• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

26

Universitas Kristen Petra

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini merupakan penjelasan informasi penelitian yang mencakup jenis penelitian, jenis data, variabel-variabel penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data dan skala pengukuran, serta teknik analisis untuk membahas permasalahan dan atau menguji kebenaran hipotesa hubungan pengaruh/sebab-akibat pada suatu penelitian. Metode penelitian ini merupakan sesuatu yang penting karena berhasil atau tidaknya pengujian kebenaran hipotesis / hipotesa pada suatu penelitian bergantung pada metode yang digunakan.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah jenis penelitian kausal-komparatif (causal comparative research) atau penelitian ex-post facto, di mana jenis penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab-akibat yang didasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada, dan mencari kembali faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui metode pengumpulan data tertentu.

Beberapa definisi untuk penelitian kausal-komparatif di antaranya adalah sebagai berikut:

- Penelitian kusal komparatif bersifat ex post facto, di mana data penelitian ini dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipeoleh berlangsung / lewat dan mengambil satu atau lebih akibat serta menguji data itu dengan menelusur ke masa lalu untuk mencari hubungan sebab-akibat (menurut Narbuko dan Achmadi; 2003)

- Penelitian kausal komparatif (penelitian ex-post-facto) ini dilakukan ketika peneliti ingin mengetahui dampak variabel bebas kepada variabel terikat, akan tetapi data tentang variabel bebas dan variabel terikat sudah tersedia (menurut Samsudi; 2009)

(2)

27

Universitas Kristen Petra

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Data Sampel 3.2.1 Populasi

Definisi populasi menurut Sugiyono (2010; 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan jumlah, populasi dapat dibedakan menjadi:

- Populasi terbatas (populasi yang jumlahnya dapat dinyatakan dengan angka, sehingga disebut juga sebagai populasi terhingga karena diberikan batasan secara kuantitatif).

- Populasi tidak terbatas (populasi yang jumlahnya tidak dapat dinyatakan dengan angka, sehingga disebut pula sebagai populasi tidak terhingga karena tidak ada batasan secara kuantitatif).

Sedangkan jika ditinjau dari sifatnya, maka populasi dapat dibedakan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.

Sehingga Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada Perusahaan Manufaktur yang bergerak di bidang makanan dan atau bahan olahan untuk makanan di Jawa Timur, Indonesia.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010; 81). Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang diamati yang ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti sesuai tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan pada Perusahaan Manufaktur yang bergerak dalam bidang makanan, dan bahan olahan untuk makanan di Surabaya. Selain itu kriteria karyawan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang makanan dan atau bahan olahan makanan yang akan diambil sebagai sampel adalah karyawan dengan perincian yang lebih detail sebagai berikut:

- Pria dan wanita dengan umur 22 tahun ke atas

(3)

28

Universitas Kristen Petra

- Sudah bekerja di Perusahaan tersebut minimal 3 Bulan

- Posisi karyawan pada level operasional, yakni meliputi posisi operator, staff sampai dengan Kepala Seksi

3.2.3. Teknik Pengambilan Data Sampel

Menurut Sugiyono (2010; 217) teknik pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni probability sampling dan non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non-probability sampling (teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel), dengan menggunakan metode purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus / pertimbangan tertentu sehingga layak dijadikan sampel (Sugiyono 2010; 85).

Ukuran minimal sampel pada analisis statistik PLS dapat dihitung dengan rumus 10 x jumlah jalur dalam model penelitian (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa jumlah jalur adalah 5, sehingga jumlah sampel minimal penelitian adalah 50

Teori yang lain yang juga umum digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah teori Roscoe dalam Sugiyono, 2009 yang manyatakan bahwa:

1. Ukuran jumlah sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta, dll), maka jumlah anggota sampel untuk setiap kategori minimal 30 sampel

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisa dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya berjumlah 6 (5 variabel independen + 1 variabel dependen), maka jumlah sampel minimalnya adalah 10 x 6

= 60 sampel

(4)

29

Universitas Kristen Petra

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20

Berdasarkan teori dari Roscoe ini, karena penelitian ini menggunakan analisa multivariate untuk hubungan kausalistik, maka jumlah sampel minimal yang diambil adalah sama dengan jumlah variabel yang digunakan dikalikan dengan 10, di mana pada Penelitian ini jumlah variabel yang digunakan adalah 4 variabel, sehingga jika dikalikan dengan 10, maka sampel minimal yang harus diambil adalah 40 sampel.

Dari beberapa teori di atas maka ditetapkan jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari jumlah minimal yang terbesar (jumlah sampel lebih besar daripada 50 sampel). Ukuran minimal 50 sampel merujuk pada perhitungan menurut Jogiyanto dan Abdillah, 2009, di mana ukuran minimal 50 sampel diperoleh dari 5 jumlah jalur (hipotesa) yang digunakan dikalikan dengan 10.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subyek, yakni data personal perorangan dari responden berupa sikap, pendapat pribadi responden kuesioner berdasarkan apa yang mereka alami dan rasakan di tempat kerja mereka masing-masing.

Data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang berupa numeric (angka) untuk menggambarkan sebuah kenyataan.

Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer (data diambil langsung dari responden tanpa perantara melalui / dengan cara pengisian kuesioner).

3.4 Teknik Pengukuran Variabel

Teknik pengukuran untuk seluruh variabel menggunakan skala Likert (metode pengukuran ordinal Likert interval), dengan interval penilaian jawaban tiap responden adalah dari skor 1 sampai dengan 5. Di mana

(5)

30

Universitas Kristen Petra

alternatif jawaban responden untuk skor 1 sampai dengan 5 tadi adalah sebagai berikut:

- Skor 1 untuk alternatif jawaban sangat tidak setuju - Skor 2 untuk alternatif jawaban tidak setuju - Skor 3 untuk alternatif jawaban netral / ragu-ragu - Skor 4 untuk alternatif jawaban setuju

- Skor 5 untuk alternatif jawaban sangat setuju

Penilaian dengan menggunakan skala Likert dari skor 1 sampai dengan skor 5 ini digunakan untuk memudahkan proses pengisian kuesioner oleh responden.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 38), variabel penelitian adalah: segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Setiap variabel yang muncul dalam penelitian harus dapat dijelaskan secara operasional. Definisi variabel operasional menurut Mustafa (2011-hasanmustafa.blogspot.com) adalah sebagai proses penentuan ukuran suatu variabel.

Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel independen (variabel eksogen), variabel intervening, dan variabel dependen (variabel endogen).

Keempat Variabel Penelitian yang digunakan untuk Penelitian dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Variabel Independen (Variabel Eksogen)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel yang nantinya berpengaruh secara tidak langsung (indirect effect) terhadap variabel dependen dengan melalui variabel intervening, serta dapat memiliki hubungan baik positif maupun negatif baik dengan variabel moderating, maupun dengan variabel dependen nantinya.

(6)

31

Universitas Kristen Petra

Dalam definisi operasional untuk variabel eksogen / variabel independen ini indikator yang akan digunakan adalah motif-motif yang mendasari motivasi kerja karyawan tersebut. Untuk lebih memahami perihal motif dan motivasi ini, maka kita perlu mengetahui definisi dari motif dan motivasi. Motif menurut pendapat Kast dan Rosenweig (1970) mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan (driving force) yang datang dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan / tindakan tertentu, atau setidaknya merupakan penyebab kecenderungan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Sedangkan motivasi berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow berarti sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuannya. Maka dari pengertian motif dan motivasi dapat disimpulkan bahwa motif adalah salah satu faktor pendorong pada motivasi individu untuk melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.

Sesuai dengan uraian di atas, maka indicator-indikator untuk Variabel Independen Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik ini terdiri dari motif- motif yang menjadi faktor pendorong (driving force) dari masing-masing variabel independen tersebut.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah : 1. Motivasi Intrinsik (X1)

Sesuai dengan penjelasan pada Bab 2 sebelumnya, maka Teori yang digunakan untuk variable independen ini adalah Teori Herzberg dan teori Maslow. Maka sesuai kedua teori tersebut, definisi operasional motivasi intrinsik ini adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri individu karyawan itu sendiri (lebih bersifat hal-hal yang intangible / tidak bisa diukur), dan untuk indikatornya sesuai teori Maslow, indikator sumber motivasi intrinsik ini dikelompokan sesuai dengan tingkatan kebutuhan manusia pada teori Maslow, di mana indikator yang rencananya akan digunakan :

- Motif mendapatkan tanggung jawab (dari atasan yang umumnya berupa wewenang / tanggung jawab pelaksanaan tugas / pekerjaan, yang merupakan kebutuhan penghargaan diri, otonomi, dan

(7)

32

Universitas Kristen Petra

pencapaian prestasi pada aspek kebutuhan harga diri internal) (esteem needs)

- Motif mendapatkan kepercayaan (dari rekan kerja yang

mempercayakan tugas pekerjaan dalam kelompok kerja / team-work sebagai tanda penerimaan dirinya menjadi anggota kelompok / divisi dalam Organisasi / Perusahaan tersebut) (love/belonging needs)

- Motif untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan/penghormatan (dari atasan/rekan kerja yang lain) (esteem needs)

- Motif ingin mencapai prestasi yang lebih tinggi / achievement (esteem needs),

- Motif ingin medapat kesempatan untuk maju sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam diri tiap karyawan / achieving one’s potential (self-actualization needs).

- Motif ingin berkembang (growth) seperti memperdalam pengetahuan yang dimiliki (science) / kemampuan (skill) yang lain sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mencapai tujuan yang memang mampu dicapainya (esteem needs dan self-actualization needs) 2. Motivasi Ekstrinsik (X2)

Sesuai dengan penjelasan pada Bab 2 sebelumnya, maka Teori yang digunakan untuk variabel independen ini adalah Teori Herzberg dan teori Maslow. Maka sesuai kedua teori tersebut, definisi operasional motivasi ekstrinsik ini adalah motivasi yang bersumber dari luar diri individu karyawan itu sendiri (lebih bersifat hal-hal yang tangible / bisa diukur), dan untuk indikatornya sesuai teori Maslow, indikator sumber motivasi ekstrinsik ini dikelompokan sesuai dengan tingkatan kebutuhan manusia pada teori Maslow, di mana indikator yang rencananya akan digunakan : - Motif untuk mendapatkan kebutuhan dasar yakni berupa gaji /

pendapatan yang cukup (physiological needs)

- Motif untuk mendapatkan rasa aman / terjamin secara fisik dalam bekerja di Perusahaan tersebut (aman / terjamin secara fisik sehingga bisa terbebas dari gangguan fisik serta dapat terus memenuhi kebutuhan fisiologisnya) (safety needs)

(8)

33

Universitas Kristen Petra

- Motif untuk mendapatkan rasa aman / terjamin secara emosional/psikis dalam bekerja di Perusahaan tersebut (aman / terjamin secara emosional / psikis sehingga bisa terbebas dari gangguan emosional / psikis serta dapat terus memenuhi kebutuhan fisiologisnya (safety needs)

- Motif untuk bisa bekerja dalam suasana kerja yang baik (suasana kerja yang meliputi prosedur kerja, peralatan atau sarana-prasarana penunjang pelaksanaan pekerjaan tergolong baik, dukungan dari rekan kerja) (safety needs serta love and belonging needs).

- Motif untuk bisa bekerja dalam kondisi lingkungan kerja yang nyaman (kondisi ruangan, kebersihan, suhu, penerangan, ketenangan, dan kebijakan K3 yang baik oleh perusahaan) (safety needs).

- Motif untuk bisa bekerja pada perusahaan yang mempunyai kebijakan manajemen yang adil dan objektif (kebijakan manajemen yang adil &

obyektif menyebabkan karyawan merasa aman dari gangguan emosional serta membuat karyawan merasa diakui dan dihargai sehingga karyawan bisa bekerja dengan tenang dan baik) (safety needs dan esteem needs).

- Motif untuk bisa mendapatkan penanganan yang baik untuk setiap keluhan/kritik karyawan oleh pihak manajemen perusahaan (penanganan yang baik atas keluhan/kritik karyawan oleh pihak manajemen perusahaan dapat membuat karyawan merasa aman dari gangguan baik fisik maupun emosional, juga membuat karyawan merasa diperhatikan dan dihormati oleh manajemen perusahaan) (safety needs dan esteem needs)

- Motif untuk bisa membangun / memiliki relasi / hubungan interaksi sosial yang baik dengan atasan (love and belonging needs)

- Motif untuk memperoleh status / posisi kerja yang baik di perusahaan (esteem needs dan self-actualization needs)

(9)

34

Universitas Kristen Petra

3.5.2 Variabel Intervening

Variabel intervening ini adalah variabel perantara yang harus dilalui oleh variabel independen untuk melihat pengaruh secara tidak langsung (indirect effect) terhadap variabel dependen

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan (job satisfaction). Dengan melalui variabel intervening kepuasan kerja ini akan dilihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen yakni pengaruh / hubungan dari variabel – variabel independen (Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik) terhadap kepuasan kerja karyawan (job satisfaction), serta pengaruh / hubungan dari variabel kepuasan kerja (job satisfaction) terhadap variabel kinerja karyawan (employee performance).

Sesuai dengan penjelasan pada Bab 2 sebelumnya, maka definisi operasional untuk variabel kepuasan kerja ini ditentukan berdasarkan teori factor-faktor penyebab / pendukung terciptanya kepusan kerja dari beberapa sumber seperti Job Descriptive Index (JDI), Hasibuan, dan Robins yang umumnya meliputi balas jasa / gaji, penempatan kerja / posisi, jenis pekerjaan, kondisi/suasana kerja, sarana-prasarana, sistem kepemimpinan.

Serta untuk indikator pengukur kepuasan kerja karyawan menggunakan aspek-aspek dari Jewel dan Siegall (1998) yang menyatakan ada beberapa aspek dalam mengukur kepuasan kerja yang terdiri dari aspek psikologis, aspek fisik, aspek sosial dan aspek finansial, maka indikator untuk variabel kepuasan kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek dari Jewell dan Siegall tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

- Puas dengan sistem gaji dan tunjangan finansial lain seperti tunjangan makan dan transport (aspek finansial)

- Puas dengan sistem Pensiun / Jaminan Hari Tua, serta fasilitas lain yang diberikan perusahaan seperti car loan, asuransi kesehatan karyawan & keluarga karyawan, bantuan pinjaman kredit kepemilikan rumah. (aspek finansial)

- Puas dengan sistem penempatan kerja di Perusahaan (aspek psikologis, sesuai minat, bakat dan ketrampilan karyawan)

(10)

35

Universitas Kristen Petra

- Puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan (aspek fisik)

- Puas dengan kondisi / suasana kerja (terkait kondisi fisik lingkungan kerja, hubungan dengan rekan kerja & atasan, organisasi &

manajemen) (aspek fisik & aspek sosial)

- Puas dengan sistem kepemimpinan yang dilakukan oleh atasan / pemimpin (leader) (aspek sosial, hubungan dengan atasan)

- Puas dengan sarana dan prasarana untuk penunjang pekerjaan (aspek fisik, kondisi fisik lingkungan kerja termasuk sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pekerjaan)

3.5.3 Variabel Dependen (Variabel Endogen)

Variabel dependen / variabel eksogen ini adalah variabel terikat yang diperngaruhi oleh variabel independen / variabel eksogen dan variabel intervening.

Variabel dependen / variabel endogen dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan / employee performance. Kinerja karyawan ini adalah perilaku nyata yang ditampilkan oleh karyawan terkait dengan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya di perusahaan sesuai fungsi dan perannya pada perusahaan / organisasi.

Sesuai dengan penjelasan pada Bab 2 sebelumnya, maka definisi operasional untuk variabel kinerja karyawan ini ditentukan berdasarkan indikator-indikator menurut Bernadin, 1993 dalam Crimson Sitanggang, 2005 serta menurut Robbins, 1996 yang umumnya meliputi kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, ketepatan waktu, efektifitas, kemandirian, komitmen kerja dalam/dengan organisasi. Maka indikator untuk variabel kinerja karyawan ini adalah :

- Kualitas hasil pekerjaan

- Kuantitas jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam rentang waktu tertentu

- Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan

- Kemandirian dalam menjalankan / melakukan fungsi kerjanya

(11)

36

Universitas Kristen Petra

- Komitmen kerja dengan organisasinya, termasuk kedisplinan absensi karyawan.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Data primer dari hasil pengisian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini perlu diuji validitas, dan reliabilitasnya. Karena data yang masuk dari responden yang mengisi kuesioner tersebut belum tentu sempurna dan masih bisa menimbulkan bias. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa data-data yang masuk untuk diolah melalui metode analisa data tersebut sangat menentukan terhadap kualitas hasil penelitian sehingga sebelum dianalisa, maka data yang akan digunakan wajib dipastikan terlebih dahulu kesahihannya dan kevalidnya. Sehingga diharapkan dengan inputan data yang sudah benar dan valid, maka kualitas hasil penelitian akan tetap terjaga.

3.6.1 Uji Validitas Data

Uji validitas data dilakukan untuk mengukur valid / tidaknya suatu data hasil pengisian kuesioner oleh responden. Validitas menunjukkan seberapa jauh metode pengukuran / instrument pengukuran yang digunakan sudah mancapai sasaran / tujuan pengukuran yang sudah ditetapkan sebelumnya, serta telah absah sebagai alat ukur yakni telah cukup mewakili dan sesuai dengan konsep teoretis. Semakin valid suatu metode pengukuran, maka semakin menunjukkan bahwa metode pengukuran tersebut sudah sesuai tujuan pengukuran yang ditetapkan sebelumnya / mancapai sasaran yang diharapkan, serta sudah cukup mewakili dan sesuai dengan konsep teoretis yang ada.

Langkah-langkah uji validitas dilakukan sebagai berikut:

1) menganggap skor butir pertanyaan sebagai nilai X dan skor total sebagai nilai Y;

2) mengkorelasikan butir-butir soal pertanyaan dengan skor total untuk masing-masing variabel.

(12)

37

Universitas Kristen Petra

Uji validitas data tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus

“Product Moment” (Sugiono,2005) sebagai berikut:

r =

   

 

   

N

XN2

XYX2

 

N

X Y2Y

Y 2

Keterangan:

r = pearson produt moment corelation

X = Skor yang diperoleh dari subyek dalam tiap item Y = Skor total yang diperoleh dari subyek seluruh item

XY = Jumlah skor setiap pernyataan dikalikan skor total N = Jumlah responden

Angka korelasi yang diperoleh secara statistik dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila rhitung > rtabel maka berarti data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya bila rhitung < rtabel berarti data tersebut tidak signifikan (tidak valid) dan tidak dapat diikut sertakan dalam pengujian hipotesis penelitian (Singarimbun, 1995).

3.6.2 Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur / instrument pengukuran dalam penggunaannya jika digunakan berulang-ulang atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten jika digunakan berkali-kali dalam waktu yang berbeda. Maka dalam penelitian ini uji reliabilitas data dilakukan untuk mengukur pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang merupakan indikator-indikator dari variabel penelitian dapat konsisten dari waktu ke waktu, dan ketika digunakan berulang-ulang kali kepada responden yang berbeda-beda.

Uji reliabilitas data penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Alpha Cronbach’s. Koefisien Alpha Cronbach’s adalah koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan karena dengan alasan koefisien ini menggambarkan

(13)

38

Universitas Kristen Petra

varians dari item-item baik untuk format benar/salah ataupun untuk format yang lain seperti format skala likert, sehingga sekaligus dapat berfungsi untuk mengevaluasi internal consistency.

rxx =





 

 

2 2

1 1 y

x

s s k

k

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas alpha k = Banyaknya item

sx2 = Varians masing-masing item sy2 = Varians skor total

Menurut Sekaran (2000, p312), tingkat reliabilitas dibagi dengan kriteria sebagai berikut: jika Cronbach’s Alpha 0.80-1.00 = reliabilitas baik;

0.60-0.799 = reliabilitas diterima; kurang dari 0.60 = reliabilitas kurang baik.

Akan tetapi pada umumnya nilai batas yang digunakan untuk derajat reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha yang telah diterima secara luas. Di mana suatu bentuk indikator yang mendapat koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0.60 dinyatakan reliable / tingkat reliabilitas bisa diterima / baik, walaupun angka tersebut bukanlah angka/ harga mati. Hal ini berarti, apabila penelitian yang dilakukan bersifat eksplanatory, maka nilai dibawah 0.60 (dengan tingkat reliabilitas kurang baik) pun masih dapat diterima, sepanjang disertai alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.

3.7. Metode Analisa Data

Analisis yang digunakan untuk menguji kelima hipotesis pada penelitian ini adalah dengan teknik Structural Equation Modelling (SEM), menggunakan Partial Least Square (PLS), di mana untuk proses perhitungannya dibantu program aplikasi software Smart PLS 2.0.

Penggunaan model ini sesuai dengan kebutuhan peneliti dikarenakan ada struktur hubungan yang berjenjang antar variabel-variabel penelitian yang membentuk kelima hipotesa tersebut.

(14)

39

Universitas Kristen Petra

3.7.1 Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif merupakan metode analisis yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai obyek penelitian. Akan tetapi, analisa deskriptif digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2012, p. 207).

Latar belakang pemilihan responden untuk penelitian ini memang diarahkan ke karyawan dengan level Supervisor / Kepala Seksi ke bawah (pada level operasional bukan manajemen), karena karyawan pada level operasional ini yang lebih merasakan indikator-indikator sumber motivasi terutama ekstrinsik yang berasal dari pihak management yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja mereka. Sedankan lama kerja dipilih minimal 3 bulan karena jika belum 3 bulan bekerja, maka karyawan tersebut diasumsikan masih belum mengenal kondisi lingkungan kerja, sistem kepemimpinan serta kebijakan manajemen organisasi sepenuhnya.

Hasil analisa deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, dan perhitungan prosentase (Sugiyono, 2012, p. 207). Dalam upaya membantu memaparkan hasil penelitian ini, maka hasil analisa deskriptif dapat disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi, top two boxes dan bottom two boxes.

Analisa Top Two Boxes dan Bottom Two Boxes

Analisa Top Two Boxes dan Bottom Two Boxes adalah metode yang menggabungkan presentase jawaban responden dalam skala linkert. Analisa Top Two Boxes dan Bottom Two Boxes digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara jumlah bottom option ( skor 1, 2 ) yaitu skala sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan top option ( skor 4, 5 ) yaitu skala setuju dan sangat setuju. Selanjutnya Top Two Boxes disingkat ( TTB ), sedangkan Bottom Two Boxes disingkat (BTB). Rumus nya sebagai berikut ( Sugiyono, 2004 ) :

(15)

40

Universitas Kristen Petra

K

Keterangan :

fB: Frekuensi Bottom Boxes fT : Frekuensi Top Boxes fN : Frekuensi skor tengah ( 3 )

3.7.2 Goodness of Fit – Instrumen Penelitian 1. Convergent validity

Model pegukuran atau Outer Model, convergent validity dari pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan korelasi antara item sore / component score dengan construct score-nya yang dihitung dengan PLS.

Pada umumnya ukuran refleksif individual dikatakan berkorelasi jika lebih dari 0.70 dengan konstruk yang ingin diukur, akan tetapi untuk penelitian ini loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, karena merupakan tahap awal pengembangan skala pengukuran dan jumlah indikator per konstruk tidak besar, berkisar antara 3 sampai 4 indikator.

2. Discriminant validity

Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan konstruk variabel latennya. Jika korelasi suatu konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk yang lain, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok yang lain. Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk, dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai pengukuran awal

(16)

41

Universitas Kristen Petra

kedua metode tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai konstruk lainnya dalam model, maka dapat disimpulkan konstruk tersebut memiliki nilai discriminant validity yang baik, dan sebaliknya. Direkomendasikan nilai pengukuran ini harus lebih besar dari 0.50.

3. Composite reliability

Indikator blok yang mengukur konsistensi internal dari indikator pembentuk konstruk, menunjukkan derajat yang mengindikasikan common latent (unobserved). Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit adalah 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

Di mana i adalah component loading ke indikator dan var (€1) =1- i.

Dibandingkan dengan cronbach alpha cenderung lower bound estimate reliability, sedangkan pc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah akurat. pc juga sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan indikator refleksif.

4. Interaction variable

Pengukuran untuk variabel moderator, dengan teknik: menstandarkan skor variabel laten yang dimoderasi dan memoderasi, kemudian membuat konstruk interaksi dengan cara mengalikan nilai standar indikator laten dengan variabel moderator, baru dilakukan iterasi ulang.

3.7.3 Goodness of Fit - Inner Model

Diukur menggunakan R-square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi; Q-Square predictive relevance untuk model konstruk, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan

2

AVE 2

var( )

i

i i i

 

 

 

2 2

( )

( ) var( )i

i

c i

i

 

 

 

(17)

42

Universitas Kristen Petra

model memiliki predictive relevance. Sebaliknya jika nilai Q-Square menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Perhitungan Q- Square dilakukan dengan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ... ( 1- Rp2 )

dimana R12,R22 ... Rp2 adalah R-square variabel eksogen dalam model persamaan.

Dengan asumsi data terdistribusi bebas (distribution free), model struktural pendekatan prediktif PLS dievaluasi dengan R-square untuk konstruk dependen, Q-square test untuk relevansi prediktif.

Referensi

Dokumen terkait

Projects, proje ile aynõ solution içinde yer alan bile ş en kütüphanelerini eklemek için kullanõlõr.. Eklenecek assembly nesnesini seçin ve Select dü ğ

Patung duduk Pangeran Albert sebagai bagian utama monumen; diatas sebuah ketinggian pedestal (landasan berbentuk segi empat terbuat dari granit dan marmer, penuh dengan relief);

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sembelit pada ibu post partum 3 hari di Desa Margorejo

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi Pemberlakuan

Siguiendo a Lee y Koubek (2010) y centrándonos en el objeto del presente es- tudio, hemos tenido en cuenta una serie de parámetros que permiten a un usuario valorar y

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di