INTISARI
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit kelamin yang ditularkan lewat hubungan seksual. Penyakit ini sering timbul di kalangan PSK dan pengguna jasa PSK, karena perilaku mereka yang sering barganti-ganti pasangan. Hasil penelitian Sutama (2005) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik di kalangan Pekerja Seks Komersial di Pasar Kembang masih belum rasional.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotik yang rasional. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 29 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap 6 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.
Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada perilaku dalam penggunaan antibotik pada PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi adalah SD (12,5%), 21-40 tahun (16,25%), dan lama kerja 3 tahun (45%).
Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, antibiotik.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Sexual transmitted disease is a sex disease that infected though sexual relationship. This disease was most occurs on commercial sexual worker and its consumers, because their behavior that most flitting in sex relationship. The Sutama research announcing that the using of antibiotic on commercial sexual worker at Pasar Kembang was still irrational.
The objective of this research is to understanding the knowledge change and the attitude of commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education about sexual contagion and the using of rational antibiotic. This research was included in queasy experimental research, with research plan which used is pretest–posttest research plan. The sampling technique which used is quota sampling, with collected the respondent as much as 29 persons to filling the questionnaire and performing the structured interview toward 6 persons. the analysis which performed is descriptive analysis and statistical test with using Paired Sample T Test by 90% confident level.
The result for test with Paired Sample T Test was referring the significance differentiation to the using behavior of antibiotic on commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education. The change percentage of behavior was reviewed from education, age, and working duration level, that referring the highly increasing is elementary school (12,5%), 21 – 40 years old (16,25%) and 3 years working duration (45%).
Keywords: education, commercial sexual worker, antibiotic.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERILAKU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA
PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKASI JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ferawati Klaudia Ida NIM : 018114091
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I have been crucified with Christ and i no longer live,
but Christ lives in me. The life i live in the body, i live
by faith in the Son of God, who loved me and gave
Himself for me. Galatians 2 : 20
Karya ini kupersembahkan untuk :
Bapa di Surga
Mama, Papa dan Nita
Marie Claire Barth
Sahabat dan Teman-temanku
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan anugerah serta bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah, yang hanya dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
2. Bapak Mukhotib, Md selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.
3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi.
5. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Papa dan Mama tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada putus-putusnya
serta dukungannya baik moril maupun materiil.
8. Kakakku tersayang Milka Sionita Ida yang telah membimbing dan
menjagaku serta yang selalu memberi keceriaan dan semangat.
9. Teman-teman di jalan Badran dan jalan Magelang Yogyakarta yang sudah
mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
10. Relawan PKBI DIY, Dhini, Dewi, Maulana, Riza, mba Titin, Dudi, Mala,
Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.
11. Sahabat-sahabatku, Benny, Ivie, Corry, Tata, Denny, Ryan, Andreas,
Dimas, Sulo.
12. Teman-teman seperjuangan, Michay dan yang selalu memberi masukan &
semangat, Adistyawan yang sabar memberi masukan, Ano yang ceria, dan
Ririn yang manis, makasih ya untuk kebersamaan, masukan dan semangat
dalam penelitian ini.
13. Teman-teman angkatan 01 kelas B, kelompok D atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
14. Hai Artist Management dan Bulletin Music yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan studi .
15. FLOW band atas pengertian dan kebersamaan selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati
sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 8 Oktober 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Oktober 2007
Penulis
Ferawati Klaudia Ida
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit kelamin yang ditularkan lewat hubungan seksual. Penyakit ini sering timbul di kalangan PSK dan pengguna jasa PSK, karena perilaku mereka yang sering barganti-ganti pasangan. Hasil penelitian Sutama (2005) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik di kalangan Pekerja Seks Komersial di Pasar Kembang masih belum rasional.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotik yang rasional. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 29 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap 6 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.
Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada perilaku dalam penggunaan antibotik pada PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi adalah SD (12,5%), 21-40 tahun (16,25%), dan lama kerja 3 tahun (45%).
Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, antibiotik.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Sexual transmitted disease is a sex disease that infected though sexual relationship. This disease was most occurs on commercial sexual worker and its consumers, because their behavior that most flitting in sex relationship. The Sutama research announcing that the using of antibiotic on commercial sexual worker at Pasar Kembang was still irrational.
The objective of this research is to understanding the knowledge change and the attitude of commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education about sexual contagion and the using of rational antibiotic. This research was included in queasy experimental research, with research plan which used is pretest–posttest research plan. The sampling technique which used is quota sampling, with collected the respondent as much as 29 persons to filling the questionnaire and performing the structured interview toward 6 persons. the analysis which performed is descriptive analysis and statistical test with using Paired Sample T Test by 90% confident level.
The result for test with Paired Sample T Test was referring the significance differentiation to the using behavior of antibiotic on commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education. The change percentage of behavior was reviewed from education, age, and working duration level, that referring the highly increasing is elementary school (12,5%), 21 – 40 years old (16,25%) and 3 years working duration (45%).
Keywords: education, commercial sexual worker, antibiotic.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI ... ix
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR GAMBAR………...……….……….. xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah... 3
2. Keaslian penelitian... 4
3. Manfaat penelitian ... 4
B. TUJUAN ... 5
1 Tujuan Umum ... 5
2 Tujuan Khusus ... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6
A. Pekerja Seks Komersial ... 6
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian ... 6
2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ... 6
B. Penyakit Menular Seksual... 9
1. Pengertian... ... ....9
2. Gejala-gejala PMS ... 9
C. Penatalaksanaan PMS ... 11
1. Pengobatan Gonore ... ....11
2. Pengobatan Sifilis ... 12
3. Pengobatan Herpes Genital... 14
4. Pengobatan Klamidia...15
5. Pengobatan Trikomoniasis...16
D. Resistensi ... 17
E. Pemakaian Antibiotika yang Rasional ... 18
F. Landasan Teori... 19
G. Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21
B. Variabel dan Definisi Operasional... 21
1. Variabel Penelitian... 21
2. Definisi Operasional ... 22
C. Subyek Penelitian... 23
D. Teknik Sampling ... 23
E. Instrumen Penelitian ... 23
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Tata Cara Penelitian ... 24
1. Analisis Situasi ... 24
2. Pembuatan Kuesioner ... 24
3. Pembuatan Booklet...26
4. Penyebaran Kuesioner ... 26
5. Pemberian Edukasi... 27
6. Wawancara Terstruktur... 27
7. Pengolahan Data ... 28
G. Analisis Data Penelitian ... 28
H. Kesulitan Penelitian... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
A. Karakteristik PSK Di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun 2006…..…….. 31
1. Tingkat Pendidikan ... 31
2. Umur ... 32
3. Lama Bekerja ... 33
B. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang PMS dan Kerasionalan Penggunaan Antibiotika terhadap Perubahan Perilaku PSK di lokasi Jalanan Yogyakarta... 34
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Perilaku (pengetahuan dan sikap) PSK Perempuan dalam Pengunaan Antibiotika yang Rasional... 35
1. Tingkat Pendidikan ... 36
2. Umur ... 36
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Lama Kerja... 37
Rangkuman Pembahasan………...38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN... 44
BIOGRAFI PENULIS ... 71
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Karakteristik Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun
2006 ... 31
Gambar 2. Karakteristik Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 32
Gambar 3. Karakteristik Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 33
Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan
YogyakartaTahun 2006 ... 35
Gambar 5. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta
berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36
Gambar 6. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta
berdasarkan Umur ... 37
Gambar 7. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta
berdasarkan Lama Kerja ... 38
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Di jaman sekarang ini, istilah Pekerja Seks Komersial (PSK) tidak asing
lagi di telinga kita. Pekerja Seks Komersial merupakan kumpulan orang-orang
yang berprofesi melakukan aktifitas seksual dengan pasangan yang tidak tetap,
dengan kompensasi bayaran atau imbalan berupa uang dengan jumlah yang telah
disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).
Akibat dari seringnya berganti-ganti pasangan, serta mobilitas yang tinggi,
para PSK sangat berisiko tertular dan menularkan Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau virus penyebab penyakit
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit kelamin yang
ditularkan lewat hubungan seksual. Penyakit ini sering timbul di kalangan PSK
dan pengguna jasa PSK, karena perilaku mereka yang sering barganti-ganti
pasangan (Aprilianingrum, 2002).
Berdasarkan catatan klinik Griya Lentera angka kasus HIV/AIDS hingga
Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 308 kasus, sedangkan
angka kasus PMS dari bulan Januari sampai dengan September 2006 mencapai 23
kasus untuk infeksi gonore, dan penderita klamidia sebanyak 3 kasus.
Umumnya, para PSK memiliki riwayat pendidikan yang rendah, sehingga
mereka tidak memahami bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akibatnya, para PSK sering melayani tamu tanpa menggunakan alat pengaman,
yaitu kondom, sehingga tidak sedikit PSK yang tertular PMS dari tamunya,
kemudian menularkan ke tamu yang lain. Selain itu, faktor umur dan lama kerja
para PSK juga mempengaruhi pemahaman mereka terhadap bahaya PMS.
Menyadari akibat fatal yang dapat ditimbulkan dari ketidakpahaman para
PSK ini, maka sangat penting dilakukannya edukasi/pemberian informasi untuk
para PSK dengan cara penyampaian yang sederhana dan mudah dimengerti,
sehingga mereka dapat menyadari tingginya risiko bahaya dari pekerjaan mereka,
dan timbul kesadaran untuk memulai menggunakan kondom pada saat melayani
tamu.
Faktor pengalaman yang diperoleh secara turun temurun dari para senior
juga mempengaruhi kebiasaan para PSK, yaitu mengkonsumsi obat antibiotika
untuk mengobati rasa sakit yang dirasakan setelah melakukan hubungan seksual.
Mereka memperoleh obat tersebut dengan membelinya di warung atau apotik.
Sangat sedikit yang menggunakan antibiotik berdasarkan rekomendasi dari
dokter. Menurut pengertian mereka, dengan menggunakan antibiotik, maka akan
mencegah terjangkitnya mereka dari penyakit kelamin. Antibiotik tersebut juga
dikonsumsi tanpa memperhatikan dosis penggunaannya, serta lama
pemakaiannya. Kebanyakan dari mereka hanya mengkonsumsinya setiap kali
mereka merasa sakit. Akibat yang dapat timbul dari kebiasaan mereka tersebut
adalah bakteri yang ada di dalam tubuh mereka menjadi kebal atau resisten.
Dari penelitian sebelumnya tentang penggunaan antibiotika di kalangan
PSK di Pasar Kembang Yogyakarta, ternyata tidak ada perbedaan profil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antibiotika yang dulu pernah diteliti oleh Putranto (2002) dengan hasil penelitian
Sutama (2005). Sebagian PSK mengobati penyakitnya hanya berdasarkan
pengalaman masa lalu yaitu mengobati dan mencegah penyakit yang pernah
mereka derita dengan antibiotika yang sama. Antibiotika tersebut mereka peroleh
dari warung dan apotik, mereka gunakan seperlunya tanpa memperhatikan aturan
pakai maupun dosisnya serta lama pemakaian.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ada
pengaruh edukasi/pemberian informasi bagi PSK terhadap penggunaan antibiotika
yang rasional. Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi jalanan Yogyakarta
sebagai lokasi penelitian, yaitu pengaruh edukasi/pemberian informasi bagi PSK
jalanan di Yogyakarta tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional,
berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan lama kerja.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah karakteristik PSK perempuan di lokasi jalanan
Yogyakarta?
b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS terhadap perubahan perilaku
(pengetahuan dan sikap) PSK perempuan dalam penggunaan antibiotika
yang rasional di lokasi jalanan Yogyakarta?
c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK
perempuan terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika
yang rasional?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Keaslian Penelitian
Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Putranto (2002) dengan judul
“ Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan PSK Perempuan di Lokalisasi Pasar
Kembang Yogyakarta” dan oleh Sutama (2005) dengan judul “ Studi Pemilihan
dan Penggunaan Antibiotika di PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun
2005”.
Penelitian kali ini memfokuskan pada pengaruh edukasi tentang PMS
terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian ini,
waktu penelitian, dan metode penelitian yang digunakan.
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dalam
pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional.
b. Manfaat Praktis
Memberi informasi bagi PSK di lokasi jalanan Yogyakarta mengenai
PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional sehingga timbul kesadaran
untuk berperilaku sehat di kalangan PSK jalanan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengkaji pengaruh edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang
rasional terhadap perubahan perilaku PSK di lokasi jalanan Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik PSK perempuan di lokasi jalanan
Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang PMS terhadap perubahan
perilaku PSK perempuan dalam penggunaan antibiotika yang rasional di
lokasi jalanan Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK
perempuan terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika
yang rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pekerja Seks Komersial 1. Pengertian
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah kelompok orang yang terbiasa
melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan
kompensasi imbalan berupa uang yang sudah disepakati sebelumnya
(Aprilianingrum, 2002).
Profesi PSK perempuan sangat rawan terserang berbagai jenis PMS,
mereka termasuk dalam kelompok beresiko tinggi terkena PMS. Seorang PSK
dapat menjadi hospes ataupun dapat sebagai sumber dari penularan penyakit,
terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Sebagian besar pengetahuan PSK tentang cara pengobatan penyakit
dengan menggunakan obat hanya berdasarkan pengalaman teman atau seniornya
dalam komunitas tersebut. Informasi tentang penggunaan obat dan sistem
pengobatan yang benar dan rasional jarang mereka dapatkan. Mitos yang
berkembang di kalangan para PSK bahwa PMS dapat dicegah dengan
mengkonsumsi antibiotika masih mereka yakini sampai saat ini (Putranto, 2002).
2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Jika penerimaan perilaku
baru atau perilaku yang diadopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku seseorang akan bersifat langgeng
(Notoatmodjo, 2003).
b. Sikap
Sikap merupakan suatu respon atau reaksi yang masih tertutup dari
seseorang mengenai suatu obyek (Notoatmodjo, 2003).
c. Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
reproduksi atau merangsang sensasi dalam reseptor-reseptor yang terletak di
sekitar organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang dapat dipengaruhi oleh
hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan dan kultur yang dimiliki
oleh individu tersebut tinggal.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1) faktor predisposing
Faktor predisposing meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
norma dan unsur lain yang terkait pada individu.
2) faktor enabling
Faktor enabling meliputi semua karakter lingkungan dan semua fasilitas
yang mendukung terjadinya perilaku. Faktor pendukung ini adalah ketersediaan
dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) faktor reinforcing
Yaitu sikap perilaku di luar individu yang memperkuat perilaku seseorang,
karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Aprillianingrum, 2002).
Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang suatu hal akan
berpengaruh terhadap sikap, kemudian mempengaruhi timbulnya niat seseorang
untuk melakukan tindakan atau berperilaku. Dapat diartikan bahwa tingkat
pendidikan seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupannya.
Demikian pula dengan PSK, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK dalam melakukan hubungan seksual.
Dalam hal ini, PSK dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mampu
bersikap lebih hati-hati dalam melakukan hubungan seksual dan tindakan
pencegahan penularan PMS (Aprilianingrum, 2002).
Untuk mempengaruhi pengetahuan dilakukan upaya penyuluhan
kesehatan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan sehingga
individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak
mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup
sehat (Pratomo,1989).
Menurut Health Belief Model, perubahan sikap dan perilaku PSK perempuan yang
positif dipengaruhi oleh 5 komponen, yaitu:
1) kepercayaan PSK perempuan terhadap anggapan bahwa dirinya rentan
terhadap PMS atau tidak.
2) persepsi PSK perempuan apakah PMS merupakan ancaman yang serius.
3) kepercayaan terhadap pencegahan yang telah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4) kemampuan pembiayaan untuk pencegahan yang dilakukan.
5) ada atau tidaknya kendala dan dorongan sosial dalam pencegahan PMS
(Kurniawati, 1999).
B. Penyakit Menular Seksual 1. Pengertian
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit infeksi yang
sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah
tertular. Beberapa PMS juga ditularkan melalui darah, seperti yang ditularkan oleh
HIV, virus Hepatitis B, dan sifilis. Tanda-tanda PMS tidak selalu pada alat
kelamin, tetapi juga pada alat penglihatan, saluran pencernaan, hati, otak, dan
bagian tubuh lainnya. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. Penyakit Menular Seksual sangat berbahaya karena
dapat menimbulkan banyak penyakit, seperti mandul, keguguran, menimbulkan
kanker leher rahim, merusak penglihatan, otak dan hati, bisa ditularkan pada bayi,
menyebabkan mudah tertular HIV, dan juga dapat menyebabkan kematian
(Anonim, 2005).
2. Gejala-Gejala Penyakit Menular Seksual
Oleh karena bentuk dan letak alat kelaminnya yang menonjol, pada laki-laki gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gejala PMS pada laki-laki yaitu:
a. bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
b. luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin
c. adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
d. rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
e. rasa sakit yang hebat pada saat kencing
f. kencing nanah atau darah yang berbau busuk
g. bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi
borok
h. kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus-menerus dan sering
demam serta berkeringat malam
Gejala PMS pada wanita yaitu:
b. rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
c. rasa nyeri pada perut bagian bawah
d. keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
e. keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
f. timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
g. bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Penatalaksanaan PMS 1. Pengobatan gonore
Gonore merupakan PMS yang disebabkan oleh gonokok yang ditemukan
oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman
penyebab penyakit ini adalah Neisseria gonnorrhoeae. Kuman ini bersifat
gram-negatif, tampak didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 390C dan tidak tahan zat
disinfektan.
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis pipih yang belum berkembang (immatur). Banyak antibiotika
yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, membasmi N.gonorrhoeae,
menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala dan mengurangi kemungkinan
terjadinya gejala sisa. Pemilihan utama adalah penisilin ditambahkan probenesid.
Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah :
a. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit ditambah
1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
b. Ampisilin dan Amoksisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram ditambah 1 gram probenesid, dan
Amoksisilin 3 gram ditambah 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi
penisilin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Sefalosporin
Sefriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuskular. Sefiksim 400
mg merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporm yang dapat diberikan
secara oral. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa
komplikasi disemua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.
d. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang
juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
e. Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg dan siprofloksasin
500 mg, secara oral (Daili, 2001).
Obat dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini
adalah tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obatan yang dapat
digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur N.gonorrhoeae penghasil
penisilinase ialah spektinomisin, sefalosporin, ofloksasin, dan sefiksim.
Peningkatan frekuensi timbulnya galur pengobatan gonore dengan penisilin dan
derivatnya perlu dipikirkan efektivitasnya. (Daili, 2001).
2. Pengobatan Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di
tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Treponema pallidum merupakan spesies Treponema dari famili
Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales. Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena
spesies Treponema tidak dibiakkan in vitro.
Treponema pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang
rata-rata 11µm (antara 6-20 µm) dengan diameter antara 0,09 sampai dengan 0,18 µm.
Pada umumnya dijumpai 10 busur dengan panjang gelombang sekitar 1 µm,
amplitudo sekitar 0,2-0,7 µm. Treponema pallidum mempunyai titik ujung
terakhir dengan aksial fibril yang keluar dari bagian ujung lapisan bawah.
Hingga saat ini pengobatan sifilis menggunakan obat dengan pilihan utama
ialah penisilin, bila ternyata alergi terhadap penisilin, diberikan antibiotika lain.
Diperlukan konsentrasi yang cukup dalam serum untuk membunuh Treponema.
Secara in vitro, T. pallidum sensitif terhadap penisilin dengan konsentrasi sekitar
0,01 µ/ml. Dengan demikian konsentrasi 0,03 µ/ml dalam serum dapat diperoleh
dengan memberikan penisilin yang bersifat long acting. Pemberian penisilin oral
tidak dianjurkan, sebab konsentrasi dalam serum rendah akibat absorbsi yang
kurang baik. Pengobatan tidak hanya untuk membunuh Treponema di dalam
darah, akan tetapi juga di dalam jaringan terutama limfe dan susunan syaraf pusat.
Belum begitu jelas diketahui mengenai konsentrasi penisilin di dalam jaringan,
karena setelah pemberian pengobatan masih ditemukan Treponema di dalam
cairan sumsum tulang belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, laten dini tidak lebih dari 2
tahun).
a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit satu kali suntikan intramuskular (IM), atau
b. Penisilin G prokain dalam akua 600.000 µ IM selama 10 hari. Pemberian 10
hari pada sifilis primer seronegatif, sedangkan pada keadaan seropositf dan sifilis
sekunder diberikan selama 14 hari. Pada laten dini sering sulit diketahui lamanya
infeksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang, sebab
bila ada kelainan, diagnosis sudah menunjukkan neurosifilis asimtomatik sehingga
pemberian penisilin perlu selama 21 hari. Penderita sifilis sekunder sebaliknya
dirawat inap selama 1-2 hari, sebab mungkin terjadi reaksi Jarish-Herxheimer.
Penggobatan terhadap sifilis dini dan yang alergi terhadap penisilin Tetrasiklin
hidrokarbon, 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat).
Pengobatan terhadap sifilis lanjut, sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun,
sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, atau lebih dari dua tahun, sifilis
kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis.
a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit , IM setiap minggu, selama 3 x
berturut-turut, atau
b. Dengan penisilin G prokain 600.000 IM hari selama 21 hari (Daili, 2001).
3. Pengobatan Herpes Genital
Herpes genital adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes
simplex virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekurens.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau
terbakar rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin adanya keputihan.
Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di
daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian
tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi
dapat muncul kembali (Qomariyah, 2003).
a. Pengobatan non-spesifik
1) Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian analgesik antipiretik
dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individual.
2) Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik, seperti jodium povidon secara
topikal mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat
waktu penyembuhan.
3) Antibiotika atau kotrimoksasol dapat diberikan untuk mencegah infeksi
sekunder.
b. Pengobatan spesifik
Berbagai macam obat antivirus telah pernah dipakai untuk mengatasi
penyakit herpes genitalis, misalnya idoksuridin topical, sitarabin (Ara-C) dan
vidarabin (Ara-A) secara intravena, inosipleks (isoprinosin), dan interferon. Obat
antivirus yang kini telah banyak dipakai ialah asiklovir, dan saat ini ada 2 macam
obat antivirus baru yaitu valasiklovir dan famsiklovir (Daili, 2001).
4. Pengobatan Klamidia
Penyakit Klamidia disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa tanpa
gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, gejalanya bisa berupa:
keluarnya cairan dari alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih
kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual.
Pada laki-laki gejalanya adalah: rasa nyeri saat kencing, keluar cairan bening dari
saluran kencing bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan
bercampur darah. Tidak jarang pula gejala tidak muncul sama sekali, padahal
proses infeksi sedang berlangsung. Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang
menjadi pembawa PMS dan menularkannya kepada pasangannya melalui
hubungan seksual. Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah cacatnya
saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban
sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur). Sementara pada
laki-laki akibatnya adalah rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan
kemandulan, serta radang saluran kencing. Pada bayi, 60%-70% terkena penyakit
mata atau saluran pernafasan (pneumonia) (Anonim, 2005).
Pengobatan yang direkomendasikan untuk infeksi Chlamidia trachomatis
adalah single-dose azithromisin (1 g peroral), doksisiklin 100 mg peroral 2 kali
sehari selama 7 hari, dan eritromisin 50 mg/kg setiap hari 4 kali sehari selama
10-14 hari (Wells, Dipiro, Schwinghammer dan Hamilton, 2003).
5. Pengobatan Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Gejala dan tanda-tandanya adalah: cairan vagina encer, berwarna
kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak, kemerahan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gatal dan terasa tidak nyaman, nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing
(Anonim, 2005).
Obat yang efektif untuk melawan infeksi T. vaginalis adalah metronidazole
dengan dosis 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Efek samping yang biasa
dirasakan adalah tidak bisa tidur, nausea, muntah dan diare (Wells, Dipiro,
Schwinghammer dan Hamilton, 2003).
D. Resistensi
Resistensi merupakan suatu sifat di mana suatu sel mikroba tidak
terganggu oleh antimikroba, sebagai mekanisme alamiah sel mikroba tersebut
untuk bertahan hidup (Setiabudy & Gan, 1995). Mekanisme terjadinya resistensi
pada mikroba dapat terjadi dengan cara yang berbeda-beda, yaitu:
1. mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat
2. mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat
3. mikroorganisme mengembangkan perubahan struktur sasaran bagi obat
4. mikroorganisme mengembangkan perubahan jalur metabolisme yang langsung
dihambat oleh obat
5. mikroorgaisme mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan
fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat daripada enzim
pada kuman yang rentan (Jawetz, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya resistensi
yaitu :
1. menghindari penggunaan antibiotika yang tidak tepat.
2. pemilihan antibiotika sedapat mungkin didasarkan pada pemeriksaan
bakteriologis.
3. menghindari penggunaan antibiotika yang menunjukan resistensi silang
dengan antibiotika lainnya.
4. mengkombinasikan satu atau lebih antibiotika yang dapat menghambat
timbulnya resistensi, misalnya kotrimoksasol (Sastramihardja, 1997).
E. Pemakaian Antibiotika Yang Rasional
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
Obat yang dipakai untuk membasmi mikroba, yakni antibiotika, harus memiliki
toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat
toksik untuk mikroba, tetapi tidak toksik untuk hospesnya (Mutschler, 1986).
Penggunaan antibiotika yang rasional mencakup beberapa riteria berikut ini.
1. Obat yang benar.
2. Indikasi yang tepat.
3. Obat yang tepat mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan
bagi pasien dan harga.
4. Dosis pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Pasien yang tepat yaitu, tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi
merugikan adalah minimal
6. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang
obat yang ditulis.
7. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2004).
Penggunan obat golongan antibiotika yang tidak rasional seperti dosis
yang keliru, rute pemberian yang salah, frekuensi pemberian yang tidak benar,
akan memberikan dampak yang sangat beragam, seperti resiko efek samping dan
efek toksis, resistensi terhadap kuman dan tingginya biaya pengobatan
(Wijoyo,1999).
F. Landasan Teori
Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Jika penerimaan perilaku
baru atau perilaku yang diadopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku seseorang akan bersifat langgeng
(Notoatmodjo, 2003).
Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan
yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pemberian informasi/edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan sikap PSK terhadap PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.
Perubahan tingkat pengetahuan dan sikap PSK akan mempengaruhi perubahan
perilaku PSK dalam menghadapi masalah PMS dan penggunaan antibiotika secara
rasional.
G. Hipotesis
Edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di
lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (
Quasi-Experimental research) dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest
untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap
PSK jalanan Yogyakarta. Penelitian ini digabungkan dengan penelitian deskriptif
dengan rancangan penelitian evaluatif, yaitu untuk melihat karakteristik PSK
jalanan Yogyakarta, serta untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan
lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Pemberian edukasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
penggunaan antibiotika yang rasional.
b. Variabel tergantung
1) Tingkat pengetahuan PSK tentang PMS
2) Sikap PSK tentang PMS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Definisi Operasional
a. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang disebarkan melalui hubungan
seksual. Penyakit Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal.
b. Antibiotika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi,
salah satunya adalah PMS, yang digunakan oleh PSK perempuan di lokasi
jalanan Yogyakarta.
c. Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta adalah perempuan yang
memberikan pelayanan seksual dengan imbalan berupa uang yang bekerja di
daerah Badran dan jalan Magelang Yogyakarta.
d. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS melalui program kamis
sehat dan booklet pada PSK jalanan Yogyakarta untuk mempengaruhi
pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam penggunaan
antibiotika secara rasional.
e. Responden adalah PSK yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti baik dalam bentuk wawancara terstuktur maupun kuisioner.
f. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK jalanan
Yogyakarta tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.
g. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri PSK jalanan
Yogyakarta dalam menghadapi PMS dengan menggunakan antibiotika secara
rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah para PSK perempuan di Lokasi
Jalanan Yogyakarta, yang termasuk dalam dampingan PKBI Yogyakarta
berjumlah 91 orang, yakni 71 orang di daerah Badran dan 20 orang di daerah jalan
Magelang. Peneliti mengambil 29 orang untuk dijadikan responden, yaitu 17
orang dari Badran dan 12 orang dari jalan Magelang. Jumlah subyek ditentukan
berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla et al., 1993), yang
menyatakan pengambilan sampel dapat dilakukan minimum 10% dari keseluruhan
populasi atau 20% untuk populasi yang sangat kecil, sehingga dapat dikatakan
memenuhi kriteria.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
non-random sampling, dengan jenis quota sampling, jadi peneliti terlebih dahulu
menentukan jumlah PSK yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.
Peneliti sudah menentukan jumlah sampel yang akan diambil sesuai dengan hasil
perhitungan, yaitu sejumlah 29 orang. Subyek penelitian dibatasi juga pada PSK
perempuan yang memiliki kesediaan untuk bekerja sama, baik dalam pengisian
kuisioner maupun pada saat wawancara.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner, booklet dan
panduan wawancara terstuktur. Kuisioner dibuat dengan bahasa yang sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan mudah dimengerti, mengingat tingkat pendidikan para PSK yang sangat
minim, demikian juga untuk panduan wawancara. Booklet digunakan sebagai
media edukasi yang berisi pengetahuan mengenai PMS. Booklet dibuat semenarik
mungkin agar responden tertarik untuk membacanya.
F. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan bisa
tidaknya diadakan penelitian, dan melihat kegiatan keseharian subjek, dalam hal
ini PSK perempuan, sebelum dilakukan penelitian. Peneliti mulai turun ke Lokasi
jalanan Yogyakarta untuk melakukan observasi pada awal bulan Oktober. Pada
saat observasi peneliti dibantu oleh teman-teman dari LSM PKBI agar mudah
diterima oleh komunitas PSK di jalanan Yogyaarta. Pada awalnya, peneliti
mengalami kesulitan pada saat observasi karena sikap para PSK yang cenderung
tertutup dengan orang yang baru dikenal. Tetapi dengan pendekatan secara
personal dan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya peneliti mulai dekat dan
dapat diterima dengan baik oleh komunitas PSK di jalanan Yogyakarta.
2. Pembuatan Kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat disusun dan dikelompokkan
berdasarkan variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui. Dalam penyusunan
kuesioner ini peneliti banyak bertanya pada tenaga ahli ataupun rekan dari
Fakultas Psikologi yang menguasai tata cara pembuatan kuesioner penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner dilakukan uji coba terlebih dahulu, yaitu
uji reliabilitas dan validitas, supaya pertanyaan yang diajukan pada kuesioner
dapat dipahami oleh subyek uji.
Suatu alat pengukur dikatakan reliable jika alat tersebut dalam mengukur
suatu gejala pada waktu yang berlainan secara konsisten menunjukkan hasil yang
sama (Nasution, 2006). Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan cara
mengujikan kuisioner pada responden, apakah bahasa yang digunakan dalam
kuisioner mudah dimengerti atau tidak oleh responden.. Dari hasil uji, beberapa
item pertanyaan yang belum dapat dimengerti oleh responden kemudian
didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk diperbaiki.
Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur oleh alat itu (Nasution, 2006). Uji validitas yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tipe validitas isi. Uji validitas
dilakukan dengan professional judgement, yaitu melalui diskusi dengan dosen
pembimbing dan dosen dari Fakultas Psikologi. Uji validitas dilihat dari item
pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
diinginkan.
Kuisioner yang digunakan terdiri dari 20 item pertanyaan yang berbentuk
obyektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Format pertanyaan ini dipilih
dengan pertimbangan yang sederhana, yaitu mudah dipahami dan dikerjakan oleh
subyek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan untuk
mengukur variabel pengetahuan dan pertanyaan untuk mengukur variabel sikap.
Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga cara penilaian adalah dengan memberikan skor 0 bagi setiap jawaban
yang salah atau tidak diisi, dan skor 1 bagi jawaban yang benar. Bila responden
menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable maka akan mendapatkan
skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab “tidak” maka akan mendapat
skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item pertanyaan jenis non favourable.
Pertanyaan pengetahuan sebanyak 17 item, yang dibagi dalam kategori 9
pertanyaan tentang PMS dan 8 pertanyaan tentang antibiotika. Pertanyaan sikap
sebanyak 3 item oleh sebab itu dalam perhitungan statistika digabungkan antara
pengetahuan dan sikap. Tiga item tersebut terdiri dari 2 pertanyaan sikap tentang
antibiotika dan 1 pertanyaan tentang PMS. Pertanyaan favourable sebanyak 17
item dan pertanyaan non favourable sebanyak 3 item. .
3. Pembuatan Booklet
Booklet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang IMS pada
PSK. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan penyakit IMS. Dibuat semenarik
mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
subyek penelitian.
4. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada subyek penelitian yaitu para PSK, dengan
melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuisioner diberikan sebelum
dan sesudah pemberian edukasi oleh peneliti. Dalam penyebaran kuesioner ini ada
pembagian tugas antara rekan-rekan satu kelompok penelitian dengan maksud
memudahkan dalam mendapatkan data, mempercepat proses pengumpulan data.
Pada penelitian penulis tidak mengerjakan sendiri namun dalam suatu kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tim, dimana dibagi berdasarkan wilayah penelitian. Kelompok ini terdiri dari
penulis sendiri yaitu Ferawati Klaudia Ida dan Themy Roestian Lavatinova
dimana kami bekerja pada wilayah jalanan Badran, tepatnya dibelakang stasiun
tugu dulunya tempat ini lebih dikenal dengan istilah ”Bong Suwung”, di wilayah
jalan Magelang, dilakukan oleh Vincensius Anjar Trilaksono. Sedangkan untuk
wilayah Sosrowijayan atau Pasar Kembang dilakukan oleh Severina Sri Haryuni
Wiratwanti dan Adistyawan Yoga Wicaksono.
5. Pemberian Edukasi
Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang
PMS yang berupa penyuluhan pada saat program Kamis Sehat berlangsung, yaitu
acara yang diadakan setiap hari kamis minggu ke-2 setiap bulannya di kantor
PKBI. Penyuluhan diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu pemberian
edukasi berupa booklet yang dilakukan berulang untuk mengingatkan subjek
penelitian di lokasi jalanan Yogyakarta. Pada pemberian edukasi ini dibantu oleh
teman-teman dari PKBI DIY.
6. Wawancara Terstuktur
Dilakukan wawancara terstruktur dengan bantuan kerangka atau
garis-garis besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui
pembicaran informal dan pembicaraan yang dikaitkan dengan permasalahan.
Wawancara berfungsi untuk mendukung hasil kuisioner dan fenomena yang
terjadi pada PSK di lokasi jalanan Yogyakarta. Wawancara dilakukan setelah
pengisian kuisioner dan sebelum pemberian edukasi, dengan tujuan untuk melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sejauh mana para PSK tahu mengenai PMS dan penggunan antibiotika yang
rasional.
7. Pengolahan data
Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan cara menjumlahkan
angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden,
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Hasil yang
diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis secara deskriptif
evaluatif untuk setiap kategori pertanyaan dan setiap karakteristik responden.
G. Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan dua metode, yaitu metode
statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik parametrik
menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90% yang
bertujuan untuk melihat signifikansi perubahan nilai pengetahuan dan sikap pada
responden di lokasi jalanan Yogyakarta tentang PMS dan penggunaan antibiotika
yang rasional dengan membandingkan hasil data pretest dengan hasil data
posttest.
Uji normalitas data dilakukan dengan program statistik menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Distribusi data dikatakan normal bila nilai Asymp.Sig lebih
besar dari 0,1 dan analisis selanjutnya dapat menggunakan metode uji hipotesis
Paired Sampel T Test. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymp.Sig lebih besar
dari 0,1 yaitu sebesar 0, 275. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdistribusi normal sehingga metode uji hipotesis Paired Sampel T Test dapat
digunakan.
Uji hipotesis menggunakan Paired Sampel T Test melihat nilai
signifikansi (p). Apabila nilai signifikansi (p) lebih kecil dari 0,1 maka hipotesis
nol (Ho) ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada nilai
pengetahuan dan sikap responden dengan adanya pemberian edukasi (Triton,
2006).
Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat
persentase perubahan pengetahuan dan sikap responden berdasarkan tingkat
pendidikan, umur, dan lama bekerja setelah pemberian edukasi. Analisis data
dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai posttest dan pretest yang
kemudian dicari nilai rata-ratanya (mean). Hasil dari rata-rata dibagi dengan
jumlah item pertanyaan dan dibuat dalam bentuk persentase.
P = N X
x 100%
Keterangan: P : Persentase
X: Rata- rata nilai selisih antara posttest dan pretest
N: Jumlah item pertanyaan
H. Kesulitan Penelitian
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian ini adalah cuaca yang
tidak menentu karena pada saat penelitian ini dilakukan masuk dalam musim
hujan dimana kecenderungan hujan terjadi pada malam hari sehingga sulit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menemukan PSK yang tetap bekerja, selain itu sulitnya berkomunikasi dengan
PSK karena mereka cenderung tertutup untuk menerima keberadaan orang lain,
kecuali yang sudah dikenal. Lokasi yang kurang nyaman dan gelap, karena lokasi
merupakan jalur/rel kereta api yang sering digunakan, sehingga peneliti agak
kesulitan dalam melakukan pendekatan dengan para PSK. Banyaknya para PSK
yang berpendidikan rendah menyebabkan peneliti harus menuntun satu persatu
pertanyaan dalam pengisian kuesioner. Pemahaman yang rendah dari para PSK
tentang antibiotika dan berkembang mitos yang sudah dipercaya secara turun
temurun dari teman seprofesi juga mempengaruhi pola pikir mereka dalam
pemilihan serta penggunaan antibiotika secara benar dan rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pekerja Seks Komersial (PSK) Perempuan di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun 2006.
Karakteristik PSK di lokasi jalanan Yogyakarta yang menjadi
responden dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, umur dan lama
kerja sebagai PSK di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006.
1. Tingkat pendidikan
72.4
27.6
0 25 50 75 100
P
e
rsent
ase (
%)
Tingkat Pendidikan
SD SLTP
Gambar 1. Karakteristik Tingkat Pendidikan PSK Perempuan Di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Dari persentase tingkat pendidikan para PSK yang sebagian besar hanya
lulus SD 72,4% dan SMP 27,6%, dapat dimaklumi bahwa pengetahuan
mereka relatif kurang mengenai PMS yang banyak ditularkan melalui
hubungan seks, dan juga bagaimana cara pengobatannya. Ketidaktahuan
mereka inilah yang menyebabkan penggunaan antibiotik secara tidak rasional,
dalam artian tidak sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang seharusnya.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan PSK perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di lokasi jalanan Yogyakarta mempengaruhi perilaku mereka dalam kehidupan
kesehariannya.
2. Umur
6.9
69
24.1
0 25 50 75 100
P
ersen
tase (%
)
Umur (tahun)
<21 21-40 41-60
Gambar 2. Karakteristik Umur PSK Perempuan Di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun
2006
Kebanyakan PSK perempuan di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 di
dominasi oleh perempuan berusia antara 21-40, yakni sebesar 69%, yang
merupakan persentase tertinggi dari jumlah keseluruhan karakteristik umur.
Diposisi kedua adalah usia 41-60 tahun dengan persentase 24,1% , sedangkan
persentase terendah adalah 6,9% merupakan PSK berusia di bawah 21 tahun.
Usia antara 21-40 tahun termasuk dalam usia produktif, pada usia ini mereka
cenderung memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lawan jenis. Di
samping itu juga banyaknya kebutuhan ekonomi yang mendesak dan tidak
memiliki keterampilan lain mengakibatkan mereka melakukan pekerjaaan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Lama kerja
17.2
3.5
79.3
0 25 50 75 100
P
e
resentase (%)
Lama kerja
0-1 tahun 3 tahun > 3 tahun
Gambar 3. Karakteristik Lama Kerja PSK Perempuan Di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Dari persentase yang diperoleh, sebagian besar PSK perempuan di lokasi
jalanan Yogyakarta telah bekerja lebih dari 3 tahun, yaitu sebesar 79,3% ini
berarti mereka termasuk wajah-wajah lama. Di posisi kedua sebesar 17,2%
untuk mereka yang memiliki lama kerja selama 0-1 tahun dan posisi terakhir
sebesar 3,5 % untuk mereka yang telah memiliki lama kerja selama 3 tahun.
Dari kenyataan bahwa mereka telah lama bermukim dan masih tetap bertahan
di daerah jalanan Yogyakarta, yaitu lebih dari 3 tahun, padahal biasanya
mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, alasan mereka
adalah karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah umur
mereka sudah tidak muda lagi dan mereka sudah memiliki pelanggan yang
setia di lokasi ini. Di samping itu sebagian besar dari mereka sudah memiliki
keluarga, sehingga sulit bila harus berpindah-pindah tempat. Dan juga, mereka
tidak memiliki keterampilan lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Hasil Pengujian Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seks
Komersial (PSK) Perempuan dalam Penggunaan Antibiotika yang Rasional.
Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik yang bertujuan untuk
mengetahui adanya signifikansi perubahan variabel pengetahuan dan sikap
dengan adanya edukasi tentang PMS pada responden di lokasi jalanan Badran
Yogyakarta tahun 2006. Analisis statistik ini menggunakan metode statistik
Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaan 90%.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan program statistik diperoleh
nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,275. Hal ini berarti bahwa
data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode uji hipotesis
Paired Sampel T Test dapat digunakan.
Untuk uji hipotesis diperoleh nilai probabilitas (p) sebesar 0,01
dimana nilai p kurang dari 0,1 berarti edukasi tentang PMS pada responden di
Lokasi Jalanan Yogyakarta 2006 dikatakan berhasil, atau dengan kata lain
yaitu: terjadi perubahan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap
responden tentang PMS dan penggunaan antibiótika yang rasional. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Pratomo (1989), bahwa penyuluhan kesehatan
adalah usaha untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang
berkaitan dengan kesehatan agar individu/kelompok/masyarakat mau dan
mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi
berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase hasil pre test dan post test dapat dilihat pada gambar 4,
yaitu sebesar 53,4% untuk pre test dan 67,2% untuk post test. Hasil ini
menunjukkan bahwa sebelum diberi edukasi responden dapat menjawab item
pertanyaan dari kuesioner dengan persentase sebesar 53,4% dan setelah
pemberian edukasi meningkat menjadi 67,2%. Nilai responden sebelum
pemberian edukasi tergolong tinggi karena di Lokasi jalanan Yogyakarta
sudah sering diberikan penyuluhan kesehatan tentang PMS dan cara
penggunaan antibiotika yang rasional.
53.4
67.2
0 10 20 30 40 50 60 70
per
sentase %
pre test & post test
pre test post test
Gambar 4. Persentase hasil sebelum pemberian edukasi (Pre test) dan setelah pemberian edukasi (Post test).
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Perilaku (pengetahuan dan sikap) Pekerja Seks Komersial (PSK) Perempuan
dalam Pengunaan Antibiotika yang Rasional.
Perilaku responden dalam penelitian ini difokuskan pada perilaku
mengenai masalah PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional. Persentase
yang dihitung pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi persentase peningkatan
rata-rata perilaku untuk responden yang lulusan SD sebesar 12,5%, dan
lulusan SMP sebesar 10%. Hasil ini dapat dilihat pada grafik gambar 1.
12.5
10
0 2 4 6 8 10 12 14
per
sentas
e
%
tingkat pendidikan
SD
SMP
Gambar 5. Persentase Perubahan Perilaku PSK di Lokasi Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Persentase peningkatan perilaku responden yang lulusan SD setelah
pemberian edukasi lebih tahu karena responden yang lulusan SD belum
banyak tahu tentang PMS dan antibiotika sebelumnya, sehingga mereka
sangat antusias ketika peneliti memberi informasi mengenai masalah PMS dan
penggunaan antibiótika yang rasional.
2. Umur
Dari tinjauan umur, responden yang berumur < 21 tahun tidak
mengalami peningkatan maupun penurunan, dengan kata lain hasil pre test
dan post test untuk umur < 21 tahun tidak ada perubahan, umur antara 21-40
tahun mengalami peningkatan sebesar 16,25% dan umur 41-60 tahun
mengalami peningkatan perilaku sebesar 10,7%. Yang mengalami
peningkatan paling besar adalan pada umur antara 21-40 tahun, umur 41-60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengalami peningkatan paling rendah, sedangkan umur < 21 tahun tidak
mengalami peningkatan. Hasil ini dapat dilihat pada grafik gambar 6.
0
16.25
10.7
0 5 10 15 20
p
ers en tas e %
umur
<21 21-40 41-60
Gambar 6. Persentase Perubahan Perilaku PSK di Lokasi Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Umur
Pada umur < 21 tahun tidak terjadi perubahan (peningkatan atau
penurunan), mungkin dikarenakan jumlah responden yang berumur < 21 tahun
hanya 2 orang, jadi tidak cukup mewakili kategori umur < 21 tahun.
3. Lama kerja
Hasil penelitian menunjukkan persentase perubahan perilaku paling
tinggi terjadi pada responden dengan lama bekerja 3 tahun yaitu sebesar 45%.
Responden yang bekerja selama lebih dari 3 tahun persentasenya sebesar 15%,
dan dan pada responden dengan lama kerja 0-1 tahun tidak ada perubahan
(peningkatan ataupun penurunan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0
45
15
0 10 20 30 40 50
per
sent
ase %
lama kerja
0-1 tahun 3 tahun >3 tahun
Ganbar 7. Persentase Perubahan Perilaku PSK di Lokasi Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Lama Bekerja.
Persentase perubahan perilaku (peningkatan atau penurunan) setelah
diberikan edukasi, tidak dapat dijelaskan secara pasti, sebab terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi tersebut
di antaranya adalah kurangnya konsentrasi responden saat diberi edukasi, dan
juga perhatian responden yang terpecah saat mengisi kuisioner.
Rangkuman Pembahasan
Karakteristik PSK di lokasi jalanan Yogyakarta ditinjau dari tingkat
pendidikan, umur dan lama kerja PSK di lokasi jalanan Yogyakarta. Dari
penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa berdasarkan tingkat pendidikan,
sebagian besar PSK memiliki tingkat pendidikan yang sangat minim, yaitu hanya
lulus SD dan SMP. Dari hasil tersebut kita dapat maklumi bahwa pengetahuan
mereka sangat minim sehingga banyak ditemui kasus penggunaan antibiotika
yang salah dan tidak rasional. Jika dilihat dari faktor umur, kebanyakan responden
didominasi oleh perempuan berusia antara 21-40 tahun. Pada usia ini mereka
cenderung memiliki banyak kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak perempuan dalam usia ini bekerja sebagai PSK untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dari faktor lama kerja, diperoleh hasil terbanyak
adalah PSK yang telah bekerja selama lebih dari 3 tahun. Ini dapat dikarenakan
banyak PSK yang sudah memiliki langganan tetap di lokasi tersebut sehingga
tidak mau berpindah ke tempat lain. Di samping itu pula, faktor umur yang sudah
tidak muda lagi dan telah berkeluarga mengakibatkan sulitnya berpindah-pindah
tempat.
Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan metode paired sample t
test yang bertujuan untuk mengetahui adanya signifikansi perubahan variabel
pengetahuan dan sikap dengan adanya edukasi tentang PMS pada responden. Dari
uji hipotesis diperoleh nilai probabilitas (p) sebesar 0,01 yang berarti edukasi
dikatakan berhasil. Dari presentasi hasil pretest dan posttest menunjukkan
peningkatan kemampuan para responden dalam menjawab pertanyaan kuisioner.
Pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap perilaku PSK
dalam penggunaan anti