• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

The Forward Chaining Method For Detecting The Damages Of Fiber Optic Network

Mukhamad Arifin 1, Arita Witanti, S.T., M.T. 2

1Program Studi Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta 55753, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. memiliki anak perusahaan yang bertugas dalam pengelolaan jaringan fiber optik yaitu PT. Telkom Akses. Sistem yang di terapkan dalam penyelesaian gangguan adalah helpdesk mengirimkan semua tiket kepada teknisi karena keterbatasan diagnosa pada unit helpdesk atau customer service. Sedangkan tipe penanganan gangguan ada dua macam yaitu melalui remote dan penyelesaian oleh teknisi langsung. Oleh karena itu untuk membantu helpdesk atau customer service dalam mendiagnosa gangguan maka dibutuhkan sebuah sistem agar dapat mempercepat penanganan gangguan jaringan pada fiber optik berbasis web. Maka dalam penelitian ini, Peneliti bertujuan untuk membuat prototipe sistem deteksi kerusakan jaringan fiber optik menggunakan metode Forward Chaining (runut maju) untuk membantu helpdesk atau customer service dalam penanganan gangguan jaringan pada fiber optik berbasis web dengan menggunakan data gejala, data kerusakan serta data aturan. Pada penelitian ini data kerusakan jaringan fiber optik dibatasi dengan 9 data kerusakan, 35 data gejala serta 9 aturan yang terdapat 140 data keputusan. Hasil pengujian akurasi disimpulkan bahwa akurasi sistem berdasarkan 36 data yang diuji adalah 33 data (91%) yang menunjukan bahwa sistem ini berfungsi dengan baik sesuai dengan diagnosa pakar. Ketidak akuratan sistem adalah 3 data (9%) antara lain kesalahan dalam memberikan jawaban dalam diagnosa kerusakan jaringan fiber optik.

Kata kunci: Forward Chaining, Deteksi, Kerusakan, Jaringan, Fiber Optik

ABSTRACT

PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. has a subsidiary in charge of the fiber optic network management, that is the PT. Telkom Akses. The system applied for the problem solving is the helpdesk sending all tickets to the technicians due to limited diagnostics at the helpdesk or customer service unit. Meanwhile, there are two types of problem solving, namely remotely and by the direct technicians themselves. Therefore, to assist the helpdesk or customer service in diagnosing problems, it requires a system to accelerate the solving of network problems on the web-based fiber optic. Therefore in this research, researchers aim to build a prototype system for detecting the damages of fiber optic network, using the Forward Chaining Method to assist the helpdesk or customer service in solving network problems on the web-based fiber optic, using the symptoms data, damages data, and rules data. In this research, the data of the fiber optic network damages were limited to 9 damages data, 35 symptoms data, and 9 rules data including 140 decisions data. Based on the accuracy test results, it is concluded that the system accuracy according to the 36 data tested is 33 data (91%), which shows that this system works well and in accordance with the experts’ diagnosis. The inaccuracy system is 3 data (9%) which is caused by several possibilities.

Keywords: Forward Chaining, Detection, Damage, Network, Fiber Optic

1. PENDAHULUAN

Salah satu penyedia jasa internet di indonesia adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Telkom Indonesia atau Telkom adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Berbagai produk dari Telkom seperti Indihome, Wifi id dan yang lainnya sudah menggunakkan jaringan kabel serat optik. PT.

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. memiliki anak perusahaan yang bertugas dalam pengelolaan jaringan yaitu PT. Telkom Akses. Sistem yang di terapkan dalam penyelesaian gangguan adalah helpdesk mengirimkan semua tiket kepada teknisi karena keterbatasan diagnosa pada unit helpdesk atau customer service. Sedangkan tipe penanganan

(2)

Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining

gangguan ada dua macam yaitu melalui remote dan penyelesaian oleh teknisi langsung.

Di dalam jaringan fiber optik terdapat bebagai macam kerusakan yang terjadi. Untuk membantu helpdesk atau customer service dalam mendiagnosa gangguan, peneliti mencoba membuat sistem Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining untuk membantu mempercepat penanganan gangguan jaringan pada jaringan fiber optik. Dengan menggunakan metode Forward Chaining diharapkaan agar sistem dapat membantu dalam deteksi kerusakan dengan fakta-fakta yang berupa data representasi dengan aturan IF-THEN sebagai domain representasi. Data fakta diambil dari gejala yang terdapat modem atau ONT (Optical Network Terminal) kemudian dilakukan pencocokan dengan cara inferensi menggunakan data informasi yang telah di tentukan oleh pengguna selanjutnya dipindahkan ke seluruh jaringan dari logika AND dan OR sampai terminal untuk ditentukan sebagai objek sehingga didapat solusi yang tepat dalam penanganan gangguan jaringan fiber optik.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ayam Broiler Dengan Metode Forward Chaining”. Pada penelitian ini, peneliti membuat alat pengukur suhu tubuh ayam broiler untuk diagnosa penyakit dengan memanfaatkan perkembangan teknologi berbasis mikrokontroler dan sensor sebagai alat kesehatan dengan menggunakan aplikasi android sebagai media pengoperasi berbasis mobile. Aplikasi ini dapat membantu memudahkan user untuk melakukan diagnosa pada ayam melalui gejala – gejala penyakit yang diderita ayam dengan menerakan metode Forward Chaining perhitungan di lakukan dengan mencocokkan gejala yang diinputkan dengan rules penyakit yang ada, kemudian dihitung dengan rumus probalitas dengan hasil perhitungan aplikasi dan hasil nilai manual bernilai sama (Ariani, Marpitalia, Erlangga, &

Yulfriwini, 2019).

Penelitian dengan judul “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Tulang Berbasis Web Menggunakan Metode Forward Chaining”.

Pada penelitian ini, peneliti membuat sistem untuk

mendiagnosa penyakit tulang dengan pengetahuan berupa gejala dan penyakit tulang pada manusia, sehingga dapat diperoleh basis pengetahuan berupa hubungan atau keterkaitan yang ada antara gejala dan penyakit tulang pada manusia. Dengan menerapan sistem pakar dalam bidang kesehatan atau medis dapat memberikan solusi terhadap penyakit-penyakit yang memerlukan keahlian seorang dokter spesialis untuk melakukan diagnosis dan pemerikasaan, sehingga pengobatan yang dilakukan benar-benar tepat dan akurat namun dokter spesialis belum merata di Indonesia. Masih banyak daerah-daerah yang memiliki kekurangan tenaga medis, dalam hal ini khususnya dokter spesialis sehingga dibuatlah sistem ini untuk mengatasi masalah tersebut (Wisky & Akhiyar, 2019).

Penelitian dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Penyakit Anak Di Puskesmas Sigambal Menggunakan Visual Basic.net”, Pada penelitian ini membahas tentang diagnosa penyakit paru, tuberkulosis, diare, penyakit kulit pada anak.

Sistem ini dapat mentolerir nilai, dengan menggunakan keunggulan toleransi untuk ambiguitas, dapat membuat pendekatan yang efisien untuk diagnosis penyakit pediatrik paru serta dapat memberikan diagnosis yang hampir sama dengan diagnosis yang dibuat oleh seorang ahli dimana

petugas kesehatan bukan dokter pun dapat melakukan diagnosa (Muhammad B. K., 2018).

Penelitian dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan untuk Penyakit Sapi Berbasis Android”, penelitian ini membahas tentang bagaimana cara mendiagnosa penyakit. Dengan menggunakan sistem pendukung keputusan berbasis android dengan metode Forward Chaining yang dapat menganalisis gejala-gejala penyakit yang diderita oleh sapi. Sistem pendukung keputusan ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman java dalam perangkat lunak Android Studio 3.0.1 dengan bantuan seorang pakar yang dapat memberikan validitas yang tinggi. Sistem ini diuji berdasarkan pengujian black box. Sistem ini mampu diterima dengan baik oleh user berdasarkan pengujian user acceptance test dengan nilai rata - rata persentase 80.6% (Muhammad & Heru, 2018).

Fiber optik adalah sebuah media transmisi fisik yang terbuat dari kaca dilapisi isolator sebagai pelindung yang berguna untuk menyalurkan informasi berupa gelombang cahaya (Setiawan, 2019).

Jaringan fiber optik adalah sekumpulan jaringan komputer yang terpisah-pisah akan tetapi saling berhubungan serta berkomunikasi dan bertukar data sehingga membentuk sebuah jaringan yang sederhana dengan menggunakan teknologi serat kaca sebagai media penghubung (Oscar, 2019).

(3)

memiliki beberapa aturan umum yaitu model penggelaran jaringan FTTH menggunakan Duct System dan Aerial System. Link budget jaringan fiber optik GPON dari OLT dan ONU/ONT adalah 28dB (GPON) untuk mengantisipasi kebutuhan operasional (perbaikan jaringan FO) maka desain FTTH dengan maksimum redaman 25dB atau ekivalen dengan panjang fiber optik dari OLT sampai dengan ONT maksimum 17km dengan maksimum total panjang FO feeder untuk konfigurasi RING adalah 20km. Splitter maksimal 2

ke 32 Home Pass bila meng gunakan teknologi GPON dan sampai ke 64 Home Pass dengan teknologi NGPON sesuai dengan link budget yang diperoleh, dengan menggunakan Two Stage dimana di ODC dipasang splitter 1:4 atau 1:8, di ODP dipasang splitter 1:8, 1:16 atau 2x (1:8). Dan untuk kasus khusus (kawasan FCL) dimungkinkan penempatan splitter di ODF dan ODP dengan tipe lain (1:2,1:4,1:8,1:16,1:32:1:64). Single stage dipergunakan untuk HRB, perumahan

dimana semua rumah dipenuhi sampai dengan roset, demand terkonsentrasi dalam jumlah kecil, dan lokasi dengan jarak jangkauan yang jauh atau yang disebut link budget kristis. Tipe konnector yang digunakan perelemen adalah SC-UPC. Tipe tiang yang digunakan untuk sistem aerial dapat menggunakan tiang beton atau tiang besi beserta aksesoris masing-masing tiang (Bayu & Maulana, 2016).

Metode Forward Chaining merupakan metode pencarian berbasis rule yang dimulai dengan fakta yang diketahui berupa data representasi kemudian dicocokan dengan bagian IF dari rule IF- THEN yang berfungsi sebagai representasi domain pengetahuan. Jika fakta yang diketahui cocok dengan bagian IF maka rule tersebut di eksekusi kemudian sebuah fakta baru (bagian THEN) ditambahkan ke dalam database. Pada metode Forward Chaining pencocokan dimulai dari rule teratas dan hanya boleh dieksekusi satu kali kemudian proses akan dihentikan jika rule sudah tidak ada. Metode pencarian yang digunakan pada sistem yang menggunakan metode Forward Chaining adalah Depth-Fisrt Search (DFS), Breadth-First Search BFS) atau disebut juga Best First Search (T. Sutojo, Edy, & Dr. Vincent, 2011).

PHP (Personal Home Page) merupakan bahasa pemrograman script server-side untuk membuat dokumen HTML secara on the fly dan dijalankan di server web yang diintegrasi dengan teknik CGI (Common Gateway Interface) FastCGI dan modul server web untuk memisahkan antara server dan web PHP agar dapat mempermudah dalam melakukan maintenance (Sidik, 2017).

MySQL merupakan aplikasi DBMS (Data Base Management System) yang digunakan sebagai pangkalan data atau tempat data yang disusun sedemikian rupa dengan tujuan agar manajemen database menjadi efisien dan efektif yang

menggunakan bahasa standar untuk melakukan akses serta manipulasi database yang relasional.

Peritah dalam MySQL disusun terlebih dahulu menjadi string SQL (Sidik, 2017).

Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats) merupakan analisa yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu projek dengan cara mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak mendukung untuk tujuan yang spesifik (Wikantioso, 2020) .

3. METODOLOGI PENELITIAN

Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian

Dalam penelitian ini terdapat data gejala, data kerusakan serta data aturan. Pada penelitian ini data kerusakan jaringan fiber optik dibatasi dengan 9 data kerusakan, 35 data gejala serta 9 aturan yang terdapat 140 data keputusan. Metode inferensi yang digunakan yaitu Forward Chaining (runut maju) dengan menelusuri aturan-aturan berdasarkan jawaban yang diberikan pengguna. Jawaban pengguna kemudian diproses dengan pencocokkan berdasarkan aturan (rule). Proses penelusuran dilakukan sampai didapatkan suatu kesimpulan berupa kemungkinan kerusakan beserta solusi.

Desain sistem dijelaskan pada gambar 2 sampai dengan gambar 4.

pengump ulan data

analisis kebutuhan alat

pengkodean pengujian

hasil

(4)

Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining

Gambar 2. Flowchart sistem

Gambar 3. Diagram konteks sistem

Gambar 4. Diagram level 0 sistem

Berikut adalah tabel data yang digunakan dalam penelitian mulai dari tabel 1 sampai dengan tabel 3.

Tabel 1. Data gejala

No Gejala

1 Lampu indikator POWER ont/modem menyala hijau

2 Lampu indikator POWER ont/modem mati

3 Lampu indikator PON pada ont/modem menyala hijau tidak blinking

4 Lampu indikator PON pada ont/modem menyala hijau blinking

5 Lampu indikator LOS pada ont/modem menyala merah

6 Lampu indikator INTERNET pada ont/modem menyala hijau

7 Lampu indikator INTERNET pada ont/modem mati

8 Lampu indikator LAN 3 mati

9 Lampu indikator LAN 3 hidup berwarna hijau blinking

10 Lampu indikator LAN 4 mati

11 Lampu indikator LAN 4 hidup berwarna hijau blinking

12 Lampu indikator WIFI pada ont/modem menyala hijau

13 Lampu indikator WIFI pada ont/modem mati

14 Lampu indikator PHONE pada

ont/modem mati

15 Lampu indikator PHONE pada

ont/modem menyala hijau

16 Lampu indikator STB/ Tv box hidup 17 Lampu indikator STB/ Tv box mati 18 Usee tv muncul error 1901 19 Usee tv muncul error 1302 20 Usee tv muncul error 1305 21 Usee tv Live tv blank 22 Usee tv tidak bisa digunakan 23 Telpon masuk tidak bisa 24 Telpon masuk bisa 25 Telpon keluar tidak bisa 26 Telpon keluar bisa

27 Telpon tidak bisa digunakan 28 Internet bisa di gunakan 29 Internet tidak bisa digunakan 30 Wifi bisa digunakan

(5)

31 Wifi tidak bisa digunakan

32 SSID/Nama Wifi tidak terdeteksi oleh perangkat

33 Telepon bisa digunakan 34 Usee tv bisa digunakan

35 SSID/Nama Wifi terdeteksi oleh perangkat

Tabel 2. Data kerusakan

No Kerusakan Solusi

1 Internet disconect

Register internet 2 Usee tv error

koneksi

Sambungkan kabel lan usee tv ke ont lan 4 &

Ganti kabel lan usee tv

3 Usee tv

blank

Register Usee tv

4 STB/TV box

rusak

Ganti STB & Unbind Usee

5 Wifi

disconect

Set up Wifi

6 Telepon

voip error

Register voip dan routing ulang voip

7 Kabel FO

putus

Ganti/sambung kabel FO

8 ONT/Mode

m rusak

Ganti ONT/modem &

register ulang ONT 9 Register

ont/modem rusak

Register ulang ont

Tabel 3. Rule

Rule IF-THEN

R1 IF Gejala 11 & Gejala 15 & Gejala 16 & Gejala 24 & Gejala 26 &

Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 7 &

Gejala 9 & Gejala 12 & Gejala 29 &

Gejala 31 & Gejala 33 & Gejala 34 THEN Kerusakan 1

R2 IF Gejala 9 & Gejala 15 & Gejala 24

& Gejala 26 & Gejala 35 & Gejala 1

& Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 10

& Gejala 12 & Gejala 16 & Gejala 18 & Gejala 19 & Gejala 22 &

Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 33 THEN Kerusakan 2

R3 IF Gejala 35 & Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 9 & Gejala 1 & Gejala 3

& Gejala 6 & Gejala 11 & Gejala 12

& Gejala 15 & Gejala 16 & Gejala 20 & Gejala 21 & Gejala 22 &

Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 33 THEN Kerusakan 3

R4 IF Gejala 9 & Gejala 12 & Gejala 15

& Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 21 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6

& Gejala 10 & Gejala 17 & Gejala

22 & Gejala 28 & Gejala 30 &

Gejala 33 THEN Kerusakan 4 R5 IF Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 16

& Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 1

& Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 13

& Gejala 15 & Gejala 29 & Gejala 31 & Gejala 32 & Gejala 33 &

Gejala 34 THEN Kerusakan 5 R6 IF Gejala 9 & Gejala 35 & Gejala 1

& Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 11

& Gejala 12 & Gejala 14 & Gejala 16 & Gejala 23 & Gejala 25 &

Gejala 27 & Gejala 28 & Gejala 30

& Gejala 34 THEN Kerusakan 6 R7 IF Gejala 14 & Gejala 21 & Gejala

35 & Gejala 1 & Gejala 5 & Gejala 7

& Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 12

& Gejala 16 & Gejala 22 & Gejala 23 & Gejala 25 & Gejala 27 &

Gejala 29 & Gejala 31 THEN Kerusakan 7

R8 IF Gejala 21 & Gejala 32 & Gejala 2

& Gejala 7 & Gejala 8 & Gejala 10 &

Gejala 13 & Gejala 14 & Gejala 16 &

Gejala 22 & Gejala 23 & Gejala 25 &

Gejala 27 & Gejala 29 & Gejala 31 THEN Kerusakan 8

R9 IF Gejala 14 & Gejala 21 & Gejala 35

& Gejala 1 & Gejala 4 & Gejala 7 &

Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 12 &

Gejala 16 & Gejala 22 & Gejala 23 &

Gejala 25 & Gejala 27 & Gejala 29 &

Gejala 31 THEN Kerusakan 9

4. PEMBAHASAN

Tampilan awal sistem deteksi kerusakan jaringan fiber optik menggunkan metode Forward Chaining dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Tampilan awal Sistem

Tampilan halaman diagnosa dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Tampilan Diagnosa Tampilan halaman hasil diagnosa sistem

dapat dilihat pada gambar 7.

(6)

Deteksi Kerusakan Jaringan Fiber Optik Menggunakan Metode Forward Chaining

Gambar 7. Halaman hasil Diagnosa Dalam melakukan evaluasi terhadap sistem deteksi kerusakan jaringan fiber optik dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian akurasi, analisis SWOT atau Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) bahwa sistem ini masih dapat dikembangkan seperti data kerusakan dan gejala bisa ditambah serta tampilan bisa diperbaiki dikarenakan menggunakan bahasa pemrograman PHP (Personal

Home Page) sehingga mudah untuk dipelajari.

Kelemehan sistem ini yaitu hanya bisa diterapkan pada layanan 3P untuk modem ZTE F609. Peluang yang didapat dari sistem ini adalah lebih mudah dalam mendeteksi kerusakan. Security pada sistem ini menggunakan Sha1 dimana sudah banyak aplikasi yang dapat membuka security tersebut.

Hasil uji fungsionalitas menunjukkan bahwa sistem dapat berfungsi dengan baik. Telah dilakukan dengan 36 sampel data kerusakan dan menghasilkan nilai akurasi sesuai perhitungan berikut:

Nilai Akurasi = ∑ 𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ

∑ 𝑡𝑝 𝑋 100 % (1) Jadi nilai akurasi = 33

36 𝑋 100% = 91 % Σ match = jumlah klasifikasi yang benar Σ tp = jumlah data testing

Akurasi sistem berdasarkan 36 data yang diuji adalah 91 % yang menunjukan bahwa sistem ini berfungsi dengan baik sesuai dengan diagnosa teknisi. Ketidakakurasian sistem ini 9 % yang disebabkan karena beberapa kemungkinan antara lain kesalahan memilih gejala dalam diagnosa kerusakan jaringan fiber optik. Hasil pengujian akurasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengujian Akurasi N

o

Aturan Diagno

sa Teknisi

Diag nosa Siste

m

Akura si Perban dingan 1 IF Gejala 11 & Gejala 15 & Gejala 16 & Gejala 24 & Gejala 26 &

Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 7 & Gejala 9 & Gejala 12 & Gejala 29 &

Gejala 31 & Gejala 33 & Gejala 34 & THEN Kerusakan 1

Kerusa kan 1

Keru sakan 1

Sesuai

2 IF Gejala 9 & Gejala 15 & Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 35 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 10 & Gejala 12 & Gejala 16 & Gejala 18 & Gejala 19 & Gejala 22 & Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 33 &

THEN Kerusakan 2

Kerusa kan 2

Keru sakan 2

Sesuai

3 IF Gejala 35 & Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 9 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 11 & Gejala 12 & Gejala 15 & Gejala 16 &

Gejala 20 & Gejala 21 & Gejala 22 & Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 33 & THEN Kerusakan 3

Kerusa kan 3

Keru sakan 3

Sesuai

4 IF Gejala 9 & Gejala 12 & Gejala 15 & Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 21 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 10 & Gejala 17 & Gejala 22 & Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 33 & THEN Kerusakan 4

Kerusa kan 4

Keru sakan 4

Sesuai

5 IF Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 16 & Gejala 24 & Gejala 26 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 13 & Gejala 15 & Gejala 29 & Gejala 31 & Gejala 32 & Gejala 33 & Gejala 34 & THEN Kerusakan 5

Kerusa kan 5

Keru sakan 5

Sesuai

6 IF Gejala 9 & Gejala 35 & Gejala 1 & Gejala 3 & Gejala 6 & Gejala 11

& Gejala 12 & Gejala 14 & Gejala 16 & Gejala 23 & Gejala 25 &

Gejala 27 & Gejala 28 & Gejala 30 & Gejala 34 & THEN Kerusakan 6

Kerusa kan 6

Keru sakan 6

Sesuai

7 IF Gejala 14 & Gejala 21 & Gejala 35 & Gejala 1 & Gejala 5 & Gejala 7 & Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 12 & Gejala 16 & Gejala 22 &

Gejala 23 & Gejala 25 & Gejala 27 & Gejala 29 & Gejala 31 THEN Kerusakan 7

Kerusa kan 7

Keru sakan 7

Sesuai

8 IF Gejala 21 & Gejala 32 & Gejala 2 & Gejala 7 & Gejala 8 & Gejala 10 & Gejala 13 & Gejala 14 & Gejala 16 & Gejala 22 & Gejala 23 &

Gejala 25 & Gejala 27 & Gejala 29 & Gejala 31 & THEN Kerusakan 8

Kerusa kan 8

Keru sakan tidak

Tidak Sesuai

(7)

o sa Teknisi

nosa Siste

m si Perban dingan sesua

i 9 IF Gejala 14 & Gejala 21 & Gejala 35 & Gejala 1 & Gejala 4 & Gejala

7 & Gejala 9 & Gejala 11 & Gejala 12 & Gejala 16 & Gejala 22 &

Gejala 23 & Gejala 25 & Gejala 27 & Gejala 29 & Gejala 31 THEN Kerusakan 9

Kerusa kan 9

Keru sakan 9

Sesuai

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa dalam pendistribusian tiket customer service atau helpdesk hendaknya melakukan diagnosa kerusakan agar tepat dalam pendistribusian tiket gangguan dan cepat dalam proses penanganan gangguan. Prosentase hasil perhitungan sistem dengan kondisi yang berjalan berdasarkan 36 data kerusakan yang telah di ujikan, diperoleh sebanyak 33 kerusakan (91%) yang sesuai dan 3 kerusakan (9%) yang tidak sesuai.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, F., Marpitalia, Erlangga, & Yulfriwini. (2019).

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ayam Broiler dengan Metode Forward Chaining.

Jurnal Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi, 27-32.

Bayu, A. P., & Maulana, C. (2016). Evaluasi Kinerja Desain Jaringan Akses FTTH (Gigabit Passive Optical Network) Gpon Di STO Pengadilan Bogor. Jurnal Krea-TIF Vol : 0 4 No : 2, 24-31.

Muhammad, B. K. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Penyakit Anak Di Puskesmas Sigambal

Menggunakan Visual Basic.net. Jurnal Infotek, 10-16.

Muhammad, M. J., & Heru, S. (2018). Sistem Pendukung Keputusan untuk Penyakit Sapi Berbasis Android. Jurnal Emitor, 8-13.

Oscar, R. (2019). Panduan Lengkap Instalasi Dan Konfigurasi Jaringan Lan-Wan-Wireless-Fiber Optic Berbasis IoT Industry 4.0. Yogyakarta:

Andi.

Setiawan, B. (2019). Pengaruh Jumlah Sambungan Jaringan Fiber Optik Terhadap Kualitas Data Sensor Multilateration Di Bandara Soekarno Hatta. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Penerbangan (SNITP) Tahun 2019, 1-6.

Sidik, B. (2017). Pemrograman Web Dengan PHP 7.

Bandung: Informatika.

T. Sutojo, S. M., Edy, M. S., & Dr. Vincent, S. (2011).

Kecerdasan Buatan. Yogyakarta: Andi.

Wikantioso. (2020). Evaluasi Dan Strategi Menarik Investasi Di Kabupaten Garut Analisis Incremental Capital Output Ratiio Dan Swot.

Jurnal Ilmu Administrasi, 1-15.

Wisky, I. A., & Akhiyar, D. (2019). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Tulang Berbasis Web Menggunakan Metode Forward Chaining.

Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 19 No.1.

Referensi

Dokumen terkait

Perkara ini dapat dilihat dengan jelas menerusi siri kebangkitan pelajar pada era 60an dan 70an di mana pada ketika itu mereka merupakan kumpulan yang mendesak kerajaan untuk

Proses reaksi dilakukan dalam reaktor fixed bed pada tekanan 10 atm dan suhu 68 o C dengan katalis Amberlyst 15 , dan proses pemisahan terjadi pada menara distilasi pada

Chapter 6 describes connecting to a private network via Ethernet, Chapter 7 moves on to using wireless networks.. Chapter 8 moves on to using high-speed broadband

Hasil kajian mendapati nilai ketabilan agreagat sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah, penambahan bahan organik dapat meningkatkan proses flokulasi

Karakteristik pekerjaan Subjek I (Meneruskan dan ingin menjadi seperti orang tua, faktor pendidikan mendukung pemilihan pekerjaan, kualitas pada individ) Subjek II

Judul : Asrama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Pembahasan latar belakang Peremajaan Permukiman Kampung Pulo dengan Pendekatan Perilaku Urban Kampung, alasan dari pemilihan lokasi di Permukiman Kampung Pulo,

Terjadilah integrasi horizontal dan integrasi vertikal dimana satu group perusahaan ( holding company ) memiliki banyak perusahaan HPH (produsen kayu bulat)