• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA 

TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI 

DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH 

TESIS  OLEH : 

AMAN  SURYANI  NIM : 8106132024 

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas­Tugas  Dan Syarat­Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan 

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN  PROGRAM PASCA SARJANA 

(2)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA 

TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI 

DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH 

TESIS  OLEH : 

AMAN  SURYANI  NIM : 8106132024 

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas­Tugas  Dan Syarat­Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan 

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN  PROGRAM PASCA SARJANA 

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

BAB I  PENDAHULUAN  A.  Latar Belakang Masalah 

Pendidikan  merupakan  hal  yang  sangat  penting  dan  tidak  dapat  di  pisahkan  dari  kehidupan.  Dengan  pendidikan,  kita  dapat  mencetak  sumber  daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill  serta  berkarakter.Daoed  Joesoef  (Joko;  2009:13)  pernah  mengungkapkan  tentang  betapa  pentingnya  pendidikan:  “Pendidikan  merupakan  alat  yang  menentukan  sekali  untuk  mencapai  kemajuan  dalam  segala  bidang  penghidupan,  dalam  memilih  dan  membina  hidup  yang  baik,  yang  sesuai  dengan martabat manusia”. 

Hampir  setiap  orang  pernah  mengalami  pendidikan.  Dengan  pendidikan  di  harapkan  untuk  mengarah  pada  kehidupan  yang  lebih  baik.  Manusia  adalah  makhluk  yang  senantiasa  terlibat  dalam  proses  pendidikan,  baik  yang  dilakukan  terhadap  orang  lain  maupun  terhadap  diri  sendiri.  UNESCO  sebagai  badan  Internasional  yang  bergumul  dengan  berbagai  masalah  pendidikan  dan  kebudayaan  mencanangkan  konsep  “Pendidikan  Sepanjang  Hayat”  (Life  long  Educations)  yang  berlangsung  sejak  buaian  hingga keliang lahat (From the cradle to the grave). Salah satu bentuk wujud  pendidikan dapat di tempuh melalui Perguruan Tinggi. 

(16)

penalaran  yang  tingggi  dengan  memiliki  potensi  arti  lain  dapat diandalkan,  ulet,  tahan  uji,  lincah  dan  terampil,  serta  kritis  dan  memiliki  karakter  dan  religius, (Alwi;2001:1138). 

Dalam  ruang  lingkup  perguruan  tinggi  tenaga  pengajarnya  disebut  dosen.  Dosen  diartikan  sebagai  guru  pada  perguruan  tinggi.  Menurut  Soetandyo Wignjosoebroto dalam  Pangaribuan (2011:19)  mengelompokkan  dosen  sebagai  ahli,  dengan  mendeskripsikan  “secara  umum,  para  ahli  di  Indonesia  tersebar  dalam  berbagai  kegiatan  kerja  di  bidang  hukum  sebagai  hakim,  jaksa,  pengacara,  notaris  dan  atau  dosen  disebut  ‘ahli  hukum’  atau  ‘sarjana hukum’ apabila yang diingat adalah gelar akademisnya.” Sedangkan  dalam Pasal 1 angka 2 Undang­Undang Nomor 14 tahun 2005, Pasal 1 angka  (1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009, dalam perkembangan hukum  positif,  yang  dimaksud  dengan  dosen  adalah“pendidik  profesional  dan  ilmuwan  dengan  tugas  utama  mentranformasikan,  mengembangkan,  dan  menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,  penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.” 

Dosen  merupakan  profesi  seseorang  yang  mengajar  pada  sebuah  perguruan tinggi atau sekolah tinggi. Perguruan tinggi merupakan tempat di  mana  dosen  bekerja  sebagai pendidik  profesional.Profesi dosen  lebih  tinggi  tingkatannya  dari  pada  pekerjaan  atau  profesi  seorang  guru.  Namun  sama­  sama memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa maupun mahasiswanya. 

(17)

Dosen  sebagai  pelaksana  Tri  Dharma  Perguruan  Tinggi  di  harapkan  mampun  membentuk  karakter  dan  intelektual  ke  ilmuan  serta  mentranformasikan  pengetahuan  yang  sebanyak­banyaknya  kepada  mahasiswa  agar  menjadi  penerus  pembangunan  di  masa  yang  akan  datang.  Memang  berat  beban  yang  di  pikul  oleh  seorang  dosen.  Namun  tanggung  jawab  dan  kesungguhan  seorang  dosen  dituntut  untuk  selalu  serius  dalam  pekerjaannya.  Ini  semua berkat  kinerja dosen  yang  sungguh­sungguh.Dosen  sebagai  salah  satu  komponen  utama  di  kampus,  memegang  peranan  yang  sangat strategis terhadap pencapaian tujuan dari program­program yang telah  di  tetapkan  oleh  kampus  dan  tujuan  pendidikan  nasional.  Sebagai  tenaga  profesional,  dosen  dituntut  tidak  saja  berupa  sebatas  memiliki  kompetensi  yang  sesuai  dengan  bidang  keahliannya  tetapi  untuk  mampu  mentranformasikan,  mengembangkan  dan  menyebarluaskan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  melalui  pendidikan,  penelitian  dan  pengabdian  pada masyarakat. 

(18)

jumlah. Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala (2010:179) mengartikan kinerja  sebagai  ukuran  kesuksesan  dalam  pencapaian  tujuan  yang  telah  ditetapkan  (direncanakan) sebelumnya. 

Kinerja  seorang  dosen  akan  baik  bila  ia  mempunyai  keahlian  yang  tinggi, bersedia bekerja  keras, dan diberi gaji  sesuai dengan perjanjian  serta  mempunyai  harapan  masa  depan  lebih  baik.  Kinerja  yang  baik  merupakan  tolak  ukur  tingkat  keberhasilan  dosen  menjalankan  tugas  sebagaimana  mestinya.  Pengukuran  kerja  harus  mempertimbangkan  berbagai  aspek  yang  dapat  dilihat  seperti  dari  suatu  pengalaman,  keterampilan  serta  kecakapan  yang dimiliki oleh seorang dosen. 

Dosen  yang  memiliki  kinerja  yang  tinggi  pada  dasarnya  dapat  menjalankan  tugasnya  secara  bertanggung  jawab  serta  kinerja  dosen  sangat  erat hubungannya dengan perilaku dosen itu sendiri. Begipula menurut sagala  (2010:180) yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsi­deskripsi  kerja  menentukan  kinerja  yang  akan  memenuhi  kebutuhan  organisasi  yang  diinginkan.  Oleh  sebab  itu,  tanggung  jawab  dan  tugasnya  dosen  sebagai  tenaga  pendidikan  merupakan  aktivitas  yang  dilakukan  oleh  dosen  untuk  mencapai tujuan yang sesuai dengan gelar akademik yang ingin dicapainya 

(19)

karakteristik utama dari kompetensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi  kinerja individu karyawan yaitu : 

1.  Motif  (motives),  yaitu  sesuatu  yang  dipikirkan  atau  diinginkan  oleh  seseorang  secara  konsisten  dan  adanya  dorongan  untuk  mewujudkannya dalam bentuk tidakan­tindakan. 

2.  Watak  (traits),  yaitu  karakteristik  mental  dan  konsistensi  respon  seseorang terhadap rangsangan, tekanan, situasi, atau informasi.  3.  Konsep diri (self concept), yaitu tata nilai luhur yang dijunjung tinggi 

oleh seseorang, yang mencerminkan tentang bayangan diri atau sikap  diri  terhadap  masa  depan  yang  dicita­citakan  atau  terhadap  suatu  fenomena yang terjadi di lingkungannya. 

4.  Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang memiliki makna yang  dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu. 

5.  Keterampilan  (skill),  yaitu  kemampuan  untuk  melakukan  suatu  pekerjaan fisik atau mental. 

Dari  kelima  karakteristik  kompetensi  di  atas  dimana  kompetensi  motif,  watak  dan  konsep  diri  diharapkan  dapat  memprediksi  tindakan  atau  perilaku  seseorang  sehingga  pada  akhirnya  dapat  memprediksi  kinerja  seseorang. 

(20)

Kinerja  yang  berkualitas  dapat  menentukan  juga  kualitas  suatu  perguruan tinggi. Ini dapat di wujudkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi  melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, seperti mengikuti  perkembangan  ilmu  pengetahuan  guna  meningkatkan  pemahaman  dan  pengetahuan  serta  mengikuti  seminar­seminar  dan  mengadakan  penelitian­  penelitian  bidang  keilmuan  untuk  kepentingan  lembaga  maupun  bagi  masyarakat serta sebagai implementasi pengabdiannya kepada masyarakat. 

Sehubungan dengan kualitas kinerja dosen di perguruan tinggi di Kota  Sibolga  dan  Kabupaten Tapanuli  Tengah  salah  satu permasalahan  yang  ada  saat  ini  yaitu  rendahnya  kinerja  dosen  dalam  pelaksanaan  Tri  Dharma  Perguruan  Tinggi  diantaranya  mengadakan  penelitian  dan  pengembangan  masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga menjadi perhatian  khusus bagi  peneliti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 

(21)

Kelak  kamu  akan  mengetahui,  siapakah  (diantara  kita)  yang  akan  memperoleh  hasil  yang  baik  di  dunia  ini.  Sesungguhnya,  orang­orang  yang  zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”. 

Begitu pula  Moeheriono (2012:32) memberikan pengertian indikator  kinerja atau disebutperformance indicator sebagai berikut : 

1.  Indikator  kinerja  sebagai  nilai  atau  karakteristik  tertentu  yang  dipergunakan untuk mengukuroutputatauoutcome suatu kegiatan. 

2.  Sebagai  alat  ukur  yang  dipergunakan  untuk  menentukan  derajat  keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. 

3.  Sebagai  ukuran  kuantitatif  yang  menggambarkan  tingkat  pencapaian  suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. 

4.  Suatu  informasi  operasional  yang  berupa  indikasi  mengenai  kinerja  atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas. 

Hal ini dapat dipahami dengan adanya kinerja dosen yang profesional  akan  dapat  menunjang  tercapainya  proses,  output  dan  outcome  pendidikan  yang  lebih  berkualitas.  Namun  demikian,  masalah  kinerja  dosen  bukanlah  masalah  yang  sederhana,  melainkan  merupakan  permasalahan  yang  sangat  kompleks  karena  melibatkan  banyak  unsur  yang  saling  berkaitan  (interrelation), saling mempengaruhi (interaction) dan saling  ketergantungan  (interdependence)  satu  dengan  yang  lainnya.  Irianto  dalam    Sutrisno  (2010:171)  mengemukakan  bahwa  kinerja  adalah  prestasi  yang  diperoleh  seseorang dalam melakukan tugas. 

(22)

karena itu,  setiap unit kerja dalam suatu organisasi hendaknya dapat dinilai  atau  dilihat  kinerjanya,  agar  kinerja  sumber  daya  manusia  yang  terdapat  dalam unit­unit pada suatu organisasi tersebut dapat dinilai secara objektif. 

Dinamika  pendidikan  terus  berkembang,  menurut  efektifitas,  produktifitas  dan  efisiensi  serta  profesional  para  pelaku­pelaku  pendidikan  mulai  dari  dosen  hingga  pimpinan  tertinggi,sehingga  semua  unsur  dalam  pendidikan  tersebut  dapat  berjalan  seirama  untuk  mencapai  tujuan  yang  diharapkan. 

(23)

organisasi  yang  dimiliki perusahaan berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  peningkatanperformancedi perusahaan tersebut. 

Budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen  untuk mencapai efisiensi, efektifitas, produktifitas, etos kerja dan kinerja. Ini  telah  di  gunakan  diberbagai  Negara  seperti  Jepang,  Amerika  dan  beberapa  Negara Eropa dan ternyata membuat pendidikan berhasil efektif. 

Budaya organisasi di Amerika Serikat dan Eropa telah diperkenalkan  pada  era  tahun  1970­an.  Salah  satu  tokoh  yang  memperkenalkan  Budaya  organisasi adalah Edward H. Schein. Di Indonesia, Budaya  organisasi   mulai  diperkenalkan diera tahun 1990­an ketika saat itu banyak dibicarakan perihal  konflik  budaya,  bagaimana  mempertahankan  budaya  Indonesia  serta  pembudayaan  nilai­nilai  baru.  Seiring  dengan  itu,  budaya  organisasi  kemudian  dimasukkan  dalam  kurikulum  berbagai  program  pendidikan,  pelatihan,  bimbingan,  dan  penyuluhan,  baik  di lingkungan  perguruan  tinggi  dan  instansi  pemerintah,  maupun  di  berbagai  perusahaan  swasta  besar  di  Indonesia. 

Penggunaan  istilah  budaya  organisasi  dengan  mengacu  pada  budaya  yang  berlaku,  bukan  saja  pada  perusahaan  akan  tetapi  berlaku  juga  pada  pendidikan  karena  pada  umumnya  pendidikan  itu  dalam  bentuk  organisasi,  yaitu  bekerja  sama  antara  beberapa  orang  yang  membentuk  kelompok  atau  satuan kerja sama tersendiri. 

(24)

10 

demikian,  selalu  terdapat  interaksi  antara  budaya  dan  organisasi.  Tan  (2002:30)  dalam  Wibowo  (2011:3)  mengatakan  bahwa  perkembangan  organisasi  harus  diarahkan  pada  terciptanya  achievement  culture,  yaitu  tipe  budaya  yang  mendorong  dan  menghargai    kinerja  orang  lain.  Achievement  culture menekankan pada pekerjaan yang dilakukan dari pada sekedar peran.  Orang  akan  menyilangkan  peran  untuk  membuat  pekerjaan  berjalan  dan  menukar tanggung jawab apabila diperlukan. 

Budaya  organisasi  menurut  Kilmann  dalam    Sutrisno  (2010:2)  mengatakan  bahwa:  budaya  organisasi  sebagai  perangkat  sistem  nilai­nilai  (values), kenyakinan­kenyakinan (beliefs), asumsi­asumsi (assumptions), atau  norma­norma  yang  telah  lama  berlaku,  disepakati  dan  diikuti  oleh  anggota  suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah­masalah  organisasinya. 

Secara tidak sadar setiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari  budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Demikianpula setiap organisasi  dapat  mempunyai  budaya  sendiri  yang  berbeda  satu  dengan  organisasi  lainnya.    Inilah  yang disebut dengan  budaya  organisasi,  (Wibisono:2011:8).  Dengan  demikian,  budaya  organisasi  adalah  budaya  yang  diterapkan  pada  lingkungan  organisasi  tertentu.  Pada  hakekatnya  yang  dimaksud  dengan  budaya  organisasi  adalah  budaya  yang  menjadi  acuan  di  dalam  suatu  organisasi di mana terdapat sekelompok orang yang melakukan interaksi. 

(25)

11 

yang salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan  di dalam suatu organisasi tempat dimana ia bekerja. 

Dalam  budaya  organisasi  terjadi  sosialisasi  nilai­nilai  dan  menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam  organisasi.  Dengan  demikian,  maka  budaya  organisasi  merupakan  jiwa  organisasi  dan  jiwa  anggota  organisasi  sehingga  tidak  dapat  dipisahkan  karena  telah  menyatu    didalam  diri  seseorang  dan  menjadi  perilaku  para  anggota organisasi. 

Budaya  organisasi  merupakan  suatu  kekuatan  sosial  yang  tidak  tampak, yang dapat menggerakkan orang­orang dalam suatu organisasi untuk  melakukan aktivitas kerja. Budaya organisasi yang kuat  mendukung tujuan­  tujuan  pendidikan  namun  sebaliknya  apabila  budaya  organisasi  lemah  atau  tidak disiplin maka akan menghambat atau bertentangan dengan tujuan­tujuan  pendidikan.  Dalam  suatu pendidikan  yang  budaya organisasinya  kuat,  nilai­  nilai  kebersamaan  di  pahami  secara  mendalam,  dianut,  dan  diperjuangkan  oleh  sebagian  besar  para  anggota  organisasi  yang  kuat  dan  positif  sangat  berpengaruh  terhadap  perilaku  dan  efektifitas  kinerja  dosen.  Sebagaimana  dinyatakan oleh Deal & Kennedy, Miner, Robbins  dalam  Sutrisno (2010:3)  karena menimbulkan antara lain sebagai berikut: 

1.  Nilai­nilai  kunci  yang  saling  menjalin,  tersosialisasikan,  menginternalisasikan,  menjiwai  pada  para  anggota,  dan  merupakan  kekuatan yang tidak tampak; 

(26)

12 

3.  Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi; 

4.  Adanya  musyawarah  dan  kebersamaan  atau  kesertaan  dalam  hal­hal  yang berarti sebagai bentuk partisipasi, pengakuan, dan penghormatan  terhadapa karyawan; 

5.  Semua  kegiatan  berorientasi  atau  diarahkan  kepada  misi  atau  tujuan  organisasi; 

6.  Para  karyawan  merasa  senang,  karena  diakui  dan  dihargai  martabat  dan kontribusinya, yang sangat rewarding; 

7.  Adanya  koordinasi,  integrasi,  dan  konsistensi  yang  menstabilkan  kegiatan­kegiatan perusahaan; 

8.  Berpengaruh  kuat  terhadap  organisasi  dalam  tiga  aspek:  pengarahan  perilaku  dan  kinerja  organisasi,  penyebarannya  pada  para  anggota  organisasi,  dan  kekuatannya,  yaitu  menekan  para  anggota  untuk  melaksanakan nilai­nilai budaya; 

9.  Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.  Setiap  organisasi  memiliki  budaya  organisasi  sendiri,  begitu  pula  di  dalam  suatu  universitas  atau  perguruan  tinggi  atau  sekolah  tinggi  karena  dapat menciptakan kehidupan kampus yang kondusif. 

Kreitner  dan  Kinicki  (2000:79)  mengemukakan  bahwa    Budaya  organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit  oleh  kelompok  dan  menentukan  bagaimana  kelompok  tersebut  rasakan,  pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. 

(27)

13 

keputusan  untuk  karyawan  mengarahkan  tindakan  mereka  untuk  mencapai  tujuan organisasi. 

Organisasi mempunyai kepribadian, kepribadian yang dimaksud disini  adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mampu memuaskan kebutuhan­  kebutuhan  orang  dan  orang  akan  cenderung  untuk  bekerja  lebih  baik  atau  lebih  keras lagi, serta memiliki komitmen  yang  lebih besar dan tujuan  yang  lebih  terarah.  Menciptakan  budaya  yang  mampu  memuaskan  kebutuhan­  kebutuhan ini merupakan bagian terpenting  bagi suksesnya sebuah organisasi  dan  kualitas  pelayanan  yang  disajikan.  Kydd,  Crawford,  dan  Riches  (1997:14)  mengemukakan  bahwa  kebutuhan­kebutuhan  yang  selalu  ada  dalam  setiap  kelompok  adalah  kebutuhan  untuk:  didukung;  didengar;  diperhatikan;  didorong  semangatnya;  dipercaya;  dihargai  dan  dinilai  tinggi;  diberi  informasi;  dibantu  untuk  memperjelas  idenya;  dibantu  untuk  mengembangkan  keterampilan  dan  kemampuannya;  ditantang  dan  diperluas  kemampuannya. 

(28)

14 

Dari  uraian  di  atas  banyak  hal  yang  dapat  mempengaruhi  kinerja  dosen,  termasuk  diantaranya  etika  kerja.  Menurut  Teori  Keraf  (1993:20)  mengatakan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai  nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola  perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. 

Etika sering juga disebut filsafat moral dan merupakan cabang filsafat  yang  membicarakan  mengenai  tindakan  manusia  dalam  kaitannya  dengan  tujuan hidup yang utama. Etika menghargai budaya yang telah lama menjadi  pola  panutan  masyarakat.  Etika  mempersoalkan  bagaimana  seharusnya  manusia  bertindak  yang  ditentukan  oleh  bermacam­macam  norma  yang  menjadi adap kebiasaan manusia itu sendiri. 

Menurut  Mufid  (2009:173)  etika  dibedakan  dalam  tiga  pengertian  pokok  yaitu  :  (1)  ilmu  tentang  apa  yang  baik  dan  kewajiban  moral;  (2)  kumpulan asas atau nilai  yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai  benar  dan  salah  yang  dianut  suatu  golongan  atau  masyarakat.  Dengan  demikian  dapat  diartikan  bahwa  etika  adalah  nilai­nilai  atau  norma  yang  menjadi  pasangan  bagi  seseorang  atau  kelompok  dalam  mengatur  tingkah  lakunya. 

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya adalah sikap  batin  dan  dalam  bentuk  jamaknya  ta  etha  yang  artinya  adalah  adat  istiadat  atau  adat  kebiasaan.  Setiap  manusia  memiliki  ethosnya  masing­masing 

(29)

15 

kebiasaan  hidup  yang  baik,  yaitu  berbuat  baik  pada  diri  sendiri  atau    pada  orang lain maupun pada sekelompok  masyarakat atau di dalam organisasi. 

Bertens  (2007:7)  menyatakan  bahwa  moralitas  pada  dasarnya  sama  dengan  moral,  yaitu  berpegang  pada  nilai  dan  norma  yang  baik  atau  tidak  baik. 

Berdasarkan uraian diatas, dinyatakan ada dua variabel  yaitu budaya  organisasi,dan etika kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen.  Melalui hasil  observasi  awal  pada  tanggal  5  Agustus  2011  yang  dilakukan  oleh  peneliti  diperoleh  informasi  bahwa  dosen  memiliki  kinerja  rendah  didalam  mewujudkan  Tri  Dharma  Perguruan  Tinggi    diantaranya  mengadakan  penelitian dan pengembangan masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga  dapat mempengaruhi  perilaku, aturan atau norma­norma  yang berlaku serta  kualitas  dan  professional  seorang  dosen  di  suatu  lembaga  pendidikan  khususnya di perguruan tinggi . 

(30)

16 

dosen  hanya  sebagai  sambilan  dan bukan  pekerjaan  utamanya,  memberikan  perkuliahan  tidak  pada  kualifikasi  yang  dimilikinya  sehingga  tidak  dapat  memberikan  kuliah  secara  maksimal  sebagai  dosen  yang  professional,  tanggungjawab rendah karena ditunjukkan dengan masih adanya dosen yang  tidak  membuat  satuan  acara  perkuliahan  (SAP),  rencana  pelaksanaan  perkuliahan  (RPP),  kontrak  perkuliahan,  pengelolaan  kelas,  semangat  kerja  dan  disiplin    kurang,  masih  adanya  dosen  memberikan  perkuliahan  secara  manual  atau  masih  mencatat,    masih  sedikitnya  dosen  lulusan  S2  yang  diperkirakan 10 persen apalagi  lulusan S3, sehingga untuk mengembangkan  diri  menjadi  dosen  yang  profesional  dalam  kinerjanya  masih  rendah  dan  dampaknya kepada mahasiswanya juga mutunya rendah pula. 

Berdasarkan  uraian  di  atas,  perlu  dilakukan  penelitian  guna  mengetahui  penyebab  atau  faktor­faktor  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  kinerja dosen. Faktor­faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dosen  yaitu budaya organisasi dan etika kerja. 

(31)

17 

B.  Identifikasi Masalah 

Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang mempengaruhi  kinerja  dosen  dalam  mentransformasikan  pengetahuannya  dengan  baik,  secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: (1) Apakah budaya  organisasi berpengaruh terhahap etika kerja?; (2) Apakah  budaya organisasi  berpengaruh  terhadap  kinerja  dosen?;  (3)  Apakah  etika  kerja    berpengaruh  terhadap kinerja dosen?; (4) Apakah etika kerja berpengaruh terhadap budaya  organisasi?;  (5)  Apakah  budaya  organisasi  dan  etika  kerja  berpengaruh  terhadap kinerja dosen? 

C.  Pembatasan Masalah 

Sesuai  dengan  latar  belakang  dan  identifikasi  masalah  maka  pengkajian  kinerja  dibatasi  keterkaitannya  dengan  budaya  organisasi  dan  etika kerja di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. 

D.  Rumusan Masalah 

Berdasarkan  pembatasan  masalah  di  atas,  maka  masalah  dalam  penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 

1. Apakah  budaya  organisasi  berpengaruh  terhadap  etika  kerja  di  Kota  Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah? 

2. Apakah  budaya  organisasi  berpengaruh  terhadap  kinerja  dosen  di  Kota  Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah? 

(32)

18 

E.  Tujuan Penelitian 

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 

1.  Pengaruh budaya  organisasi  terhadap  etika  kerja  dosen  di  Kota  Sibolga  dan Kabupaten Tapanuli Tengah. 

2.  Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga dan  Kabupaten Tapanuli Tengah. 

3.  Pengaruh  etika  kerja  terhadap  kinerja  dosen  di  Kota  Sibolga  dan  Kabupaten Tapanuli Tengah. 

F.  Manfaat Penelitian 

Penelitian  ini  dimaksud  untuk  mendapatkan  data­data  dan  informasi  yang  dapat  digunakan  untuk  menguji  kebenaran  pengaruh  variabel  budaya  organisasi,  dan etika kerja terhadap kinerja dosen. Oleh sebab itu diharapkan  penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 

1.  Manfaat secara teoretis 

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat  bagi pengembangan  ilmu  pengetahuan  tentang  perilaku  organisasi  khususnya  yang  berkaitan dengan kinerja, budaya organisasi dan etika kerja. 

2.  Manfaat secara praktis 

Hasil penelitian ini diharapkan supaya bermanfaat bagi berbagai pihak,  terutama: 

(33)

19 

2.2  Bagi  dosen  dapat  menjadikan  semangat  serta  motivasi  dalam  meningkatkan  kinerja  lebih  berkualitas  untuk  mencapai  tujuan  organisasi. 

(34)

102 

BAB V 

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN  A.  Simpulan 

Berdasarkan  hasil  analisis  data,  temuan  dan  pembahasan  penelitian  maka 

dapat diambil simpulan sebagai berikut: 

Pertama,  Terdapat  pengaruh  secara  langsung  budaya  organisasi  terhadap  etika 

kerja Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan 

nilai koefisien jalur yakni 0.63 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 40%. 

Hal ini berarti semakin tinggi dan positif budaya organisasi maka semakin tinggi 

pula pengaruhnya terhadap peningkatan etika kerja. 

Kedua,  Terdapat  pengaruh  secara  langsung  budaya  organisasi  terhadap  kinerja 

dosen Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan 

nilai koefisien jalur yakni 0.47 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 22%. 

Selain  itu,  besarnya  sumbangan  pengaruh  tidak  langsung  melalui  etika  kerja 

terhadap  kinerja  dosen  yakni  15%.  Hal  ini  berarti  semakin  tinggi  dan  positif 

budaya  organisasi  maka  semakin tinggi  pula pengaruhnya  terhadap  peningkatan 

kinerja dosen. 

Ketiga,  Terdapat  pengaruh  secara  langsung  etika  kerja  terhadap  kinerja  dosen 

Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan nilai 

koefisien jalur yakni 0.52 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 27%. Hal 

ini  berarti  semakin  tinggi  dan  positif  etika  kerja  maka  semakin  tinggi  pula 

(35)

103 

B.  Implikasi 

Terujinya  hipotesis  dalam  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  budaya 

organisasi  dan  etika  kerja  dapat  meningkatkan  kinerja  dosen.  Temuan  ini 

setidaknya  membuktikan  secara  empiris  bahwa  budaya  organisasi  yang  ada  di 

perguruan  tinggi  dan  etika  kerja  dosen  merupakan  faktor  penting  dan  sangat 

menentukan dalam peningkatan kinerja dosen. 

1.  Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Budaya Organisasi 

Budaya  organisasi  sangat  penting  dalam  meningkatkan  kinerja  dosen, 

untuk rektorat perguruan tinggi perlu  menerapkan budaya organisasi  yang dapat 

mencerminkan  visi  dan  misi  perguruan  tinggi,  menyepakati  bersama  ketentuan 

norma dan peraturan  yang  mendukung  tujuan  perguruan  tinggi  sebagai  lembaga 

pendidikan  professional.  Implementasi  budaya  organisasi  ini  misalnya  secara 

terprogram  perguruan  tinggi  lebih  peka  untuk  melakukan  kegiata­kegiatan  yang 

berkhasanah untuk pendidikan dan peningkatkan kompetensi dosen dengan jalan 

menyelenggarakan pelatihan­pelatihan, mengadakan seminar, lokakarya, pelatihan 

penulisan  karya  ilmiah,  mengadakan  workshop  dan  pelatihan  tentang  cara­cara 

melakukan pengabdian pada masyarakat. 

Pimpinan  perguruan  tinggi  juga  perlu  memperhatikan  tingkat 

pendidikan  para  dosennya  dimana  pada  umumnya  dosen  yang  ada  di  perguruan 

tinggi  Sibolga  dan  Kabupaten  Tapanuli  Tengah  masih  berstrata  S1,  pimpinan 

perlu mengambil kebijakan untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih 

tinggi  lagi  bagi  dosen  yang  berprestasi  dengan  memberikan  beasiswa  ataupun 

kesempatan  dosen  untuk  melanjutkan  pendidikannya.  Perwujudan  budaya  yang 

(36)

104 

kepercayaan  dan  tanggung  jawab  kepada  Dosen  untuk  melaksanakan  atau 

mengelola  tugasnya  berdasarkan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  Dosen  dan 

jangan  membebani  kerja  yang  lebih  besar  atau  diluar  tanggungjawabnya. 

Melibatkan para Dosen untuk mengambil keputusan dalam hal yang menyangkut 

kebijakan­kebijakan,  pemberian  imbalan  yang  sesuai,  penghargaan  terhadap 

pekerjaan,  fasilitas  fisik  maupun  komunikasi  yang  menunjang  terhadap  kinerja 

yang diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar 

2.  Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Etika Kerja 

Etikakerja  juga  merupakan  faktor  penting  dengan  etika  para  dosen 

memahami  dan  menyadari  bagaimana  seharusnya  dosen  bertindak  sebagaimana 

dirinya  sebagai  pendidik  professional  yang  ditentukan  oleh  bermacam­macam 

norma  yang  menjadi  kebiasaan  dosen  dalam  melaksanakan  tugas  dan  tanggung 

jawabnya.  Dalam  implementasinya,  pembentukan  etika  kerja  yang  baik  perlu 

ditumbuhkan dan dipelihara bukan hanya dari diri sendiri maupun dengan impuls 

dari  pimpinan,  rekan  kerja,  dan    lingkungan.  Pimpinan  harus  dapat  membina, 

membimbing, mengarahkan, berkomunikasi dengan baik mengawasi para Dosen 

dalam  pelaksanaan  proses  perkuliahan,  serta  mengambil  keputusan  yang  dapat 

memotivasi dosen dalam usaha peningkatan mutu kinerja dosen. Sehingga dosen 

menyadari  arti  pentingnya  etika  dan  mutu  kerja  baik  yang  dapat  meningkatkan 

kinerjanya.  Dalam  berhubungan  dengan  rekan  kerja  juga,  dosen  berupaya 

berkomunikasi  dengan  etis  antar  sesama  dosen  dalam  mengembangkan 

pendidikan dan metode perkuliahan yang terbaik. Dengan demikian, Dosen dapat 

benar­benar  terbina  sebagai  team­work  yang  kompak  dan  solid  untuk  mencapai 

(37)

105 

3.  Upaya Peningkatan Etika Kerja Melalui Budaya Organisasi 

Upaya meningkatkan budaya organisasi adalah meningkatkan etika kerja. 

Budaya organisasi berhubungan dengan norma dan nilai yang disepakati bersama 

dan hal tersebut menjiwai organisasi dalam menjalankan aktivitasnya.Perwujudan 

budaya  organisasi  yang  menjiwai  profesionalitas  dalam  bekerja  dan  semangat 

kerja  yang  berkualitas  maka  jika  ditanamkan  dengan  kuat  dalam  kehidupan 

berorganisasi maka akan terbentuk Etika kerja dimana dalam  diri setiap anggota 

organisasi yang didasari juga dengan aturan­aturan, nilai, norma yang diinginkan 

guna  menunjang  kinerja  terbaik  akhirnya  muncullah  energi  yang  positif,  etika 

yang positif, dan  periaku yang positif serta memiliki semangat yang tinggi. 

Dalam hal ini, dengan budaya organisasi yang dapat menciptakan suasana 

kerja  yang  kondusif  karena  adanya  rasa  aman  dan  nyaman  dalam  bekerja, 

sehingga dapat mengembangkan potensi seseorang dalam berfikir, berkarya serta 

berprestasi untuk mencapai tujuan. Selain  itu adanya pengarahan dan penjelasan 

budaya organisasi dari pimpinan perguruan tinggi langsung sehingga para dosen 

dan  pegawai  lainnya  dapat  memahami  dan  menanamkan  kuat  dalam  hatinya 

bekerja  professional  yang  beretika  sehingga  dosen  dalam  perilakunya  dapat 

(38)

106 

C.  Saran

Saran­saran  yang  dapat  disampaikan  sehubungan  dengan  temuan  hasil 

penelitian ini adalah: 

1.  Disarankan  bagi  pimpinan  (rektor)  di  perguruan  tinggi  di  Sibolga  dan 

Tapanuli Tengah untuk mampu meningkatkan budaya organisasi di lembaga 

yang  dipimpinnya  dengan  cara  pimpinan  perguruan  tinggi  bekerja  keras 

untuk  dapat  menciptakan  suatu  tatanan  nilai  dan  norma  yang  dapat 

mendukung kemajuan dan kreativitas para dosen dalam bekerja  yang dapat 

meresap  ke  seluruh  anggota  baik  dengan  kekuatan  ataupun  sukarela, 

memberikan  teladan  yang  baik,  mewujudkan  kondisi­kondisi  kerja  yang 

kondusif,  melibatkan  dosen  dalam  setiap  pengambilan  keputusan  untuk 

mengembangkan  kemajuan  perguruan  tinggi  sehingga  para  dosen  dan 

pegawai lainnya terbiasa untuk bekerja keras dan selalu ingat visi dan misi 

perguruan tinggi serta merasa bangga untuk senantiasa bekerja dengan baik 

dan berusaha bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan. 

2.  Disarankan  pimpinan  perguruan  tinggi  kiranya  dapat  menciptakan  dan 

memupuk budaya perguruan tinggi  yang mendukung terhadap peningkatan 

kinerja dosen seperti  melakukan  pengawasan  atau  supervisi  secara berkala 

terhadap  dosen  sewaktu  berlangsungnya  proses  belajar  mengajar,  serta 

pengawasan  atau  pemeriksaan  kelengkapan  administrasi  mengajar  dosen 

seperti Satuan Acara Perkuliahan atau Kontrak Perkuliahan (terutama pada 

saat  awal  semester.  Pimpinan  juga  perlu  membudidayakan  program 

pengabdian  pada  masyarakat  dengan  alokasi  yang  waktu  yang  sesuai 

(39)

107 

pelatihan/penyuluhan serta melayani masyarakat. Pimpinan perguruan tinggi 

juga  perlu  mendukung  dengan  memberikan  bantuan  dana  ataupun  fasilitas 

agar  para  dosen  untuk  membuat  karya  pengabdian  kepada  masyarakat 

termasuk buku pelajaran kepada masyarakat. 

3.  Disarankan  kepada para dosen  perguruan  tinggi  di Sibolga  dan  Kabupaten 

Tapanuli  Tengah,  sebaiknya  perlu  senantiasa  mengembangkan  kompetensi 

keilmuwannya misalnya aktif dalam mengikuti perkembangan pengetahuan 

melalui  riset­riset,  jurnal­jurnal  nasional  dan  internasional,  dan  mengikuti 

seminar­seminar ilmiah yang diselenggarakan. Dosen hendaknya menyadari 

perannya  sebagai  pendidik  untuk  juga  memberikan  pengabdian  kepada 

masyarakat. Selain itu, para dosen diharapkan dapat memahami budaya yang 

berlaku  di  perguruan  tinggi  dengan  tetap  menerima  arahan  dari  pimpinan, 

mempunyai  kepercayan  terhadap  perguruan  tinggi,  dan  tetap  menjalin 

komunikasi  yang  baik  dengan  sesama  dosen  lainnya.  Dengan  demikian 

dosen  merasa  difasilitasi  dan  diberikan  kesempatan  untuk  melakukan 

peningkatan kemampuannya sehingga dosen juga berfikiran positif perlunya 

kualitas pengajaran bagi keberhasilan mahasiswa. 

4.  Kepada  peneliti  lain  bahwa  penelitian  ini  perlu  ditindak  lanjuti  khususnya 

yang  berkaitan  dengan  variabel­variabel  berbeda  yang  turut  memberikan 

sumbangan terhadap kinerja dosen seperti variable budaya organisasi, etika 

(40)

108 

DAFTAR  PUSTAKA 

Ambarita, Biner. 2010.Analisis Alur Utama Hubungan Variabel Penentu Kinerja 

Dosen ( Pengaruh Kepemimpinan,  Manajemen Personalia,  Budaya  Organisasi  Kepuasan  Kerjadan  Komitmen  Organisasi  Terhadap  Kinerja  Dosen)    di    Universitas  Negeri  Medan,  Tesis  Universitas  Negeri Medan. 

Arikunto,  Suharsimi.  2010.  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktis, 

Jakarta: Rineka Cipta. 

Bateman,  Thomas,  S.  2008.  Manajemen  Kepemimpinan  dan  Kolaborasi 

dalam Dunia yang Kompetitif (Terjemahan: Chriswan Sungkono  dan  Ali  Akbar Yulianto), Jakarta: Salemba Empat 

Bertens, K. 2007.  Etika,Jakarta: Gramedia 

Colquitt,  A. Jason,  Jeffery  A.  Pine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational 

Behavior, New York: McGraw­Hill. 

Danim, Sudarwan.  2010.  Profesionalisasi dan Etika Profesi  Guru,  Bandung: 

Alfabeta. 

­­­­­­­­­ , 2010. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+ EQ), 

Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos,Bandung: Alfabeta. 

Depdiknas, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 

­­­­­­­­­, 2010. Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 2,Medan: PPS 

Unimed. 

Fuad, Noor dan Gofur Ahmad. 2009. Integrated HRD, Jakarta: Grasindo. 

Goetsch, L. David and Standley B. Davis.  1997.  Introduction  to  Total  Quality 

(Quality Management for Production, Processing, and Service ),  New  Jersey: Prentice­Hill. 

Greenberg,  Jerald and Robert A. Baron.  2008.Behavior  in Organizations,  New 

Jersey: Prentice­Hall. 

Griffin,  W.  Ricky.  2002.  Manajemen  (Terjemahan:  Gina  Gania),  Jakarta: 

Erlangga. 

Hasan Alwi, dkk, 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 

Ikhsan,  Arfan  dan  Indra  Maipita.  2011.  Perilaku  Organisasi,  Medan: 

(41)

109 

Keraf, Sonny, A. 1993.  Etika Bisnis Membangun  Citra  Bisnis Sebagai Profesi 

Luhur,Yogyakarta: Kanisius. 

Kinicki, Angelo  and  Robert  Kreitner.  Perilaku Organisasi (Terjemahan:  Erly 

Suandy), Jakarta: Salemba Empat. 

Kydd,  Lesley,  Megan  Crawford  and  Colin  Riches.  1997.  Professional 

development for educational management, Pengembangan    professional  untuk  manajemen  pendidikan  (Terjemahan:  Ursula  Gyani.  B),  Jakarta:  Grasindo. 

Lunenburg,  C.  Fred  and  Allan  C.  Ornstein.  2000.  Educational  Administration, 

USA: Wadsworth. 

Magnis,  Fransdan  Suseno.  1989.  EtikaSosial,  Jakarta:  Gramedia.  Moeheriono. 

2012.  Perencanaan,    Aplikasidan  Pengembangan  Indikator  Kinerja 

Utama (IKU) Bisniss dan Publik, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Musfah,  Jejen. 2011.  Peningkatan Kompetensi   Guru   Melalui Pelatihan  Dan 

Sumber Belajar Teori dan Praktik,Jakarta: Kencana. 

Nata, Abuddin. 2003.Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan 

Islam Di Indonesia, Bogor: Kencana. 

Ndraha, Taliziduhu. 2003.Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka CIpta. 

Nurfarhati, 1999. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan 

Pada PT.  Telkom  Malang,  Tesis Universitas Brawijaya  Malang.  Tidak Di Publikasikan. 

Pace, R. Wayne and Don. F. Faules.  2005.  Komunikasi Organisasi Strategi 

Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Terjemahan: Deddy Mulyana),  Bandung:  Remaja Rosdakarya. 

Pangaribuan, Juanda. 2011. Kedudukan Dosen Dalam Hukum Ketenagakerjaan, 

Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera. 

Pidarta, Made. 2005. Toeri Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta. 

Purba,  Sukarman.    2010.  Kinerja  Pimpinan  Jurusan  di  Perguruan  Tinggi, 

Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo. 

Rivai, Veithzal. 2011.  Performance  Appraisal Sistem yang tepat untukmenilai 

kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan,Jakarta:  Rajawali Pers. 

­­­­­­­. 2003.  Kepemimpinan  Dan Perilaku Organisasi,Jakarta:  Raja Grafindo 

(42)

110 

Robbins,  Stephen,  P.  1994.  Teori  Organisasi:  Struktur,  Desain,  Dan  Aplikasi 

(Terjemahan: Jusuf Udaya), Jakarta: Arcan. 

Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan 

Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah  dalam Sistem Otonomi Sekolah, Bandung: Alfabeta. 

Sagala, Syaiful dan Syawal Gultom. 2011. Praktik Etika  Pendidikan di Seluruh 

Wilayah NKRI, Bandung: Alfabeta. 

Siagian,  Sondang,  P.  2007.  Teori  Pengembangan  Organisasi,  Jakarta  :  Bumi 

Aksara. 

Sibuea, Abdul Muin. 2005.Statistik,Medan: Unimed. 

Sugiono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. 

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama. 

Susilo,  M.  Joko.  2009.  Pembodohan  Siswa  Tersistematis,  Yogyakarta:  Pinus 

Book Publisher. 

Sutrisno, Edy. 2010.Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana. 

Tika,  Pabundu. 2008.Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, 

Jakarta: Bumi Aksara. 

Timpe,  A.  Dale.  2002.  Kinerja,  Seri  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia 

(Terjemahan: Sofyan Cimat), Jakarta: Gramedia. 

Wibowo, 2011.  Budaya Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers. 

Winardi,  J.  2003.  Teori  Organisasi  dan  Pengorganisasian,  Jakarta:  Raja 

Grafindo. 

Willa,  Retnosari.  2001.  Hubungan  Faktor  Individu  Terhadap  Perilaku  Kinerja 

Karyawan  pada  PT.  Nippon  Indosari  Corporation  Cikarang  –  Bekasi,Tesis UNPAD. Tidak Di Publikasikan. 

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berdasarkan perolehan data yang telah dilakukan peneliti, sama halnya dengan kedua tipe yang lain (aggressive dan detached), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengisi pada pembuatan lem tegel karet berpengaruh terhadap daya rekat dan viskositas

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa adalah tipe tipe Numbered Heads Together (NHT)

Bahwa berdasarkan Pasal 2 angka 4 Perjanjian Pembiayaan Murabahah Nomor 695/MRB/BMT-PAS/VII/2014 tertanggal 07 Juli 2014 maka PARA TERGUGAT bersedia untuk menanggung segala

Aktivitas kitinase ( μ M pNP/mg protein/jam) pada jaringan batang menggunakan substrat dimer (pNP-GlcNAc) serta pengelompokan ketahanan berdasarkan respons jaringan leher akar

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari perkembangan lisianthus di pembibitan, penyiraman, perkembangan bunga, vase life, karakteristik tanaman lapang, persentase

sela-sela pembelajaran. Perbaikan diatas sudah dilakukan dengan baik pada pelaksanaan siklus II, Berdasarkan hasil observasi pada siklus II didapatkan bahwa penggunaan metode

Peta pariwisata interaktif merupakan sebuah aplikasi peta digital yang bersifat interaktif yang diharapkan dapat menjadi media sarana yang sangat menarik