• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES) PT. SARI HUSADA UNIT I YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES) PT. SARI HUSADA UNIT I YOGYAKARTA"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES) PT. SARI HUSADA UNIT I

YOGYAKARTA

Vitri Yadhotul Azizah R.0009099

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

(3)

commit to user ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF WORK IN THE CONFINED SPACES PT SARI HUSADA UNIT I YOGYAKARTA

Vitri Yadhotul Azizah*), Yeremia Rante Ada’*), and Widodo Prayitno*) Objective: Confined space is having a very high hazard potential, which could endanger the safety of a person who goes into it, one of them on the hydrant tank so that necessary to have prevention efforts to avoid accidents. The purpose of this study was to determine how the implementation of working in Confined Spaces.

Methods: This study was carried out by using descriptive method to describe how the implementation of working in Confined Spaces. Data collection about the implementation of work in confined spaces is done through direct observation in the field, interviews with employees, and library research. The data obtained are then discussed and compared with standards.

Results: This study describes the implementation of working in confined spaces in PT. Sari Husada Yogyakarta Unit I involve workplace preparation, personnel preparation, equipment preparation, aid preparation, implementation of work in confined space. The implementation on the field, among others: the cover area, work permits, air quality inspections, maintain of air quality, clean the crust, total employment, job rotation, use of Personal Protective Equipment (PPE), the lighting in confined spaces, work place investigation after work implemented. In the implementation of work in confined spaces found several constraints such as weather, labor and equipment but the problem is under control.

Conclusion: PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta has already good the implementation of working in confined space have carried out in accordance with the applicable procedures under Law Number 1 of 1970 on Occupational Safety and largely in accordance with the Guidelines for Safety and Health Occupational in Confined Spaces by Directorate of Occupational Health Safety Norms.

Keywords: Confined Spaces, Hydrant Tank

*) Diploma III Program of Hiperkes and Safety, Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

PELAKSANAAN BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACES) PT SARI HUSADA UNIT I

YOGYAKARTA

Vitri Yadhotul Azizah*), Yeremia Rante Ada’*), dan Widodo Prayitno*) Tujuan : Ruang terbatas memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi, yang dapat membahayakan keselamatan seseorang yang masuk ke dalamnya, salah satunya pada Tangki Hydrant sehingga diperlukan upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana Pelaksanaan Bekerja di Confined Spaces.

Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggambarkan bagaimana Pelaksanaan Bekerja di Confined Spaces.

Pengambilan data mengenai pelakasanaan bekerja di ruang terbatas dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada pekerja, serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan standar yang berlaku.

Hasil : Penelitian ini menggambarkan Pelaksanaan Bekerja di Confined Spaces PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta meliputi persiapan tempat kerja, persiapan personil, persiapan peralatan, persipan pertolongan, pelaksanaaan bekerja di Ruang Terbatas. Adapun pelaksanaan di lapangan antara lain : cover area, ijin kerja, pemeriksaan kualitas udara, mempertahankan kualitas udara, membersihkan kerak, jumlah tenaga kerja, rotasi kerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), penerangan di dalam ruang terbatas, pemeriksaan tempat kerja setelah pekerjaan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan bekerja di ruang terbatas ditemukan beberapa kendala seperti cuaca, tenaga kerja dan peralatan akan tetapi kendala dapat dikendalikan.

Simpulan : PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta dalam Pelaksaanaan Bekerja di Ruang Terbatas telah melaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan sebagian besar telah sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (Confined Spaces) menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja.

Kata kunci : Confined Spaces, Tangki Hydrant

*) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Pelaksanaan Bekerja di Ruang Terbatas (Confined Spaces) PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta”.

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes., selaku pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.

4. Bapak Widodo Prayitno, Drs selaku pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

5. Bapak Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.

6. Ibu Alloysia L.Bandaransari selaku HRD Manager PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

7. Bapak M. Sukaelan selaku Health and Safety Coodinator serta pembimbing utama yang telah mermberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.

8. Bapak Wardio selaku Safety Inspector yang telah berkenan membimbing dalam magang.

(6)

commit to user

vi

9. Mas Amri Cahyono selaku Health and Safety Professional yang memberikan arahan dan masukan dalam magang.

10. Seluruh staff yang ada di Operations Development yang telah membantu dalam kelancaran magang.

11. Seluruh karyawan PT. Sari Husada yang telah membantu dalam pelaksanaan magang.

12. Kedua Orang Tua tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang dengan ikhlas dan dukungan yang tiada henti serta motivasinya.

13. Kakak-kakakku tersayang Arifin, Choirul, Yuni, Icha, Novia dan adik-adiku tercinta Fatkhul Aziz, Sekar Asmaradani terima kasih atas doa, dorongan dan dukungan semangat selama ini.

14. Teman – teman kuliah dan seperjuangan Gilang, Meris, Sisca, Ajeng, Evi, Tutik yang telah memberi motivasi, dorongan dan masukan dalam penyelesaian laporan ini.

15. Teman-teman semua khususnya DiplomaIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja tanpa terkecuali angkatan 2009.

16. Seluruh keluarga besar Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang telah mendukung.

17. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya, baik penulis maupun pembaca.

Surakarta, Juni 2012 Penulis

Vitri Yadhotul A

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Magang ... 4

D. Manfaat Magang ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 46

A. Metode Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Obyek Penelitian... 46

D. Sumber Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Pelaksanaan Penelitian ... 48

G. Analisis Data... 49

BAB IV PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil ... 50

B. Pembahasan ... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 82

A. Simpulan ... 82

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan prosedur confined spaces PT. Sari Husada dengan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Ruang Terbatas ……… 56

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran……….. 45

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Safety Policy PT. Sari Husada Lampiran 2. Basic Safety Rule Sari Husada Lampiran 3. Sari Husada Safety Cardinal Rule Lampiran 4. JSA / Job Safety Analysis

Lampiran 5. Form Safety Patrol

Lampiran 6. Form Safety & Food Safety Working Permit Lampiran 7. Check List Safety & Food Safety Working Permit Lampiran 8. Form Ijin Kerja Panas / Hot Work Permit

Lampiran 9. Form Ijin Berkerja Masuk Ruang Terbatas/Working Permit Confined Space Entry

Lampiran 10. Form Induksi Kontraktor / Sub Kontraktor Lampiran 11. Peta Emergency dan Zoning Risk Plant SH-1 Lampiran 12. Surat Keterangan Magang

(11)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan industri global yang semakin pesat membuat berbagai sektor industri meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya banyak industri yang menggunakan teknologi modern dan kompleks yang dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus. Penggunaan teknologi tersebut selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif berupa kerugian-kerugian seperti semakin besarnya risiko bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja yang nantinya akan berefek kerugian terhadap perusahaan baik finansial dan nama baik perusahaan. Oleh karena itu perlu diwaspadai dan mendapat perhatian yang serius. Semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan agar tidak mendatangkan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan (Suma’mur, 2009).

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

(12)

Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang menjadi aset yang besar bagi pembangunan nasional, terutama di sektor industri. Walaupun telah diterapkan teknologi maju untuk industri ini, tenaga kerja tetap merupakan faktor penentu yang dapat mengendalikan dan menerapkan teknologi itu demi peningkatan kwalitas dari produk-produk yang dihasilkan. Untuk itu kemajuan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus diupayakan penyesuaiannya dengan manusia itu sendiri dan tenaga kerja pada khususnya (Awaliana Nugraheni, 1999).

Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja (Sahab, 1997).

Bekerja di dalam ruang terbatas (confined space) mempunyai risiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan aturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-undangan, program memasuki ruang terbatas dan persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan bekerja di dalam ruang terbatas. Ruang terbatas (confined spaces) mengandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang mengandung racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, uap, asap, debu dan sebagainya. Selain itu masih terdapat bahaya lain berupa terjadinya oksigen

(13)

defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang ekstrim, terjebak atau terliputi maupun risiko fisik lainnya yang timbul seperti kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang terdapat di dalam ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006).

PT Sari Husada adalah perusahaan yang memproduksi produk bernutrisi untuk bayi dan anak-anak Indonesia, mulai dari aneka susu formula untuk bayi hingga makanan bernutrisi dengan standar mutu internasional. Dalam proses pengolahannya dilakukan berbagai rangkaian kegiatan, dimana dalam setiap rangkaian kegiatan dilakukan di area yang berbeda dan mempunyai potensi bahaya. Potensi bahaya salah satunya terdapat di ruang terbatas (confined space). Adapun yang termasuk confined space adalah lubang, parit, selokan, saluran pipa, silo, tangki, vat (vessel besar yang terbuka untuk menahan atau menyimpan liquid), pipa pembuang air, kubah, hopper (container berbentuk corong). Potensi bahaya ruang terbatas (confined space) sangat tinggi yang menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Danone, 2009).

Salah satu contohnya pada kasus kecelakaan yang terjadi di ITC Cempaka Mas Jakarta yang mengakibatkan 2 tenaga kerja tewas di dalam saluran limbah saat membersihakan saluran tersebut.. Penyebab kasus kecelakaan ini antara lain karena perusahaan yang tidak melengkapi APD bagi tenaga kerja, tidak adanya Standard Operational Procedure (SOP) untuk

(14)

bekerja di confined spaces, penerapan norma K3 hanya mengandalkan alat, tidak tersedia informasi/ rambu K3 jelas bagi tenaga kerja dan pengunjung jika terjadi peledakan atau kebakaran (Yusuf, 2008).

Adapun penyebab terjadinya kecelakaan sesuai dengan Dupont Study 96

% karena Unsafe Acts dan 4 % karena Unsafe Condition (Safety Pocket Book Sari Husada, 2012). Akibat kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Oleh karena itu, untuk menjaga produktivitas dan kelancaran proses produksi, maka diperlukan perawatan dan perbaikan peralatan, salah satunya melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan di area kerja ruang terbatas (confined space) khususnya dalam perbaikan tangki hydrant yang sedang dilakukan di PT Sari Husada Unit I Yogyakarta. Untuk itu, penulis mencoba memberi gambaran mengenai Pelaksanaan Bekerja di Ruang Terbatas (Confined Spaces) PT Sari Husada Unit I Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimana pelaksanaan bekerja di ruang terbatas (confined spaces) PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin di capai adalah untuk mengetahui pelaksanaaan bekerja di ruang terbatas (confined spaces) PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan bekerja di ruang terbatas (confined spaces) yang telah dilaksanakan di perusahaan dan mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan bekerja di ruang terbatas (confined spaces) dengan prosedur dan aturan.

2. Perusahaan

Diharapkan melalui kegiatan magang ini, dapat memberikan masukan bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai sebagai bahan pertimbangan, evaluasi dalam pelaksanaan bekerja di confined spaces yang sudah dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dan peningkatan.

3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang bekerja di confined spaces.

(16)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah “tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian–

bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.

2. Sumber Bahaya

Bahaya adalah sumber atau keadaan yang berpotensi terhadap terjadinya kerugian dalam bentuk cidera atau penyakit (Danone Group, 2011).

Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur,1993)

Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :

a. Bangunan, Peralatan dan instalasi

(17)

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.

Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksinya. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka–luka atau cidera.

b. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radioaktif .

c. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari

(18)

proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan.

d. Cara kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

e. Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah :

a) Faktor lingkungan fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan radiasi.

b) Faktor lingkungan kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

(19)

commit to user c) Faktor lingkungan biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.

d) Faktor faal kerja atau ergonomi

Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.

e) Faktor psikologik

Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada tenaga kerja, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.

3. Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1993), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.

Menurut Dupont Study penyebab terjadinya kecelakaan 96 % karena Sikap / perilaku tidak aman (Unsafe Acts) dan 4 % karena kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition).

a. Sikap / perilaku yang tidak aman

Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan di tempat kerja, dan hal tersebut jelas dilarang keras. Terjadi karena faktor

(20)

a) Bekerja tidak sesuai prosedur b) Tidak memakai Alat Pelindung Diri c) Bekerja sembrono

d) Kelelahan e) Kebosanan

b. Kondisi yang tidak aman

Kondisi tidak aman adalah kondisi yang mengandung bahaya yang potensial. Terjadi karena faktor lingkungan kerja seperti :

a) Mesin tanpa pengaman

b) Struktur fisik tidak memenuhi syarat

c) Peralatan sudah tidak sempurna tetapi masih dipakai d) Lantai licin

e) Penerangan tidak baik 4. Peraturan Perundangan

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 2 huruf l menjelaskan ketentuan dalam Undang-undang berlaku dalam tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.

b. Permenakertrans RI No. Per-01/MEN/1982 tentang Bejana Tekan tentang pemasangan, perbaikan, dan perubahan teknis dijelaskan bahwa :

(21)

a) Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis terhadap bejana tekan harus mendapat ijin dari direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

b) Direktur atau pejabat yang ditunjuknya berwenang untuk mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap bejana tekan.

c. Surat Edaran Menakertrans RI No.SE.117/MEN/PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat Dan Tempat-Tempat Publik Lainnya.

Dalam Pasal 1 menjelasakan bahwa Pemeriksaan Menyeluruh Terhadap Aspek K3 Di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat Dan Tempat-Tempat Publik Lainnya, meliputi :

a) Sistem informasi K3 bagi tamu dan pengunjung b) Sistem tanggap darurat

c) Instalasi listrik

d) Instalasi pemadam kebakaran e) Instalasi penangkal petir f) Instalasi pengolah limbah

g) Instalasi ruang tertutup/confined space

h) Penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun i) Instalasi pemipaan dan plumbing

j) Konstruksi

k) Pesawat angkat angkut

(22)

l) Instalasi ventilasi dan pendingin udara m) Ergonomi

n) Sanitasi dan Higiene o) Kantin dan ruangan

p) Pesawat uap dan bejana tekan q) Pelayanan kesehatan kerja (klinik) r) Alat Pelindung diri

Sedang dalam pasal 2 berisi tentang menginstruksikan kepada semua pengurus/ pengusaha di pusat perbelanjaan, gedung bertingkat tinggi dan tempat publik lainnya untuk :

a) Melaksanakan prinsip-prinsip Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

b) Melatih personil di bidang K3 sesuai dengan tugas dan kewenangannya

c) Melengkapi rekomendasi teknis dan perijinan di bidang K3 bagi semua objek yang tercantum pada angka 1

d) Membentuk tim tanggap darurat (emergency response team)

e) Memberikan informasi K3 yang memadai bagi tamu/ pengunjung Tidak menugaskan petugas yang tidak memiliki sertifikat pelatihan

“K3 confined space” dalam melakukan pekerjaan instalasi ruang tertutup.

(23)

d. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.

113/DJPPK/2006 Tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 di Ruang Terbatas (Confined Spaces) pada paragaraf 1

a) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas adalah tenaga tehnis keselamatan dan kesehatan kerja sebagaiman dimaksud Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/MEN/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik Lainnya yang memiliki kompetensi khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja di ruang terbatas/tertutup dibuktikan dengan sertifikat pembinaan.

b) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas sebagaimana dimaksud huruf a yang selanjutnya disebut Petugas K3 Confined Spaces terdiri dari 2 (dua) jenjang meliputi Petugas Madya dan Petugas Utama.

e. SNI-0229 1987 E, tentang Keselamatan Kerja di Dalam Ruang Tertutup berisi tentang persyaratan, pemeliharaan, perawatan, pembersihan ruang tertutup, persiapan sebelum masuk ruang terbatas, perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD), syarat-syarat pemakaian peralatan kerja bekerja di ruang tertutup, penerangan, kewajiban pengusaha, pengurus dan pelaksana pekerjaan, pemeliharan/perawatan kesehatan dan P3K.

(24)

5. Ruang Terbatas (Confined Space)

Pada dasarnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Salah satunya sumber bahaya terdapat di area ruang terbatas (confined space ).

1) Definisi Ruang Terbatas

Ruang terbatas (confined space) adalah sebuah ruangan yang tertutup atau sebagian tertutup yang tidak secara khusus dirancang atau ditujukan untuk tempat tinggal manusia, memiliki jalan masuk dan jalan keluar terbatas yang dirancang sesuai lokasi, ukuran, dan peralatan tertentu, bisa menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan bagi siapa saja yang memasukinya, dikarenakan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini :

a) Desain, konstruksi, lokasi atau pada atmosfirnya b) Material atau zat di dalamnya

c) Kegiatan kerja yang dilakukan di dalamnya, atau d) Adanya bahaya keselamatan, proses dan mekanik

Adapun yang termasuk ruang terbatas adalah lubang, parit, selokan, saluran pipa, silo, tangki, vat (vessel besar yang terbuka untuk menahan atau menyimpan liquid), hopper (kontainer berbentuk corong), kubah, pipa pembuang air, shaft, truk tangki (Danone, 2009).

(25)

Ruang terbatas (confined space) merupakan ruangan yang di desain memiliki tempat masuk terbatas dan keluar yang terbatas, ventilasi yang alami yang kurang baik yang dapat mengandung dan menghasilkan kontaminan udara berbahaya, dan tidak dimaksudkan sebagai hunian tenaga kerja secara terus-menerus (National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)).

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) ruang terbatas adalah ruang yang :

a. Ruang kerja yang masih cukup besarnya untuk tenaga kerja masuk secara utuh di dalamnya dan melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan di dalam ruangan tersebut.

b. Ruangan yang tidak dirancang untuk ditempati oleh tenaga kerja secara terus menerus.

c. Ruangan yang memiliki fasilitas akses keluar masuk yang terbatas.

Menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) Ruang terbatas (confined spaces) berarti ruangan yang:

a. Cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga tenaga kerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya;

b. Mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tangki kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas).

c. Tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus- menerus di dalamnya.

(26)

2) Sumber bahaya di ruang – ruang terbatas (confined spaces)

Sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja biasa juga bisa di temukan di dalam sebuah ruang terbatas (confined space). Namun, bahaya-bahaya di dalam ruang terbatas (confined space) malah lebih berbahaya dibandingkan dengan bahaya-bahaya di tempat kerja biasa.

Ruang terbatas (confined space) mengandung beberapa sumber bahaya yaitu mencakup bahan kimia beracun, mudah terbakar dan korosif, kekurangan oksigen / kelebihan oksigen, suhu yang ekstrem (panas/

dingin), kebakaran, kebisingan, permukaan licin, kejatuhan benda keras, lepasnya benda padat/ cair yang mengalir dengan bebas, energi yang tidak terkendali, termasuk di dalamnya kejutan listrik, daya pandang / visiabilitas terbatas, bahaya-bahaya biologi, vibrasi, radiasi (Danone, 2009).

3) Jenis pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang terbatas, menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) antara lain :

a. Pemeliharaan (pencucian atau pembersihan) b. Pemeriksaan

c. Pengelasan, pelapisan dan pelindung karat d. Perbaikan

e. Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada tenaga kerja yang cidera atau pingsan dari ruang terbatas; dan

(27)

f. Jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan masuk ke dalam ruang terbatas.

4) Persyaratan K3 di Ruang Terbatas a. Pesyaratan Umum

a) Pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat kerja untuk menentukan apakah terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus.

b) Jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus tersebut.

Catatan: tanda bertuliskan – BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN IJIN KHUSUS, DILARANG MASUK atau menggunakan kalimat lain dengan maksud yang sama.

c) Jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan memasuki ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib melakukan langkah-langkah untuk mencegah dan melarang pekerja memasuki ruang terbatas tersebut.

b. Persyaratan untuk ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus a) Jika pengurus memperbolehkan pekerja memasuki ruang

terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib mengembangkan

(28)

dan mengimplementasikan program tertulis. Program tertulis tersebut harus dketahui oleh pekerja dan perwakilannya.

b) Peryaratan yang wajib dilakukan untuk memasuki ruang terbatas dengan ijin khusus

(1) Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebut harus dipasang selusur, penutup sementara atau penghalang sementara lainnya untuk mencegah masuknya pekerja tanpa disengaja dan untuk melindungi pekerja di dalam ruang terbatas tersebut dari masuknya benda asing ke dalam ruangan.

(2) Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus diuji terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang mudah terbakar dan kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi. Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian tersebut.

(3) Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika terdapat pekerja di dalamnya.

(4) Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan ketentuan sebagai berikut:

(a) Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum udara berbahaya di dalamnya dibersihkan terlebih dahulu

(29)

(b) Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai area dimana pekerja akan berada dan harus berlangsung terus menerus selama pekerja berada di dalam.

(c) Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih dan tidak boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan.

(5) Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan. Setiap pekerja yang memasuki ruangan, atau perwakilan pekerja tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengamati proses pengujian tersebut.

(6) Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung:

(a) Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas tersebut secepatnya

(b) Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan bagaimana udara berbahaya tersebut dapat terjadi, dan

(c) Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi pekerja dari udara berbahaya tersebut sebelum kegiatan berikutnya berlangsung.

(30)

(7) Pengurus wajib memastikan bahwa ruang tersebut telah aman dan telah dilakukan pemeriksaan sebelum kegiatan berlangsung

c) Jika terdapat perubahan pada penggunaan atau konfigurasi ruang terbatas tanpa ijin khusus yang mungkin meningkatkan bahaya pada pekerja di dalamnya, pengurus wajib melakukan evaluasi ulang terhadap ruang tersebut, dan bila perlu mengklasifikasikannya sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus.

d) Ruang yang diklasifikasikan sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus oleh pengurus, dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus dengan persyaratan berikut:

(1) Jika ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut tidak mengandung udara berbahaya, dan jika bahaya di dalamnya telah dieliminasi tanpa perlu masuk ke dalam ruangan tersebut, ruang tersebut dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus selama tetap tidak terdapat udara berbahaya di dalamnya.

(2) Jika dirasakan perlu untuk memasuki ruang tersebut untuk menghilangkan bahaya di dalamnya, kegiatan tersebut harus dilakukan sesuai persyaratan untuk ruang terbatas dengan ijin kerja. Jika pengujian dan pemeriksaan selama kegiatan membuktikan bahwa bahaya dalam ruang tersebut telah

(31)

dihilangkan, ruang tersebut dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus selama tetap tidak terdapat bahaya di dalamnya.

(3) Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa seluruh bahaya dalam ruang terbatas dengan ijin khusus telah dihilangkan, melalui sertifikasi yang memuat tanggal, lokasi ruang dan tandatangan petugas yang membuat penentuan tersebut. Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja yang memasuki ruang tersebut atau oleh perwakilan pekerja

(4) Jika bahaya timbul dalam ruang terbatas dengan ijin khusus yang telah diklasifikasikan sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus, seluruh pekerja wajib meninggalkan ruangan.

Pengurus wajib mengevaluasi kembali ruang tersebut dan menentukan apakah ruang tersebut harus diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus, seperti diatur dalam pedoman ini.

c. Persyaratan Kesehatan Orang yang Bekerja di Ruang Terbatas a) Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan

psikologis. Hal ini dikarenakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan yang sempit, dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan karena menurunnya fungsi koordinasi dan peredaran darah yang tidak normal.

(32)

b) Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa kesehatan kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat :

(1) Sakit sawan atau epilepsy

(2) Penyakit jantung atau gangguan jantung

(3) Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan (4) Gangguan pendengaran

(5) Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi

(6) Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya (7) Gangguan atau sakit tulang belakang

(8) Kecacatan penglihatan permanen

(9) Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja di ruang terbatas

(Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) 5) Upaya Pengendalian terhadap Potensi dan Faktor Bahaya pada Ruang

Terbatas

Ruang terbatas (confined space) merupakan salah satu tempat tempat yang memiliki potensi bahaya yang besar, diperlukan upaya- upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang ada pada ruang terbatas sehingga tenaga kerja dapat masuk dan melakukan pekerjaaan dengan aman.

(33)

a. Pengukuran Atmosfir Ruang Terbatas

Atmosfir di dalam suatu ruangan terbatas (confined space) dapat berbahaya dikarenakan :

a) Kandungan oksigennya rendah

b) Konsentrasi – konsentrasi gas-gas, uap-uap atau debu-debu yang bersifat flammable atau explosive

c) Tingkatan racun dari gas-gas dan uap-uap.

Dengan demikian, udara didalam sistem ruang terbatas (confined space) harus di tes atau di ukur, dimulai dari oksigen, lalu uap-uap atau gas-gas flammable dan kemudian baru gas-gas dan uap-uap beracun. Sebelum proses pengecekan dimulai, perusahaan harus mengetahui kapan seorang tenaga kerja diperkirakan untuk terpapar terhadap suatu bahan berbahaya. Hasil-hasil pengukuran udara dan monitoring paparan yang menunjukan komposisi suatu atmosfir dimana seseorang tenaga kerja sesungguhnya akan terpapar (sekalipun yang menggunakan respirator) dapat dianggap sebagai catatan paparan bagi seorang tenaga kerja. Apabila perusahaan dikarenakan hasil pengukuran tersebut tidak menginzinkan para tenaga kerja masuk ke dalam ruangan terbatas (confined space), maka hasil pengukuran tadi tidak akan dianggap sebagai suatu catatan paparan karena tidak ada tenaga kerja yang akan terpapar udara yang telah diambil hasil pengukuran tersebut.

(34)

Apabila hasil pengukuran menyatakan adanya defisiensi oksigen atau keberadaan gas-gas atau uap-uap beracun ruangan terbatas (confined space) harus diberi ventilasi dan diukur ulang sebelum para tenaga kerja masuk. Apabila ventilasi tidak memungkinkan untuk diberikan sementara para tenaga kerja harus masuk, maka para tenaga kerja harus memakai perlindungan pernafasan yang tepat dan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Jangan pernah mempercayai perasaan atau indera penciuman untuk menentukan apakah udara di dalam ruangan terbatas (confined space) dalam keadaaan aman. Tenaga kerja tidak dapat melihat atau membahui banyak gas-gas dan uap-uap beracun yang ada, juga tidak bisa menentukan tingkatan oksigen yang ada hanya dengan perantara.

b. Ventilasi

Ventilasi dengan menggunakan blower atau fan diperlukan untuk mengusir gas-gas dan uap-uap berbahaya dari suatu ruangan terbatas (confined space). Ada beberapa metode untuk melakukan ventilasi di dalam ruang terbatas (confined space). Metode dan peralatan yang dipilih bergantung kepada ukuran dan konfigurasi bukaan-bukaan dari suatu ruang terbatas (confined space), gas-gas yang hendak dibuang dan sumber udara makeup.

Metode umum dari ventilasi membutuhkan selang yang besar, dimana satu ujung disambungkan ke sebuah fan atau blower dan

(35)

ujung lainnya dimasukkan ke dalam sebuah man hole atau bukan.

Apabila memungkinkan ventilasi harus dilakukan secara berkelanjutan karena di banyak ruangan terbatas (confined space) atmosfir berbahaya akan mengakumulasi kembali ketika aliran udara dihentikan. Pengukuran secara periodik harus dilakukan untuk memastikan bahwa atmosfir di dalam ruangan terbatas (confined space) dalam keadaaan aman. (Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Ruangan Terbatas (Confined Space) PT. PERTAMINA (Persero RU. V Balikpapan, 2007).

c. Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam hierarki pengendalian, APD menempati prioritas terakhir. Penggunaan APD rendah prioritasnya karena APD tidak menghilangkan risiko. Secara umum dapat dikatakan APD hanya sebagai penghalang antara bahaya dan si pemakai, sedangkan bahayanya sendiri tetap ada. Selain itu APD rendah dalam prioritas karena penerapannya sangat tergantung dari perilaku si pemakai, tidak otomatis APD ini digunakan, perlu penegakan peraturan.

Alat pelindung yang digunakan dalam bekerja di ruang terbatas (confined space) salah satunya alat bantu pernafasan (respirator).

Alat ini merupakan peralatan yang melindungi para tenaga kerja dari menghirup (melalui pernafasan) tingkatan-tingkatan yang tidak aman dari partikel-partikel, gas-gas dan uap-uap beracun. Dua jenis dasar dari respirator adalah air purifying, yang menyaring bahan-

(36)

bahan berbahaya dari udara dan air supplying yang mengalirkan udara yang aman bagi pernafasan dari suatu area sekitar yang tidak terkontaminasi.

Pemilihan respirator yang tepat untuk suatu pekerjaan bahaya dan orang yang hendak menggunakannya adalah sangat penting, begitu pula dengan pelatihan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan keterbatasan-keterbatasan respirator.

d. Isolasi Sumber-Sumber Energi

Di dalam ruangan terbatas (confined space), terkadang sangat sulit untuk memisahakan tenaga kerja dari sumber-sumber energi berbahaya. Susunan yang sempit dimana tenaga kerja melakukan pekerjaannya meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Pengaktifan peralatan listrik atau peralatan mekanis dan pelepasan material melalui jalur-jalur yang terhubung ke ruangan terbatas (confined space) merupakan penyebab umum terjadinya kecelakaaan kerja. Untuk kasus ini diperlukan suatu program lock out/ tag out (LOTO).

Prosedur-prosedur khusus untuk melakukan lock out/ tag out (LOTO) terhadap peralatan-peralatan khusus diperlukan sebelum memasuki ruangan terbatas (confined space). Penting untuk memastikan sumber energi dan me lock out semua jaringan listrik dan memutuskan gabungan secara fisik peralatan mekanis sebelum melakukan pekerjaan di dalam ruangan terbatas (confined space).

(37)

(Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Ruangan Terbatas (Confined Space) PT. PERTAMINA (Persero RU. V Balikpapan, 2007).

e. Program Tertulis

Perusahaan yang mengizinkan pekerjanya memasuki ruangan terbatas (confined space) harus membuat dan menerapkan suatu program tertulis untuk memasuki ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus. Program tersebut sekurang-kurangnya terkandung hal- hal berikut :

(1) Langkah-langkah khusus untuk mencegah masuknya pihak yang tidak berwenang.

(2) Identifikasi dan evaluasi bahaya dalam ruang terbatas sebelum dimasuki oleh tenaga kerja.

(3) Pengembangan dan penggunaan peralatan, prosedur dan praktik yang diperlukan untuk menjamin keamanan kegiatan dalam ruang tersebut, termasuk, namun tidak terbatas kepada, hal-hal berikut:

(a) Menentukan kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan.

(b) Memberikan kesempatan kepada petugas utama yang berwenang atau kepada perwakilan tenaga kerja tersebut untuk ikut mengamati setiap pengawasan dan pengujian ruang terbatas.

(38)

(c) Melakukan isolasi pada ruang terbatas.

(d) Melakukan pembersihan, pengisian gas inert, pembilasan atau pengaliran udara ke dalam ruang tersebut jika diperlukan, untuk menghilangkan atau mengendalikan udara berbahaya di dalamnya.

(e) Menyediakan jalur untuk pejalan kaki, kendaraan atau penghalang lain yang diperlukan untuk melindungi petugas utama dari bahaya dari luar.

(f) Memastikan bahwa kondisi dalam ruang terbatas aman untuk dilakukan kegiatan di dalamnya.

(4) Penyediaan peralatan berikut seperti dibawah ini, menjaga kondisi peralatan tersebut agar dapat bekerja baik, dan memastikan bahwa tenaga kerja menggunakan peralatan tersebut dengan baik:

(a) Peralatan pengujian dan pemantauan harus sesuai seperti yang diatur dalam paragraph (5).

(b) Peralatan pengaliran udara (ventilasi) harus mampu mempertahankan kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan.

(c) Peralatan komunikasi yang diperlukan harus sesuai.

(d) Alat pelindung diri diperlukan karena pengendalian teknik dan tata kerja saja tidak cukup untuk melindungi tenaga kerja.

(39)

(e) Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar tenaga kerja dapat melihat dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar secepatnya dari ruangan, dalam keadaan gawat darurat.

(f) Alat perlindungan diperlukan sebagaimana diatur dalam pengembangan dan penggunaan peralatan, prosedur dan praktik yang diperlukan untuk menjamin keamanan kegiatan dalam ruang terbatas.

(g) Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama dapat keluar masuk ruang terbatas dengan aman.

(h) Peralatan untuk penyelamatan dan keadaan gawat darurat harus dipersiapkan sesuai, kecuali peralatan tersebut telah disediakan oleh petugas penyelamat.

(i) Peralatan lain yang diperlukan untuk keluar masuk dengan aman dari ruang terbatas.

(5) Jika akan melakukan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut, evaluasi berikut ini harus dilakukan :

(a) Uji kondisi dalam ruang tersebut untuk menentukan apakah terdapat kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan sebelum kegiatan dilaksanakan, kecuali bila tidak mungkin melakukan isolasi terhadap ruangan karena ruangan tersebut besar atau merupakan bagian dari sistem yang tersambung dengan yang lain (seperti pada sistem

(40)

pembuangan), pengujian sebelum masuk dapat dilakukan sebisa mungkin sebelum kegiatan dilaksanakan, dan jika kegiatan telah mendapat otorisasi, kondisi dalam ruangan harus diawasi secara terus menerus selama tenaga kerja melakukan kegiatan di dalamnya.

(b) Pengujian dan pemantauan ruangan diperlukan untuk menentukan apakah kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat dipertahankan selama kegiatan berlangsung; dan

(c) Untuk pengujian udara berbahaya, uji terlebih dahulu konsentrasi oksigen, lalu konsentrasi uap dan gas yang mudah meledak serta konsentrasi uap dan gas berbahaya.

(d) Setiap petugas utama yang berwenang atau perwakilan tenaga kerja tersebut wajib diberikan kesempatan untuk mengamati pengujian atau pemantauan awal serta pemantauan dan pengujian lanjutan ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut.

(e) Mengadakan evaluasi ulang keadaan ruang jika ada permintaan dari petugas utama atau perwakilannya jika tenaga kerja tersebut yakin bahwa evaluasi yang telah dilakukan belum memadai.

(f) Petugas madya atau perwakilannya wajib segera diberikan laporan dari pengujian.

(41)

(6) Sedikitnya satu orang petugas madya wajib ada di luar ruangan selama kegiatan yang telah diotorisasi tersebut berlangsung.

(7) Jika terdapat ruangan lebih dari satu yang harus dipantau oleh seorang petugas madya, dalam program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut perlu diatur cara dan prosedur yang dapat memudahkan petugas madya tersebut merespon keadaan gawat darurat yang terjadi pada satu atau lebih ruangan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa meninggalkan tanggung jawabnya.

(8) Menentukan siapa saja tenaga kerja yang akan bertugas (seperti petugas utama, petugas madya, ahli K3, petugas penguji atau pemantau kondisi udara dalam ruangan dengan ijin khusus tersebut), beri penjabaran untuk tugasnya masing-masing dan berikan pelatihan.

(9) Mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur untuk memanggil tim penyelamat dan tim tanggap darurat untuk mengeluarkan petugas utama dari ruangan, untuk melakukan hal tanggap darurat lain yang diperlukan untuk menyelamatkan tenaga kerja dan untuk mencegah petugas yang tidak berwenang mencoba melakukan penyelamatan.

(10) Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem untuk persiapan, penerbitan, penggunaan dan pembatalan ijin kegiatan sebagaimana diatur dalam pedoman ini.

(42)

(11) Mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur untuk mengkoordinasi kegiatan jika ada beberapa tenaga kerja dari unit kerja yang berbeda bekerja bersamaan sebagai petugas utama yang berwenang dalam ruangan, sehingga tidak saling membahayakan satu sama lain.

(12) Mengembangkan dan mengimplementasikan (seperti penutupan ruangan dan pembatalan ijin) yang diperlukan untuk mengakhiri kegiatan setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

(13) Mengkaji ulang proses kegiatan bila pengurus meyakini langkah-langkah pencegahan yang dilakukan dalam program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus tidak dapat melindungi tenaga kerja dan revisi program untuk memperbaiki kekurangan yang ada sebelum kegiatan berikutnya diijinkan.

(14) Mengkaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus, dengan menggunakan pembatalan ijin. Selama 1 tahun setelah setiap kegiatan dan revisi program bila diperlukan, untuk memastikan setiap tenaga kerja yang beroperasi dalam ruang terbatas dengan ijin khusus telah terlindungi dari bahaya yang ditimbulkan ruangan tersebut.

f. Sistem Perijinan

Ijin masuk (ijin) berarti dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatasdengan ijin khusus dan mengandung informasi seperti diatur

(43)

dalam bagian sistem perijinan. Sistem Perijinan menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006 sebagai berikut :

a) Sebelum kegiatan dilangsungkan, pengurus wajib mendokumentasikan kelengkapan langkah-langkah pencegahan seperti yang telah diatur.

b) Sebelum kegiatan dimulai, ahli K3 yang dicantumkan dalam surat ijin wajib menandatangani ijin tersebut untuk mensahkan kegiatan.

c) Ijin yang telah lengkap harus diberikan pada saat dimulai kegiatan kepada seluruh petugas utama yang berwenang atau perwakilannya, dengan memasangnya pada pos kegiatan atau dengan cara lain yang sama efektifnya, agar petugas utama dapat memastikan bahwa persiapan awal sebelum memulai kegiatan telah selesai dilaksanakan.

d) Durasi kegiatan yang tercantum dalam surat ijin tidak boleh melebihi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dicantumkan dalam ijin, seperti yang diatur dalam ijin kegiatan.

Kegiatan dalam hal ini berarti kegiatan dimana seseorang melalui jalur masuk ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus. Masuk kedalam ruangan tersebut meliputi kegiatan yang dilangsungkan dalam ruang tersebut. Ijin kegiatan yang dimaksud berguna untuk mensahkan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus yang wajib memuat :

(44)

(1) Ruang terbatas dengan ijin khusus yang akan dimasuki (2) Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya

(3) Tanggal dan durasi kegiatan yang telah disahkan dalam ijin kegiatan

(4) Petugas-petugas utama yang bekerja dalam ruangan, baik dengan penulisan nama atau cara lain (seperti penggunaan jadwal kerja) untuk memudahkan petugas madya mengetahui petugas utama yang akan bekerja dalam ruangan untuk jangka waktu tertentu, dengan cepat dan akurat

(5) Nama pekerja yang bertugas sebagai petugas madya

(6) Nama ahli K3 yang bertugas, dengan spasi untuk tanda tangan atau initial ahli K3 yang mensahkan kegiatan

(7) Bahaya dari ruangan yang akan dimasuki

(8) Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut sebelum dimulai kegiatan (9) Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan (10) Hasil dari pengujian awal dan berkala yang seperti yang diatur

dalam pedoman ini disertai nama atau inisial petugas penguji dan waktu pengujian dilaksanakan

(11) Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang dapat dipanggil dan cara untuk memanggilnya (seperti peralatan yang digunakan dan nomor yang dapat dihubungi)

(45)

(12) Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan petugas madya untuk mempertahankan hubungan selama kegiatan berlangsung

(13) Peralatan, seperti APD, peralatan pengujian, alat komunikasi, system alarm, alat-alat penyelamatan yang harus disediakan (14) Informasi lain yang dirasakan perlu, sesuai dengan kondisi

ruangan, untuk memastikan Keselamatan pekerja

(15) Ijin tambahan lainnya, seperti untuk melakukan kerja panas, yang telah dikeluarkan untuk mengesahkan pekerjaan tersebut dalam ruang terbatas dengan ijin khusus

e) Ahli K3 wajib menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan bila :

(1) Kegiatan seperti yang dicantumkan dalam surat ijin telah selesai dilaksanakan, atau

(2) Kondisi yang tidak diperbolehkan dalam ijin kegiatan timbul dalam ruangan

f) Pengurus wajib menahan setiap ijin kegiatan yang telah dibatalkan minimal 1 tahun untuk mengkaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus seperti yang diatur. Setiap masalah yang timbul selama kegiatan akan dicatat dalam ijin tersebut sehingga revisi dapat dilakukan

g. Tenaga kerja yang berhubungan dengan Ruang Terbatas (Confined Spaces)

(46)

a) Petugas Utama (Entrant) berarti tenaga kerja yang telah diberi wewenang oleh pengurus untuk memasuki dan melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus.

b) Petugas madya berarti tenaga kerja yang berjaga di luar satu atau lebih ruang terbatas yang membutuhkan ijin khusus, yang bertugas mengawasi petugas utama, dan melakukan seluruh tugas petugas madya sesuai dengan program pengawasan ruang terbatas.

c) Ahli K3 berarti orang (seperti pengurus, pengawas tenaga kerja atau supervisor) yang bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dalam ruang terbatas tersebut sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat, untuk mengesahkan dan mengawasi proses tersebut dan untuk menghentikan kegiatan.

d) Petugas penyelamat (rescuers) orang yang bertugas menyelamatkan tenaga kerja yang bekerja di ruang terbatas. Tenaga penyelamat atau rescuers harus di beri pelatihan mengenai dan mematuhi prosedur- prosedur tanggap darurat.

(Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) h. Tanggung Jawab Tenaga Kerja yang berhubungan dengan Ruang

Terbatas (Confined Spaces) a) Kontraktor

(47)

(1) Jika pengurus akan menggunakan kontraktor untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus tersebut wajib :

(a) Memberikan penetapan kepada kontraktor bahwa tempat kerja tersebut meliputi ruang terbatas dengan ijin khusus dan kegiatan didalamnya diperbolehkan hanya jika memenuhi persyaratan.

(b) Menginformasikan kepada kontraktor mengenai elemen, termasuk bahaya yang telah teridentifikasi dan bagaimana pengalaman pengurus dengan ruang tersebut, yang menjadikan ruang tersebut sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus.

(c) Menginformasikan kepada kontraktor mengenai tindakan pencegahan atau prosedur yang telah diterapkan oleh pengurus dalam rangka perlindungan terhadap tenaga kerja di dalam atau di dekat ruang terbatas dengan ijin khusus dimana personil kontraktor tersebut akan bekerja.

(d) Mengkoordinasikan kegiatan operasi dengan kontraktor jika tenaga kerja dari kedua pihak akan bekerja bersama dalam ruang tersebut dan menerima laporan dari kontraktor pada akhir kegiatan, mengenai program yang diikuti dan bahaya yang dihadapi selama proses kegiatan dalam ruang terbatas tersebut.

(48)

(2) Setiap kontraktor yang melakukan kegiatan dalam ruang tersebut wajib :

(a) Mematuhi semua ketentuan dalam Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas (Confined Spaces).

(b) Mencari informasi mengenai bahaya dan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus dari pengurus.

(c) Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan pengurus, jika baik tenaga kerja induk maupun tenaga kerja kontraktor akan bekerja di dalam atau dekat ruang tersebut.

(d) Melaporkan kepada pengurus mengenai program yang akan diikuti dan seluruh bahaya yang timbul atau dihadapi dalam ruang tersebut, melalui laporan tertulis selama proses kegiatan.

b) Petugas utama, bertanggungjawab untuk :

(1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami

(2) Melakukan komunikasi dengan petugas madya bila diperlukan untuk memudahkan petugas madya memantau status petugas utama dan untuk memudahkan petugas madya memberitahu petugas utama bila diperlukan evakuasi dari ruangan

(3) Memberitahu petugas madya bila

(49)

(a) Petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya

(b) Petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, dan (4) Keluar dari ruangan secepat mungkin bila

(a) Ada perintah evakuasi dari petugas madya atau ahli K3 (b) Petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya

akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya

(c) Petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, atau (d) Sinyal tanda evakuasi dinyalakan

c) Petugas Madya bertanggung jawab untuk :

(1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami

(2) Sadar akan efek dari paparan bahaya terhadap tingkah laku petugas utama

(3) Secara kontinyu mampu mempertahankan jumlah akurat dari petugas utama dalam ruangan dan memastikan cara untuk mengidentifikasi petugas utama yang berada dalam ruangan terbatas dengan ijin khusus tersebut secara akurat

(4) Tetap berada di luar ruangan dengan ijin khusus selama kegiatan berlangsung sampai digantikan oleh petugas lainnya

(5) Berkomunikasi dengan petugas utama bila diperlukan untuk memonitor status petugas utama tersebut dan memberitahu

(50)

petugas utama bila perlu dilakukan evakuasi sebagaimana diatur dalam pedoman ini

(6) Memantau aktivitas di dalam dan di luar ruangan untuk menentukan apakah aman bagi petugas utama untuk tetap berada di dalam ruangan dan memerintahkan petugas utama untuk evakuasi secepatnya bila terjadi keadaan berikut :

(a) Jika petugas madya mendeteksi adanya kondisi terlarang (b) Jika petugas madya mendeteksi adanya efek dari paparan

bahaya terhadap tingkah laku petugas utama

(c) Jika petugas madya mendeteksi adanya situasi di luar ruangan yang dapat membahayakan petugas utama, atau (d) Jika petugas madya tidak dapat melakukan tugasnya dengan

aman dan efektif

(7) Memanggil tim penyelamat atau tim tanggap darurat lainnya secepat mungkin bila petugas madya mengetahui bahwa petugas utama membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dalam ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut.

(8) Mengambil langkah langkah berikut ini bila petugas yang tidak berwenang mendekati atau memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung :

(a) Memperingatkan petugas yang tidak berwenang tersebut untuk menjauhi ruangan

(51)

(b) Memberitahu petugas yang tidak berwenang tersebut untuk keluar secepatnya jika mereka telah memasuki ruangan, dan (c) Memberitahu petugas utama dan Ahli K3 jika petugas yang

tidak berwenang telah memasuki ruangan

(9) Melakukan tindakan penyelamatan tanpa memasuki ruangan seperti yang dijelaskan dalam prosedur penyelamatan dari pengurus, dan tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan mengganggu tugas utamanya untuk memantau dan melindungi petugas utama

d) Ahli K3 pengurus wajib memastikan bahwa setiap ahli K3

(1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami

(2) Melakukan verifikasi, dengan cara memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan ijin kegiatan, bahwa seluruh pengujian yang dijelaskan dalam ijin kegiatan telah dilakukan dan bahwa seluruh prosedur dan peralatan yang dijelaskan dalam ijin kegiatan berada di tempatnya sebelum mengesahkan ijin kegiatan dan memperbolehkan kegiatan dilaksanakan.

(3) Memastikan tersedianya tim penyelamat dan cara yang digunakan untuk memanggil mereka dapat dilakukan.

(4) Mengeluarkan petugas yang tidak berwenang yang mencoba atau telah memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung, dan

(52)

(5) Memastikan, bila terjadi pergantian tanggung jawab kegiatan dalam ruangan, bahwa kegiatan dalam ruangan tetap sesuai seperti yang dinyatakan dalam ijin kegiatan dan bahwa kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat dipertahankan.

e) Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat.

(1) Pengurus yang menentukan tim penyelamat dan tanggap darurat, wajib:

(a) Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat menanggapi panggilan dalam waktu yang tepat, dengan asumsi bahaya telah diidentifikasi

(b) Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat, dalam hal kecakapannya terkait dengan tugas dan peralatan penyelamatan, agar dapat berfungsi dengan baik selama proses penyelamatan petugas utama dari ruang terbatas dengan ijin khusus tertentu

(c) Memilih tim penyelamat yang telah dievaluasi tersebut yang mempunyai kemampuan menyelamatkan korban dalam jangka waktu sesuai bahaya yang dihadapi dan mempunyai peralatan yang memadai dan mampu melakukan penyelamatan yang diperlukan dengan baik

(53)

(d) Menginformasikan tim penyelamat mengenai bahaya yang mungkin dihadapi bila dipanggil untuk melakukan penyelamatan dan

(e) Memberi akses ke seluruh ruang terbatas dengan ijin khusus dimana penyelamatan mungkin diperlukan agar tim penyelamat dapat membuat dan mengembangkan rencana dan praktik operasi penyelamatan yang sesuai

(2) Pengurus yang pekerjanya telah dipilih sebagai tim penyelamat dan tanggap darurat wajib melakukan langkah-langkah berikut ini :

(a) Memberikan APD yang diperlukan untuk melakukan penyelamatan dari ruang terbatas dengan ijin khusus kepada seluruh tenaga kerja yang terlibat, dan melatih tenaga kerja tersebut mengenai penggunaan APD yang tepat, tanpa membebani tenaga kerja dengan biaya tertentu

(b) Memberikan pelatihan kepada petugas yang terlibat untuk melaksanakan tugas penyelamatan. Pengurus harus memastikan tenaga kerja tersebut menyelesaikan pelatihan yang diperlukan guna mendapatkan kecakapan sebagai petugas utama

(c) Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja mengenai P3K.

Pengurus wajib memastikan bahwa sedikitnya satu anggota tim mempunyai sertifikasi dalam melakukan P3K, dan

(54)

memastikan bahwa petugas yang terlibat berlatih melakukan penyelamatan dari ruang terbatas dengan ijin khusus minimal setiap 12 bulan sekali, dengan cara simulasi operasi penyelamatan menggunakan boneka, manekin atau manusia dari ruangan yang sesungguhnya atau yang menyerupainya.

Ruangan yang menyerupai tersebut wajib mempunyai persamaan dengan ruangan yang sesungguhnya dalam hal ukuran, konfigurasi dan kemudahan aksesnya (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006).

Bekerja di dalam ruang terbatas (confined space) mempunyai risiko terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerjadi dalamnya. Oleh karenanya diperlukan aturan yang memuat ketentuan syarat-syarat K3 dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap tenaga kerja dan aset lainnya. Selain itu, semua potensi bahaya harus dikenali oleh tenaga kerja, kemudian dievaluasi risikonya untuk selanjutnya ditentukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang harus dilakukan dengan mengikuti prosedur yang benar agar dapat bekerja dengan selamat dalam ruang terbatas. Dalam pelaksanaannya bekerja di ruang terbatas (confined spaces) harus menerapkan dan mengikuti prosedur yang ditetapkan baik oleh perusahaan dan peraturan lain yang menjadi acuan.

(55)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Confined Spaces Tangki Hydrant Sumber Bahaya

Aturan

Prosedur

Pelaksanaan

Kendala

Upaya Pengendalian

Upaya Pencegahan

Tanpa Upaya Pengendalian

Kecelakaan AMAN

(56)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai keseluruhan tentang gambaran pelaksanaan bekerja di ruang terbatas (confined spaces) PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

B. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di confined spaces tangki hydrant PT.

Sari Husada Unit I Jalan Kusumanegara Nomor 173 Yogyakarta.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah gambaran pelaksanaan bekerja di area ruang terbatas (confined spaces) PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

Kegiatan yang dilakukan meliputi Safety Talk, Review JSA, mengisi Ijin Kerja, memantau jalannya pekerjaan di lapangan.

D. Sumber Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa model penyediaan bahan baku agroindustri wijen dengan skor skala tinggi adalah kerjasama dengan petani, hal ini

Agama Islam merupakan agama yang rahmatan lil „alamiin, artinya keberadaan ajaran Islam sebagai agama wahyu tersebut, memiliki peran penting untuk penyelematan ummat di dunia

Penyediaan air bersih menggunakan sistem down feed karena lebih efisien dan efektif dengan memompakan air ke roof tank dan kemudian mengalirkannya ke jaringan pemipaan

Kebijakan pembangunan desa seperti apa yang harus diterapkan di desa-desa kita agar kita dapat mencapai pertumbuhan baku hidup dan mutu hidup yang dapat

Penggunaan analisis SWOT tidak sampai pada pengungkapan isu-isu strategis tersebut; (c) tidak dikemukakan penjelasan tentang cakupan pengembangan renstra; (d) Proses

Pada saat menjalankan latihan, pelatih memiliki beberapa metode yang digunakan untuk menunjang program latihan yang telah dibuat. Salah satu metode yang digunakan

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian serta penyajian akhir setelah melalui beberapa analisi melalui metode yang ada, maka tentang Makna Teologi Tradisi

Dalam WaterCAD, komponen-komponen sistem jaringan distribusi air baku seperti titik simpul, pipa, tandon, mata air dan pompa tersebut dimodelkan sedemikian rupa