• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEL 8 RESIKO DAN HAZARD DALAM TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN

N/A
N/A
Neisa Adhani

Academic year: 2022

Membagikan "KEL 8 RESIKO DAN HAZARD DALAM TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RESIKO DAN HAZARD DALAM TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING:

M. Ricko Gunawan, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

1. Muhammad Rafli (20320038) 2. Della Tiara (21320023P) 3. Mulia Ayunisa (21320024P)

4. Neisa Adhani (21320025P)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’aliakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT tuhan semesta alam, atas segala rahmat- Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai dan tepat waktu. Tak lupa pula saya haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul akhir nanti.

Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, Kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang “RESIKO DAN HAZARD DALAM TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 3 November 2021

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Metode...6

1.3 Hasil...6

BAB II...8

PEMBAHASAN...8

2.1 RESIKO...8

2.2 HAZARD...9

2.3 PERAWAT DAN ASUHAN KEPERAWATAN...10

2.4 RISIKO DAN HAZARD DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN...10

2.5 UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA ASUHAN KEPERAWATAN...12

BAB III...14

KESIMPULAN...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya tergantung dari

seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar peluang terjadinya risiko bahaya pada pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Hal ini tentu berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja atau yang dikenal dengan K3.

Risiko menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan dan membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko (risk) yaitu menyatakan

kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu (Tarwaka,2008).

Risiko adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah diperkirakan seperti hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda, penghidupan, dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan, yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta

(5)

kondisi yang rentan (ISDR, 2004). Hazard atau bahaya adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja.

Hazard adalah suatu kondisi secara alamiah, maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB, 2008).

Keselamatan kerja merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian yang memiliki potensi kecelakaan kerja menurut prosedur dan peraturan yang diterapkan. Salah satu peraturan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 86 dan 87.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari

risiko kecelakaan yang dapat mengakibatkan cidera, penyakit, kerusakan serta gangguan lingkungan. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun displin medis. Rumah sakit adalah tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar, gas medic, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani,2001 dalam Omrani dkk., 2015).

Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya agar dapat meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja menjaga dan merawat sumber produksi secara aman dan efisien (MENKES,2009).

Risk Management Standart AS/NZS 4360:2004 menyatakan bahwa analisis resiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident.

Pengelolaan resiko harus dilakukan secara berurutan langkah-langkahnya yang akan bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan. Organisasi Buruh Dunia (International Lobour Organization-ILO,2013) menyebutkan bahwa, setiap 15 detik terdapat seorang pekerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan setiap 15 detik terdapat 160 orang pekerja yang mengalami sakit akibat kecelakaan. Setiap

hari terdapat 6.300 orang meninggal dunia sebagai akibat dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta terhitung lebih dari 2,3 juta kematian pertahunnya. ILO menambahkan bahwa terdapat sebanyak 317 juta kecelakaan terjadi setiap tahunnya, akibatnya banya diantaranya kehilangan pekerjaan.

Dari penelitian Novie E Mauliku tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan Rumah Sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di Poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical record,

(6)

bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisai alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan,instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis,

dan sebagainya. Setiap kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besar kecilnya risiko yang terjadi tergantung jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau saat melakukan pekerjaan. Secara umum kecelakaan kerja ini dikarenakan tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human action) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 2014).

Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat direncanakan, dilakukan dan dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya pencegahan dan

penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling tepat. Secara garis besar ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu alat-alat mekanik, lingkungan dan kepada manusianya sendiri (Suma’mur, 2014).

Manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas

perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap perusahaan.

Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazzard Identification, Risk Assement and Risk Control (HIRARC). Manajemen ini adalah bagian dari manajemen risiko yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli,2010) Metode HIRARC ini adalah rangkaian proses identifikasi bahaya yang terjadi dalam

aktivitas rutin maupun non rutin di perusahaan yang diharapkan dapat dilakukan usaha untuk pencegan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja serta pengendaliannya dalam melakukan proses kegiatan perbaikan dan perawatan sehingga prosesnya menjadi aman.

Identifikasi bahaya

dan penilaian risikon dan pengendaliannya ini merupakan bagian dari sistem manajemen risiko yang merupakan dasar dari SMK3 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terdiri dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian resiko (risk assement), dan pengendalian risiko (risk control).

Menurut ILO, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan social seluruh para pekerja dan pada semua sector pekerjaan, melindungi pekerja dari resiko yang berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.

1.2 Metode

(7)

Kajian ini dilakukan dengan metode menganalisis dari berbagai sumber bacaan. Baik dari berbagai jurnal online, e-book, skripsi yang memiliki hubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam keperawatan.

Penulisan kajian ini melakukan metode perbandingan antar satu artikel dengan artikel

lainnya. Kemudian perbandingannya ditulis secara beraturan dalam hasil dari kajian. Dengan isi yang akan dibadingkan tetap berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam keperawatan.

1.3 Hasil

Dari beberapa sumber yang didapat baik dari jurnal online, skripsi. Ditemukan bahwa

beberapa negara membuktikan bahwa Rumah Sakit adalah salah satu tempat kerja yang berbahaya dan perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya.

Biro statistik Ketenagakerjaan dan konsul nasional asuransi America 2013

menyimpulkan pada rumah sakit di Amerika setiap 100 jam kerja terjadi 6,8 kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja atau PAK. Angka ini menempatkan kecelakaan kerja dan PAK di rumah sakit sedikit lebih tinggi dibanding dengan kecelakaan kerja dan PAK di sektor lainnya seperti sektor konstruktif manufaktur dan pelayanan professional dan bisnis lainnya.

Sebanyak 48% kecelakaan kerja disebabkan karena penggunaan tenaga atau otot yang

berlebihan oleh perawat ketika menangani pasien, seperti mengangkat, memindahkan atau menjangkau pasien, dan peralatan medis lainnya. Selain itu 54% jenis kecelakaan yang dialami berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, seperti sprint dan strain otot, dan hal ini menempatkan gangguan muskuloskeletal sebagai penerima klaim kompensasi terbesar dari biaya rumah sakit.

Penelitian lainnya di negara berkembang seperti india juga menyimpulkan hasil yang sama Sandeep, Shreemathi, Kaylan, Teddy, Kapil, dan Prachi (2016) melaporkan dalam 1 tahun terakhir 5,4% perawat rumah sakit di India mengalami luka akibat tertusuk jarum suntik 7,4%, mengalami varises, dan 56,9% mengalami stres kerja.

Penyelenggara jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, mencatat sepanjang tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari jumlah tersebut 75,8% berjenis kelamin laki-laki. Kecelakaan terjadi 69,59% terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang diluar perusahaan sebanyak 10,26%, dan sisanya merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja karena posisi tidak aman atau ergonomis, dan sebanyak 32,2% pekerja tidak memakai peralatan yang safety.

Situasi menegangkan yang sering dialami perawat adalah tindakan kekerasan dan

pelecehan dari pasien. Komunikasi dan hubungan tim juga merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan keselamatan perawat. Komunikasi dan hubungan tim adalah proses

(8)

yang dapat dilaksanakan melalui rapat, pengumpulan informasi, pendapat dalam pendapat dalam melaksanakan program kerja, evaluasi program kerja, penyelesaian masalah, bimbingan serta arahan, serta penjelasan yang bermanfaat untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antar pimpinan atau sesama staff. Sebuah penelitian di rumah sakit melaporkan perawat jatuh atau terpeleset karena lantai yang licin 5,9% (Szeto, Law, Lee, Lau, Ying Chan

& Wai Law, 2010).

Angka kejadian akibat paparan bahan kimia 0,5 sampai 1,9 kasus per 1000 perawat per tahun (Trinkoff, Brown, Caruso, Lipscomb, Johantgen, Nelson, Sattler, & Selby, 2007). Penelitian di Lusaka menemukan 11,4% perawat tertular tuberkulosis (TBC) (Menzies, Joshi, &

Pai,2007). Perawat tertular Human Immunodeficiency Virus/ HIV pada saat bekerja 57%.

Perawat yang mengalami nyeri muskuloskeletal atau sakit pada punggung sebagai dampak dari pekerjaan sebesar 52%. Pich, Hazelton, Sundin dan Kable (2010) melaporkan bahwa perawat mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal sebesar 60 sampai 90%, tertusuk jarum suntik 52,9% (Manyele, Ngonyani, & Eliakimu, 2008). Hasil laporan National safety Council NSC tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41%

lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores atau terpotong, luka bakar dan penyakit infeksi serta lain- lain

BAB II PEMBAHASAN

Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan, kesehatan dan keselamatan perawat perlu mendapat perhatian lebih dibanding dengan komponen pelayanan kesehatan lainnya. Karena tiap harinya mereka bertemu langsung dengan pasien dan bahaya- bahaya yang ada di rumah sakit. Setiap hari perawat tidak pernah jauh dan selalu berinteraksi dengan pasien. Hal tersebut yang membuat perawat selalu berhadapan langsung dengan bahaya dan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja perawat itu sendiri, maupun orang-orang yang berada di sekitarnya seperti keluarga saudara maupun teman terlepas dari keberadaan pasiennya. Karena keberadaan dan kepentingan mereka yang tidak hanya berada di rumah sakit, tetapi juga terhadap lingkungan diluar rumah sakit. Maka dikhawatirkan, jika seorang perawat secara tidak langsung dapat menjadi penyebab sumber penyakit, maupun sumber dari efek negatif dari risiko profesi mereka menjadi perawat.

(9)

2.1 RESIKO 1. Definisi Risiko

Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau konsekuensi dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Manajemen risiko adalah pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi penilaian dan pengendalian risiko.

Manajemen risiko terdiri dari tiga langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko (Ramli ,2010). Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).

3. Pengendalian Risiko

Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya yang teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumnya, sehingga pengendalian risiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling tinggi ke rendah.

4. Identifikasi dan Analisa Risiko

Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi. Proses identifikasi ini harus dilakukan secara cermat dan juga komprehensif, sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan dan juga tidak teridentifikasi.

2.2 HAZARD

1. Pengertian Hazard

 Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia (BNPB, 2008)

 Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.

(10)

 Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau kemungkinan menimbulkan kerugian atau korban manusia (Dirjen yanmedik, 2007).

Secara umum terdapat 4 faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain:

 Faktor bahaya biologi seperti : jamur, virus, bakteri, dan lain-lain.

 Faktor bahaya kimia, seperti: gas, Debu, bahan beracun, dan lain-lain.

 Faktor bahaya biomekanik, seperti: posisi kerja gerakan, dan lain-lain titik

 Faktor bahaya sosial psikologis, seperti: stres, kekerasan dan lain-lain

2. Klasifikasi Hazard

Menurut Ndejjo 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan non biologis.

 Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam, kontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous, bioterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit infeksi, penyakit udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan kontaminasi silang dari material kotor

 Sementara bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan ergonomis bahaya: bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi dari sinar-x, kebisingan, dan radiasi nonionisasi. Bahaya psikososial termasuk fisik, penyalahgunaan psikososial, seksual, dan verbal dan menekankan. Bahaya ergonomis adalah Ah lo skeletal cedera seperti nyeri otot, strain atau terkilir.

3. Identifikasi Hazard

Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).

2.3 PERAWAT DAN ASUHAN KEPERAWATAN 3 Perawat

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat adalah tenaga perawatan yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan Ahli Madya, Ners, Ners Spesialis, dan

(11)

Ners Konsultan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat dituntut untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat.

4 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan keperawatan ini tercantum dalam standar praktik klinis keperawatan yang terdiri dari lima fase asuhan keperawatan. Lima (5) fase tersebut yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Asuhan keperawatan memiliki manfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam bidang keperawatan.

2.4 RISIKO DAN HAZARD DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan

Risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat saja bisa terjadi adalah:

a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau pasien itu sendiri atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien.

b. Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya penyakit dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat melakukan perawatan ataupun pengkajian kepada pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien tersebut.

c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada proses wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau informasi pasien namun, keluarga pasien menyembunyikannya. Sehingga demi keselamatan pasien perawat tetap menanyakan sehingga pasien atau keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau perlakuan tidak baik

d. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya pasien ataupun

(12)

keluarga yang tidak menyukai proses perawatan atau pengkajian dapat saja melakukan kekerasan fisik terhadap perawat.

2. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat salah dalam mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien Malah semakin terganggu.

Kemudian dapat saja terjadi jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawat juga akan mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawat.

3. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan

Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan ini dapat mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau perawat, misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan an-nur dokumen rekam medik dari pasien tersebut.

4. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan

Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dapat mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang kurang data yang sudah dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa mengkonfirmasi ke dalam dokumentasi asuhan keperawatan, sehingga yang tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada pasiennya tidak ada dalam dokumentasi asuhan keperawatan.

2.5 UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD PADA ASUHAN KEPERAWATAN

 Upaya yang dapat dilakukan perawat dalam tahap pengkajian tersebut yaitu:

1. Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun kepada keluarganya

2. Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan, Misalnya menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai

3. Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien

4. Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan sama

5. Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi pendengar yang baik, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin dan diharapkan menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan

6. Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, maka perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu

(13)

7. Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari klien terlebih dahulu

8. Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien

9. Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun kepada pihak rumah sakit

10. Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah terkontaminasi 11. Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan.

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaa asuhan keperawatan

1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana keperawatan

2. Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun perencanaan keperawatan

3. Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya, mengganti sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah

4. Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada pedoman rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada

5. Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi keperawatan

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi asuhan keperawatan

1. Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril

2. Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak terburu- buru dalam melakukan tindakan

3. Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar susunan sel hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari kontak langsung dengan segala macam cairan klien, apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau tidak menggunakan APD

4. Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta menerapkan pola hidup yang sehat pula

5. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko kepada pasien

(14)

6. Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien maupun bagi perawat sendiri.

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi asuhan keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi dan implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan pasien ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi resiko hazard. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan yaitu

1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi keperawatan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada klien maupun kepada diri perawat sendiri

2. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau ditimbulkan oleh klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.

BAB III KESIMPULAN

Kesehatan dan keselamatan kerja K3 adalah ilmu terapan yang bersifat multidisiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-tingginya (Yuanita dan Waruru, 2016).

Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis radiasi pengion, dan bahan kimia yang membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan umum (Sarastuti, 2016).

Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya. Sedangkan hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

(15)

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, tentu perawat tidak akan pernah terlepas dari risiko dan Hazard. Untuk itu ada beberapa hal hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan Hazard pada tahap proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aspihan,Moch.,dkk. Ergonomic Partisipatif Berjenjang sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas pada Kelompok Pekerja dengan Risiko Gangguan Muskuloskeletal di PT X. Buku Proceeding Unissula Nursing Conference.

Unissula Press

Ernawati,Novi.,Hj.Ella Nurlelawati.2017.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pelaksanaan Penerapan K3 pada Tenaga Kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada Periode Februari 2015.Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Vol 3(1) Hamarno,Rudi.2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana.

Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard

Identification Risk Assement and Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9 (1)

(16)

Irawan,Shandy.,dkk.2015.Penyusunan Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC). Di PT. X.Jurnal Titra Vol 3 (1)

Mahdarsari,Mayanti.,dkk2016. Peningkatan Keselamatan Diri Perawat Melalui

Optimalisasi Fungsi Manajemen.Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 (3) hal 176-183 Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan

Penerapan Manajemen Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

Prasetyo, Erwan Henri.,dkk.2018. Analisis Hira (Hazard identification and risk

assessment) pada instansi x di Semarang.Jurnal Kesehatan masyarakat Vol 6 (5) Putri, Oktaviana Zahratul.,dkk.2017. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja

pada petugas kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit akademik UGM.Jurnal Kesehatan Vol 10 (1)

Ramdan,Iwan M.,dkk.2017. Analisi Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Perawat.Jurnal Kesehatan Vol 5 (3)

Sapryadi., dkk.2017.Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC).Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 1(2)

Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR.

SOEBANDI JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32

Wulan,Fatwa Hisadayah.2019.”Analisis Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi Keperawatan”. Skripsi.Fakultas Ilmi Kesehatan.Keperawatan S1. UMP.

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan keperawatan gerontik meliputi pengkajian keperawatan terkait masalah kesehatan usia lanjut, perumusan diagnosa dan rencana keperawatan, intervensi keperawatann dengan

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah salah satu upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di bidang peningkatan kesehatan (promotif),

Software asuhan keperawatan adalah software yang mengandung sebuah program dengan menggunakan “database management” berisi data -data pengkajian kesehatan seorang

Pendahuluan : Infeksi nosokomial merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan yang menjadi citra penentu institusi pelayanan kesehatan. Asuhan

A. DATA PASIEN ... DIAGNOSA KEPERAWATAN .... ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT IMA!. A.. PENGKAJIAN

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan middle age family dengan masalah Diabetes Mellitus DM yang dilakukan tindakan keperawatan

4 Asuhan Keperawatan Diare…, DEVI ADITYA SAPUTRI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020 Pengembangan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat, seperti pos pelayanan terpadu,

Kep 39 ✔️ 4 Rabu, 29/09/2021 13.30 s/d 15.00 Faktor risiko , patofisiologi, manifestasi, komplikasi, asuhan keperawatan : Promosi kesehatan, Pengkajian, Diagnosis Keperawatan