viii
ABSTRAK
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA Studi kasus pada siswa SMA N 6 Yogyakarta
Monica Diah Eka Rahayu Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (2) pengaruh locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (3) pengaruh lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 6 Yogyakarta, Terban, Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam SMA N 6 Yogyakarta yang berjumlah 168 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 86 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011. Penarikan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data penelitian menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (rhitung = 0,532 > rtabel = 0,2158); (2)
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL AND THE LEARNING ENVIRONMENT TOWARDS THE CORRELATION BETWEEN THE
STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
A Case Study on students of SMA N 6 Yogyakarta
Monica Diah Eka Rahayu Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aims to know: (1) the correlation between the students’ learning motivation and the students’ achievement; (2) the influence of locus of control to the correlation between the students’ learning motivation and students’ achievement; (3) the influence of the learning environment towards the correlation between the students’ learning motivation and the students’ achievement.
This research is a case study at SMA N 6 Yogyakarta 2010-2011 Academic Year. The research populations are 168 students of SMA N 6 Yogyakarta majored in Science. The samples are 86 students of XI grade. The research was done from May until June 2011. The technique of taking samples was Purposive Sampling method. The techniques of data analysis were Simple linear regression and linear regression developed by Chow.
The result of the data analysis shows that, (1) there is positive correlation between the students’ learning motivation and students’ achievement (rcount =
0,532 > rtable = 0,2158); (2) there is no influence of locus of control towards the
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA Studi Kasus pada Siswa SMA N 6 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi pendidikan Akuntansi
Oleh:
Monica Diah Eka Rahayu
071334028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA Studi Kasus pada Siswa SMA N 6 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi pendidikan Akuntansi
Oleh:
Monica Diah Eka Rahayu
071334028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENG
MO
Dosen P
Drs. FX
GARUH
L
BELAJA
OTIVASI
Studi
Pembimbing
X Muhadi, M
LOCUS OF
AR TERH
BELAJA
i Kasus pad
Monic Tela g M.Pd ii SKRIPSI
F CONTR
HADAP H
AR DENGA
da Siswa SM
Oleh: ca Diah Eka
071334028
ah disetujui
ROL
DAN
HUBUNGA
AN PRES
MA N 6 Yogy
a Rahayu 8 i oleh: Tangga
LINGKU
AN ANTA
STASI BEL
yakartaal: 27 Juli 2
UNGAN
RA
LAJAR
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
♥
Allah Bapa, Tuhan Yesus dan
Bunda Maria
♥
Bapak, Ibu yang sungguh luar biasa
♥
Adikku Natalia Dhita Prabasari
tersayang
♥
Albert Bagasworo tercinta
♥
Almamaterku Universitas Sanata
v
MOTTO
“Tak Perlu mengkhawatirkan masa lalu dan mencemaskan
masa depan, karena sesungguhnya Tuhan telah
mempersiapkan rencana terbaikNya...”
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka
kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Monica Diah Eka Rahayu
Nomor Mahasiswa : 071334028
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN LINGKUNGAN BELAJAR
TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus pada siswa SMA N 6 Yogyakarta.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan kata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun member royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi kasus pada siswa SMA N 6 Yogyakarta
Monica Diah Eka Rahayu Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (2) pengaruh locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (3) pengaruh lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 6 Yogyakarta, Terban, Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam SMA N 6 Yogyakarta yang berjumlah 168 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 86 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011. Penarikan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data penelitian menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (rhitung = 0,532 > rtabel = 0,2158); (2)
tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (β3 = 0,005; ρ = 0,668 > α = 0,05); (3) ada pengaruh
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL AND THE LEARNING ENVIRONMENT TOWARDS THE CORRELATION BETWEEN THE
STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
A Case Study on students of SMA N 6 Yogyakarta
Monica Diah Eka Rahayu Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aims to know: (1) the correlation between the students’ learning motivation and the students’ achievement; (2) the influence of locus of control to the correlation between the students’ learning motivation and students’ achievement; (3) the influence of the learning environment towards the correlation between the students’ learning motivation and the students’ achievement.
This research is a case study at SMA N 6 Yogyakarta 2010-2011 Academic Year. The research populations are 168 students of SMA N 6 Yogyakarta majored in Science. The samples are 86 students of XI grade. The research was done from May until June 2011. The technique of taking samples was Purposive Sampling method. The techniques of data analysis were Simple linear regression and linear regression developed by Chow.
The result of the data analysis shows that, (1) there is positive correlation between the students’ learning motivation and students’ achievement (rcount =
0,532 > rtable = 0,2158); (2) there is no influence of locus of control towards the
correlation between the students’ learning motivation and the students’ achievement (β3 = 0,005; ρ = 0,668 > α = 0,05); (3) there is positive influence of
the students’ learning environment towards the correlation between students’ learning motivation and the students’ achievement (β3 = 0,021; ρ = 0,005 < α =
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul: “PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN
LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN ANTARA MOTIVSI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA“. Studi kasus pada SMA N 6 Yogyakarta.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., Selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.Si., Selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Akuntansi.
4. Bapak Drs. FX Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang
xi
masukan, saran dan pengarahan demi terselesaikannya penyusunan
skripsi ini. Terima kasih atas semuanya.
5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. dan bapak Agustinus
Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji skripsi serta memberikan masukan
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi, terima kasih atas
bekal ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama ini.
7. Seluruh karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi
atas bantuan dan pelayanan yang telah diberikan selama penulis
kuliah.
8. Bapak dan ibu guru SMA N 6 Yogyakarta serta seluruh siswa-siswi
SMA N 6 Yogyakarta yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Simbah kakung “Sosro Haryono” yang ditengah kekurangannya tak
pernah lelah memberikan doa kepada penulis.
10. Ayahku “Robertus Sumpeno” dan Ibuku “Yustina Kadaryatmi” serta
adikku tersayang “Natalia Dhita Prabasari”. Terima kasih atas doa
serta curahan perhatian, kasih sayang, semangat, serta bantuan baik
moral maupun material. Tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.
11. Sayangku “Albertus Bagasworo” yang selalu sabar, penuh perhatian
dan membuat hari-hari penulis menjadi ceria serta bermakna...terima
xii
12. Pak Tik dan Bu Sri, serta Alfon. Terima kasih banyak atas nasehat
serta perhatian yang selalu diberikan kepada penulis.
13. Seluruh teman di kost Pringgodani 13, terlebih sahabat-sahabatku
Yoyo, Mbak Ririn, Tina, Okty, Rita, Ita. Betapa bahagianya punya
sahabat seperti kalian, selalu menemani saat senang maupun susah.
Love you all...
14. Sahabat seangkatan Sisca, Mega, Umi, Siwi, Frisca, Mimi. Tetep
kompak dan terima kasih atas bantuan, motivasi dan pengalaman
bersama kalian selama ini.
15. Seluruh teman PAK A&B angkatan 2007, terima kasih untuk
kebersamaan yang kita lalui selama berproses di Pendidikan
Akuntansi.
16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak dapat disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan massukan
dari para pembaca demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 7
A. Tinjauan Teoritik ... 7
1. Prestasi Belajar ... 7
a. Definisi dan Prinsip-Prinsip Belajar ... 7
b. Definisi Prestasi ... 10
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11
2. Motivasi ... 18
a. Definisi ... 18
b. Teori Tentang Motivasi ... 19
c. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 21
3. Locus of Control ... 22
a. Definisi ... 22
b. Jenis-jenis locus of control ... 24
4. Lingkungan Belajar ... 26
a. Definisi ... 26
b. Macam-Macam Lingkungan Belajar ... 26
B. Kerangka Berpikir ... 31
C. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
xiv
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 37
E. Teknik Pengumpulan data ... 42
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 43
G. Teknik Analisis Data ... 48
1. Analisis Profil Responden ... 48
2. Deskripsi data penelitian ... 48
3. Uji Prasyarat Analisis ... 48
4. Pengujian hipotesis ... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 52
A. Sejarah berdirinya SMA N 6 yogyakarta ... 52
B. Visi Misi SMA N 6 Yogyakarta... 57
C. Kurikulum SMA N 6 Yogyakarta ... 60
D. Organisasi Sekolah ... 63
E. Sumber Daya Manusia ... 64
F. Siswa SMA N 6 Yogyakarta ... 65
G. Kondisi Fisik dan Lingkungaan Sekolah ... 66
H. Sarana Prasarana Sekolah ... 67
I. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 70
J. Pedoman Penilaian Sikap Akhlak Siswa ... 71
K. Prestasi Bidang penelitian Tingkat Nasional ... 75
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 81
A. Deskripsi Data ... 81
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 81
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 82
B. Analisis Data ... 86
1. Pengujian Prasyarat analisis ... 86
a. Uji Normalitas ... 86
b. Uji Linearitas ... 87
2. Pengujian Hipotesis... 87
a. Pengujian Hipotesis I ... 87
b. Pengujian Hipotesis II ... 90
c. Pengujian Hipotesis III ... 92
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
1. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa ... 94
2. Pengaruh locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa ... 96
3. Pengaruh lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa ... 99
BAB VI PENUTUP ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian ... 104
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 108
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasional Variabel Motivasi Belajar ... 38
Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel Locus of Control ... 39
Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel Lingkungan Belajar ... 39
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 44
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar ... 45
Table 3.6 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Locus of Control ... 46
Tabel 3.7 Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas ... 47
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 48
Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 61
Tabel 4.2 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta Kelas XI dan XII Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 62
Tabel 4.3 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta Kelas XI dan XII Program IPS Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 63
Tabel 4.4 Struktur Organisasi Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 63
Tabel 4.5 Status dan Pendidikan Guru SMA NEGERI 6 Yogyakarta ... 64
Tabel 4.6 Tabel Status dan Pendidikan Karyawan SMA NEGERI 6 Yogyakarta ... 65
Tabel 4.7 Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah Kelas... 65
Tabel 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas Paralelnya ... 66
Tabel 4.9 Skor Pelanggaran ... 71
Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden ... 81
Tabel 5.2 Deskripsi Prestasi Belajar ... 82
Tabel 5.3 Deskripsi Motivasi Belajar ... 83
Tabel 5.4 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 84
Tabel 5.5 Deskripsi Locus of Control ... 85
Tabel 5.6 Rangkuman Uji Normalitas Data ... 86
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Linearitas ... 87
Tabel 5.8 correlations (Uji Hipotesis I) ... 88
Tabel 5.9 Coefficients (Perhitugan t hitung Hipotesis I) ... 90
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis ... 91
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian ... 110
LAMPIRAN II Output Uji Validitas ... 119
LAMPIRAN III Data Induk Penelitian ... 126
LAMPIRAN IV Output Uji Normalitas dan Linearitas ... 137
LAMPIRAN V Data Statistik dan Uji Hipotesis ... 139
LAMPIRAN VI PAP II ... 145
LAMPIRAN VII Surat Penelitian ... 150
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang menginginkan hidup yang baik, harapan besar akan masa
depan yang cerah. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti program
pendidikan. Semua orang yang mengenyam dunia pendidikan menaruh
harapan yang sangat besar akan masa depannya. Belajar memang dapat
dilakukan kapanpun dan dimanapun. Akan tetapi kebanyakan orang akan lebih
memilih pendidikan formal yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
maupun oleh lembaga-lembaga atau swasta, yang memiliki aturan serta
tata-cara yang jelas.
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang
amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini bisa
dikatakan masih jauh dari kualitas atau mutu yang baik. Masyarakat Indonesia
dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah berat, terutama
berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Sehubungan
dengan mentalitas masyarakat Indonesia yang buruk, seharusnya pendidikan
dapat berperan untuk mendayagunakan sikap serta gaya hidup masyarakat,
terlebih guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya (Mulyasa,
Pada era globalisasi, Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk memperbaiki sistem pendidikan di
Indonesia, mulai dari perbaikan kurikulum secara terus menerus hingga
menganggarkan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN yang direalisasikan
dengan adanya dana BOS. Hasilnya, pendidikan di Indonesia kini mulai
berbenah menuju arah yang lebih baik. Berbagai fasilitas yang kurang baik
mulai diperbaiki dan menambah fasilitas baru yang menunjang bagi sekolah.
Proses pendidikan di sekolah kini juga lebih mengembangkan siswa untuk
dapat memiliki kompetensi tertentu, bukan hanya sekedar mampu
menyelesaikan suatu materi.
Prestasi belajar menjadi masalah terpenting dan menjadi perhatian
utama, karena hampir semua pelaku dunia pendidikan menganggap bahwa
tolok ukur berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar dengan melihat
hasil prestasi belajarnya, begitu juga bagi siswa-siswi SMA N 6 Yogyakarta.
Sebagai salah satu sekolah favorit yang dipandang memiliki prestasi cukup
baik di DIY, banyak orang tua yang mempercayakan anak-anak mereka untuk
belajar di SMA N 6 Yogyakarta dengan harapan anak-anak mereka
memperoleh pendidikan yang baik. Bagi orang tua dan juga siswa, prestasi
belajar di sekolah massih menjadi tolok ukur penting bagi keberhasilan dalam
belajar. Bagi siswa, tahu sebab-sebab dari hasil prestasi belajar akan
menungkinkan timbulnya keinginan untuk terus memperbaiki prestasi belajar.
Adapun guna mempertahankan prestasi siswa agar tetap baik, faktor-faktor
lingkungan belajarnya. Seorang siswa akan termotivasi untuk belajar karena
memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu prestasi belajar yang memuaskan.
Motivasi tiap orang untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah
sangat berbeda-beda. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2008:73). Motivasi tumbuh
dalam diri seseorang yang membuat orang itu ingin melakukan sesuatu atau
mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam
kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai suatu keseluruhan
daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.
Oleh karena itu, seorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi bisa saja gagal
dalam belajar karena kekurangan motivasi dalam dirinya (Sardiman, 2008:75).
Motivasi belajar dalam diri sebagian besar siswa-siswi SMA N 6 Yogyakarta
dapat dikatakan cukup baik. Kelengkapan fasilitas belajar serta kemauan
untuk belajar cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam
berpartisipassi baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun dalam
kegiatan di luar kelas.
Adanya motivasi belajar dalam diri siswa, tentu dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempatnya belajar. Pada dasarnya lingkungan tempat belajar
meliputi tiga hal, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat. Jika kondisi lingkungan belajar kurang diperhatikan,
yang sering ribut, tidak diberlakukannya jam masyarakat dilingkungan tempat
tinggal, bangunan sekolah yang sudah tidak layak, dan sebagainya. Karena itu
lingkungan belajar perlu diperhatikan jika ingin prestasi siswa memuaskan.
Lingkungan sekolah SMA N 6 Yogyakarta yang terletak di tepi jalan raya
yang ramai perlu diperhatikan dan dikondisikan agar tidak mempengaruhi
siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar siswa yang utama
adalah dilakukan di sekolah. Karena apabila suasana menyenangkan maka
motivasi belajar pasti akan bertambah.
Disamping itu bagaimana seorang siswa dalam menyikapi segala
persoalan yang terjadi dalam hidupnya, atau yang biasa disebut dengan istilah
locus of control juga perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Setiap orang akan memiliki cara pandang tersendiri dalam melihat segala hal
yang menyebabkan sesuatu terjadi dalam dirinya. Misalkan seseorang
mengalami kegagalan dalam ujian, dia menganggap bahwa dirinya tidak pintar
(faktor internal), akan tetapi ada juga yang berfikir bahwa kegagalan
disebabkan karena kondisi tempat test sedang bising (faktor eksternal). Locus
of control yang berbeda akan menimbulkan cara bersikap yang berbeda serta
tindakan yang akan diambil berbeda pula.
Berkaitan dengan hal diatas, maka siswa sekolah sangat memerlukan
dorongan atau motivasi dan lingkungan belajar yang baik supaya prestasi
belajar mereka maksimal. Akan tetapi prestasi belajar yang menurun masih
perbaikan dengan bantuan pihak-pihak yang terkait, diantaranya guru dan
orang tua.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil topik “Pengaruh
Locus of control dan Lingkungan Belajar Terhadap Hubungan antara Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMA N 6 Yogyakarta.”
B. Rumusan masalah
Dalam penyusunan proposal penelitian ini masalah yang coba ingin
diungkap oleh penulis adalah:
1. Apakah ada hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Siswa SMA N 6 Yogyakarta?
2. Apakah ada pengaruh Locus of Control terhadap hubungan antara
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMA N 6 Yogyakarta?
3. Apakah ada pengaruh Lingkungan Belajar terhadap hubungan antara
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMA N 6 Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Siswa SMA N 6 Yogyakarta.
2. Mengetahui pengaruh Locus of Control terhadap hubungan antara
3. Mengetahui pengaruh Lingkungan Belajar terhadap hubungan antara
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMA N 6 Yogyakarta.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak, diantaranya:
1. Bagi Siswa
Sebagai bahan referensi tentang cara peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebaga bahan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan prestasi peserta didik serta
faktor-faktor yang perlu diperhatikan guna perkembangan prestasi
akademik peserta didik.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
prestasi belajar siswa, sebagai bahan pertimbangan pengambilan
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Teoritik 1. Prestasi Belajar
a. Definisi dan Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstant.”
Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah
“suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.”
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
para ahli. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa
prinsip yang relatif berlaku umum. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual (Dimyati,
1999:42).
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian para peserta didik terhadap bahan yang diajarkan
diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar dan supaya
siswa dapat memahami bahan yang diajarkan. Perhatian terhadap
suatu bahan pelajaran yang dirasa menarik tentu akan
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik itu sendiri (Dimyati,
1999:42).
2) Keaktifan
Seseorang memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Dorongan inilah
yang diperlukan dalam proses belajar, karena dalam proses belajar
dibutuhkan kemampuan atau dorongan untuk mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan
fisik yang mudah diamati hingga kegiatan psikis yang susah
diamati. Kegiatan fisik dapat meliputi membaca dan menulis.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya adalah memecahkan masalah,
menyimpulkan hasil percobaan, dan sebagainya (Dimyati,
3) Keterlibatan Langsung
Belajar haruslah dilakukan sendiri, belajar adalah mengalami.
Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar
dikemukakan oleh John Dewey (dalam Dimyati, 1999:46) dengan
learning by doing. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif dengan
cara problem solving.
4) Pengulangan
Seperti pisau yang harus terus diasah supaya tetap tajam,
proses belajar yang terus diulang ulang akan membuat kegiatan
belajar akan menjadi sempurna. Thorndike (dalam Dimyati,
1999:46) mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya
respons benar. Pada intinya dalam belajar tetap diperlukan latihan
atau pengulangan.
5) Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam bahan belajar.
Tantangan yang dihadapi akan membuat siswa terdorong dan
6) Balikan atau Penguatan
Siswa akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar selanjutnya. Menurut B. F. Skinner (dalam Dimyati,
1999:48) penguatan yang diperlukan tidak hanya yang bersifat
positif, akan tetapi penguatan negatif juga dapat memperkuat
belajar.
7) Perbedaan Individual
Siswa merupakan individu yang unik, yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik
psikis, kepribadian maupun sifat-sifatnya. Akan tetapi perbedaan
ini bukanlah suatu hambatan, melainkan suatu dorongan untuk
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Perbedaan ini perlu
diperhatikan dengan menggunakan strategi dan metode belajar
yang sesuai.
b. Definisi Prestasi
Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.”
Menurut S. Nasution, prestasi belajar adalah “Kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target
dalam ketiga kriteria tersebut.”
(ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar)
Dengan demikian maka prestasi belajar dapat didefinisikan
sebagai hasil yang diperoleh seseorang yang telah melakukan proses
belajar. Prestasi belajar yang diperoleh setiap siswa berbeda-beda,
tergantung dari bagaimana hasil evaluasi belajar selama proses belajar
itu berlangsung.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern
yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber
dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau
dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut Mudzakir dan Sutrisno (1997: 155-168) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua
faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri manusia) dan faktor
ekstern (faktor dari luar manusia).
(1) Faktor Internal
Faktor internal meliputi:
(a) Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda.
Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas,
dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong jenius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90
tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami
kesulitan belajar.
(b)Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa
sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang
berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang
sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari
sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan,
pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau
pelajaran sehingga nialinya rendah.
(c) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran
akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan
menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat
terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti
pelajaran, lengkap idaknya catatan dan aktif tidaknya dalam
proses pembelajaran.
(d)Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai
tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya
akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat
membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya.
Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak
acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran,
suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran.
(e) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi
juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional.
Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik.
Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan
hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses
akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh
akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. individu di
dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat
kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah
emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
(2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa,
faktor ini meliputi :
a)Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Yang termasuk faktor ini antara lain :
(1) Perhatian Orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa
belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan
menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam
hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
(2) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang
percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan
tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi
prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa
yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi
belajar yang tinggi.
(3) Hubungan antara anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang
harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya
hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan
mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini
dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga
prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
b) Lingkungan Sekolah
(1) Guru
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah
yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar
siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang
bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka
seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang
akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta
dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.
(2) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat
penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat
praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak
menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru
cenderung menggunakan metode ceramah yang
menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup
kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.
(3) Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang
kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar. Ruang
harus memenuhi syarat kesehatan seperti;
(a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar
dan sinar dapat masuk ruangan
(c) Lantai tidak becek, licin atau kotor
(d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti
pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa
mudah konsentrasi dalam belajar
c) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)
(1) Faktor mas media
Meliputi : bioskop, tv, surat kabar, majalah,
buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang
akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu
yang dipergunakan, hingga lupa tugasbelajar.
(2) Lingkungan sosial
(a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi
anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan
memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang
dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
(b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak
untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa,
dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan
tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur,
akan sangat berpengaruh bagi anak.
(c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh
memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan
diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas
belajarnya.
2. Motivasi a. Definisi
Sudah umum orang menyebut kata “motif” untuk menunjuk
mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata motif dapat diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan
di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (Sardiman, 2008:73).
Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak
(Sardiman, 2008:73).
Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,
b. Teori Tentang Motivasi
Teori tentang motivasi lahir dan awal perkembangannya ada di
kalangan para psikolog. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang
motivasi yang selalu berhubungan dengan kebutuhan kebutuhan pokok
(Abraham H. Maslow, 1984:39), diantaranya adalah teori tentang
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan
rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, serta
kebutuhan akan perwujudan diri.
1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan yang biasanya dijadikan titik tolak teori motivasi
adalah apa yang disebut dengan teori fisiologis. Kebutuhan
fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dalam diri
manusia. Kebutuhan fisiologis dalam diri manusia diantaranya
adalah rasa lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya
(Sardiman, 2008:80). Dalam diri manusia yang merasa kekurangan
segala-galanya dalam dirinya, besar sekali kemungkinan bahwa
motivasi yang paling besar adalah kebutuhan fisiologis.
2) Kebutuhan akan keselamatan.
Apabila kebutuhan fisiologis relatif terpenuhi maka akan
muncul seperangkat kebutuhan baru yang dapat dikategorikan
dalam kebutuhan-kebutuhan akan keselamatan (keamanan,
takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban,
hukum, batas-batas kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya).
3) Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta.
Apabila kebutuhan-kebutuhan akan fisiologis dan
keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul
kebutuhan-kebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa memiliki, dan seluruh
daur yang telah digambarkan diulang kembali dengan
menempatkan hal-hal ini sebagai titik pusat yang baru.
Dalam masyarakat kita rintangan terhadap pemenuhan
kebutuhan ini merupakan inti yang paling sering ditemukan dalam
berbakai kasus yang menunjukkan kegagalan untuk menyesuaikan
diri.
4) Kebutuhan akan Harga diri
Semua orang dalam masyarakat kita mempunyai kebutuhan
atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap,
mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan
rasa hormat, atau harga diri, dan penghargaan akan orang-orang
lainnya.
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan
percaya pada diri sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan
kelaikan akan kegunaan dan rasa diperlukan oleh dunia. Tetapi
rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan
gilirannya perasaan-perasaan ini melahirkan keputusan yang
mendasar atau jika tidak demikian berbagai kecenderungan
kompensatif.
5) Kebutuhan akan perwujudan diri
Sekalipun semua kebutuhan telah terpenuhi, kita masih sering
merasa bahwa segera akan berkembang suatu perasaan tidak puas
dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang itu melakukan
apa yang secara individual sesuai baginya.
c. Bentuk-Bentuk-Bentuk Motivasi
Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 1986:91), diantaranya adalah
member angka, Ego-involvement, memberi ulangan, pujian, dan
sebagainya.
1) Memberi angka.
Dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan
belajarnya.Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka atau nilai yang baik. Angka yang baik itu bagi
siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun demikian
semua itu harus diingat bahwa pencapaian angka belum
2) Ego-involvement.
Menumbuhkan kesadaran kepada para siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
penting.
3) Memberi ulangan.
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan nada
ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana
motivasi.
4) Mengetahui hasil.
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
5) Pujian.
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi,
pemberian harus tepat.
3. Locus of Control
a. Definisi
Elemen utama dari teori Rotter adalah konsep kontrol eksternal
control). Ada ekspektasi umum di mana tindakan individu sendiri
akan menyebabkan munculnya hasil akhir yang diinginkan atau
terdapat keyakinan bahwa hal di luar diri, seperti kesempatan atau
kekuatan lain, menentukan apakah hasil-hasil yang diinginkan akan
terjadi. Rotter percaya bahwa individu memiliki disporsisi yang stabil,
selain peran penting dari situasi, dalam menentukan perilakunya.
(Howard&Miriam, 2008:275)
Konsep Locus of control adalah bagian dari teori belajar sosial
(Social Learning Theory) yang menyangkut kepribadian dan mewakili
harapan umum mengenai masalah faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan pujian dan hukuman terhadap kehidupan seseorang
(Pervin, 1984 dalam Bart Smet, 1994:181). Menurut Lefcourt “Locus
of control” mengacu pada:
“derajat dimana individu memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekwensi perbuatannya, dengan demikian dapat dikontrol (kontrol internal), atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sehingga di luar kontrol pribadinya (kontrol eksternal).”
Locus of control (LoC) adalah sikap seseorang dalam
mengartikan sebab dari suatu peristiwa yang terjadi pada dirinya. Atau
dapat juga diartikan bagaimana seseorang mengartikan sebab musabab
dari suatu peristiwa.
(http://www.masbow.com/2008/10/locus-of-control.html)
Konsep locus of control dikemukakan pertama kali oleh Rotter
seseorang mengenai sumber penentu pribadinya. Locus of control
sebagai persepsi seseorang terhadap sumber-sumber yang mengontrol
kejadian-kejadian dalam hidupnya.
b. Jenis-jenis locus of control
Dalam pandangan awalnya, Rotter melihat lokus kontrol sebagai
variabel perbedaan individual yang stabil yang memiliki dua dimensi
(internal dan eksternal) yang mempengaruhi berbagai perilaku dalam
sejumlah konteks yang berbeda.
1) Internal locus of control
Seseorang dengan locus of control internal adalah seseorang
yang berfikir bahwa diri merekalah yang bertanggungjawab atas
terjadinya sesuatu. Orang dengan locus of control internal lebih
berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap
perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka
lebih cenderung tergolong ke dalam high-achiever
(Findley&Cooper, 1983 dalam Howard&Miriam, 2008:275).
Orang dengan locus of control internal cenderung memiliki
karakteristik rasa percaya diri tinggi, mandiri, lebih ulet,
mempunyai daya tahan yang lebih kuat serta tahan dalam
menghadapi pengaruh sosial, dan dapat melakukan kontrol
terhadap lingkungannya dengan kemampuan dan ketrampilan diri
2) Eksternal Locus of control.
Seseorang dengan locus of control eksternal adalah mereka
yang seringkali bersyukur (atau menyalahkan) atas
keberuntungan, petaka, keadaan dirinya atau keadaan diluar
dirinya. Individu dengan locus of control eksternal cenderung
menunjukkan sikap menyerah, merasa tidak berdaya dan memiliki
kecemasan yang tinggi akan apa yang kan terjadi. Orang dengan
locus of control eksternal cenderung kurang independen dan lebih
mungkin menjadi depresif dan stres, seperti yang diperkirakan
oleh Rotter (Rotter, 1994 dalam Howard&Miriam, 2008:275).
Locus of control yang ada dalam diri individu tentu saja berubah
seiring dengan terpengaruhinya faktor-faktor (Merli, 2007: 21) yaitu: (a)
Usia, seiring dengan perkembangan seorang individu dari anak-anak
menjadi dewasa, individu selalu belajar untuk menjadi manusia yang lebih
efektif. Kecenderungan itu membuat seorang individu belajar untuk
memahami setiap kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control
berubah seiring dengan pertambahan usia, dari kecenderungan eksternal
menjadi internal. (b) Pengalaman akan suatu perubahan keadaan yang
cenderung labil dan tak pasti dalam kehidupan seorang individu akan
mendorong locus of control lebih eksternal, (c) Generalitas dan stabilitas
4. Lingkungan Belajar a. Definisi
Secara harafiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
lingkungan diartikan sebagai suatu tempat yang mempengaruhi
pertumbuhan manusia. Sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris
Environment diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan atau suasana. (Mariyana, 2009:16)
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Dari perpaduan kata “lingkungan” dan “belajar”, secara
sederhana dapat dirumuskan pengertian lingkungan belajar, yaitu suatu
tempat atau suasana (keadaan) yang mempengaruhi proses perubahan
tingkah laku manusia. (Mariyana, 2009:17)
b. Macam-Macam Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar meliputi tiga aspek, yaitu lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
1) Lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang
kondisi yang kondisif bagi siswa maupun guru untuk dapat
melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Yang dimaksud sekolah, antara lain :
a) Guru
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah
yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa.
Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk
mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus
dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan
dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan
mengontrol kondisi kelas siswa.
b) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian
kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum,
kurangnya alat laboratotium akan banyak menimbulkan
kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung
menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan
bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan akan
menghambat prestasi belajar siswa.
c) Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas
atau ruang tempat proses belajar mengajar. Ruang harus
(1) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan
sinar dapat masuk ruangan
(2) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor
(3) Lantai tidak becek, licin atau kotor
(4) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar,
bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa mudah
konsentrasi dalam belajar
2) Lingkungan Keluarga.
Seorang anak tumbuh dan berkembang dalam keluarga.
Sebagian besar dari watak, perilaku dan sifat anak terbentuk
dalam keluarga. Terciptanya kondisi keluarga yang damai dan
tenteram akan membuat anak mampu belajar dengan baik.
Lingkungan keluarga yang nyaman merupakan faktor penting
bagi kesuksesan belajar seorang anak.
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Yang termasuk faktor ini antara lain :
a) Perhatian Orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa
memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi
belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan
Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang,
memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
b) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang
percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan
tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi
prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa
yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi
belajar yang tinggi.
c) Hubungan antar anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis
antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang
harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian,
ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan
kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa
dapat tercapai dengan baik pula.
3) Lingkungan Masyarakat
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia sebagai makhluk social, seorang anak tumbuh dan
berkembang juga dipengaruhi lingkungan tempatnya tinggal.
meningkatkan prestasi adalah dengan adanya jam belajar
masyarakat (JBM).
a) Faktor mas media
Meliputi: bioskop, tv, surat kabar, majalah, buku-buku
komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan
menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang
dipergunakan, hingga lupa tugasbelajar.
b) Lingkungan sosial
(1) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak.
Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan
memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang
dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
(2) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak
untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa,
dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan
tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur,
akan sangat berpengaruh bagi anak.
(3) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh
dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah
memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan
diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sebenarnya
dilatarbelakangi oleh sesuatu yang secara umum dinamakan motivasi.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan motivasi. “Motivation is an
essential condition of learning”. Hasil belajar akan optimal kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Motivasi belajar diyakini berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar seseorang. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik (Sardiman,
2008:85).
2. Pengaruh locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar siswa.
Motivasi diperlukan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu,
termasuk aktifitas belajar. Dorongan dan semangat dari dalam diri
individu untuk belajar menjadikannya lebih giat belajar dan harapannya
motivasi belajar dengan prestasi belajar diduga kuat dipengaruhi oleh
locus of control.
Locus of control yang merupakan konsep yang memberikan
gambaran tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu
pribadinya yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan
eksternal diyakini akan memberikan pengaruh yang berbeda pada kondisi
yang berbeda. Pada seseorang yang memiliki locus of control internal,
maka akan meningkatkan derajat hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki
locus of control internal cenderung memiliki ciri ulet, pantang menyerah
dan rasa percaya diri tinggi. Meningkatnya derajat hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar pada seseorang yang memiliki
locus of control internal dapat dilihat dengan meningkatnya partisipasi di
dalam kelas, kemauan untuk belajar dan menyiapkan materi
pembelajaran serta mau memecahkan persoalan belajar dengan
berdiskusi bersama teman atau bertanya pada guru. Hal ini tentu akan
berbeda dibandingkan pada seseorang yang memiliki locus of control
eksternal, yang menganggap segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya
adalah karena faktor di luar dirinya. Seseorang dengan locus of control
eksternal memiliki ciri cenderung gampang menyerah, kurang
memahami potensi dalam dirinya dan memiliki kecemasan tinggi
Kondisi yang seperti ini diduga akan membuat derajat hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar menjadi rendah.
3. Pengaruh lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar siswa.
Motivasi diperlukan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu,
termasuk aktifitas belajar. Dorongan dan semangat dari dalam diri
individu untuk belajar menjadikannya giat belajar dan harapannya
prestasi belajar akan meningkat menjadi semakin baik. Hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar diduga kuat dipengaruhi oleh
lingkungan belajar. Tinggi rendahnya hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar diduga kuat dipengaruhi oleh lingkungan belajar.
Lingkungan belajar yaitu suatu tempat atau suasana (keadaan) yang
mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia ( Mariyana,
2009:17). Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang bertumbuh
dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: (1) lingkungan sekolah,
merupakan lingkungan dimana siswa mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Lingkungan sekolah yang baik merupakan likungan sekolah
yang mampu menciptakan kondisi yang kondisif bagi siswa maupun guru
untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. (2) Lingkungan keluarga adalah tempat
kondisi keluarga yang damai dan tenteram akan membuat anak mampu
belajar dengan baik. Lingkungan keluarga yang nyaman merupakan
faktor penting bagi kesuksesan belajar seorang anak. (3) Lingkungan
Masyarakat, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial, seorang anak tumbuh dan berkembang juga
dipengaruhi lingkungan tempatnya tinggal. Salah satu contoh peran
penting lingkungan masyarakat dalam meningkatkan prestasi adalah
dengan adanya jam belajar masyarakat (JBM).
Pengaruh lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar diduga kuat akan berbeda pada kondisi
yang berbeda. Seseorang yang tinggal di lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat) yang kondusif, derajat hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar diduga tinggi. Hal ini dikarenakan lingkungan
yang kondusif akan membuat situasi menjadi nyaman untuk belajar
sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar sehingga
memperoleh prestasi tinggi. Sebaliknya, pada kondisi dimana lingkungan
belajar tidak kondusif, derajat hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar diduga rendah. Hal ini dikarenakan kurang kondusifnya
suatu lingkungan akan membuat motivasi belajar berkurang yang
berakibat pada rendahnya prestasi belajar.
Berdasarkan uraian diatas maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka berfikir di atas maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis 1: Ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Siswa SMA N 6 Yogyakarta.
Hipotesis 2: Ada pengaruh positif Locus of control terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Siswa SMA N 6
Yogyakarta.
Hipotesis 3: Ada pengaruh positif lingkungan belajar terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Siswa SMA N 6
Yogyakarta.
Motivasi belajar Prestasi belajar
Locus of control
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang pengaruh locus of control dan lingkungan belajar
terhadap hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa, pada
siswa kelas XI SMA 6 Yogyakarta ini termasuk jenis penelitian studi kasus.
Sebagian generalisasi dari hasil penelitian ini hanya berlaku bagi siswa SMA
N 6 Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA N 6 Yogyakarta, Jl. C. Simanjuntak No 2,
Terban, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari subjek yang diteliti meliputi siswa SMA N 6 Yogyakarta,
yang beralamat di Jl. C. Simanjuntak No 2 Yogyakarta yang berjumlah
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2001:78). Pertimbangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang akan diteliti adalah
homogen, yaitu kelas XI jurusan IPA sehingga ukuran sampel yang
diambil dianggap cukup merepresentasikan keseluruhan populasi. Dalam
penelitian ini sampel yang akan diteliti berjumlah 86 orang.
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Definisi Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang membentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
motivasi belajar. Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan
(Sardiman, 2008:73). Berikut ini merupakan tabel operasional
Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel Motivasi Belajar
Dimensi Indikator Nomor Item
Ekstrinsik 1. Penghargaan dari orang
lain
2. Memenuhi kewajiban 3. Dorongan dari orang tua
4. Tantangan menghadapi
materi yang sulit
11, 14, 17, 18, 19, 20
Intrinsik 1. Pentingnya belajar bagi
masa depan
2. Kebutuhan akan materi 3. Harapan untuk
memperoleh prestasi yang baik
4. Ketertarikan akan materi 5. Memperkaya pengetahuan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
12, 13, 15, 16
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar
mahasiswa. Dalam penelitian ini, definisi prestasi belajar menurut
Winkel (1996:162) adalah “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
c. Variabel Moderator
Yang menjadi variabel moderator dalam penelitian ini yaitu locus
1) Locus of control
Konsep locus of control dikemukakan pertama kali oleh Rotter
yaitu konsep yang memberikan gambaran tentang keyakinan
seseorang mengenai sumber penentu pribadinya. Locus of
control sebagai persepsi seseorang terhadap sumber-sumber
yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya. Berikut ini
merupakan tabel operasional variabelnya (diambil dari Merli,
2007:38):
[image:60.612.69.531.127.704.2]Tabel 3.2
Tabel Operasional Variabel Locus of Control
Dimensi Indikator Nomor Item
Locus of control Internal dan eksternal
1. Kepercayaan diri 2. Optimisme
3. Kemauan untuk
memecahkan persoalan 4. Pengaruh orang lain
5. Pengakuan terhadap
prestasi
6. Pencapaian kesuksesan
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58,
59
2) Lingkungan belajar
Lingkungan belajar adalah suatu tempat atau suasana (keadaan)
yang mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia.
(Mariyana, 2009:17). Berikut ini merupakan tabel operasional
variabelnya (diambil dari Merli, 2007:35):
Tabel 3.3
Tabel Operasional Variabel Lingkungan Belajar
Dimensi Indikator Nomor Item
Lingkungan keluarga 1. Perhatian orang tua 2. Hubungan antar anggota
keluarga
3. Relasi dengan orang tua 4. Kepatuhan terhadap orang
tua
5. Penerapan norma-norma dalam keluarga
6. Kondisi ekonomi orang tua
7. Pemenuhan fasilitas belajar
8. Otoritas orang tua
27, 28, 29
Lingkungan sekolah 1. Sikap guru dan sesama
teman
2. Kelengkapan fasilitas belajar
3. Kondisi lingkungan sekolah
4. Hubungan dengan sesama teman
5. Perlakuan guru terhadap siswanya
6. Kesempatan bertanya dan kebebasan
mengungkapkan pendapat 7. Aturan dan norma di
sekolah
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40
Lingkungan masyarakat
1. Kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal 2. Hubungan antar anggota
masyarakat 3. Peraturan dalam
masyarakat
4. Pengaruh masyarakat
41, 42, 43, 44, 45, 46
2. Pengukuran Variabel
a. Variabel Motivasi Belajar
Untuk mengukur tingkat motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap
siswa, peneliti menggunakan skala pengukuran yang berbentuk Skala
1) Pertanyaan Negatif
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1 2 3 4 5
2) Pertanyaan Positif
Sangat
Setuju Setuju Netral