• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP ALIH FUNGSI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN POHUWATO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP ALIH FUNGSI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN POHUWATO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP ALIH FUNGSI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN POHUWATO

Ain Madjid

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Jl. Jend. Soedirman No. 06 Kota Gorontalo. Tel. 0435 821125 Fax. 0435 821753 http//siat.ung.ac.id. Email:fis@ung.ac.id

Abstrak

Tujuan penulisan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan pemerintah dan faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi hutan mangrove. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato, penelitian yang digunakan bersifat eksplanatif dengan menggunakan metode penelitian normatif, yang dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier dan bahan non hukum.

Dengan tehnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan dianalisis secara deskriptif, efaluatif dan presfektif. Dari hasil penelitian dilapangan bahwa pemerintah mengeluarkan surat edaran dan intruksi Bupati no 01 tahun 2012 tentang larangan pembukaan lahan tambak dikawasan hutan mangrove dalam rangka perlindungan dan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato. Serta mempertahankan kawasan hutan mangrove dan mengembalikan fungsi hutan bagi kawasan lindung yang telah beralih fungsi menjadi tambak. Dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah diantanya faktor komunikasi, faktor sikap, faktor sumberdaya dan faktor ekonomi.

Kata Kunci: Kebijakan, Hutan Mangrove.

The purpose of writing in this study to identify and analyze government policies and factors that influence government policies towards conversion of mangrove forests. This research implemented the county Pohuwato, which used to be explanatory research using normative research, conducted with the literature on primary legal materials, legal materials secondary, tertiary legal materials, and non- legal materials. The data collected with the observation, interviews, documentation and analyzed descriptively, efaluatif, and the perspective. of the results of field research that government circulars and instructions issued regents number 01 of 2012 on the prohibition of clearing the pond area of mangrove forests for the protection and management of mangroves county Pohuwato. and maintain and restore forest functions of forests for protected areas that have been converted to fishponds. and there are several factors that influence government policy factors such as communication, attitudinal factors, resource factors, and economic factors

Keywords: Policy, Mangroves

(2)

2 Pandahuluan

Indonesia memiliki hutan seluas lebih kurang 144 juta ha, hanya 118 juta ha yang masih berupa hutan. Hutan seluas itu diperinci dalam hutan produksi seluas 49,3 juta ha, hutan lindung suluas 39,9 juta ha, serta hutan konservasi dan hutan lainnya seluas 29,0 juta ha, (Herman Hairuman).1

Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki ekosistem yang setimbang, profosional dan adaptif yang berbeda dengan tipe hutan lainnya. Hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang hanya tumbuh dan berkembang baik didaerah tropis, seperti indonesia hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomi yang bermanfaat bagi manusia. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground) dan daerah pembesaran (nursery ground) sebagai jenis ikan, udang, karang-karangan dan spesis lainnya. Selain itu adalah seresah mangrove (berupa dedaunan, ranting, dan biomassa lainnya) yang jatuh keperairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat menentukan produktifitas perikanan. Hutan mangrove juga merupakan habitat (rumah) bagi berbagai jenis burung, reptelia, mamalia, dan jenis-jenis kehidupan lainnya (Bengen),2 Fungsi ekonomi yaitu sumber penghasil kayu bangunan, dan kapal, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan bahan pewarna.

Kawasan hutan mangrove di Provinsi Gorontalo tersebar dibeberapa Kabupaten yakni: Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato. Kawasan hutan mangrove di Provinsi Gorontalo khususnya Kabupaten Pohuwato telah mengalami degrasi yang sangat tinggi. Degrasi yang terjadi disebabkan oleh karena adanya perambahan, konservasi hutan yang saat ini banyak di jadikan lahan pemukiman,

1 Herman Hairuman (Salim, H,S, 2008: Dasar Dasar Hukum Kehutanan), Sinar Grafika, Jakarta, hlm 1

2 Bengen (Skripsi Sudarmono, Kajian Deskriptif Kawasan Hutan Mangrove Di Desa Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato), Gorontalo, 2005, hlm 1

(3)

3

dijadikan usaha pertambakan dan pertanian abrasi dan penembangan untuk kayu bakar yang di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan demikian kawasan hutan mangrove khususnya di Kabupaten Pohuwato seluas 15.600,81 ha yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi, cagar alam dan area pembangunan lain (APL). Hutan mangrove yang ada di Kabupaten Pohuwato yang dialih fungsikan oleh masyarakat setempat maupun masyarakat yang ada diluar daerah untuk dijadikan usaha lahan pertambakan mencapai 7.679,64 ha.

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato. Dan faktor apa yang mempengaruhi kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato.

Yang menjadi tujuan penelitian yaitu, Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi kawasan hutan mangrove di Kabupatem Pohuwato. Dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato.

Metode Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato di Dinas Kehutanan, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Pohuwato. Sifat penelitian adalah penelitian tentang permasalahan hukum yang bersifat eksplanatif, Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif atau kepustakaan Untuk dapat mendukung penelitian hukum normatif atau kepustakaan maka dilakukan dengan studi pustaka tehadap bahan-bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non hukum. Untuk mendapatkan data dan imformasi berdasarkan masaalah yang di bahas, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini memilki sifa-sifat seperti deskriptif, evaluatif dan presfektif.

(4)

4 Pembahasan

Alih fungsi kawasan hutan mangrove saat ini sangat mencuat dikalangan masyarakat yang telah banyak dijadikan lahan usaha pertambakan. Salah satu penyebabnya kurangnya peran serta pemahaman dari individu maupun kelompok masyarakat untuk merehabilitasi hutan mangrove. Padahal, dengan merehabilitasi hutan mangrove akan berdampak positif dalam peningkatan pembangunan ekonomi khususnya dalam bidang perikanan, industri, pemukiman, rekreasi dan lain-lain. Di samping itu, hutan mangrove sebagai suatu ekosistem didaerah pasang surut, kehadirannya sangat berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem lain. Pemanfaatan areal hutan mangrove menjadi daerah pertambakan ini banyak diusahakan oleh masyarakat yang berada didesa-desa wilayah kawasan hutan mangrove dan sebagian masyarakat yang berada didesa-desa diluar wilayah kawasan hutan mangrove.

Besarnya pengalihan fungsi hutan mangrove ini, selain berakibat negatif kepada fungsi ekologi kawasan pesisir juga berdampak pada tingginya nilai ekonomi perlindungan lingkungan, dalam hal ini biaya rehabilitasi lahan mangrove.

Melihat kondisi hutan mangrove yang sudah banyak dialih fungsikan maka diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan suatu tindakan ataupun suatu usulan guna mengembalikan kualitas hutan mangrove yang berpotensi sangat tinggi bagi kehidupan masyarakat untuk itu harus memerlukan pengelolaan dengan tepat, sejauh mungkin dapat mencegah terjdinya pencemaran lingkungan dan menjamin kelestarian untuk masa kini dan yang akan datang. Sejalan dengan intruksi Bupati Pohuwato nomor 01 tahun 2012 tentang larangan pembukaan lahan tambak dikawasan hutan mangrove dalam rangka perlindungan dan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato. Berikut ini dapat kita lihat luas lahan kritis yang ada di Kabupaten Pohuwato pada tabel 1.

(5)

5

Tabel 1: Luas Lahan Kritis di Kabupaten Pohuwato LAHAN KRITIS

No Kecamatan AK K PK SK TK Gren Total

1 2 3 4 5 6 7

1 Buntulia 35,979.78 1,379.23 12,001.18 681.88 23.06 50,065.14 2 Dengilo 29,314.24 678.75 5,379.81 1,315.71 8.87 36,697.38 3 Duhiadaa 1,480.34 30.54 2,176.16 67.42 3,754.47 4 Lemito 29,954.67 2,339.56 16,141.27 522.08 600.39 49,557.97

5 Marisa 1,955.37 202.16 717.22 30.23 2,904.97

6 Paguat 4,405.96 1,666.46 305.74 190.26 101.82 6,670.25 7 Patilanggio 23,655.80 872.36 8,576.77 1,080.44 69.21 34,254.57 8 Popayato 9,894.19 692.98 4,421.05 260.41 93.08 15,361.71 9 Popayato

Barat

23,382.28 2,698.13 43,133.28 971.97 232.18 70,417.84 10 Popayato

Timur

14,903.60 1,536.43 11,643.70 744.34 283.73 29,111.80 11 Randangan 12,219.70 744.08 4,781.95 222.03 967.56 18,935.31 12 Taluditi 24,260.80 2,129.38 42,253.20 473.97 190.77 69,308.12 13 Wanggarasi 26,299.61 2,191.92 15,640.80 2,527.12 318.81

46,978.26 Grand Total 237,706.34 17,161.98 167,172.13 8,990.21 2,987.14 434,017.80

Sumber, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Pohuwato.

Keterangan:

AK : Agak Kritis K : Kritis PK : Potensial Kritis SK : Sangat Kritis

TK : Tidak Kritis

(6)

6

Berdasarkan tabel diatas nampaknya sangat besar lahan kritis diwilayah Kabupaten Pohuwato dan mengalami degradasi yang cukup laju, pemanfaatan lahan dipesisir berasal dari perbuatan manusia terhadap konservasi hutan mangrove.

Kebanyakan terjadi konservasi hutan mangrove dialihkan ke fungsi yang lain seperti tambak. Dari uraian diatas kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato memerlukan pendekatan vertikal maupun horisontal dalam hal ini pemerintah harus mampu bersosialisasi dengan suluruh instansi terkait, dan msyarakat. Kebijakan tentang pelestarian ekosistem hutan mangrove oleh pemerintah Kabupaten Pohuwato karena hutan mangrove merupakan kawasan pantai yang didominasi oleh plora dan pauna. Luas kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Luas Kawasan Hutan Mangrove Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten Pohuwato

No Kecamatan Hutan Lindung

Cagar Alam

Hutan

Produksi APL Grand Total 1 Paguat 251,83 60,31 24,02 270,72 606,88

2 Marisa 0 253,55 1,31 263,73 518,59

3 Duhiadaa 436,72 1,197.48 1,634.20

4 Patilanggio 616,22 0 0 436.64 1,052.86 5 Randangan 1,515.03 1,469.97 0 1,523.31 4,508.31 6 Wanggarasi 1,131.72 1,420.47 0 568.19 3,120.38

7 Lemito 1,133.28 0 0 330.76 1,464.04

8 Popayato

timur 458.31 0 0 257.71 716.02

9 Popayato 549.14 0 0 354.64 903.78

10 Popayato

barat 712.34 0 0 363.28 1,075.62

(7)

7

Grand total 6,804.59 3,204.30 25.33 5,566.46 15,600.81 Sumber, Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kab Pohuwato.

Berdasarkan tabel di atas bahwa Kabupaten Pohuwato mempunyai luas kawasan hutan mangrove sebesar 15,600.81 ha. Yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi, cagar alam, dan areal pembangunan lain, hutan mangrove yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan sebesar 7,679.64 ha, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 : Luas kawasan Hutan Mangrove Yang Beralih Fungsi Menjadi Tambak Di Kabupaten Pohuwato

No Kecamatan Hutan Lindung

Cagar Alam

Hutan

Produksi APL Grand Total

1 Paguat 95,46 0 12.72 50.73 158.92

2 Marisa 0 1.39 0.58 196.47 198.44

3 Duhiadaa 357.88 621.10 978.99

4 Patilanggio 60.48 0 0 276.30 336.79

5 Randangan 145.55 939.08 0 955.19 2,039.82 6 Wanggarasi 934.28 1,104.65 0 245.01 2,283.94

7 Lemito 414.01 0 0 86.88 500.89

8 Popayato

timur 0.32 0.32

9 Popayato 346.21 0 0 327.73 673.95

10 Popayato barat 191.89 0 0 315.70 507.59 Grand total 2,545.77 2,045.12 13.30 3,075.46 7,679.64 Sumber, Hasil Survey Tim Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato.

(8)

8

Berdasarkan tabel diatas bahwa hutan mangrove yang ada di Kabupaten Pohuwato sudah banyak yang dialih fungsikan hal ini dapat menimbulkan kondisi yang kurang menguntungkan olehnya itu pemanfaatan hutan mangrove yang tersisa atau upaya rehabilitasi untuk menanggulangi kerusakan yang sudah terjadi.

Dalam hal ini adapun penyebab kerusakan hutan manggrove diwilayah Kabupaten Pohuwato mencakup dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

(1). Tidak jelasnya batas kawasan hutan mangrove, (2). Adanya budidaya perikanan darat (pola tamabak) disekitar kawasan hutan mangrove, (3). Adanya pembukaan/penguasaan lahan oleh masyarakat yang diperkuat oleh administrasi kepemilikan lahan oleh pemerinah desa dan kecamatan tanpa sepengetahuan pemerintah daerah, (4). Minimnya personil polhut serta belum adanya PPNS pada dinas kehutanan, (5). Masih kurangnya pengawasan oleh pemerintah desa, kecamatan dinas kehutanan dan instansi terkait terutama BKSDA, (6). Masih minimnya anggaran sarana dan prasarana untuk perlindungan hutan, (7). Belum terjalinnya koordinasi lintas sektor, (8). Masih kurangnya penyuluhan, (9). Belum adanya perda yang mengatur khusus daerah pesisir pantai kawasan hutan mangrove

b. Faktor Eksternal

(1). Masih rendahya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan manggrove serta peraturan perundang-undangan, (2). Adanya pengkaplingan lahan mangrove oleh masyarakat setempat dan diperjual belikan kepada pengusaha tambak, (3) Perkembangan jumlah penduduk diwilayah Kabupaten Pohuwato, (4).

Adanya migrasi penduduk dari dan luar Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo yang berinvestasi pada usaha tambak, (5). Masih rendahnya ekonomi masyarakat pesisir kawasan hutan mangrove, (6). Masih lemahnya pengawasan dan masih rendahnya partisipasi masyarakat terhadap rehabilitasi hutan mangrove.

(9)

9

Dalam kebijakan pengelolaan kawasan hutan lindung khususnya kawasan hutan mangrove perlu adanya pendekatan yang terintegritas antara kepentingan pemanfaatan dan sumberdaya alam dan pelestariannya. Beberapa permasalahan yang terjadi yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah (Rahardjo Adisasmita):

(1). Perambahan atau intervensi kawasan hutan lindung untuk kegiatan perladangan berpindah, sehingga menyebabkan semakin melusnya lahan-lahan kritis, (2). Kondisi eksisting pada kawasan hutan lindung yang ternyata tidak mempunyai fungsi lindugn lagi, (3). Kegiatan bididaya yang telah lama berkembang yang menurut kriteria fisik merupakan kawasan lindung, (4). Pemukiman yang telah berkembang lama didalam kawasan lindung.3

Menyikapi permasalahan diatas maka ada beberapa hal yang menjadi kebijakan pemerintah daerah diantaranya: (1). Mempertahankan kelestarian kawasan hutan mangrove, (2). Lahan tambak yang terdapat dilokasi APL akan ditetepkan menjadi kawasan budidaya perikanan pola tambak dengan merehabilitasi pematang tambak, (3). Usulan taman hutan raya (Tahura) ke pemerintah pusat dimana tahura tersebut dikelola dengan sistem pembagian zona yaitu zona perlindungan, zona budidaya, zona wisata alam, (4). Usulan perubahan fungsi kawasan hutan secara persial ke pemerintah pusat

Upaya-upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah daerah terkait dengan pelestarian kawasan hutan mangrove yaitu: (1). Sosialisasi, pengawasn pembinaan dan penerbitan perusakan mangrove, (2). Instruksi pelarangan pembukaan lahan tambak baru dan penggunaan alat berat dikawasan hutan mangrove, (3). Monitoring bersama DPRD Kabupaten Pohuwato, (4). Rehabilitasi hutan mangrove dari tahun 2004 sampai dengan 2011 seluas 1.700 ha, (5). Pemberian rekomendasi perbaikan pematang tambak, (6). Di heiring pansus mangrove oleh DPRD Provinsi, (7). Di heiring oleh komisi II DPRD Kabupaten Pohuwato, (8). Pelaporan perusakan

3 Rahardjo Adisasmita, 2010: Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang, Graha Ilmu, Yogyakarta. hlm 84

(10)

10

mangrove, (9). Pemeriksaan oleh polri kepada masyarakat dan aparatur, (10). Operasi gabungan dengan polri, satpol, dan dishut, (11). Pendataan kepemilikan tambak;

ada beberapa usulan dari pemerintah daerah dalam rencana pengelolaan pelestarian kawasan hutan mangrove yaitu:

a. Rencana Makro

(a). Penunjukkan dan penataan kawasan taman hutan raya (tahura):

(1). Taman hutan raya (tahura) merupakan kawasan yang memiliki ciri khas pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun ekosistemnya yang sudah berubah, (2). Taman hutan raya (tahura) memiliki keindahan alam atau gejala alam, (3). Taman hutan raya (tahura) mempunyai luas yang memungkinkan pembangunan tumbuhan dan satwa.

(b). Pengawetan kawasan hutan raya (tahura):

(1). Melakukan perlindungan dan pengamanan, (2). Melakukan invertarisasi kawasan, (3). Melakukan penelitian dengan pengembangan yang menunjang pengelolaan sumberdaya hutan, (4). Melakukan pembinaan dan pengembangan tumbuhan atau satwa.

b. Rencana Mikro

1. Restorasi atau rehabilitasi hutan mangrove

Restorasi atau rehabilitasi merupakan usaha untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang sudah rusak kepada kondisi semula secara alami.

2. Hutan desa

Didalam penjelasan undang-undang No 41 tahun 1999 tentang pokok kehutanan pasal 5, hutan desa adalah hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya PP no 6 tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. Hutan desa

(11)

11

didefinisikan sebagai hutan negara yang belum dibebani ijin atau hak yang dikelola oleh desa untuk kesejahteraan desa. Pengelolaan hutan desa merupakan suatu alternatif pengelolaan, pemanfaatan, penanggulangan, kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato.

3. Hutan kerakyatan

Sistem hutan kerakyatan menggambarkan hutan bukan sekedar tegakan kayu melainkan suatu sistem pengelolaan kawasan diantaranya hutan alam, hutan sekunder. Kerakyatan menegaskan aktor utama dalam pengelolaan hutan adalah komunitas lokal.

Hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato sangat bermanfaat merujuk dari hasil wawancara dengan masyarakat ada beberapa manfaat diantaanya manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan.

Berdasarkan hasil identifikasi dan kuantifikasi seluruh manfaat hutan mangrove yang diperoleh di Kabupaten Pohuwato, maka nilai keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4: Nilai Total Ekonomi Hutan Mangrove Di Kabupaten Pohuwato tahun 2009

No Kategori manfaat Rp Per ha per

tahun Rp Per tahun Presentase 1 Manfaat langsung

aktual 10.209.891,67 30.0216.653.732,46 21,28 2 Manfaat tidak

langsung 156.062.008,24 85.950.247.451,66 60,93 3 Manfaat pilihan 156.570,00 1.074.724.662,60 0,76 4 Manfaat keberadaan 3.500.000,00 24.024.630.000,00 17,03

Total 176.901.768,95 141.071.255.846,72 100,00 Sumber: Data Primer Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan

Mangrove Di Kabupaten Pohuwato,

(12)

12 Kesimpulan

Kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi hutan mangrove telah dimuat dalam surat edaran dan intruksi Bupati Pohuwato nomor 01 tahun 2012. Serta mempertahankan kelestarian hutan mangrove dan merehabilitasi mangrove yang sudah mengalami kerusakan yang beralih fungsi menjadi tambak. Dan mengoptimalkan fungsi ekonomi, sosial budaya dan ekologi hutan mangrove. Dalam konteks kebijakan pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove di pengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya faktor kominikasi, faktor sikap, faktor sumberdaya, dan faktor ekonomi masyarakat.

Daftar Pustaka

Mukti Fajar, Yulianto Achmad, 2010: Dua Lisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yokyakarta.

Rahardjo Adisasmita, 2010: Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Salim, H,S, 2008: Dasar Dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta.

Skripsi Sudarmono, Kajian Deskriptif Kawasan Hutan Mangrove Di Desa Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato), Gorontalo, 2005,

Undang-Undang NO 41 Tahun 1999 Tentang Pokok Kehutanan.

PP no 6 tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.

Referensi

Dokumen terkait

Kembali Belanja Pembayaran Kewajiban Utang Tahun Kembali Belanja Lain-lain Tahun Anggaran Yang Lalu. rct tudpdLdr r rgrur rd>dl I Tluldr

Perancangan Sistem Informasi Admisi Program Pascasarjana Unsrat ini bertujuan untuk: (1) Menerapkan konsep rekayasa perangkat lunak serta analisa dan perancangan

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur yang umum menyerang tanaman kacang tanah adalah penyakit rebah-semai yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii..

Penelitian yang dilakukan pada home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo menunjukkan bahwa masih banyak intensitas penerangan setempat yang tidak memenuhi standar

Sekuens DNA dalam format FASTA dimasukkan sebagai query dalam BLAST ( Basic Local Alignment Search Tool ) pada GenBank NCBI yang bertujuan untuk mengetahui

Pola pikir yang masih tertanam dalam alam sadar manusia, pengalaman semu yang sebenarnya tidak dialami oleh semua orang, dan kesadaran bersama yang tercipta untuk berada dalam

Kesimpulan dari pengertian Hotel Resort yaitu tempat yang menyediakan penginapan yang terletak di kawasan wisata dimana memiliki fasilitas pendukung seperti resataurant, Meeting

Berdasarkan analisis pasar yang dilakukan menunjukkan bahwa pemasaran batik Pamekasan Madura masih memiliki peluang pasar yang besar untuk dikembangkan dengan