• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFOBPJS BPJS MENDENGAR AJAK STAKEHOLDERS SUARAKAN ASPIRASI KESEHATAN MEDIA INFO BPJS KESEHATAN EDISI 95

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INFOBPJS BPJS MENDENGAR AJAK STAKEHOLDERS SUARAKAN ASPIRASI KESEHATAN MEDIA INFO BPJS KESEHATAN EDISI 95"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN

INFO BPJS

MEDIA INFO BPJS KESEHATAN EDISI 95

BPJS MENDENGAR

AJAK STAKEHOLDERS

SUARAKAN ASPIRASI

(2)
(3)

Direktur Utama Ali Ghufron Mukti

CEO

Message

P

rogram Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) merupakan salah satu bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional dan pengelolaan program tersebut diamanahkan kepada BPJS Kesehatan. Program ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Mengingat Program JKN-KIS memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka penyelenggaraan program ini perlu dilakukan secara terarah melalui proses perencanaan yang matang dan sistematis. Sebagai badan hukum publik yang mengemban amanat penyelenggaraan Program JKN-KIS, BPJS Kesehatan harus menyusun strategi yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan serta tantangan organisasi secara komprehensif.

Untuk itu perlu dilakukan pemetaan kebutuhan dari para pemangku kepentingan melalui kegiatan “BPJS Kesehatan Mendengar”, yang telah melibatkan seluruh stakeholders untuk melakukan evaluasi serta menyampaikan aspirasi, harapan, kebutuhan dan masukan yang membangun bagi BPJS Kesehatan dan bagi penyelenggaraan Program JKN-KIS. Aspirasi, evaluasi, masukan dan kebutuhan yang disampaikan oleh stakeholders akan menjadi suatu hal yang penting dan menjadi salah satu bahan acuan dalam penyusunan rencana strategi untuk mengelola Program Jaminan Kesehatan selama 5 tahun ke depan.

Kegiatan “BPJS Kesehatan Mendengar” telah melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan Program JKN-KIS, yaitu peserta, pemberi kerja, pemerintah baik pusat dan daerah, fasilitas kesehatan, asosiasi, akademisi dan pakar, penyelenggara jaminan sosial lain, pegawai BPJS Kesehatan dan lembaga/mitra lainnya.

Kami berharap melalui kegiatan “BPJS Kesehatan Mendengar” ini, kami dapat menjaring aspirasi, masukan dan evaluasi serta memetakan harapan. kebutuhan dan saran perbaikan dari pemangku kepentingan untuk menyusun arah, tujuan dan sasaran strategis jangka panjang BPJS Kesehatan. Selain itu, aspirasi yang disampaikan melalui kegiatan ini akan menjadi masukan yang digunakan dalam inovasi peningkatan mutu layanan, kepuasan peserta serta menjaga keberlangsungan Program JKN-KIS.

Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaraan Program JKN-KIS, BPJS Kesehatan tentu tidak dapat berjalan sendiri dalam menentukan arah dan kebijakan.

Kolaborasi, keterlibatan, komunikasi serta sinergi dengan para pemangku kepentingan merupakan hal yang mutlak perlu dilaksanakan sehingga Program JKN- KIS dapat terselenggara dengan optimal serta selaras dengan tujuan pemerintah serta kebutuhan peserta dan para pemangku kepentingan lainnya.

Oleh karena itu, melalui kegiatan “BPJS Kesehatan Mendengar” ini, kami sungguh-sungguh terbuka terhadap para pemangku kepentingan yang ingin menyampaikan aspirasi demi keberlangsungan Program JKN-KIS. Masukan yang diberikan tentu akan sangat berharga bagi optimalisasi keberlangsungan program ini ke depan.

Jaring Aspirasi Pemangku Kepentingan Demi Penyelenggaraan Program

JKN-KIS yang Berkesinambungan

BPJS KESEHATAN MENDENGAR

(4)

KILAS & PERISTIWA 5

CEO MESSAGE 3

FOKUS 6

BINCANG 10

BENEFIT 12

PELANGGAN 14

TESTIMONI 16

INSPIRASI 18

PERSEPSI 20

SEHAT & GAYA HIDUP 22

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN : Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax.

(021) 4212940

10

BINCANG

DAFTAR ISI

PENGARAH Ali Ghufron Mukti

PENANGGUNG JAWAB Andi Afdal

PEMIMPIN UMUM Kisworowati

PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari Ni Kadek Manipuspaka Devi REDAKTUR Andi Ashar Widianti Utami Ryan Abdullah Asyraf Mursalina Dwi Asmariyanti Subkhan Juliana Ramdhani Angela Dian Ratnasari Darusman Thohir EDITOR Arif Budiman Diah Ismawardani Ranggi Larissa Izzati Alhafiz

DISTRIBUSI & PERCETAKAN KGS. Hamdani

Agung Priyono M. Eko Hadiandi Raden Paramita Suciani Elmira Dwi Berty Amin Rahman Hardi Siswanto

PENGEMBANGAN Akhmad Tasyrifan Didik Dharmadi Anastasya Margaret Mohamad Irfan

SALAM

REDAKSI

Stakeholders JKN-KIS Harus Ikut Terlibat

Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan,

Membangun ekosistem Program JKN-KIS yang ideal, mutlak dilakukan dan diupayakan BPJS Kesehatan. Terlebih pada upaya optimalisasi sinergi lintas sektoral dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, manajemen fasilitas kesehatan, tenaga medis, pemberi kerja, asosiasi fasilitas kesehatan, organisasi profesi, akademisi, pakar, dan stakeholders JKN-KIS lainnya. Inovasi Program “BPJS Kesehatan Mendengar” adalah langkah strategis manajemen baru, guna menjaring lebih banyak masukan dan saran yang konstruktif dari para stakeholders JKN-KIS tersebut.

Selain sebagai langkah strategis, manajemen baru juga mulai membangun keterlibatan banyak pihak dalam upaya perbaikan program JKN-KIS. Nuansa kebersamaan harus terus dibangun, sehingga ke depan diharapkan tidak ada lagi kesenjangan dan harmonisasi antar peran, tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak jelas dan saling berkesinambungan.

Tentu dengan mendengar bukan hanya mendengar, namun masukan yang konstruktif dapat dipilah menjadi acuan perbaikan program. Kebersamaan ini diharapkan juga akan menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat, bahwa Program JKN-KIS ada sebagai wujud kehadiran negara.

Kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas informasi yang ada dalam media ini kami masih membutuhkan masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang budiman, atas atensi dan masukan membangun sehingga diharapkan media ini terus menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan masyarakat serta pembaca sekalian. Selamat beraktivitas.

Redaksi

BANYAK MENDENGAR BANGUN HARMONISASI DAN KETERLIBATAN

Dalam rangka membangun ekosistem Program JKN-KIS yang ideal, BPJS Kesehatan berupaya melakukan optimalisasi sinergi lintas sektoral dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, manajemen fasilitas kesehatan (faskes), tenaga medis, pemberi kerja, asosiasi faskes, organisasi profesi, akademisi, pakar, dan pemangku kepentingan (stakeholders) JKN-KIS lainnya.

(5)

Jakarta

Jakarta

KILAS & PERISTIWA

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti disetujui sebagai Ketua Komisi Kesehatan atau Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance International Social Security Association (ISSA) Periode 2020-2022, dalam TC Health Meeting yang diselenggarakan ISSA secara daring, Kamis (08/04).

ISSA sendiri adalah sebagai asosiasi lembaga jaminan sosial yang beranggotakan 158 negara di dunia, dan mempercayakan Indonesia dalam hal ini BPJS Kesehatan sebagai salah satu Ketua Komisi Teknis (Technical Commission) ISSA dari 13 Komisi Teknis yang dibentuk.

Komisi Kesehatan ISSA (TC Health) terdiri dari negara Algeria, Argentina, Belgia, Perancis, Gabon, Georgia, Hungaria, Indonesia, Iran, Kazakhstan, Korea, Peru, Rusia, Rwanda, Turki, dan Uruguay.

Ghufron menjelaskan, diharapkan Komisi Kesehatan ISSA atau TC Health ke depan juga akan berperan dalam memberikan pedoman dan mendukung lembaga jaminan sosial selama krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan diharapkan akan terbangunnya adaptasi jangka panjang untuk memperkuat kesiapsiagaan krisis dalam pandemi Covid-19.

“Peran TC Health dalam memberikan pedoman dan mendukung lembaga jaminan sosial selama krisis yang

belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini baik dan akan memberikan peluang bagus untuk berbagi pengalaman dari berbagai lembaga jaminan sosial yang menghadapi tantangan serupa. Kami akan memberikan kontribusi penting untuk pemulihan dari krisis ini,” kata Ghufron.

Dalam pertemuan selanjutnya, tema yang akan dibahas adalah Improving Health Insurance Systems, Coverage and Service Quality pada 5 Mei 2021 serta Improving Appropriate Care pada 22 September 2021 mendatang.

Selain itu, atas hasil kajian TC Health akan dipresentasikan dalam ISSA TC Forum pada 15-29 Juni 2021 mendatang.

Dirut BPJS Kesehatan Ditetapkan sebagai Ketua Komisi Kesehatan ISSA

Berbagai inovasi layanan digital BPJS Kesehatan khususnya yang dikembangkan pada saat pandemi Covid-19 mendapat apresiasi dan penghargaan dari Digital Technology & Innovation Award 2021 yang diselenggarakan oleh iTech - IT Telco Performance

& Competitivenes. Direktur Teknologi dan Informasi

BPJS Kesehatan Edwin Aristiawan menerima langsung penghargaan tersebut, di Jakarta, Rabu (31/03).

Dalam penghargaan tersebut BPJS Kesehatan memperoleh nilai sempurna yaitu 5.00, dengan penilaian berdasarkan pada keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), kesetaraan dan kewajaran (fairness).

Dengan demikian BPJS Kesehatan memperoleh penghargaan bintang 5 dalam The Best Digital Technologi Development Team in Social Security Provider serta The Best Chief Information Officer In Digital Transformation, serta dinilai telah sukses dalam melakukan tranformasi teknologi digital untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan terhadap peserta maupun mitra kerja.

“BPJS Kesehatan telah menerapkan teknologi dan sistem informasi secara end-to-end dan terintegrasi mulai dari proses rekrutmen peserta, pengumpulan iuran, administrasi layanan kesehatan hingga pengajuan dan pembayaran klaim. Kondisi pandemi Covid-19 ini tentu semakin menggugah BPJS Kesehatan untuk melakukan inovasi layanan digital, strategi baru pun kami susun dalam menghadapi masa pandemi,” kata Edwin.

Inovasi Layanan Digital BPJS Kesehatan

di Masa Pandemi Covid-19 Sabet Penghargaan

(6)

FOKUS

S

eperti diketahui, JKN-KIS tidak hanya tergantung pada BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara, melainkan telah menciptakan ekosistem yang besar dan melibatkan banyak pihak. Dalam rangka membangun ekosistem JKN-KIS, BPJS Kesehatan secara konsisten terus berupaya untuk melakukan optimalisasi sinergi lintas sektor dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Masukan dari stakeholders terkait akan semakin memperkuat ekosistem ini.

Program “BPJS Kesehatan Mendengar” yang diusung BPJS Kesehatan hadir sebagai wadah untuk menyerap beragam masukan dari stakeholders tersebut. Para stakeholders diajak menyuarakan aspirasinya.

BPJS Kesehatan Mendengar merupakan bagian dari rencana Direksi BPJS Kesehatan periode 2021-2026 untuk menyusun Rencana Strategi (Renstra) lima tahun ke depan. Setelah dilantik Presiden Jokowi pada 22 Februari

Ajak Stakeholders JKN-KIS Suarakan Aspirasi

2021, Direksi BPJS Kesehatan yang baru segera melakukan langkah penyesuaian dan percepatan untuk menjamin keberlangsungan JKN-KIS selalu terjaga. Sebagai langkah awal adalah dengan menyusun Renstra sebagai arah dan pedoman bagi BPJS Kesehatan menyelenggarakan JKN- KIS selama lima tahun ke depan. Sebelum menyusunnya, BPJS Kesehatan merasa perlu melakukan komunikasi dengan para stakeholders, sehingga Renstra yang disusun tidak hanya mempertimbangkan faktor internal tapi juga memasukan harapan dan asupan dari para stakeholders.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa perlu aspirasi, masukan dan evaluasi terhadap pelaksanaan JKN-KIS sehingga pada saat perencanaan Renstra dan arah kebijakan untuk lima tahun ke depan dapat selaras dengan kebutuhan stakeholders. Selain itu tercipta sinergi dan komunikasi efektif antara BPJS Kesehatan dengan pemangku

Tahun 2021 merupakan tahun ke-8 penyelenggaran Program JKN-KIS. Dalam kurun waktu itu sejumlah pencapaian berhasil diraih.

Antara lain cakupan kepesertaan per 31 Desember 2020 yang telah mencapai 222,4 juta jiwa atau 82,5% dari jumlah penduduk Indonesia. Kepuasan peserta dan fasilitas kesehatan terhadap Program JKN-KIS dan BPJS Kesehatan pun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki ke depan, sehingga pencapaiannya menjadi lebih maksimal.

“BPJS Kesehatan Mendengar”

(7)

FOKUS FOKUS

kepentingan, sehingga ada peningkatan mutu layanan, kepuasan peserta, dan menjaga keberlangsungan JKN- KIS.

“Kami berharap melalui BPJS Kesehatan Mendengar dapat terjalin komunikasi lebih baik antara BPJS Kesehatan dengan pemangku kepentingan,” ucap Ali Ghufron Mukti.

BPJS Kesehatan Mendengar yang diluncurkan pada Maret 2021 ini akan membantu BPJS Kesehatan melakukan pemetaan kebutuhan stakeholders yang dijadikan evaluasi, masukan, dan acuan dalam mengelola JKN-KIS lima tahun ke depan. Bahkan tidak menutup kemungkinan bila suara mereka akan menjadi sasaran strategis jangka panjang BPJS Kesehatan.

Metode

Pelaksanaan kegiatan BPJS Kesehatan Mendengar sendiri menggunakan tiga metode. Pertama, melalui pertemuan offline atau kunjungan langsung ke pemangku kepentingan. Kedua, dilaksanakan melalui pertemuan secara daring atau online. Ketiga, melalui e-Form, yakni formulir elektronik yang akan diedarkan BPJS Kesehatan untuk diisi oleh para pemangku kepentingan. Kemudian hasil kegiatan tersebut selanjutnya akan dikompilasi dan menjadi masukan bagi penyusunan strategi organisasi.

Masukan tersebut juga akan dimanfaatkan untuk mengembangkan inovasi dalam rangka peningkatan mutu layanan, kepuasan peserta serta menjaga keberlangsungan JKN-KIS.

Dalam pelaksanaannya, BPJS Kesehatan telah menerima banyak masukan dari stakeholders. Mulai dari para pekerja, pemberi kerja, kelompok pakar, pengamat, organisasi profesi kesehatan, fasilitas kesehatan (faskes), dan lainnya. Masukan terbanyak datang dari sisi peserta JKN-KIS di mana mereka merasa dianaktirikan saat di faskes, dan harus mengantre dalam waktu yang lama hingga lima atau enam jam.

Untuk mengatasi masalah ini, BPJS Kesehatan berencana mengembangkan satu sistem antrean dalam jaringan yang tidak hanya bisa diakses oleh BPJS Kesehatan melainkan juga peserta. BPJS Kesehatan juga akan bekerja sama dengan rumah sakit dan edukasi kepada masyarakat mengenai sistem ini yang ada customer journey atau patient journey. Sistem ini pada prinsipnya bertujuan meminimalisir antrean terutama di faskes rujukan.

“Dari awal kalau pasien harus dirujuk ke rumah sakit, dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer dan juga peserta melihat di telepon pintarnya kalau dirujuk ke rumah sakit (mitra). Dokter bisa cek apakah rumah sakitnya sudah penuh atau belum dan kalau penuh, jangan dirujuk ke sana. Apabila peserta JKN-KIS masih dirujuk ke sebuah rumah sakit mitra yang sudah penuh maka peserta akan kembali lagi atau di-‘pingpong’,”

ucap Ghufron.

Selain melihat keterisian rumah sakit, peserta yang tengah berobat juga bisa mengecek akan mendapatkan pelayanan kesehatan pada jam berapa. Misalnya jadwal

pelayanan pada jam 11.00 WIB, maka peserta bisa datang ke rumah sakit di jam yang mendekati jam layanan, sehingga tidak menunggu terlalu lama. Rumah sakit juga diharapkan aktif mengisi jam waktu pelayanan pasien.

Sistem antrean online ini bisa direalisasikan sesegera mungkin. Tetapi untuk mendukung antrean ini, perlu ada peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

"Kami masih menunggu masukan dari BPJS Mendengar untuk kemudian memasukkannya dalam Renstra dan menyusunnya, termasuk melakukan peningkatan kapasitas orangnya atau SDM,” ucap Ghufron.

Ghufron meminta seluruh jajaran BPJS Kesehatan untuk mendengar suara publik ini dengan empati untuk memahami dan mengerti, bukan sekedar mendengar untuk menjawab dengan kata-kata. Pemikiran dan masukan-masukan mereka merupakan hal yang sangat penting karena JKN-KIS merupakan program nasional yang dalam pelaksanaannya perlu dukungan dari berbagai stakeholders baik di tingkat pusat maupun daerah.

Selain masukan peserta, BPJS Kesehatan Mendengar juga mendapatkan banyak masukan dari asosiasi profesi kesehatan, seperti Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN), Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA), Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES), Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), dan lain sebagainya. Masukan dari faskes dan organisasi profesi akan sangat bermanfaat bagi BPJS Kesehatan dalam menyusun dan menjalankan Renstra 2021-2026. BPJS Kesehatan akan memetakan dan memprioritaskan sesuai dengan kapabilitas, kompetensi, dan sumber daya yang ada, serta mengoordinasikannya dengan kementerian atau lembaga lain.

Ketua Umum PERSI, Kuntjoro Adi Purjanto, menyebutkan bahwa BPJS Kesehatan perlu menyempurnakan aplikasi dan teknologi informasi untuk mempercepat proses bisnis rumah sakit. Misalnya, melakukan percepatan proses klaim lewat implementasi verifikasi elektronik.

“Harapan kami ke depannya semua rumah sakit dapat menjadi mitra BPJS Kesehatan, serta rujukan tidak lagi dibatasi jarak namun berbasis kompetensi dan kapasitas pelayanan. Kami juga berharap BPJS bersama pihak-pihak terkait bisa segera melakukan aktivasi tim pencegahan kecurangan,” kata Kuntjoro.

INA-CBGs

Penyesuaian tarif kapitasi dan tarif INA CBG’s pun menjadi sorotan dalam salah satu sesi BPJS Kesehatan Mendengar. Seperti disampaikan oleh Ketua ASKLIN, Eddi Junaidi. Menurutnya, BPJS Kesehatan perlu berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mulai mengkaji tarif yang baru. Pasalnya tarif kapitasi sudah enam tahun tidak mengalami perubahan, sementara biaya obat, alat kesehatan, barang medis habis pakai, dan sebagainya mengalami kenaikan yang luar biasa, terlebih di saat pandemi Covid-19. Intinya ASKLIN berharap tarif kapitasi bisa ditinjau sesuai dengan nilai keekonomian saat ini.

(8)

FOKUS

“Kami juga berharap setiap BPJS Kesehatan melakukan kredensialing, sebaiknya libatkan asosiasi fasilitas kesehatan karena mereka juga akan melakukan pembinaan terhadap fasilitas kesehatan. Kemudian, kami harap ada toleransi penilaian Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBK),” ujar Eddi.

Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Pertimbangan Klinis (DPK), Agus Purwadianto. Menurut Agus, problematika JKN-KIS masih berpusat di tarif pembayaran, apalagi terdapat perbedaan tarif INA CBG’s antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya.

Ketua Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA) Jawa Timur, Atok Irawan juga menilai besaran tarif INA CBG’s harus disesuaikan untuk mendukung cashflow rumah sakit yang sehat. PB PDGI pun berharap BPJS Kesehatan bersama pemangku kepentingan terkait bisa mengkaji kenaikan tarif kapitasi dokter gigi di FKTP dengan memperhatikan kenaikan inflasi dan biaya alat pelindung diri semasa pandemi Covid-19.

Wakil Ketua Umum PB IDI, Slamet Budiarto, mengatakan, kehadiran JKN-KIS hendaknya dipandang sebagai investasi jangka panjang yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karenanya dibutuhkan kebersamaan dan kekompakan seluruh stakeholders JKN-KIS untuk menjaga mutu layanan.

“Saran kami, komunikasi BPJS Kesehatan dengan IDI dan stakeholders lainnya harus ditingkatkan. Misalnya,

jika akan membuat regulasi, sebaiknya kita bahas bersama terlebih dulu. Jika ada masalah, kita selesaikan dengan mediasi dan audit medis terlebih dulu sebelum menerbitkan regulasi di bidang pelayanan,” katanya.

Sementara, Ketua Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB) Pusat, Adang Bachtiar menyampaikan bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi untuk menjaga keberlanjutan JKN-KIS di era pandemi Covid-19. Misalnya, memberdayakan keluarga untuk berperilaku hidup sehat sehat dengan menguatkan peran FKTP maupun FKRTL.

Penguatan ini terutama dalam hal membangun sistem informasi kesehatan satu data dengan P-Care sebagai basis data tata kelola pengetahuan, serta menciptakan program-program BPJS Kesehatan yang mampu memprediksi perilaku dan kebutuhan kesehatan. Kinerja BPJS Kesehatan pun harus objektif dan real time. Mutu pelayanan harus terus dijaga dan bersifat kontinu.

“Saya yakin BPJS Kesehatan punya integritas yang kuat untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Kami dari TKMKB siap memberikan saran berbasis data untuk mendukung berbagai opsi kebijakan BPJS Kesehatan yang mendorong terciptanya sustainabilitas program,” kata Adang.

Aspirasi juga datang dari Ketua Komite Penilaian Teknologi Kesehatan atau Health Technology Assesment (HTA), Budi Wiwieko yang meminta agar BPJS Kesehatan dapat melakukan optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan mahadata (big data) kesehatan guna mendukung pemilihan topik dan

(9)

FOKUS FOKUS

percepatan pelaksanaan studi. BPJS Kesehatan juga perlu mendukung pengembangan studi HTA untuk metode penapisan (screening) dan intervensi dini penyakit katastropik, mengalokasikan dana khusus BPJS Kesehatan untuk studi HTA, serta melakukan kolaborasi dalam mempublikasikan hasil studi kepada masyarakat.

Apresiasi

Di sisi lain, ADINKES sangat mengapresiasi program BPJS Kesehatan Mendengar. ADINKES yang diketuai oleh Muhamad Subuh memberikan sejumlah saran. Misalnya, BPJS Kesehatan perlu meningkatkan kapasitas FKTP melalui rujukan horizontal, melakukan penjaminan mutu atau sertifikasi kompetensi tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, melakukan penyempurnaan kredensialing bersama Dinas Kesehatan dan Puskesmas. BPJS Kesehatan juga perlu melakukan integrasi pembiayaan kesehatan, serta mengaktifkan upaya pencegahan kecurangan dengan mengalokasikan dana khusus bagi tim pencegahan kecurangan di daerah dan ada kerangka target kerja yang jelas.

Ketua Komite Jaminan Sosial DPN APINDO, Soeprayitno mengapresiasi adanya BPJS Kesehatan Mendengar, sehingga aspirasi pemberi kerja maupun pekerja bisa terakomodir. Dalam beberapa hal, layanan JKN-KIS semakin baik dan sangat membantu karyawan. Namun ada beberapa catatan yang perlu jadi perhatian untuk perbaikan. Misalnya, sosialisasi mengenai kelas standar perlu digencarkan, karena isu-isu mengenai kelas standar menjadi kegalauan di kalangan pekerja.

Kebijakan coordination of benefit (CoB) dengan asuransi kesehatan swasta yang perlu dioptimalkan. Hal lainnya, terkait tunggakan peserta, serta kemudahan administrasi kepesertaan untuk peserta PBPU menjadi peserta PPU.

Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Tubagus Achmad Choesni juga mengapresiasi kegiatan BPJS Kesehatan Mendengar yang merupakan salah satu quick wins para jajaran Direksi BPJS Kesehatan baru.

Ia berpendapat, BPJS Kesehatan Mendengar adalah langkah yang patut diacungi jempol karena melibatkan banyak masukan dari seluruh stakeholders JKN-KIS untuk perbaikan yang lebih komprehensif.

Perjalanan JKN-KIS mengalami dinamika luar biasa. Hal ini adalah pembelajaran bagi kita semua untuk menuju sistem yang lebih baik. Tidak mudah mengelola JKN-KIS dengan kompleksitas yang beragam. Segala masukan ini nantinya akan dipertimbangkan untuk menjadi aturan yang sistematik. Dewas direksi BPJS Kesehatan harus selalu berpegang pada Undang-Undang SJSN dalam bertugas, harus bersatu padu bekerja keras dan cerdas, dengan menerapkan tata kelola organisasi yang baik.

(10)

BINCANG

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio

+ + + +

+ + + +

JKN-KIS

Harus Terlibat Aktif

STAKEHOLDERS

(11)

BINCANG

D

alam rangka membangun ekosistem Program JKN-KIS yang ideal, BPJS Kesehatan berupaya melakukan optimalisasi sinergi lintas sektoral dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, manajemen fasilitas kesehatan (faskes), tenaga medis, pemberi kerja, asosiasi faskes, organisasi profesi, akademisi, pakar, dan pemangku kepentingan (stakeholders) JKN-KIS lainnya.

Untuk itu, BPJS Kesehatan menciptakan program “BPJS Kesehatan Mendengar” guna menjaring berbagai masukan dan saran dari para stakeholders program JKN-KIS. Kegiatan tersebut diharapkan mempererat jalinan komunikasi yang lebih baik lagi antara BPJS Kesehatan dengan stakeholders, yang pada akhirnya diharapkan dapat makin memperkuat ekosistem penyelenggaraan JKN-KIS ke depan. Hal ini demi meningkatkan mutu layanan dan mendongkrak kepuasan peserta JKN-KIS. Seberapa pentingkah kehadiran program BPJS Kesehatan Mendengar untuk mendorong keterlibatan aktif para stakeholders dalam rangka perbaikan mutu layanan JKN-KIS ke depan? Berikut ini adalah rangkuman pandangan Pengamat Kebijakan Publik, Bapak Agus Pambagio yang dirangkum INFO BPJS.

Bagaimana tanggapan Bapak mengenai BPJS Kesehatan Mendengar?

Ini adalah alat komunikasi antara BPJS Kesehatan dengan pemangku kepentingan untuk menampung apa yang menjadi persoalan di lapangan.

Kira-kira persoalan apa saja yang masih ada, supaya rencana aksi BPJS Kesehatan cocok atau sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Sekarang ini stakeholders JKN- KIS memang harus aktif. Kalau ada apa-apa harus bisa komplain secara langsung. Sekarang sudah ada medianya itu, jadi bagus. Kalau ada apa-apa mereka langsung berhubungan dengan BPJS Kesehatan secara aktif, tidak masuk ke semacam costumer care yang mungkin tidak bisa menyelesaikan persoalan seluruhnya. Dengan

adanya BPJS Kesehatan Mendengar berbagai persoalan yang ada bisa dikluster, apa-apa saja yang perlu dibahas.

Aspirasi seperti apa yang diharapkan masuk ke BPJS Kesehatan Mendengar ?

Tentunya masukan yang konstruktif dari pemangku kepentingan. Kita berharap dengan hadirnya BPJS Kesehatan Mendengar akan ada perbaikan layanan. Tetapi memang harus dievaluasi. Kalau sudah berjalan akan kelihatan mana yang perlu dan mana yang tidak. Kita tunggu evaluasi dari program ini.

Untuk pengaduan terhadap layanan, selama ini masyarakat bisa akses ke care center BPJS. Keluhan itu kemudian diolah oleh BPJS Kesehatan mana yang kira kira perlu melibatkan para ahli, dan lainnya.

BPJS Kesehatan memang perlu mendapat masukan dari semua pihak. Tetapi harus selektif, karena banyak pengaduan yang ternyata hanya iseng dan sebagainya.

Itulah dampak dari keterbukaan media, dan BPJS Kesehatan sudah mengantisipasinya. Setiap masukan juga perlu disaring oleh BPJS Kesehatan.

Isu-isu apa yang diharapkan bisa diselesaikan melalui BPJS Kesehatan Mendengar ?

Masalahnya macam-macam. Masih banyak kendala-kendala dalam Program JKN-KIS yang berlanjut sampai saat ini, dan itu harus dicatat oleh BPJS Kesehatan dan diselesaikan dengan baik. Misalnya dari sisi peserta, yang terpenting itu ketika orang cari rumah sakit itu mudah, lalu pelayanan di rumah sakit juga jelas. Termasuk masalah iuran. Kalau peserta masih sulit cari rumah sakit, atau mereka tidak bayar iuran maka harus dicarikan solusinya bersama.

Harapan saya, BPJS Kesehatan teruslah berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan, dan perbaikan sistem layanan.

Singgung soal iuran peserta, menurut Bapak, apakah penyesuaian iuran menurut Perpres 64 tahun 2020 sudah

diikuti perbaikan layanan ? Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio

Upaya bersama yang sudah dilakukan oleh seluruh pelaku JKN-KIS sudah baik. Perbaikan

yang berkesinambungan menunjukan komitmen bahwa adanya penyesuaian iuran akan berdampak pada kualitas layanan.

Upaya peningkatan kualitas layanan setelah penyesuaian iuran sudah cukup baik. Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi harus dioptimalkan.

Saya menyoroti, BPJS Kesehatan sudah tinggal lepas landas dan siap melakukan hal tersebut apalagi di era pandemi ini. Momentum ini juga harus dimanfaatkan agar masyarakat atau peserta JKN-KIS juga makin terbiasa. Dampak dari penyesuaian iuran JKN-KIS program ini sudah tidak ada beban utang klaim jatuh tempo ke fasilitas kesehatan.

Selain itu, peningkatan kualitas layanan berbasis digital juga akan memudahkan dalam hal monitoring dan evaluasi.

(12)

BENEFIT

P

enyebaran COVID-19 di Indonesia saat ini sudah semakin meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara yang diiringi dengan peningkatan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian.

Peningkatan tersebut salah satunya berdampak pada pelayanan Kesehatan di fasilitas Kesehatan sehingga diperlukan beberapa kebijakan khusus dalam bentuk pemberian pelayanan kesehatan terhadap Penderita Penyakit Kronis dalam rangka kesinambungan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam pemantauan peserta Prolanis

Prolanis sendiri merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta yang menderita penyakit kronis.

Sasaran dari program ini adalah seluruh peserta JKN-KIS penyandang penyakit kronis yaitu diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi. Melalui program ini, harapannya penyandang penyakit kronis bisa mengelola kesehatannya dengan baik, agar kualitas hidup pasien tersebut tetap optimal, meskipun sedang menderita diabetes melitus ataupun hipertensi.

Sebelum pandemi Covid-19, aktivitas klub Prolanis di FKTP banyak dilakukan secara tatap muka, seperti konsultasi medis, edukasi hidup sehat, senam Prolanis, home visit, hingga reminder kepada peserta melalui SMS atau WhatsApp untuk kepatuhan minum obat, perilaku hidup sehat atau jadwal pemeriksaan gula darah dan tekanan darah rutin setiap bulan.

Namun di masa pandemi Covid-19 ini, berbagai penyesuaian dilakukan dengan memprioritaskan pelayanan kontak tidak langsung atau secara daring untuk menjamin keberlangsungan pelayanan yang diberikan FKTP tetap berkualitas, di mana peserta yang tergabung dalam Prolanis tetap mendapatkan konsultasi

medis, edukasi kesehatan dan senam secara daring serta rencana perawatan (plan of care), pemeriksaan penunjang Prolanis, pelayanan obat dan pemantauan status kesehatan yang tetap diberikan secara rutin oleh FKTP.

Pelayanan kontak tidak langsung atau secara daring untuk peserta Prolanis dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal diantaranya kemampuan dan kesediaan peserta yang mayoritas berusia lansia serta kekuatan jaringan di masing-masing wilayah. Pelayanan kontak tidak langsung ini memanfaatkan berbagai media komunikasi antara lain aplikasi Mobile JKN, telepon, berbagai platform pesan singkat seperti WhatsApp dan Telegram, serta melalui media telekonsultasi lainnya.

Dokter di FKTP akan memberikan konsultasi sesuai keluhan peserta, dan memberikan rekomendasi sesuai kebutuhan peserta. Kontak antara pasien dan dokter secara daring ini juga dicatat sebagai angka kontak yang diperhitungkan sebagai penilaian kinerja FKTP.

Sementara itu untuk aktivitas klub seperti senam bersama, kegiatan tersebut juga tetap bisa dilakukan bersama-sama, antara lain dengan memanfaatkan aplikasi telekonferensi seperti Zoom. Beberapa FKTP juga memberikan video senam, sehingga peserta bisa melakukan gerakan senam tersebut kapanpun dari rumah masing-masing. Selain itu, platform ini juga dipakai untuk mengedukasi peserta Prolanis perihal gaya hidup sehat.

Khusus untuk pemeriksaan gula darah dan tekanan darah rutin, kegiatan tersebut dilakukan secara langsung dan terjadwal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kontak langsung di FKTP ini juga mengoptimalkan sistem antrean online maupun platform lainnya yang telah disediakan, supaya tidak terjadi antrean pasien di FKTP. Saat ini sebagian besar FKTP juga sudah menerapkan sistem antrean pelayanan berbasis online yang terintegrasi dengan aplikasi Mobile JKN.

Di masa pandemi Covid-19, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang menjadi mitra BPJS Kesehatan tetap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima kepada peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), termasuk kepada peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Berbagai penyesuaian bentuk layanan juga telah dilakukan dengan memprioritaskan pelayanan kontak tidak langsung untuk mencegah penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Lantas, seperti apa pemantauan peserta Prolanis di masa Pandemi Covid-19 ini?

Pemantauan Peserta Prolanis

Tetap Optimal di Masa Pandemi

(13)

BENEFIT

Saat ini , aktivitas Prolanis sudah mulai dilakukan secara tatap muka di beberapa daerah. Namun hal ini sangat bergantung pada zona Covid-19 yang sudah ditetapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Apabila berada di zona merah, tentu risikonya sangat tinggi untuk melakukan kegiatan tatap muka. Namun untuk FKTP yang berada di zona hijau atau kuning, aktivitas Prolanis bisa dilakukan secara tatap muka, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Pemantauan peserta Prolanis ini sangat penting dilakukan, mengingat penderita diabetes melitus dan juga hipertensi merupakan kelompok dengan faktor risiko tinggi yang dapat memperburuk kasus Covid-19, sehingga harus terus dimonitor.

Pelayanan Obat

Selain pelayanan Prolanis, BPJS Kesehatan juga menerapkan kebijakan khusus terkait pelayanan obat Program Rujuk Balik (PRB) di masa pandemi ini. Pelayanan

ini diberikan untuk pasien penderita penyakit kronis salah satunya diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.

Ketentuan khususnya adalah, dokter FKTP dapat meresepkan obat PRB untuk kebutuhan maksimal dua bulan dengan peresepan tiap bulan maksimal 30 hari.

Pengambilan obat pada bulan ke-2 dapat dilakukan secara langsung ke Apotek PRB tanpa harus melakukan kontak langsung dengan dokter FKTP kecuali ada keluhan, atau menggunakan mekanisme pengiriman obat.

Berbagai ketentuan khusus ini berlaku sementara untuk merespon penyebaran Covid-19. BPJS Kesehatan akan melakukan evaluasi kembali sesuai dengan perkembangan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.

+ + + +

+ +

+ +

(14)

PELANGGAN

P

rogram Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang telah memiliki jumlah peserta mencapai 223 juta penduduk Indonesia, tentunya tingkat keakuratan data menjadi poin yang sangat krusial.

Hal itu dikarenakan sebagian besar atau sebanyak 169 juta lebih peserta JKN-KIS merupakan segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya ditanggung atau dibayarkan oleh negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Sehingga, apabila terjadi ketidakakuratan data dalam pemberian bantuan iuran kepada masyarakat tidak mampu agar terjamin dalam sistem JKN-KIS, maka akan berdampak pada ketepatan pemberian bantuan yang dilakukan oleh pemerintah.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI telah melaksanakan serangkaian pemeriksaan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Pemerintah Daerah, Rumah Sakit, dan pihak-pihak yang terkait lainnya terkait penyelenggaraan program JKN yang telah dijalankan sejak tahun 2014.

Salah satu yang disoroti oleh BPK yaitu dari sisi kepesertaan. BPK berpendapat bahwa perlu mewujudkan data tunggal peserta Program JKN yang valid dan real time antara lain dengan melakukan integrasi sistem data base kepesertaan Program JKN dengan sistem data base kementerian/lembaga atau instansi lain.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan BPJS Kesehatan akan mengupayakan peningkatan akurasi data dan administrasi kepesertaan secara efektif, melalui pemadanan, cleansing dan integrasi data dan sistem informasi berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta penyempurnaan ketentuan dan regulasi beserta tools pendukung dalam rangka pelaksanaan administrasi kepesertaan yang efektif.

"BPJS Kesehatan sebagai pengguna data yang bersumber dari pemilik dan penyedia data, juga melakukan upaya peningkatan akurasi dan kualitas data peserta melalui sinergi pemutakhiran data dan pemanfaatan integrasi sistem informasi (webservice) penyedia data," kata Dirut BPJS Kesehatan.

Pemeriksaan yang dilakukan BPK tersebut mengacu pada data hasil pemeriksaan per 31 Desember 2019. Seiring berjalan waktu sejak pemeriksaan tersebut, proses

BPJS Kesehatan Sempurnakan Data Kepesertaan

Sinergi Akurasi Data Kementerian/Lembaga

(15)

PELANGGAN

cleansing data berjalan dinamis secara bertahap dengan melibatkan koordinasi lintas sektoral dan Pemerintah Daerah, sehingga jumlah data bermasalah pun terus menurun.

BPJS Kesehatan berkomitmen dengan berproses melakukan cleansing data sebagai tindak lanjut atas temuan BPKP tahun 2018. Dari 27 juta data bermasalah, sebagian besar data tersebut telah diselesaikan secara tuntas.

Untuk diketahui, data Peserta Penerima Bantuan Iuran- Jaminan Kesehatan (PBI-JK) bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang direvisi melalui PP No. 76 Tahun 2015. DTKS ditetapkan oleh Menteri Sosial dan didaftarkan oleh Menteri Kesehatan kepada BPJS Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

Dalam pengelolaan data kepesertaan PBI-JK tersebut, BPJS Kesehatan telah melakukan upaya-upaya peningkatan validitas dan akurasi data melalui sinergi optimal dengan Kementerian/Lembaga terkait, sebagai berikut:

1) Umpan balik validitas dan akurasi data peserta PBI- JK kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial secara rutin setiap bulan.

2) Pemadanan data dengan Kementerian/Lembaga Penyedia Data.

a. Pemadanan data dengan data kependudukan Ditjen Dukcapil secara berkala sesuai Perjanjian Kerjasama.

b. Pemadanan dan konsolidasi data dengan Kementerian Sosial secara rutin setiap bulan periode penetapan perubahan Peserta PBI-JK melalui SK Menteri Sosial.

c. Pemadanan data dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial secara berkala sesuai periode

penetapan DTKS terkini.

3) Pertukaran data peserta PBI-JK dengan Kementerian Sosial melalui mekanisme web service pada Aplikasi SIKS-NG (sedang dalam tahap pengembangan).

4) Penyempurnaan Sistem Informasi pengelolaan data peserta.

a. Implementasi wajib inquiry NIK ke server Dukcapil pada seluruh kanal pendaftaran dan perubahan data kepesertaan JKN.

b. Implementasi validasi data NIK peserta ke server Dukcapil pada seluruh proses mutasi data kepesertaan JKN.

c. Implementasi update NIK di Fasilitas Kesehatan (Faskes) terhadap peserta yang mengakses pelayanan kesehatan dan belum dilengkapi dengan data NIK.

Melalui upaya-upaya peningkatan validitas dan akurasi data peserta PBI-JK tersebut di atas, terdapat penurunan jumlah data bermasalah yang sangat signifikan sejak tahun 2014. Sebelumnya, kondisi data peserta PBI-JK sejumlah 86,4 juta jiwa seluruhnya belum dilengkapi dengan NIK.

Pada periode 1 Januari 2021, sisa data bermasalah atau yang belum cleansing tersisa 2,9 persen dari total cakupan peserta PBI-JK. Selanjutnya, sisa data bermasalah segmen PBI-JK tersebut telah disampaikan melalui umpan balik secara rutin setiap bulan kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial untuk dapat dilaksanakan proses pemutakhiran data atau penggantian data peserta PBI-JK melalui penetapan SK Menteri Sosial.

Pemuktahiran data ini dengan memperhatikan ketersediaan data pengganti yang bersumber dari DTKS Kementerian Sosial agar kuota peserta PBI-JK tetap terjaga sesuai kuota yang telah ditetapkan oleh Menteri Sosial.

"Untuk itu kami harapkan dukungan data yang tepat, misalnya dari Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri diharapkan kami dapat memperoleh data penduduk khususnya NIK yang valid, atau dukungan dari Kementerian Sosial untuk validasi data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) serta integrasi ke Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial - Next Generation (SIKS-NG)," kata Ghufron.

Selain itu Kementerian/Lembaga lain yang dapat mendukung dalam mewujudkan data tunggal JKN misalnya Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Kementerian Keuangan, BKN, PT Taspen, TNI, POLRI, ASABRI serta BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan Sempurnakan Data Kepesertaan

Sinergi Akurasi Data Kementerian/Lembaga

(16)

TESTIMONI

P

rogram Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang merupakan program pengendalian penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dengan cara mengecek kesehatan secara berkala tetap berjalan dengan rutin meskipun dilakukan di tengah pandemi COVID-19.

Prolanis yang bertujuan untuk mendorong peserta BPJS Kesehatan yang mengidap penyakit kronis agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik agar kondisi kesehatannya terjaga dan menghindarkan risiko terjadinya komplikasi, tetap terus dilakukan dengan peningkatan kesehatan masyarakat, yang meliputi kegiatan konsultasi medis dan edukasi kesehatan, screening kesehatan secara berkala, bahkan dengan dilakukan home visit atau kunjungan tenaga medis ke rumah pasien.

Prolanis merupakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif antara pasien dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk mengendalikan penyakit kronis yang diidap pasien agar tidak menimbulkan komplikasi serius. Penyakit kronis yang menjadi fokus pada Prolanis adalah diabetes tipe 2 dan hipertensi dikarenakan jumlah pengidap kedua penyakit tersebut sangat banyak di Indonesia.

Salah seorang peserta JKN-KIS asal Cibinong Bogor yang juga menjadi peserta Prolanis Elis Tiahesara berhasil meningkatkan gaya hidup sehat akibat program peningkatan kualitas kesehatan dari JKN.

Elis yang berprofesi sebagai dokter sekaligus pemilik FKTP Klinik Qita di Bogor, dirinya memiliki gangguan kesehatan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang mengharuskannya untuk mengubah pola hidup jadi lebih sehat. Sebagai dokter sekaligus pemilik Klinik Qita, Elis juga sering memanfaatkan kartu kepesertaan JKN-KISnya untuk menjalani kontrol atas kondisi kesehatannya.

“Saya sudah rutin kontrol kesehatan dan ketahuan mengidap hipertensi, lalu saya perbaiki pola gaya hidup saya seperti dengan konsumsi makanan bergizi seimbang dan rajin olahraga. Sekarang gula darah juga terkendali tanpa obat pengendali tekanan darah, cuma karena saya mengidap asma juga jadi sekarang saya hanya prolanis asma. Alhamdulillah bersyukur penyakit kronis yang saya idap semua terkendali dan tidak ada gejala penurunan kesehatan yang saya rasakan,” ujar Elis.

Sebagai pengelola FKTP, Elis turut memantau peserta prolanis yang terdaftar di Klinik Qita dengan kepesertaan sekitar 300 pasien yang terdata dan terpantau dengan baik.

Beberapa kegiatan Prolanis di Klinik Qita seperti pemantauan kesehatan baik secara langsung maupun komunikasi daring melalui WhatsApp, juga rutin diagendakan berbagai kegiatan seperti edukasi, senam, dan gathering. Menurutnya, semua kegiatan Prolanis ini membutuhkan dukungan dari pasien maupun keluarga pasien untuk bisa mengubah gaya hidup, dan memiliki semangat serta kemauan untuk tetap sehat.

Tak Kendor di Masa Pandemi

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

+ + + +

+ +

+ +

(17)

TESTIMONI

Menjadi peserta Prolanis sekaligus pengelola program di klinik membuat ia semakin semangat untuk mengelola dan memotivasi pasien lain agar mancapai kualitas hidup yang optimal demi kesehatan.

“Penyakit-penyakit yang termasuk penyakit kronis ini tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan agar kondisi pasien dalam keadaan stabil, caranya dikelola dengan kegiatan promotif preventif seperti perubahan gaya hidup atau jika perlu ya konsumsi obat-obatan untuk menekan gejala yang muncul. Saya merasa sangat bersyukur dengan adanya program ini dan segala kegiatan-kegiatannya," kata Elis.

Elis mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan karena dengan Program JKN-KIS yang telah diselenggarakan dapat memberikan harapan hidup kepada pasien dengan penyakit kronis untuk mencapai keadaan stabil demi mencapai kesehatan dan kualitas hidup optimal.

Prolanis di Penjuru Indonesia

Program promotif kesehatan dan preventif Prolanis tidak hanya dilakukan di kota-kota besar Indonesia.

BPJS Kesehatan berkomitmen dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan beserta program promotif dan preventif juga ke berbagai daerah Indonesia.

Puskesmas Timung di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur memberikan layanan home visit kepada peserta Prolanis dalam upaya menjamin terlaksananya Program Promotif dan Preventif di tengah pandemi Covid-19.

Salah satu layanan bagi peserta Prolanis adalah Klub Prolanis yang memiliki kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta Prolanis. Namun dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang membatasi adanya perkumpulan orang dalam satu tempat menjadi kendala dalam kegiatan edukasi kesehatan tersebut.

“Karena kasus Covid-19 semakin meningkat, maka untuk sementara waktu kegiatan kelompok Klub Prolanis belum bisa dilaksanakan. Namun petugas kesehatan Puskesmas tetap melakukan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis melalui kegiatan kunjungan rumah/home visit kepada peserta Prolanis tersebut,”

ucap Penanggungjawab Prolanis Puskesmas Timung Maria Hayu Aninditya

Puskesmas Timung merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kabupaten Manggarai NTT dan telah lama menyelenggarakan kegiatan Klub Prolanis. Saat ini peserta Prolanis yang dikelola berjumlah 60 orang terdiri dari penyandang Diabetes Mellitus dan Hipertensi.

Kepala Puskesmas Timung Eduardus Jarut mengungkapkan bahwa antusias peserta JKN-KIS untuk mengikuti Prolanis sangat tinggi. Namun mengingat jarak

rumah pasien dengan FKTP cukup jauh ditambah lagi pesertanya mayoritas lansia, Puskesmas berkoordinasi untuk menyelenggarakan di kegiatan Prolanis di masing- masing desa.

Eduardus mengatakan bahwa kegiatan Prolanis memiliki banyak manfaat, baik untuk peserta dan juga untuk fasilitas kesehatan penyelenggara.

“Manfaat dari sisi peserta diantaranya mendapatkan penyuluhan atau edukasi terkait penyakitnya secara khusus dari tim tenaga kesehatan di Puskesmas, kemudian mendapatkan pelayanan khusus baik di rumah ataupun di kegiatan kelompoknya termasuk juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan baik yang rutin perbulannya ataupun pemeriksaan khusus yang dilakukan setiap enam bulan yang membantu tenaga kesehatan dalam memberikan terapi pada peserta tersebut,” kata Eduardus.

Dalam kegiatan home visit, petugas akan melakukan pemantauan kesehatan seperti melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula darah sewaktu, edukasi dan konsultasi kesehatan dengan tenaga kesehatan serta pemberian terapi termasuk pada peserta tersebut.

Sementara manfaat yang diperoleh FKTP dari kegiatan Prolanis ini yaitu Puskesmas menjadi lebih mampu mengendalikan angka rujukan ke rumah sakit. Eduardus menyampaikan bahwa kedepannya kegiatan Prolanis akan terus dikembangkan. Untuk saat ini sudah terbentuk dua klub Prolanis yang berada di dua desa yaitu Desa Timung dan Desa Poka.

“Kini masyarakat tidak lagi takut berobat karena masalah biaya, sebab mereka sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat,” kata Eduardus.

(18)

INSPIRASI

D

iabetes Melitus masih menjadi salah satu penyakit penyebab kematian di banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Apabila dibiarkan, penyakit ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius yang menyerang organ penting di tubuh. Sayangnya, penyakit yang juga disebut silent killer ini seringkali baru disadari penderitanya ketika sudah terjadi komplikasi, sehingga penangananya pun menjadi sulit.

Berangkat dari hal tersebut, sekumpulan anak muda membentuk sebuah komunitas yang diberi nama “Sobat Diabet”. Fokusnya adalah mengedukasi masyarakat khususnya anak-anak muda terkait bahaya diabetes melitus tipe 2, sehingga mereka bisa melakukan langkah- langkah pencegahan sejak dini. Pasalnya diabetes melitus tipe 2 bukanlah penyakit yang datang dengan tiba-tiba, tetapi muncul salahtunya akibat gaya hidup tidak sehat yang dijalani selama beberapa tahun sebelumnya.

Pendiri Sobat Diabet dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD mengungkapkan, komunitas Sobat Diabet awalnya merupakan gerakan hidup sehat yang diinisiasi beberapa mahasiswa kedokteran pada tahun 2014. Kemudian karena banyak yang tertarik untuk ikut terlibat dalam gerakan tersebut, akhirnya dibentuklah komunitas Sobat Diabet. Fokus dari komunitas ini adalah kegiatan promotif dan preventif dengan menyasar anak-anak muda. Relawannya pun seluruhnya anak muda yang mayoritasnya bukan penyandang diabetes.

“Anak muda jadi target kegiatan promotif dan preventif yang kami jalankan karena mereka juga sangat rentan terkena diabetes. Dari data International Diabetes Foundation, satu dari lima pasien diabetes usianya kurang dari 40 tahun. Diprediksi yang terkena makin lama usianya makin muda,” ungkap dr. Rudy.

Sebelum pandemi Covid-19, Sobat Diabet banyak melakukan kegiatan offline untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat. Namun setahun belakangan ini, kegiatan edukasi lebih banyak dilakukan dengan memanfaatkan berbagai platform digital mulai dari website hingga media sosial. Setiap pekan, kegiatan edukasi rutin dilakukan melalui Instagram Live yang membahas beragam topik terkait gaya hidup sehat untuk mencegah diabetes melitus. Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan komunitas lain hingga organisasi kedokteran.

Selain kegiatan promotif dan preventif, komunitas Sobat Diabet juga melakukan kegiatan suportif untuk membantu para penderita diabetes, antara lain memberikan alat glukometer untuk memantau sendiri kadar gula darah, hingga memberikan kursi roda untuk penderita diabetes yang baru diamputasi.

“Kita juga membuat grup WhatsApp untuk orang-orang dengan kerabat diabetes. Ini untuk meluruskan berbagai macam informasi yang tidak benar terkait diabetes atau obat-obatan diabetes yang banyak muncul di media sosial,” ungkap dr. Rudy.

Saat ini jumlah anggota Sobat Diabet sudah lebih dari 500 orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan, dr. Rudy berharap awareness anak-anak muda terkait bahaya diabetes bisa meningkat, sehingga harapannya risiko diabetes bisa ditekan atau dikurangi dan meningkatkan angka harapan hidup serta kualitas Kesehatan para anggota.

Komunitas “ Sobat Diabet”

Ajak Kaum Muda

Peduli Bahaya Diabetes

(19)

PERSEPSI

P

andemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia pada tahun 2020 disebut-sebut membuat penurunan jumlah layanan manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN- KIS). Alasannya, banyak orang yang tidak mau pergi ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit lantaran takut tertular virus corona. Hal itu juga yang memunculkan anggapan keuangan Dana Jaminan Sosial Kesehatan yang dikelola BPJS mulai membaik. Namun, apakah benar pemanfaatan layanan kesehatan selama Pandemi COVID-19 menurun?

Data jumlah kunjungan peserta JKN-KIS ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada tahun 2020 tercatat sebanyak 283 juta kunjungan (sakit dan sehat), jumlah ini turun dibandingkan tahun 2019 yang totalnya mencapai 337,7 juta kunjungan (sakit dan sehat). Sedangkan pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) baik kasus rawat jalan maupun rawat inap sebanyak 95,7 juta kasus di tahun 2019, kemudian turun menjadi 78,6 juta kasus di tahun 2020.

Jika dilihat berdasarkan data tren biaya manfaat layanan JKN-KIS tahun 2020, tren pembiayaan memang mengalami penurunan sejak bulan Mei 2020 yang merepresentasikan penurunan jumlah kunjungan peserta ke fasilitas kesehatan. Namun penurunan pemanfaatan JKN-KIS masih di batas kewajaran dilihat dari pencapaian realisasi pembiayaan manfaat dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) tahun 2020.

RKAT untuk pembiayaan manfaat Program JKN-KIS tahun 2020 sebesar Rp109,79 triliun, yang direalisasikan sebesar Rp95,51 triliun atau capaian 86,99 persen. Pada bulan Januari hingga April 2021, realisasi pembiayaan manfaat memang mencapai 100 persen dari yang pembiayaan dianggarkan, yaitu di atas Rp9 triliun per bulannya.

Pemanfaatan Layanan JKN Menurun Selama Pandemi, Benarkah?

Namun sejak bulan Mei hingga Desember 2020, realisasi pembiayaan manfaat berada di kisaran Rp7 triliun per bulannya dari RKAT yang ditetapkan sekitar Rp8 triliun hingga Rp9 triliun per bulan.

Capaian RKAT terendah terjadi pada pelayanan promotif dan preventif yang mencapai 44,82 persen.

Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan sosial atau edukasi masyarakat yang menimbulkan kerumunan. Sedangkan program promotif preventif yang sifatnya sebagai edukasi dan penyuluhan tetang kesehatan dalam satu komunitas masyarakat.

Berdasarkan jenis pelayanannya, capaian dari RKAT 2020 paling tinggi yaitu pada layanan rawat jalan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau layanan rawat jalan di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL). Capaian realisasi pembiayaan untuk jenis layanan tersebut masing-masing 92,32 persen dan 93,41 persen. Ini menunjukkan sebagian besar peserta JKN-KIS masih menggunakan layanan kesehatan Program JKN- KIS untuk berobat jalan ke rumah sakit, klinik, maupun Puskesmas selama masa pandemi COVID-19.

Dari data tersebut terlihat bahwa memang terjadi tren penurunan besaran nilai pemanfaatan layanan Program JKN-KIS pada tahun 2020 yang mulai terjadi pada bulan Mei. Namun demikian, jumlah pembiayaan rawat jalan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut masih di atas 90 persen dan pembiayaan rawat inap di tingkat pertama dan tingkat lanjut masih di atas 80 persen. Yang artinya, sebagian besar peserta Program JKN-KIS masih memanfaatkan layanan dari asuransi kesehatan sosial program pemerintah yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

(20)

SEHAT &

Gaya Hidup

P

sikolog Astrid W.E.N dari Klinik Psikologi Pion Clinician mengungkapkan, pada orang-orang yang tidak siap secara mental, penggunaan media sosial bisa berisiko terhadap kesehatan mental.

Pemicunya pun beragam, salah satunya karena perasaan iri hati atau tidak puas terhadap diri sendiri setelah melihat unggahan teman atau pengguna lainnya di media sosial yang terlihat lebih sempurna dibandingkan dirinya.

Dikatakan Astrid, ketika membuka media sosial, kita sebenarnya berhadapan dengan begitu banyak informasi yang memiliki beragam muatan emosi. Hal inilah yang seringkali tidak disadari pengguna media sosial, sampai akhirnya beban emosi tersebut menumpuk.

“Saat membuka media sosial, yang tubuh kita lakukan adalah mengambil informasi dan memproses emosi dari

informasi tersebut. Misalkan ada orang yang berduka, walaupun unggahannya hanya sebatas gambar dengan sedikit tulisan, itu sudah memberi sinyal kedukaan pada diri kita. Kemudian postingan pengguna lain menampilkan kegembiraannya di pesta, lalu tubuh kita kembali memproses emosi kegembiraan. Bayangkan, dalam waktu singkat tubuh kita sudah mengasup banyak informasi dan emosi, dan tanpa kita sadari beban emosinya lebih besar dari yang kita pikirkan sebelumnya,”

kata Astrid.

Tidak sekedar lelah mata, Astrid mengatakan banyaknya informasi yang dilihat di media sosial juga bisa membuat kita lelah secara emosional, sehingga menjadi lebih sensitif terhadap unggahan pengguna lain.

“Ketika kita dalam kondisi capek atau sedih, kemudian kita lihat media sosial, tanpa kita sadari ini lebih Media sosial atau medsos saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Keberadaannya bisa menghubungkan kita dengan siapapun dan dari manapun, bahkan bisa dipakai sebagai media untuk berjualan. Namun, penggunaan media sosial yang tidak bijak juga bisa menyebabkan adiksi atau distraksi dari hal-hal lain yang jauh lebih penting. Lebih parahnya lagi, media sosial juga bisa mengganggu kesehatan mental. Kok bisa?

TIDAK BIJAK BERMEDS OS

Bisa Ganggu

Kesehatan Mental

(21)

SEHAT & GAYA HIDUP

+ + + +

+ + + +

memperbesar risiko mengikatkan pesan dari unggahan di media sosial ke kondisi kita yang negatif. Misalkan ada pengguna media sosial yang berhasil dan membagikan cerita suksesnya atau hidup mewahnya, lalu kita merasa kok hidup kita menyedihkan ya, tidak berhasil seperti mereka. Ini yang kemudian bisa berdampak pada kesehatan mental kita,” kata Astrid.

Padahal menurut Astrid, sesuatu yang terlihat sempurna atau bahagia di media sosial belum tentu kondisi yang sebenarnya. Apalagi ada kecenderungan seseorang hanya membagikan kisah suksesnya atau hidup bahagianya saja di media sosial dengan tujuan mendapatkan pengakuan atau apresiasi dari orang lain.

Di kehidupan nyatanya, mungkin saja beban hidupnya jauh lebih berat dibandingkan kita, hanya saja tidak dibagikan di media sosial.

Dikatakan Astrid, rasa iri yang berlebihan justru dapat menimbulkan pikiran negatif dan rasa frustrasi. Bahkan rasa iri juga bisa merusak hubungan kita dengan orang lain. Namun apabila rasa iri tersebut bisa diolah dan dikelola dengan baik, justru akan membuat diri lebih termotivasi.

Dampak media sosial terhadap mental tidak hanya bagi yang melihatnya, tetapi juga bagi mereka yang sering berbagi di media sosial. Ketika postingannya mendapatkan banyak like dan banjir komentar pujian, muncul rasa senang atas respon yang didapatkan.

Namun, jika jumlah like sedikit dan respon yang muncul tak sesuai dengan keinginan, tidak sedikit yang kemudian mengalami kecemasan.

“Jumlah like seringkali dianggap sebagai perhatian.

Kalau yang like banyak, dia merasa lebih berharga. Itu suatu hal yang sangat keliru. Kalau nanti jumlah like-nya sedikit, bisa timbul rasa rendah diri, kurang berharga.

Ini membuat masalah kesehatan mental lebih mudah muncul. Akhirnya malah menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan banyak like,” kata Astrid.

Bahkan, ada pengguna media sosial yang sampai berhutang supaya unggahan outfit of the day (OOTD) di media sosial bisa banjir like. Dikatakan Astrid, hal ini akan memperparah konsep diri, karena sebetulnya mereka tahu apa yang ditampilkan tersebut merupakan sebuah kebohongan. Kenyataannya tidak semewah atau sebahagia seperti yang ditampilkan di media sosial.

“Kondisi ini bisa membuat pengguna media sosial rentan terhadap depresi dan kecemasan. Mereka jadi menggap pandangan orang lain jauh lebih penting dari pandangan diri sendiri atau orang-orang yang sayang dengannya dalam dunia nyata,” ungkap Astrid.

Bagaimana Seharusnya Bermedsos?

Agar kesehatan mental kita tidak terganggu, masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Selain harus lebih siap mental, disarankan untuk menggunakan media sosial di saat emosi sedang stabil atau baik, dan juga ketika kondisi fisik sedang tidak lelah.

Sehingga ketika ada unggahan yang memiliki banyak muatan emosi, diri kita bisa menanggapinya secara lebih proporsional atau tidak baperan.

Selain itu, mindset juga harus diubah bahwa media sosial merupakan sarana hiburan, sehingga idealnya hanya dinikmati saat waktu senggang atau sedang tidak bekerja, kecuali bila menggunakan media sosial untuk bekerja atau berjualan. Yang juga penting, jangan sampai keterikatan kita terhadap media sosial malah mengganggu ikatan kita dengan orang-orang di sekeliling kita. Jangan biarkan media sosial mendekatkan yang jauh, tapi malah menjauhkan yang dekat.

Psikolog Astrid W.E.N

Bisa Ganggu

Kesehatan Mental

(22)

KONSULTASI

JAWAB

JAWAB

IG: @dindatunjXXX Saya ada tunggakan karena beberapa kali lupa bayar, tapi sudah saya lunasi kemarin.

Apakah kartu JKN- KIS saya sudah bisa langsung digunakan lagi atau harus menunggu sebulan baru bisa dipakai lagi?

Terima kasih sudah melunasi tunggakan iuran JKN-KIS Anda. Setelah tunggakan dibayarkan lunas, kartu JKN- KIS Anda dapat langsung digunakan kembali tanpa harus menunggu selama beberapa waktu. Ke depannya, Anda dapat memanfaatkan fitur autodebit untuk

IG: @nanganaXXXX Apa benar kalau pasien BPJS antrenya lama dan dibedakan pelayanannya?

Peserta JKN-KIS memiliki hak yang sama dengan pasien lainnya saat berobat atau membutuhkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan.

Terkait antrean, saat ini sudah ada antrean online yang dapat Anda manfaatkan. Cukup buka aplikasi Mobile

JKN, klik Pendaftaran Pelayanan, dapatkan nomor antrean online, lalu peserta bisa datang ke fasilitas kesehatan saat nomor antreannya sudah dekat.

Jadi jangan lupa Download Mobile JKN dan gunakan fitur antrean online saat Anda berobat ke fasilitas kesehatan.

memastikan iuran JKN-KIS Anda terbayarkan setiap bulan tanpa khawatir terlupa. Layanan autodebit bisa Anda peroleh melalui bank-bank yang bermitra dengan BPJS Kesehatan.. Kami siap membantu Anda semaksimal mungkin. Semoga sehat selalu

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar/vidio yang disajikan dan akan dijawab

pada saat start sehingg a memerlukan torsi awal yang besar.• a memerlukan torsi awal yang besar.• Pelumasan tidak sederhana• Gesekan yang terjadi sangat besar• Pelumasan

Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015 Page 15 STRATEGI MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING PRODUK MELALUI ORIENTASI PASAR , DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA

1) Bagi laki-laki akan menikah disyaratkan harus berumur sekurang- kurangnya 18 tahun, sedangkan bagi perempuan 15 tahun. 2) Seorang perempuan yang umurnya urang dari 15

menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.... BIS Romans

(2) Tanda pangkat harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, untuk Camat terbuat dari bahan dasar kain warna khaki dengan lambang Kementerian Dalam Negeri

Kebijakan negara dalam aspek pengembangan perkebunan yang berbentuk peraturan perundang- undangan seiring dengan pelaksanaannya yang telah hadir ditengah-tengah

Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan izin trayek kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan