas.

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach.

Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi

dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat

diandalkan. (Ferdinand, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim

baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena

kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh

berbeda dari observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002:52).

3.4.2.1.Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

(48)

cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang

biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan

standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam

format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai

dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi),

pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada

rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam Ferdinand, 2002:98).

Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score >

3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2.Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan.

Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat

dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat

dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ

< 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan

nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam

penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ2Tabel

(49)

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical

ratio dari Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

(a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka

distribusi adalah tidak normal.

(b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka

distribusi adalah normal.

3.4.4. Analisis Menggunakan Pemodelan SEM (Structural Equation

Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau

Model Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi

atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model

adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau

menjelaskan kausalitas antara faktor. (Ferdinand, 2002 : 34)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut

ini yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian

atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis

yang kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui

(50)

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram

tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah

diagram alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian

persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input

data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM

hanya menggunakan matriks Varians/Kovarians atau matriks korelasi

sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

(51)

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang

didapat (misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap

bebagai kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan

dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

4. Multicolinierity and Singularity.

3.4.5. Uji Hipotesis

Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktur atau Structural

Equation Model (SEM) dengan menggunakan paket program Amos 4,0

dan SPSS versi 13.0. Structural Equation Model (SEM) adalah teknik

eknik multivariate yang mengkombinasikan aspek-aspek multiple

regression (menguji hubungan saling ketergantungan) dan faktor analysis

(menunjukkan konsep-konsep tak terukur faktor dengan banyak variabel)

untuk mengestimasi hubungan saling ketergantungan secara simultan

(Hair et al., 1998).

Hair et.al., (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory

menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

(52)

empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka

model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis

tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan

data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi,

“good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural

equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai

kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI,

CFI, AGFI, CMIN/DF.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices

GOODNESS

OF FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

- Chi-square

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample

besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2

≥ 0,90 dalam regresi berganda].

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap

baseline model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap

(53)

41

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Suryagita Nusaraya berkantor pusat di Balikpapan, dan merupakan

salah satu perusahaan Domestic and International Freight Forwarding yang patut

di perhitungkan. Ditangan orang berkebangsaan Indonesia Alfin Lukito,

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa cargo, PT. Surayagita Nusaraya telah

mampu membuktikan diri sebagai perusahaan yang memiliki eksistensi dan

loyalitas tinggi. Berawal dari kerja samanya dengan PT. BUROQ Air Lines, PT.

Suryagita Nusaraya menjadi agen tunggal penjualan SMU (Surat Muatan Udara).

Hingga saat ini PT. Suryagita Nusaraya semakin melebarkan sayapnya dengan

menjadi agen penjualan SMU diberbagai Air Lines yang ada di Tanah Air.

PT. Suryagita Nusaraya berdiri pada tahun 1982 yang kemudian

mendirikan cabangnya di Sidoarjo, pada tahun 1995, Hingga saat ini PT.

Suryagita Nusaraya memiliki 17 anak cabang yang tersebar di seluruh bandara di

kota kota besar Indonesia dan dua anak cabang internasional antara lain di

Singapura dan Kualalumpur.

4.1.2. Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo berlokasi di kompleks

pergudangan Mico Abadi blok C-1 jln. Raya Betro, Ds. Wedi-Gedangan,

(54)

4.1.3. Struktur Organisasi

Organisasi sebagai fungsi manajemen atau alat manajemen, hendaknya

mampu untuk merealisasikan tujuan yang diinginkan, sedangkan struktur

organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan hubungan antara

fungsi-fungsi dalam suatu organisasi, serta menunjukkan wewenang dan tanggung jawab

setiap anggota masing-masing. Tujuan struktur organisasi perusahaan yaitu untuk

membantu menyusun dan mengatur pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian

dari masing-masing karyawan.

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo

Sumber : PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo

Adapun pembagian tugas, wewenang dan tata hubungan kerja organisasi

diperusahaan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Administrasi

Mengontrol kas besar PT. Suryagita Nusaraya beserta slip setoran yang sah

dari Bank dan tiap tiap Air Lines setiap harinya, dan memeriksa kebenaran

(55)

2. Kasir

Menerima setoran/tagihan yang di perlukan baik berupa uang tunai maupun

berupa giro/cek yang di transfer ke Bank atau kelokasi lokasi lain, maupun

karyawan yang bersangkutan.

3. Marketing

Bertugas menjalin hubungan dengan para competitor sehingga tertarik untuk

menggunakan jasa PT. Suryagita Nusaraya.

4. Operasional

Bertugas menerima barang dan membuat Surat Muatan Udara (SMU) sesuai

dengan tujuan barang tersebut, untuk di teruskan ke warehousing dan

kemudian di terbangkan sesuai tujuan barang tersebut (outgoing). dan

mengeluarkan barang yang masuk dari berbagai kota melaluai warehousing

untuk diteruskan ke pemilik barang (incaming).

5. Driver

Bertanggung jawab mengirimkan barang ke tempat tujuan sesuai intruksi

perusahaan.

6. Driver forklif

Bertanggung jawab bongkar muat barang.

7. Checker

Mengecek/mencatat dan memeriksa isi barang barang sesuai pengakuan

pemilik barang, sehingga dapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

(56)

8. Helper

Membantu seluruh kegiatan operasional baik di lingkungan perusahaan

maupun lapangan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berikut ini keadaan responden karyawan operasional PT. Suryagita

Nusaraya Sidoarjo.

Tabel 4.1. Umur Responden

Umur Jumlah Persentase

17 – 28 Tahun 40 36,36

29 – 40 Tahun 55 50,00

41 – 52 Tahun 15 13,64

Total 110 100

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa umur responden antara 17 – 28

tahun sebanyak 40 orang (36,36%), yang berumur 29 – 40 tahun sebanyak 55

orang (50,00%), serta yang berumur antara 41 – 52 tahun sebanyak 15 orang

(13,64%). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden berumur antara 29

sampai 40 tahun.

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 85 77,27

Perempuan 25 22,73

Total 110 100

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak

85 orang (77,27%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang

(22,73%). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden berjenis kelamin

(57)

Tabel 4.3. Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase

SMA 35 31,82

D3 50 45,45

S1 25 22,73

Total 110 100

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang berpendidikan

SMA sebanyak 35 orang (31,82%), berpendidikan D3 sebanyak 50 orang

(45,45%) dan yang berpendidikan S1 sebanyak 25 orang (22,73%). Dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan D3.

4.2.1. Hasil Jawaban Responden Tentang Gaya Kepemimpinan

Merupakan keseluruhan aktivitas pimpinan PT. Suryagita Nusaraya

Sidoarjo dalam mempengaruhi karyawan untuk bekerja sama mencapai suatu

tujuan yang memang diinginkan oleh perusahaan. Tabulasi frekuensi hasil

jawaban responden mengenai Gaya Kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 4.4

(58)

Tabel 4.4 Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Gaya Kepemimpinan

Pernyataan Skor Total

1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui sebagai berikut :

(1) Item pertama untuk indikator Gaya Kepemimpinan menjelaskan mengenai

“Atasan langsung mengajukan tujuan yang ingin dicapai” Menurut responden

setuju bahwa atasan langsung mengajukan tujuan yang ingin dicapai dan

menyerahkan kepada karyawan bagaimana mencapainya, hal ini didukung

oleh sebanyak 41 orang yang memberikan jawaban pada skor 5 dan sebanyak

31 orang yang memberikan jawaban pada skor 6 serta yang memberikan

jawaban pada skor 7 sebanyak 5 orang.

(2) Item kedua untuk indikator Gaya Kepemimpinan menjelaskan mengenai

“Atasan langsung menekankan pentingnya tugas” Menurut responden setuju

bahwa atasan langsung menekankan pentingnya tugas dan meminta karyawan

Gambar

Tabel 1.1. Daftar Hadir  Karyawan Operasional Domestik dan Internasional PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo Selama Tahun 2004 sampai Tahun 2008 Berdasarkan absensi
Gambar 2.2. Konseptual
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Suryagita Nusaraya Sidoarjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian upah menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja, memotivasi karyawan, merangsang karyawan baru yang berkualitas untuk memasuki

Karyawan di Galeri Ciumbuleuit Hotel dan Apartemen memiliki motivasi kerja yang sangat tinggi, hanya pemberian motivasi harus lebih ditingkatkan melalui pemberian penghargaan

Perusahaan sebaiknya berfokus pada penguatan dan pengembangan faktor motivasi untuk berprestasi melalui pemberian penghargaan berdasarkan lama karyawan bekerja dan hasil

1) Pemimpin di PT. Billabong Indonesia sebaiknya selalu memberikan motivasi kepada bawahannya untuk bekerja dengan baik. Pemberian motivasi ini perlu diberikan agar karyawan

Kinerja karyawan sangat penting bagi karyawan sebagai bukti keberhasilannya dalam menempuh target kerja yang ditetapkan, juga sangat penting bagi pemimpin dan pihak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Suryagita Nusaraya Sidoarjo. Data yang digunakan dalam

Jenis masalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah masalah Gaya Kepemimpinan dan Pemberian Kompensasi dimana sangat berkaitan dengan Motivasi karyawan di

Menurut Stoner Wiludjeng, 2007 : 154 ada beberapa asumsi dasar yang harus dipahami oleh seorang pemimpin berkenaan dengan motivasi atau pemberian motivasi pada karyawan yaitu motivasi