1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak tahun 1980-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, Tiongkok telah menetapkan kebijakan luar negeri yang mandiri dalam perdamaian.1 Hal ini juga dilakukan oleh pemimpin – pemimpin Tiongkok selanjutnya. Kebijakan luar negeri Belt and Road Initiative atau juga yang sering disebut dengan Silk Road Tiongkok
merupakan kebijakan luar negeri dari Tiongkok yang digagas oleh Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang pada tahun 2013. Kebijakan ini berencana membuat suatu jalur kepentingan perdagangan dan energi Tiongkok sampai ke Eropa dan Afrika, tidak menyertakan Jepang dan Amerika didalamnya.2 Selain itu BRI ini diharapkan menjadi kebijakan yang berkelanjutan sehingga tetap
dilaksanakan di masa mendatang dan memberikan manfaat di masa depan yang berfokus pada perekonomian negara. Dimana di masa mendatang diharapkan memperkuat hubungan serta meningkatkan perekonomian di asia, eropa serta afrika.
1 The State Council the People’s Republic of Tiongkok, “Tiongkok’s Peaceful Development”, Buku
Putih, September 2011, diakses dalam
http://english.gov.cn/archive/white_paper/2014/09/09/content_281474986284646.htm, Pada 29 Juni 2018, 07:52
2 Jh, Dr. A. Irawan. Sensitivitas dan potensi dalam koeksistensi poros maritim dan BRI (Belt and Road Initiative). Program Studi Hubungan Internasional : Univeristas Katolik Parhyangan. Hal. 2.
Di akses dalam
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4367/maklhsc321_A.%20Irawan_Sensiti vitas%20dan%20potensi-p.pdf?sequence=3&isAllowed=y pada 28 Juni 2018, 12:55 WIB
2
Kebijakan luar negeri Tiongkok ini merupakan kebijakan yang cukup ambisi yang dilakukan oleh Tiongkok. Kebijakan BRI terdiri dari dua komponen yaitu "Silk Road Economic Belt" dan "21st Century Maritime Silk Road". Transportasi darat
disokong oleh Sabuk Jalur Sutra Ekonomi (Silk Road Economic Belt), sedangkan Jalur Sutra Maritim (MSR) berperan sebagai penyokong transportasi laut.3 Kedua jalur ini bertujuan untuk menyokong jalannya perdagangan lintas negara dan benua.
Hal ini tak lepas juga dari sokongan Tiongkok dalam pengembangan infrastkrtur di negara – negara jalur sutra dan jalur maritim.
Kekuatan ekonomi yang dimiliki Tiongkok dilihat dari angka Gross Domestic Product (GDP) yang tinggi dan menduduki posisi nomor dua setelah Amerika Serikat.4 Memiliki ekonomi yang mumpuni membuka lebar peluang dalam melaksanakan kebijakan luar negeri tersebut. Dengan ekonomi yang ada ini diharapkan mampu mempermudah pelaksanaa program BRI di berbagai kawasan.
Diimbangi juga dengan tingginya anggaran keamanan militer Tiongkok serta teknologi Tiongkok yang canggih. Secara umum Tiongkok memiliki kekuatan yang cukup besar dalam mewujudkan Belt and Road Initiative.
Presiden Xi Jinping pada KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) ke- 22 di Beijing pada bulan November 2014 mengusulkan untuk membuat "Marshall Plan" dari Tiongkok sendiri (istilah ini secara resmi dihindari oleh Beijing karena konotasi Perang Dinginnya) dengan menjanjikan USD 40 miliar untuk membantu
3 Yasmin, Nur. 201. KEBIJAKAN MARITIME SILK ROAD DALAM BELT AND ROAD INITIATIVE TIONGKOK. Diakses dalam http://scdc.binus.ac.id/himhi/2017/03/kebijakan- maritime-silk-road-dalam-one-belt-one-road-tiongkok/ pada 29 Juni 2108, 16:14 WIB
4 The World Bank, “GDP Ranking”, Diakses dalam http://data.worldbank.org/data-catalog/GDP- ranking-table pada 29 Juni 2018, 08:28 WIB
3
negara-negara di zona Silk Road yang diusulkan untuk pembangunan infrastruktur di bawah skema "One Belt for One Road".5 Hal ini bertujuan untuk menunjang aktivas dagang dalam zona Silk Road. Tiongkok sendiri telah berhasil mendirikan bank yang digunakan untuk pinjaman di kawasan Asia, di sebut dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang telah didukung oleh 54 negara
termasuk negara yang menjadi sekutu dari Amerika Serikat.
Integrasi keuangan akan dipromosikan oleh Tiongkok dengan mencoba memperbaiki koordinasi dalam kebijakan moneter, memperluas penggunaan mata uang lokal (tidak menggunakan dolar AS) untuk perdagangan dan investasi di antara negara-negara BRI, memperdalam kerjasama keuangan, menciptakan lembaga keuangan regional yang berfokus pada pengembangan, penguatan kerjasama dalam pemantauan dan pengelolaan risiko, dan mengembangkan mekanisme regional untuk mengelola risiko keuangan.6 Kebijakan BRI ini mengedepankan kerjasama antara negara baik kerjasama pada keuangan negara juga bekerjasama dalam bidang – bidang lainnya seperti pada bidang infrastruktur.
Infrastkrtur menjadi perihal yang cukup penting karena jika infrasruktur tidak memadai hal ini bisa menjadi hambatan dalam peningkatan perkembangan ekonomi khususnya proses perdagangan. Maka dari itu infrasktur menjadi batu loncatan pertama dalam mempersiapkan perkembangan perekonomian suatu negara.
5 Thesis, BINUS Jakarta, diakses dalam
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2016_2_1036_Bab2.pdf pada 29 Juni 2018, 08:52 WIB
6 Enright, Scott & Assocciates, 2016 dalam penelitian dampak kebijakan BRI yang dijalankan oleh Tiongkok terhadap Politik dan Ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Jokowi dalam kurun waktu 2014-2017, Universitas Binus Jakarta, diakses dalam http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2016_2_1036_Bab2.pdf , pada 29 Juni 2018 , 06:52 WIB
4
Sepertihalnya Indonesia yang telah berkerjasama dengan Tiongkok dalam bidang infrastruktur.
Kerjasama bagi sebuah negara merupakan sebuah media yang baik bagi masing – masing negara. Tujuan terjalinnya kerjasama ini pun berguna untuk mengembangkan negara sehingga mampu bersaing dengan negara lain dan mampu mengimbangi perkembangan yang ada. Untuk mencapai itu dibutuhkan strategi negara agar negara mampu mencapai kepentingan nasionalnya dalam segala aspek baik dari aspek politik, ekonomi dan lainnya. Sepertihalnya hubungan antara Indonesia dengan Tiongkok yang telah terjalin baik sebelumnya.
Kerjasama Indonesia dengan Tiongkok bukan menjadi kerjasama pertama yang dijalin oleh keduanya. Seperti pada kerjasma perdagangan ASEAN-Tiongkok FTA , 12,4% perdagangan Indonesia dipenuhi oleh Negara Tiongkok dan dihitung pada tahun 2006 – 2010 tercatat pertumbuhan positif ter rata – rata sebesar 30%.7 Kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara diharapkan memberikan keuntungan kedua belah pihak, jika salah satu merugi tentunya perlu dikaji kembali oleh negara tersebut. Sepertihalnya kerjasama ini dalam konteks hubungan perdagangan barang kedua negara, Tiongkok lebih dapat mengoptimalkannya sehingga manfaat yang diterima dapat jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang diterima Indonesia.8 Walaupun demikian kerjasama bukanlah hal yang patut untuk dihindari.
7 Setiawan, Sigit. 2012. ASEAN-TIONGKOK FTA: DAMPAKNYA TERHADAP EKSPOR INDONESIA DAN TIONGKOK. Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan-RI. Hlm. 2. Diakses dalam
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pkrb_01.%20asean- Tiongkok%20fta%20dampak%20ekspor.pdf , Pada 29 Juni 2018, 07:30 WIB
8 Ibid, hlm. 22
5
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan dana besar untuk melakukan pembangunan dan perbaikan pembanguan yang telah tercapai sebelumnya. Akan tetapi pembagnunan memerlukan dana yang sangat besar guna tercapainya pembangunan tersebut, karenanya kebijakan pemerintahan Indonesia berusaha agar dapat mengumpulkan dana yang bisa digunakan membiayai pembangunan, agar tercapainya pemulihan ekonomi, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penyerapan dana melalui investasi asing maupun dalam negeri.
Dana dari luar negeri atau investasi asing sangatlah membantu dalam mencapai pembanguan suatu negara, jika suatu pembanguan memerlukan dana yang besar dan negara tersebut tidak memiliki dana maka investasi asing dapat di lakukan.
Investasi asing berdampak postif terhadap kemajuan perekonomian suatu negara, karena dari investasi asing menbawa efek domino yang berupa transfer of technology, investasi asing bukan hanya mengatasi kekurangan dana pembanguan
tetapi mengefesiensikan pembanguan.9 Tiongkok adalah salah satu negara investor dalam pendanaan proyek-proyek pembanguan di Indonesia, yang menjadi fokus dari pendanaan proyek yang didanai Tiongkok adalah proyek infrastrukutur seperti pembanguan Bandara, Kereta Cepat, Jalan Raya, Bendungan, Pelabuhan dan pengembangan suatu kawasan seperti perumahan dan sebagainya.
Melihat dari latar belakang diatas kerjasama indonesia terjalin atas kepercayan antar dua negara. Hal ini juga bergantung pada pengaruh dari pengambil kebijakan
9 Sarwedi. Investasi Asing Langsung Di Indonesia Dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Akutansi dan Keuangan Vol. 4 No. 1. Mei 2002 17-35.
6
serta bagaimana kebijakan yang diterapkan oleh negara tersebut. Dilihat dari sejarah kerjasama kedua negara yang terdapat pasang surut hubungan diplomatik.
Maka dari itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar bentuk peningkatan kerjasama yang terjalin antara kedua negara. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena secara politik Tiongkok memiliki perbedaan dengan indonesia yang menganut sistem demokrasi sedangkan Tiongkok menganut sistem komunis.
Tiongkok dalam program BRI memiliki kesamaan visi dan misi dengan indonesia sekarang yakni mendukung adanya poros maritim hal ini sejalan dengan BIR yang ingin membangun jalur darat dan jalur laut dalam melakukan kegiatan perdaganganya. Secara umum diharapkan dengan adanya BRI ini dapat membuka luas pasar China diberbagai wilayah di dunia termasuk Indonesia. Semakin luas dan menyebarnya produk – produk china akan meningkatkan keuntungan atas ekspor barang. Dilihat dari sejarah indonesia dan china memiliki pasang surut dalam proses kerjasamanya, seperti pernah terjadi pulsa pembekuan hubungan diplomatik antar kedua negara. Banyak hal yang membuat pertanyaan besar mengapa indonesia terus melanjutkan kerjasama dengan Tiongkok. Hal ini menjadi sangat menarik untuk diteliti dan dikaji secara mendalam. Maka dari itu peneliti akan meneliti penelitian ini dengan judul “Peningkatan Hubungan Kerjasama Infrastruktur Indonesia Tiongkok Dalam Kemitraan Strategis Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo”.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang yang sudah penulis paparkan dapat ditarik sebuah rumusan masalah yakni, Bagaimana bentuk peningkatan hubungan kerjasama
7
infrastruktur indonesia – tiongkok dalam kemitraan strategis pada masa pemerintahan presiden Joko Widodo ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan diadakannya untuk mengetahui peningkatan bentuk hubungan kerjasama infrastruktur yang dilakukan indonesia dengan tiongkok dalam kemitraan strategis pada masa pemerintahan presiden Joko Widodo.
1.3.2 Manfaat Penelitian A. Manfaat Akademis
Penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran terhadap konsep maupun teori terhadap bidang ilmu hubungan internasional. Khususnya pada penelitian yang berfokus pada kerjasama antar-negara yang khususnya berfokus pada kerjasama infrastruktur serta kerjasama berkelanjutan antara Indonesia dengan Negara Tiongkok.
Secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada peneliti mengenai kerjasama antar negara khususnya yang dilakukan oleh indonesia dengan tiongkok pada kerjasama infrastruktur dalam kerjasama strategis pada era Joko Widodo.
B. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini nantinya diharapkan menambah wawasan dan informasi mengenai kerjasama lembaga pemerintah dengan pemerintah antara negara. Kerjasama yang terjalin antara dua negara ini memiliki
8
berbagai manfaat baik manfaat untuk jaman sekarang maupun masa mendatang. Kerjasama ini membuka peluang dan tantangan bagi kedua negara.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian terdahulu, dimana penelitian terdahulu adalah peneletian yang dilakukan sebelum adanya penelitian ini ditujukan sebagai rujukan ataupun sebagai sumber informasi. Peneliti akan memberikan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai sumber rujukan dan juga untuk mendukung baik teori dan konsep dalam penulisan penelitian ini. Secara umum kesamaan dalam penelitian ini dengan sebelumnya adalah keduanya sama sama membahas mengenai kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan Negara Tiongkok baik dalam kerjasama ekonomi, diplomasi maupun infrastrktur dalam agenda lainnya.
Penelitian pertama, yang digunakan oleh peneliti adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Okta Sari (2012) dengan judul “Perubahan Kebijakan Kerjasama Indonesia-Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Jokowi (2014-2015)”10. Kemitraan ini yang merupakan suatu pendekatan yang mensinergikan potensi yang dimilki oleh negara-negara yang termaksud dengan kepentingan nasional Indonesia dalam rangka mengembangkan hubungan bilateral yang saling menguntungkan dan setara. Pada masa era Jokowi Maritim menjadi salah satu visinya dalam menjadi
10 Okta, Sari. Perubahan Kebijakan Kerjasama Indonesia-Tiongkok pada Masa Pemerintahan Jokowi (2014-2015). Jom FSIP Vol. 3, No. 1 Februari 2016.
9
Presiden Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan apa yang ingin di targetkan oleh Tiongkok.
Penelitian Kedua, yang digunakan oleh peneliti adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Siswanto (2017) dengan judul “Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Tiongkok: Memperjuangkan Kepentingan Nasional Di Tengah Ketidakseimbangan Kekuatan”.11 Dalam Tiongkok sebagai negara besar di lain pihak Indonesia sebagai negara kekuatan menengah berpotensi menuju kepada kerja sama saling menguntungkan, tetapi kondisi ketidakseimbangan kekuatan (asymmetric power relations) ini juga berpotensi kepada kerja sama yang cenderung memberi
keuntungan lebih besar kepada kepentingan Tiongkok atau kurang kurang adil terhadap kepentingan Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan luar negeri Indonesia terhadap negara tersebut menuntut keberpihakan strategi kepada kepentingan nasional.
Penelitian Ketiga, sebuah jurnal yang ditulis oleh Alunaza , Bofa, dan Suparman berjudul “Strategi Kerjasama Antara Indonesia Dengan Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Jokowi Terkait Isu Poros Maritim Dunia Guna Penguatan Diplomasi Ekonomi Indonesia”.12 Pemerintah Indonesia berhasil menggandeng Tiongkok dan mendapatkan bantuan dana 40 Milliar Dollar Amerika guna mendukung terwujudnya visi poros maritim dunia sebagai tonggak dari diplomasi ekonomi Indonesia. Selain itu, strategi yang dilakukan oleh Indonesia adalah dengan
11 Siswanto. Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Tiongkok: Memperjuangkan Kepentingan Nasional Di Tengah Ketidakseimbangan Kekuatan. Jurnal Penelitian Politik, Vol.14 No.1. Juni 2017. 85-98.
12 Alunaza, Bofa, dan Suparman. Strategi Kerjasama Antara Indonesia Dengan Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Jokowi Terkait Isu Poros Maritim Dunia Guna Penguatan Diplomasi Ekonomi Indonesia. Jurnal Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ISBN 978 6028355490. 2017
10
menjalin kemitraan strategis komprehensif antara Indonesia dan Tiongkok yang akan direalisasikan melalui kerja sama konkret. Dengan tujuan sebagai penguatan diplomasi ekonomi, prioritas kerja sama akan lebih ditingkatkan pada penyelesaian berbagai isu yang tertunda dengan beberapa Negara yang menjalin kerja sama dengan Indonesia, salah satunya adalah Tiongkok. Beberapa kerja sama dengan Tiongkok yang harus segera ditindak lanjuti adalah percepatan pembangunan kawasan industri terpadu dan program pembangunan lima tahun untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan.
Penelitian Keempat, sebuah jurnal yang ditulis oleh Yamin dan Windymadaksa dengan judul “Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sebagai Mercusuar Hubungan Indonesia-Tiongkok”.13 Implementasi kerjasama pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang direalisasikan oleh pemerintahan Joko Widodo, menjadi tanda baik hubungan kerjasama bilateral Indonesia-Tiongkok. Melalui konsorsium bersama (PT. KCIC) yang dibangun berdasarkan kesepakatan Indonesia-Tiongkok ini dapat menjadi parameter bagi kerjasama-kerjasama lainnya. Peraturan Presiden No 107 tahun 2015 tentang perecepatan penyelenggaraan prasana dan sarana kereta cepat antara Jakarta dan Bandung, yaitu untuk meningkatkan pelayanan Transportasi dan mendukung pembangunan di wilayah Jakarta-Bandung.
Penelitian Kelima, sebuah jurnal yang ditulis oleh Cecep Supriatna dengan judul “Keputusan Indonesia Memilih Tiongkok (Tiongkok) Sebagai Mitra
13 Yamin, dan Windymadaksa. 2017. Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sebagai Mercusuar Hubungan Indonesia-Tiongkok. Jurnal Politik Profetik, Volume 5, No. 2 Tahun 2017, ISSN: 2337-4756
11
Kerjasama Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung”.14 Hasil dalam penelitian ini menunjukan berbagai kegiatan diplomasi yang telah dijalin oleh kedua negara ini.
Dimulai dari dengan penandatanganan diplomasi terbaru yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak serta masuknya pasar Tiongkok di Indonesia semenjak tahun 2002. Tidak hanya itu Tiongkok juga telah melakukan bantuan peningkatan infrastruktur di Indonesia. Pada bulan Maret 2012, sebagaimana telah disepakati dalam Pernyataan Bersama antara Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia, pemerintah Tiongkok dan Indonesia setuju untuk mengembangkan Program Pengembangan Lima Tahun antara Indonesia Tiongkok untuk Kerjasama di Bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi 2013-2017. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan contoh pembangunan infrastruktur tanpa menggunakan dana APBN. Dengan investasi tak kurang dari 5,573 miliar dollar Amerika Serikat (AS), Konsorsium BUMN Indonesia dan Konsorsium Tiongkok Railways menggarap proyek besar tersebut dengan skema business to business.
Penelitian ke enam, penelitian skripsi oleh Ari Kusuma, dengan judul skripsi yakni “Peningkatan Hubungan Kerjasama Infrastruktur Indonesia Tiongkok Dalam Kemitraan Strategis Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo”, s-1 jurusan hubungan internasional universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini menggunakan tiga konsep yakni kepentingan nasional, hubungan bilateral dan definisi kemitraan strategis. Hasil dalam penelitian ini adalah kerjasama yang terjalin antara kedua
14 Supriatna, Cecep. KEPUTUSAN INDONESIA MEMILIH TIONGKOK (TIONGKOK) SEBAGAI MITRA KERJASAMA PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA – BANDUNG. Jurnal Jurusan Hubungan Internasional. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses dalam http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11247/JURNAL.pdf?sequence=10&isAll owed=y pada 27 Juni 2018, 23:09 WIB
12
negara ini sudah dimulai sejak lama. Meskipun terdapat dinamika kerjasama terhitung hubungan Indonesia dengan tiongkok terus membaik dan meluas diberbagai sector sector lainnya. Seperti pada sector Pendidikan, pariwisata, maupun lingkup politik. Kedua negara ini terus berkembang seiring waktu dan mendukung dalam berbagai program. Salah satunya yakni keputusan Indonesia untuk menjadi anggota BRI (Belt Road Initiative) yang berarti Indonesia mendukung berbagai mis – misi tiongkok dalam program BRI yang tentunya hal ini juga memberikan keuntungan bagi Indonesia itu sendiri.
Terdapat lima penelitian terdahulu sebagai rujukan informasi yang sesuai dengan penelitian ini. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini sama – sama membahas mengenai kerjasama antara dua negara yakni indonesia denan tiongkok.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini berfokus kepada Peningkatan Hubungan Kerjasama Infrastruktur Indonesia Tiongkok Dalam Kemitraan Strategis Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti/
Judul Penelitian
Metodologi/
Konsep &
teori
Hasil Penelitian
1 Okta Sari (2012) dalam jurnal yang berjudul Perubahan Kebijakan
Kerjasama
Indonesia - Tiongkok Pada Masa
Pemerintahan
policy change, cooperation teory Kualitatif
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berdampak di dalam dan di luar negeri. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dan Tiongkok adalah mitra hubungan kerjasama yang erat, tetapi Tiongkok belum menjadi mitra
13 Jokowi (2014 -
2015
dagang kunci untuk Indonesia, sementara pada masa pemerintahan Joko Widodo, negara Tiongkok telah menjadi negara yang paling berpengaruh. dan Indonesia sekarang sangat bergantung pada negara tirai bambu ini, sehingga saat ini Tiongkok adalah mitra dagang utama bagi Indonesia 2 Siswanto (2017)
Politik Luar Negeri Indonesia
Terhadap Tiongkok:
Memperjuangkan Kepentingan Nasional Di Tengah
Ketidakseimbanga n Kekuatan
Asymmetric power relations theory Kualitatif
Hasil penelitian menunjukan bahwa Tiongkok sebagai negara dengan kekuatan nasional (nasional power) yang lebih besar akan lebih mudah dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya dibanding dengan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan nasional lebih kecil. Untuk mengimbangi hal itu, posisi Indonesia sebagai negara kekuatan menengah (middle power) bisa menjadi insturmen strategi dalam menghadapi Tiongkok. Keberadaan sebagai kekuatan menengah didasarkan pada pada sejumlah indentifikasi yaitu kapasitas yang dimiliki dan perilaku politiknya dalam hubungan internasional sebagai inisiator diplomatik dalam mewujudkan stabilitas/keamanan dan perdamaian di kawasan.
Akhirnya, sebagai penutup bahwa tulisan ini diharapkan akan memberi masukan terhadap arah politik luar negeri Indonesia terhadap Tiongkok sehingga lebih memiliki posisi tawar dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya terhadap Tiongkok di tengah-tengah ketidak seimbangan kekuatan tersebut.
3 Alunaza , Bofa, dan Suparman (2017) Strategi Kerjasama Antara Indonesia Dengan Tiongkok
teori
kebijakan luar negeri dan konsep soft power
Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa Pemerintah Indonesia pada masa Jokowi mencoba untuk terus kontinu melakukan kerja sama dengan
14
Pada Masa
Pemerintahan Jokowi Terkait Isu Poros Maritim
Dunia Guna
Penguatan Diplomasi
Ekonomi Indonesia
Tiongkok dengan maksud untuk menambah jumlah frekuensi kerja sama antara kedua negara. Hal tersebut dilakukan oleh Jokowi dengan menekankan pada empat poin penting. Pertama, menggunakan identitas maritim dalam percaturan kerja sama internasional dan diplomasi ekonomi. Kedua, mengembangkan peran global melalui pendekatan diplomasi. Ketiga, penguatan diplomasi ekonomi melalui proses kerja sama di berbagi sektor seperti infrastruktur, industri, pariwisata, dan perbankan. Keempat, Jokowi mencoba menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru dalam isu poros maritim dunia menyusul Tiongkok sebagai bagian dari Nawacita yang merupakan bagian dari kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia.
4 Yamin dan
Windymadaksa (2017)
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sebagai Mercusuar Hubungan
Indonesia- Tiongkok
Teori hubungan bilateral.
Kalkulasi pemilihan Tiongkok sebagai pemenang tender kereta cepat Jakarta- Bandung, merupan pilihan yang sangat rasional, dikarenakan Tiongkok memiliki teknologi dan kemampuan finansial yang tidak memerlukan jaminan pemerintah melalui APBN, sehingga kerjasama dapat dilakukan secara B to B (business to business). Lebih dari itu dengan terpilihnya Tiongkok pemenang tender kereta cepat Jakarta- Bandung semakin membuka kesempatan Tiongkok untuk terus menanamkan investasinya di pembangunan infrastruktur di Indonesia.
5 Supriatna Cecep (2017)
Keputusan
Indonesia Memilih Tiongkok
Teori hubungan bilateral
Keputusan Indonesia untuk memilihh Tiongkok sebagai mitra kerjasama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan hasil pertimbangan yang matang.
15 (Tiongkok)
Sebagai Mitra Kerjasama Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung
Berbagai aspek yang menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dalam memutuskan memilih Tiongkok sebagai mitra kerjasama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yakni: Pertama, peningkataan dan perluasan hubungan kerjasama ekonomi, Kedua, aspek kemampuan ekonomi, kondisi ekonomi Indonesia yang membutuhkan infrastruktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tidak berbanding lurus dengan alokasi dana yang ada untuk
melakukan percepatan
pembangunan infrastruktur, Ketiga, aspek untung rugi, Indonesia akan lebih banyak mendapatkan keuntungan. Karena proyek kereta cepat Jakarta- Bandung tidak akan menggunakan APBN. Skema yang akan dilakukan dalam pembangunan kereta cepat tersebut merupakan skema business to business (B to B).
6. Ari
Kusumawardhani
Konsep Bilateral
Konsep Kepentin gan Nasional
Definisi Kemitraa n Stategis
kedua negara menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Secara umum tiongkok telah menginvestasikan sebesar 1.5 M USD pada tahun 2014 – 2015. Selanjutnya investasi tersebut meningkat pada tahun 2016 sebesar 4.9 M USD dan meningkat lagi pada tahun 2017 sebesar 5.5 M USD. Peningkatan jumlah investasi ini juga disebabkan oleh kemudahan yang diberikan indonesia kepada para investor asing yang telah melakukan investasi.
peningkatan hubungan kerjasama dalam bidang infrastruktur antara indonesia dengan tiongkok mengalami peningkatan pada era
16
joko widodo. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah PMA tiongkok ke indonesia setiap tahunnya. Projek yang dilakukan pun setiap tahunya mengalami peningkatan yang siginifikan.
Dari kelima penelitian terdahulu dapat di lihat secara umum persamaan dari kelima penelitian terdahulu dengan penelitian yang penliti angkat adalah penelitian ini membahas mengenai kerjasama yang dilakukan oleh Tiongkok dengan Indonesia. Meskipun berbagai bidang, kebijakan, dan aspek – aspek lainnya namun tetap pembahasan penelitian ini membahas mengenai kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara.
Sedangkan perbedaaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti angkat ada beberapa hal dan dari beberapa segi, seperti perbedaaan dalam penggunan teori maupun konsep yang diterapkan, menganalisa dari sisi yang berbeda seperti mencari tau strategi, kepentingan nasional, perubahan kebijakan, kerjasama antar negara dan lain – lainnya. Sehingga penelitian ini masih menjadi penelitian yang berbeda dan menarik untuk di teliti secara mendalam.
1.5 Teori / Konsep
Kerjasama dalam dunia internasional sangat dibutuhkan karena dalam kerjasama ini kita akan memenuhi kebutuhan nasional negaranya yang belum bisa dipenuhi oleh negara itu sendiri. Kerjasama hadir bukan dimulai dari paksaan namun dari rasa saling membutuhkan satu sama lainnya. Sebuah negara terkadang memiliki potensi namun belum tentu bisa mengolahnya, terdapat negara yang mampu mengolah dengan kecanggihan teknologinya namun tidak memiliki sumber
17
daya alam. Kekurangan seperti ini lah yang menimbulkan kebutuhan untuk saling berkerjasama. Kerjasama ini merupakan wujud dari peran aktifnya negara dalam memenuhi kepentingan nasionalnya. Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang berbeda – beda. Setiap negara juga tidak bisa memenuhi kepentinganya sendiri maka dari itu adanya kerjasama bilateral. Kerjasama bilatera merupakan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara. seperti pada penelitian ini yakni antara negara indonesia dengan tiongkok.
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakna dua konspe untuk membantu peneliti mencari jawaban atas rumusan masalah penelitian yakni konsep kerjasama bilateral dan konsep kepentingan nasional. Kedua konsep ini akan saling berkesinambungan dalam menjawab rumusan masalah yang ada. Konsep kerjasama bilateral akan menjelaskan mengenai bentuk kerjasama antara dua negara yakni indonesia dengan tiongkok. Sedangkan konsep kepentingan nasional akan menjelaskan mengenai kepentingan indonesia dalam kerjasama antar dua negara.
1.5.1 Kepentingan Nasional
Aktor pengambil kebijakan memiliki peran yang vital bagi negara tersebut dan masyarakatnya. Aktor – akor negara melakukan kerjasama jika merasa memiliki kepentingan dan para aktor akan menggunakan power dalam melakukan proses pencapaian kepentingan. Kepentingan nasional memerankan pentingnya dalam pergaulan internasional yang membawa dampak positif bagi negara tersebut. Negara memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi masyaraktnya. Baik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun mengontrol aktivitas masyarakat dengan peraturan
18
negara. Namun, jika negara tidak mampu memenuhi kebutuhan masyaratnya, negara bisa melakukan kerjasama dengan negara lain dalam memenuhi kebutuhan baik SDM maupun SDA.
Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu Negara atas Negara lain.15 Kepentingan didasari oleh suatu yang di sebut dengan “kekuatan” yang ingin diciptakan oleh negara dengan tujuan khusus yakni memiliki peran khusus yakni mendapatkan pengakuan dunia serta ingin memiliki andil terhadap politik dunia. Dengan demikian, kepentingan nasional secara konseptual dipergunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu negara.16
Hans J. Morgenthau bahwa kepentingan nasional merupakan17 :
“Kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultural dari gangguan negara-negara lain. Dari tinjauan itu, para pemimpin suatu negara dapat menurunkan suatu kebijakan spesifik terhadap negara lain bersifat kerjasama maupun konflik”
Dalam buku Miroslav Nicnic (1999)18 yang berjudul “The National Interest and Its Interpretation”, Morgenthau berpendapat bahwa kepentingan nasional sama dengan usaha negara untuk mengejar power,
15 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES, 1990, hal 163.
16 P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163
17 Theodore A. Coulumbis dan James H. Walfe. Hal.115
18 Nincic, Miroslav. 1999. The National Interest and Its Interpretation.Cambridge University Press untuk University of Notre Dame du lac sebagai ulasan politik.
19
dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Power memiliki peran penting dalam berperan di kanca internasional. Dengan adanya power aktor – aktor akan lebih memilki kesempatan dalam mengkontrol aktor lain dalam memenuhi kepentingan nasional.
Di lain hal, Griffiths dan O’Callaghan (2002) menyertakan dua aspek yang berkaitan dalam kepentingan nasional. Yang pertama anggapan bahwa national interest diakui sebagai kebutuhan negara dan yang kedua, national interest digunakan sebagai dukungan dalam memberikan kebijakan.19 Setiap kepentingan nasional memiliki tujuan masing – masing.
Hal ini juga di pengaruhi oleh kondisi dari negara tersebut. Kepentingan nasional juga muncul didasari oleh kebutuhan negara baik dalam aspek ekonomi, politik, militer dan aspek lainnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional merupakan suatu kondisi dimana negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan negaranya dengan bantuan power sebagai salah satu alat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Hal ini didukung dengan kerjasama yang telah di jalin oleh negara sebagai actor utaam dengan diimbangi oleh kebutuhan yang bersifat kebutuhan pokok negara.
Kepentingan negara dilandai sebagai kepentingan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara umum baik digunakan dalam kondisi saat ini atau akan digunakan di kemudian hari. Bentuk eksistensi ini merupakan wujud dari
19 Griffiths, M. & O’Callagan,T. 2002. International Relations : The Key Concepts. Rouletdge
20
adanya negara tersebut dan memiliki pengaruh terhadap negara – negara lainnya.
1.5.2 Kerjasama Bilateral
Kerjasama Bilateral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara, tidak lebih dua negara. pada studi kasus ini yakni negara indonesia dengan negara tiongkok. Kerjasama ini ingin mengunggulkan kondisi negaranya dibanding harus memikirkan untuk melakukan doktrin – doktrin.
Dengan berfokus kepada pengembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya negara akan lebih berdampak sebagai negara yang memiliki posisi negara yang unggul. Pada zaman sekarang negara lebih berfokus pada penguatan informasi, berkualifikasi sebagai negara, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memiliki cadangan keuangan yang mumpuni. Namun, tidak semua negara memiliki sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mumpuni maka dari itu dilakukanlah kerjasama bilateral.
Dikemukakan oleh Kusumo Hamidjojo tentang hubungan bilateral adalah20;
“Suatu bentuk kerjasama diantara negara baik yang berdekatan secara geografis ataupun jauh diseberang lautan dengan sasaran
20 Rendy Aditya Pramana, Kerjasama Antara Bandung Indonesia Dan Seoul Korea Selatan (Studi Kasus Kerjasama Little Bandung Di Hongdae Seoul), e-jurnal : hubungan internasional universitas
mulawarman, diakses dalam
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:NVgp3P2KvXAJ:ejournal.hi.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/11/Jurnal%2520Skripsi%25201%2520(11-07-17-04-51- 27).doc+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id (11/04/19, 11:10 WIB)
21
utama menciptakan perdamaian, dengan memperhatikan kesamaan politik, kebudayaan, dan stuktur ekonomi.”
Kerjasama tidak disebabkan oleh geografis yang dekat, meskipun antar negara memiliki jarak yang jauh kerjasama bilateral tetap berjalan dengan baik. Tujuan dengan adanya kerjasama ini juga bisa menjadi diplomasi antar negara dalam melakukan kerjasama dan menimbulkan perdamaian. Kesamaan politik, kebudayaan serta struktur ekonomi memberikan peluang besar dalam berlangsungnya kerjasama yang baik antar negara. hal ini bertujuan untuk mengurangi intensitas ketidakcocokan dalam hal sudut pandang.
Pelaku kerjasama tidak hanya dilakukan oleh negara sebagai aktor tunggal. Aktor – aktor lainya seperti pemerintah, non – goverment atau organisasi – organisasi juga dapat melakukan kerjasama ini. aktor selain negara memiliki peluang besar dalam melakukan kerjasama ini untuk memenuhi kebutuhan perusahaanya. Sejak awal mulanya kerjasama ini bertujuan untuk menimbulkan keuntungan untuk kedua belah pihak sehingga menimbulkan rasa ketergantungan antara kedua belah pihak.
Dengan adanya rasa ketergantungan akan menimbulkan peluang baru dalam kerjasama di bidang – bidang lainnya. Melihat kondisi ini kerjasama yang dilakukan antara dua negara, peran pemerintah meski bukan lagi hal yang utama namun tetap memegang peranan penting dalam melakukan kerjasama.
1.5.3 Definisi Kemitraan Strategis
22
Strategi kemitraan terdiri dari dua suku kata yakni strategi dan kemitraan. Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“strategos” (stratus = militer dan ag = memimpin), yang berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang21. Strategi terdiri dari aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan22. Strategi ini menjadi tombak utama dalam melakukan kerjasama, karena setiap negara memiliki kepentingannya masing – masing. Strategi ini yang nantinya membantu seseorang untuk menemukan kepentingannya dan meminimalisir kerugian.
Sedangkan kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.23 Konsep kemitraan sendiri juga sudah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil pada pasal 1 bab 1 yang
21Umu Rosidah, 1742143297 (2018) Analisis Strategi Kemitraan Untuk Meningkatkan Perekonomian Peternak Ayam Petelur Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Usaha Dagang Gemilang Blitar), diakses dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9331/ (22/01/2020, 13:40 WIB)
22 Arif Yusuf Hamali, Pemahaman Strategi Bisnis dan Kewirausahaan edisi Pertama, (Jakarta: PT.
Kharisma Putra Utama, 2016), hlm. 16; dalam Umu Rosidah, 1742143297 (2018) Analisis Strategi Kemitraan Untuk Meningkatkan Perekonomian Peternak Ayam Petelur Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Usaha Dagang Gemilang Blitar), diakses dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9331/
(22/01/2020, 13:39 WIB)
23 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi ( Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 2000) , hlm. 43; dalam Umu Rosidah, 1742143297 (2018) Analisis Strategi Kemitraan Untuk Meningkatkan Perekonomian Peternak Ayam Petelur Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Usaha Dagang Gemilang Blitar), diakses dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9331/ (22/01/2020, 13:43 WIB)
23
berbunyi Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.24 Sehingga keduanya dapat terus saling medukung dan berkembang.
Strategi kemitraan merupakan strategi kerjasama yang terbentuk oleh karena adanya dimensi kepercayaan dan komitmen antara partner. Seperti pada umumnya kerjasama, dimana terdapat dua atau lebih yang saling percaya dan saling membutuhkan satu sama lain dengan tujuan dapat memberikan keuntungan bagi masing – masing.
Kepercayaan dan komitmen ini terbentuk karena adanya beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya adalah faktor ketergantungan
24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG USAHA KECIL, dalam http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1995/9TAHUN~1995UU.htm (22/01/2020, 13:52 WIB)
24
sumberdaya25, faktor kualitas hubungan26, faktor fleksibilitas27, dan faktor penyebaran informasi28.
Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai kerjasama kemitraan strategis yang dilakukan oleh Indonesia dengan tiongkok.
Kerjasama kemitraan strategis ini meliputi yang tidak memihak dan tidak tertutup yang ditujukan untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas serta kemakmuran kedua negara.29 Kemitraan Strategis ini mencakup tiga bidang yaitu kerjasama politik dan keamanan, kerjasama ekonomi dan pembangunan, dan kerjasama sosial
25 Sarkar, M.B. (1998), “The Strategic Role of Relational Bonding in Interorganizational Collaborations : An Empirical Study the Global Contruction Industrial”. Journal of International Management 4; dalam Ensu Asmara Purba, ANALISIS PENERAPAN STRATEGI KEMITRAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN BIRO TEKNIK LISTRIK (Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik (BTL) Di Wilayah Kerja APJ Semarang), Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 17 No. 2 Desember 2008, diakses dalam ejournal.undip.ac.id (22/01/2020, 13:21 WIB)
26 Johnson, Jean L. (1999), “Strategic Integration in Industrial Distribution Channels: Managing the Interfirm Relationship as a Strategic Asset”, Journal of The Academy of Marketing Science, Vol 27(1), p. 4-18; ; dalam Ensu Asmara Purba, ANALISIS PENERAPAN STRATEGI KEMITRAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN BIRO TEKNIK LISTRIK (Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik (BTL) Di Wilayah Kerja APJ Semarang), Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 17 No. 2 Desember 2008, diakses dalam ejournal.undip.ac.id (22/01/2020, 13:21 WIB)
27 Heidi. (1990), “Alliances in Industrial Purchasing ; Determinant of Join Action in Buyer Supplier Relationship”. Journal of the Academy of Marketing Science, Vol.27; dalam Ensu Asmara Purba, ANALISIS PENERAPAN STRATEGI KEMITRAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN BIRO TEKNIK LISTRIK (Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik (BTL) Di Wilayah Kerja APJ Semarang), Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 17 No. 2 Desember 2008, diakses dalam ejournal.undip.ac.id (22/01/2020, 13:21 WIB)
28 Dwyer. (1987), ”Developing Buyer-Seller Relationship”. Journal of Marketing, 51, April; dalam dalam Ensu Asmara Purba, ANALISIS PENERAPAN STRATEGI KEMITRAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN BIRO TEKNIK LISTRIK (Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik (BTL) Di Wilayah Kerja APJ Semarang), Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 17 No. 2 Desember 2008, diakses dalam ejournal.undip.ac.id (22/01/2020, 13:21 WIB)
29 Aziz, Abdul (2012) KEPENTINGAN POLITIK, EKONOMI INDONESIA DALAM PENANDATANGANAN PERJANJIAN KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN TIONGKOK.
Other thesis, University Of Muhammadiyah Malang. Diakses dalam http://eprints.umm.ac.id/29512/ (22/01/2020, 14:11 WIB)
25
budaya.30 Sehingga kedepannya kedua negara ini dapat saling membantu dan mendukung berbagai hal dalam berbagai sector.
Khususnya dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai kerjasama pembangunan yang berfokus kepada infrastruktur di Indonesia. Pembangunan ini diharapkan dapat membantu dalam program yang dilaksanakan oleh tiongkok yaitu BRI (Belt Road Initiatif) dan memiliki keuntungan bagi Indonesia juga dimana perbaikan infrastruktur yang ada dapat mempercepat perekonomian nasional.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.31 Penelitian ini menjelaskan secara runtut dan di dasari oleh fakta – fakta yang ada serta ditunjang dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggabungkan antara data – data yang ada melalui berita, jurnal, karya ilmiah yang ada.
1.6.3 Teknik Analisa Data
30 www.kbrisingapura.com/images/kaa.../Indonesia_China_ina.pdf di akses pada tanggal 20 maret 2011; dalam Aziz, Abdul (2012) KEPENTINGAN POLITIK, EKONOMI INDONESIA DALAM PENANDATANGANAN PERJANJIAN KEMITRAAN STRATEGIS DENGAN TIONGKOK.
Other thesis, University Of Muhammadiyah Malang
31 Sudajana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
26
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis data kualitatif. Data kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif, dimana membangun silogisme didasarkan pada kebutuhan khusus atau data lapangan yang bermuara pada kesimpulan – kesimpulan.32
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk mencari sumber data atau mengumpulkan berbagai informasi baik itu data tertulis ataupun tidak tertulis. Berfungsi juga untuk menunjang hasil dari penelitian ini sehingga dapat menyajikan sebuah hasil karya penelitian serta mampu menjawab dari rumusan masalah pada penelitian ini. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan tekni pengumpulan data teknik literatur33. Data tersebut akan dikumpulkan, dikelompokkan, kemudian dianalisa untuk melihat data manakah yang dapat membantu menjelaskan masalah dalam penelitian ini.34 Teknik kepustakaan akan berfokus pada data – data yang ada, mulai dari berita, jurnal, skripsi, disertasi dan berbagai sumber internet yang mampu dipertanggungjawabkan.
1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian
32 Safitri Juanita, 2009, Model Perencanaan Strategis, FASILKOM Universitas Indonesia
33 Studi literatur atau kepustakaan,selain mencari dari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai kemana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang telah pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan dapat di peroleh. Dengan mengadakan studi terhadap literatur yang telah ada, si peneliti juga dapat belajar secara lebih sistematis lagi tentang cara – cara menulis karya ilmiah, cara mengungkapkan buah pikiran yang akan membuat si penulis lebih kritis dan analitis dalam mengerjakan penelitianya sendiri.
Moh Nazir, 1983,Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm 79
34 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
27 1.6.5.1 Batasan Waktu
Batasan waktu yang dipilih oleh peneliti yakni pada tahun 2014 hingga tahun 2017 pada masa era kepemimpinan presiden Joko Widodo. Alasan dipilihnya tahun 2014 – 2017 adalah pada tahun 2014 merupakan tahun pertama Jokowi menjabat dan melakukan kunjungan pertamanya di Tiongkok dan pada tahun 2017 juga Indonesia berhasil melakukan kerjasama dengan Tiongkok yakni dalam melakukan penandatanganan dokumen kerjasama mengenai implementasi Kemitraan Strategis Indonesia – Tiongkok untuk 2017-2021. Pada era Jokowi dimulai pada tahun 2014 hingga 2017 telah melakukan berbagai kegiatan diplomasi dengan Tiongkok termasuk dalam menyelesaikan konflik di negara. pada era Joko Widodo memiliki visi dan misi yang sama dengan BRI sehingga memberikan kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan indonesia dalam Poros Maritim.
1.6.5.2 Batasan Materi
Batasan materi dalam penelitian ini adalah berfokus kepada untuk mengetahui bentuk peningkatan berkerjasama dengan Tiongkok dalam kemitraan strategis pada masa Joko Widodo.
1.7 Hipotesa
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, konsep kerjasama bilateral dan konsep kepentingan nasional yang ada peneliti akan memberikan sebuah jawaban sementara atau yang disebut dengan hipotesa. Bertujuan memberikan gambaran sementara terhadap jawaban atas rumusan masalah yang ada. Dapat ditarik jawaban
28
adalah indonesia dengan china telah melakukan berbagai hal kerjasama dalam segala bidang, mulai dari politik, ekonomi, militer, budaya dan aspek lainnya.
Namun, bidang ekonomi merupakan aspek paling dominan yang dilakukan oleh tiongkok dengan indonesia.
Kerjasama merupakan perihal yang harus dilakukan oleh negara sebagai wujud eksistensi serta wujud aktifnya negara di kanca internasional. Selain itu dengan adanya kerjasama ini akan memberikan peluang besar negara tersebut dalam memberikan kesejahteraan negaranya dengan memenuhi kepentingan nasionalnya.
Indonesia dengan tiongkok dalam penelitian ini melakukan kerjasama bilaterdal dan berfokus kepada kerjasama infrastruktur yang dilakukan dalam visi tiongkok dalam Belt Initiative and Belt yang mengutamakan kerjasama pengembangan negara dalam bidang infrastruktur baik darat maupun laut. Indonesia memiliki poros maritim sebagai peluang besar dalam memberikan peran aktifnya dalam BIR (Belt Initiative and Road).
1.8 Sistematika Penulisan
BAB JUDUL BAB ISI
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
A. Manfaat Akademis B. Manfaat Praktis 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Kerangka Teori/Konsep 1.5.1 Kepentingan Nasional 1.5.2 Konsep Kerjasama Bilateral 1.6 Metode Penelitian
29
1.6.1 Tipe Penelitian
1.6.2 Batasan Waktu dan Batasan Teori 1.7 Teknik Pengumpulan Data
1.8 Sistematika Penulisan BAB II Peningkatan
Hubungan Kerjasama Infrastruktur
Indonesia – Tiongkok
2.1 Sejarah dan Perkembangan Kerjasama Indonesia – Tiongkok
2.1.1 Sejarah Kerjasama Indonesia – Tiongkok
2.2 Dinamika Hubungan Kerjasama Indonesia – Tiongkok
2.3 Kondisi Infrastruktur di Indonesia 2.4 BRI dan Peningkatan Kerjasama Indonesia – Tiongkok
2.4.1 Belt and Road Initiative (BRI) 2.4.2 Proyek BRI di Indonesia BAB III Bentuk peningkatakn
kerjasama Indonesia dengan Tiongkok
dalam bidang
infrastruktur
3.1 Kerjasama Bilateral Indonesia – Tiongkok dalam Kemitraan Strategis 3.1.1 Kerjasama Indonesia – Tiongkok dalam Bidang Ekonomi
3.1.2 Kerjasama Indonesia – Tiongkok dalam Bidang Infrastruktur
3.2 Skema Hasil Penelitian Mengenai Peningkatan Kerjasama Infrastruktur Indonesia dengan Tiongkok
BAB IV
Penutup 4.1 Kesimpulan
4.2 Saran Daftar Pustaka
Lampiran