• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI KASUS HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PDAM TIRTA

SUKAPURA TASIKMALAYA

Dian Kurniawan Irman Firmansyah

Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRAK

One of the important strategies in running a business is to maintain employee morale. However, the spirit must be supported with the factors that influence it.

Therefore, this study aimed to test whether job satisfaction and organizational commitment affects employee morale. This study was conducted to employees PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya by the number of respondents was 198 people. The research method using Sobel test with IBM SPSS software ver. 20. The results showed that job satisfaction significantly influence organizational commitment, organizational commitment have a significant effect on morale, job satisfaction have a significant effect on morale, and organization commitment mediates the relationship between job satisfaction on morale. It is thus that employee morale PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya influenced by job satisfaction and organizational commitment.

1. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia bagi setiap jenis organisasi baik yang mencari keuntungan maupun yang tidak merupakan sumber daya yang sangat penting. Tanpa ada sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai semangat kerja yang tinggi, maka sumber daya lainnya yang terdapat dalam organisasi tidak ada artinya. Oleh karena itu perusahaan perlu memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya semangat kerja pada karyawan. Karyawan yang puas dengan pekerjaannya dan memiliki komitmen kuat terhadap organisasi mempunyai kemauan dan upaya yang tinggi dalam mendukung tujuan organisasi sehingga karyawan dengan tingkat upaya yang tinggi akan memiliki semangat kerja yang tinggi pula. Karyawan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan sedangkan karyawan yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya (Robbins, 2003).

Selain kepuasan kerja faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam bekerja adalah komitmen organisasi. Becker dalam Panggabean (2004) menggambarkan komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan

(2)

2

yang konsisten karena menganggap adanya biaya pelaksanaan yang lain apabila berhenti bekerja.

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Tasikmalaya merupakan salah satu badan usaha milik pemerintah daerah yang sangat dibutuhkan sebagai penyedia air bersih, penyerap tenaga kerja dan sebagai salah satu penyumbang PAD. Setelah 30 tahun berdiri dan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah daerah dan masyarakat Tasikmalaya berharap PDAM Tirta Sukapura untuk terus memacu diri supaya kinerjanya dapat lebih ditingkatkan. Dari survey pendahuluan yang dilakukan diketahui persentase kehadiran pegawai PDAM Tirta Sukapura selama 3 tahun terakhir (2005-2008) terus mengalami fluktuasi, yaitu pada kisaran antara 90%

sampai 98%. Hal ini tentu saja merupakan masalah yang harus ditindaklanjuti oleh pihak manajemen dengan cara mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan persentase ketidakhadiran yang merupakan indikasi dari semangat kerja yang menurun.

2. Telaah Pustaka 2.1 Semangat kerja

Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan kesenangan, kegairahan dan mengarah pada pekerjaan. Semangat kerja muncul dari kepuasan kerja dan hubungan mereka dengan organisasi (Kowles dalam Robbin, 1996). Sedangkan Guba dalam Panggabean (2004) mengatakan ada 2 (dua) cara pendefinisian mengenai semangat kerja, yaitu : (1) semangat kerja adalah kondisi dari sebuah kelompok dimana ada tujuan yang jelas dan tetap yang dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu, (2) semangat kerja adalah pemilikan atau kebersamaan. Hal ini menunjukan bahwa semangat kerja merujuk kepada pemahaman dan perhatian terhadap unsur-unsur dari pekerjaan seseorang, kondisi kerja, rekan kerja, penyelia, pimpinan dan perusahaan.

Untuk meningkatkan semangat kerja menurut Kartono (1998) seorang pimpinan dapat melakukan beberapa cara diantaranya (1) memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dengan porsi yang wajar, sesuai dengan kemampuan perusahaan, (2) menciptakan iklim lingkungan kerja yang menggairahkan bagi semua pihak, (3) Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual tenaga kerja, (4) perlu saat penyegaran sebagai media pengurangan tenaga kerja dan memperkokoh rasa kesetiakawanan antara tenaga kerja maupun manajemen, (5) menempatkan karyawan pada posisi yang tepat,

(3)

(6) memperhatikan hari esok tenaga kerja, dan (7) Peran serta tenaga kerja untuk menyumbangkan aspirasinya mendapat tempat yang wajar.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja tidak akan timbul dengan sendirinya, namun banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya individu, organisasi, lingkungan, kepemimpinan dan pelayanan karyawan.

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah suasana kerja fisik dan non fisik dimana pekerja melakukan pekerjaan. Apabila lingkungan kerja menyenangkan maka akan menambah semangat kerja dan kesungguhan pekerja dalam melaksanakan tugas. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antara faktor individu, organisasi, lingkungan dengan semangat kerja karyawan. Sehingga organisasi perlu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan bisa mendukung aktivitas kerja karyawan serta mampu menumbuhkan semangat kerja karyawan.

2. Komitmen Organisasi

Dalam studi manajemen, komitmen organisasi sebagai satu aspek yang mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi telah menjadi hal penting yang banyak didiskusikan dan diteliti. Alasannya sangat sederhana karena sebaik apapun visi, misi dan tujuan organisasi, tidak akan tercapai jika tidak ada komitmen dari anggota organisasinya (Dongaran, 2001 dalam Prihantoro, 2012). Becker dalam Panggabean (2002) menggambarkan bahwa komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya biaya pelaksanaan kegiatan yang lain jika berhenti bekerja.

Porter et, al., (1998) dalam Panggabean (2002) menyatakan bahwa komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu.

Komitmen organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu komitmen yang ditunjukan dengan sikap (attitudinal commitment) yaitu seseorang komit atau tidak dengan organisasinya dilihat dari bagaimana sikapnya dalam organisasi dan komitmen yang ditunjukan dengan perilaku (behavioral commitment) yaitu seseorang komit atau tidak dengan organisasinya dilihat dari bagaimana perilakunya dalam organisasi.

Berbagai penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasional. Harrison dan Hubard dalam Panggabean 2002 menyatakan bahwa terdapat hubungan kepuasan kerja dengan

(4)

4

komitmen organisasi. Kreitner dan kinicki (1992;189) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan konsekuensi dari kepuasan kerja, artinya bahwa kepuasan kerja yang menimbulkan komitmen organisasi.

Menurut Kotler (1992) komitmen merupakan hal yang mempengaruhi secara langsung perilaku dan nilai yang dianut oleh pegawai. Oleh karena itu bahwa tingkat besarnya komitmen dari seorang pegawai/karyawan kepada organisasinya berkaitan dengan sikap serta perilaku pegawai yang bersangkutan di tempat kerja.

Hasil penelitian Dessler (1999) menunjukan bahwa pegawai yang memiliki komitmen tinggi memiliki nilai absensi yang rendah dan memiliki masa kerja yang lebih lama dan cenderung untuk bekerja lebih keras serta menunjukan prestasi yang lebih baik. Jenkins et.al (1992) dalam Caruana (1998) menyatakan bahwa ; begitu para pegawai telah menyatakan komitmennya, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan mampu menaikan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan kinerja dan menekan tingkat perputaran pegawai yang pada akhirnya mampu memfasilitasi proses interaksi yang ada.

Dari beberapa pendapat di atas kita ketahui bahwa komitmen secara umum dipahami sebagai sikap yang ditandai dengan ketertarikan psikologis individu terhadap organisasi termasuk keterlibatan kerja, kesetiaan dan perasaan percaya pada nilai-nilai organisasi. Seseorang karyawan yang memiliki komitmen berarti karyawan yang setia dan produktif yang mengidentifikasikan dirinya pada tujuan dan nilai organisasi.

Hasil penelitian Dessler (1999) menunjukan bahwa pegawai yang memiliki komitmen tinggi memiliki nilai absensi yang rendah dan memiliki masa kerja yang lebih lama dan cenderung untuk bekerja lebih keras serta menunjukan prestasi yang lebih baik.

Berdasarkan telaah pustaka tersebut, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja

2.2 Kepuasan Kerja

Gezels dan Guba dalam Panggabean (2004) yang menyatakan bahwa kepuasan adalah fungsi dari tingkat keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa yang

(5)

diperoleh. Robbins (1996) menyatakan menyatakan kepuasan kerja merupakan sikap umum pegawai terhadap pekerjaannya, selisih antara banyak ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Pernyataan tadi didukung oleh Martoyo (1998) yang menyatakan kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan keadaan emosional seorang karyawan di mana terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan/ organisasi dengan tingkat balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Glison et.al (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan karakteristik individu (Panggabean, 2004). Studi Hackman dan Oldham (1980) menghasilkan bahwa karakteristik pekerjaan terdiri dari : identitas tugas, keberartian tugas, otonomi, keanekaragaman keterampilan dan umpan balik berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Rendahnya kepuasan kerja karyawan dapat menimbulkan perilaku negatif karyawan seperti pelambanan kerja, mangkir, pergantian pegawai, rendahnya kinerja dan masalah disipliner, sebaliknya kepuasan kerja yang tinggi dikaitkan dengan hasil positif yang diharapkan perusahaan (Davis dan Newstrom, 2002).

Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi lebih terpacu untuk mencapai tujuan organisasi sedangkan karyawan dengan kepuasan yang rendah cenderung memberikan perhatian yang rendah terhadap pencapaian tujuan organisasi. Semangat kerja muncul dari kepuasan kerja dan hubungan mereka dengan organisasi (William H Kowles dalam Robbin, 1996).

Berdasarkan telaah pustaka tersebut diatas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini sebagai berikut :

H2 : Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja

Selain itu, studi mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Arye dan Heng dalam Ferdinand (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja dan variabel demografi (Jenis kelamin, usia, masa kerja, status perkawinan, tingkat pendidikan) mempengaruhi komitmen organisasi. Harrison dan Hubard (1998) dalam Panggabean (2002)

(6)

6

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.

Jenkins dan Thomlinson (1992, dalam Caruana, 1998:108) yaitu begitu para pegawai telah menyatakan komitmennya, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan mampu menaikkan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan kinerja dan menekan tingkat perputaran pegawai, yang pada akhirnya mampu memfasilitasi proses interaksi yang ada. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepuasan karyawan pada kompensasi material dan kompensasi sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesetiaan karyawan pada organisasi, kemauan bekerja sosial dan kebanggaan karyawan pada organisasi. Sejalan dengan konsep diatas, variabel kepuasan kerja juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi.

Berdasarkan telaah pustaka tersebut diatas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini sebagai berikut :

H3 : Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi

Selain ketiga hipotesis di atas, maka diuji pula mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara kepuasan kerja dengan semangat kerja karyawan.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah komitmen organisasi merupakan variabel mediasi di antara hubungan kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah disebutkan sebelumnya, maka hipotesis keempat yang diambil yaitu:

H4 : Komitmen Organisasi Memediasi hubungan antara Kepuasan kerja dengan Komitmen Organisasi

Berdasrkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka model penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kepuasan Kerja

Semangat Kerja

Komitmen Organisasi

(7)

Gambar 1: Model Penelitian

3. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat penjelasan (explanatory research), artinya penelitian ini akan menjelaskan secara mendalam hubungan sebab akibat antar variabel penelitian tentang sesuatu hal. Penelitian eksplanatori mengacu pada teori atau hipotesis yang akan diuji sebagai penyebab terjadinya suatu fenomena. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu suatu metode yang menggunakan pengumpulan data utamanya dengan kuisioner dari sampel terpilih (Zikmund, 2000).

Sasaran penelitian ini adalah karyawan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

3.1. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden supaya diisi untuk mengetahui pendapat atau persepsi responden tentang kepuasan kerja, komitmen organisasi dan semangat kerja karyawan.

b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk menambah informasi yang kurang jelas tentang kepuasan kerja, komitmen organisasi dan semangat kerja karyawan.

c. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Teknik pengumpulan data sekunder adalah dengan cara mempelajari jurnal, laporan – laporan dari instansi terkait, serta karya tulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini, dan juga dilakukan dengan cara mempelajari catatan perusahaan untuk mendapatkan data kinerja keuangan.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya tercatat 292 karyawan. Mengingat tidak memungkinkan untuk mengambil seluruh unit populasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti yang dipandang dari segi dana, waktu dan fasilitas serta dukungan lainnya, maka tidak mungkin pula

(8)

8

untuk dilakukan sensus. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan penarikan sampel yang dapat mewakili seluruh unit populasi. Sebelum melakukan penarikan sampel, terlebih dahulu ditentukan kerangka sampel (sample frame).

Metode penarikan sampel yang dipakai yaitu Stratified Sampling Method. Pada teknik ini, semua anggota sampel dalam sampling frame dibagi kedalam strata (kelompok/ kategori), lalu kedalam setiap kategori tersebut sampel diambil dengan simple random (Ferdinand, 2006).

Tekniknya adalah setelah menetapkan jumlah sampel yang diperlukan (210 karyawan), kemudian diambil secara random tiap-tiap kelompok penempatan secara proposional yaitu, sesuai dengan jumlah penempatan dalam kelompok dibagi dengan jumlah populasi keseluruhan dikali 210. Berikut adalah jumlah karyawan dari masing- masing strata (penempatan) sekaligus besarnya ukuran sampel minimum yang digunakan dalam penelitian ini, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Penentuan Ukuran Sampel Minimum

NO Kantor Pegawai*) Ukuran

Sampel

1 Pusat 96 69

2 Cabang 132 95

3 Unit 64 46

Jumlah 292 210

*) Sumber : PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

3.3 Definisi Operasional a. Kepuasan Kerja

Locke dalam Nerkar et al, (1996) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai kondisi emosional yang menyenangkan atau positif hasil dari penilaian individu terhadap pekerjaannya dan pengalaman-pengalaman kerjanya.

b. Komitmen Organisasi

Menurut Mowday dan Steers (2002), komitmen organisasi menggambarkan seberapa jauh seseorang itu mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu

c. Semangat Kerja

(9)

Semangat kerja karyawan adalah sikap kejiwaan dan perasaan individu-individu maupun kelompok terhadap lingkungan kerjanya, yang mana sikap kejiwaan dan perasaan individu tercermin dengan adanya minat, gairah dan dorongan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan sikap kelompok dicerminkan dengan adanya hubungan kerja diantara mereka dalam setiap kerjasama (Kerlinger et al, 2002).

3.4. Skala Pengukuran

Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan dimensi-dimensi. Masing-masing dimensi diukur dengan menggunakan indikator-indikator (item-item pertanyaan) yang menunjukkan ciri/ karakteristik dari dimensi-dimensi tersebut. Teknik penyusunan skala yang digunakan untuk pernyataan indikator-indikator tersebut menggunakan skala bipolar adjective.

Skala bipolar adjective merupakan penyempurnaan dari sematic scale dengan harapan agar respon yang dihasilkan dapat merupakan “intervally scaled data”.

Caranya dengan menggunakan skor anchoring/ penjangkaran 10 poin yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim (Augusty Ferdinand, 2006).

3.5. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan aplikasi sobel test.

Sobel test menginginkan data dengan sampel besar guna menghindari data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu guna menghindari data tidak berdistribusi normal maka harus dilakukan bootstraping. Resampling data pada penelitian ini dengan teknik bootstraping yaitu sebanyak 1000 kali menggunakan software IBM SPSS ver. 20.0.

Berdasarkan model yang telah dibangun, maka persamaan penelitian ini yaitu:

KO = a + b1 KK + e ... (1) SK = a + b1 KK + b2 KO + e ... (2)

(10)

10

Dari kedua persamaan di atas, dalam rangka menjawab semua hipotesis yang telah diajukan, maka analisis tidak dilakukan dua kali sebagaimana biasanya melakukan perhitungan analisis jalur dengan cara manual. Namun dengan sobel test cukup satu kali analisis dan data telah berdistribusi normal.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah melakukan penelitian mengenai variabel yang dibutuhkan, maka selanjutnya diuji secara statistik untuk menjawab seluruh hipotesis yang diajukan.

Terlebih dahulu data dilakukan resampling sebanyak 1000 kali melalui metode bootstraping, baru dilakukan analisis dengan metode sobel test.

Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dengan IBM SPSS ver. 20 maka diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 2: Output Sobel Test

DIRECT And TOTAL EFFECTS

Coeff s.e. t Sig(two) b(YX) ,2197 ,0276 7,9592 ,0000 b(MX) ,4656 ,0538 8,6603 ,0000 b(YM.X) ,2518 ,0320 7,8582 ,0000 b(YX.M) ,1025 ,0284 3,6131 ,0004

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTION

Value s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two) Effect ,1173 ,0202 ,0776 ,1569 5,7984 ,0000 BOOTSTRAP RESULTS For INDIRECT EFFECT

Data Mean s.e. LL 95 CI UL 95 CI LL 99 CI UL 99 CI

Effect ,1173 ,1141 ,0329 ,0547 ,1839 ,0391 ,2047

NUMBER OF BOOTSTRAP RESAMPLES 1000

Sumber: Output IBM SPSS

Berdasarkan hasil analisis sobel test yang disajikan pada tabel 2, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada bagian direct and total effects terlihat nilai koefisien b(YX) sebesar 0,2197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini merupakan total pengaruh Kepuasan

(11)

Kerja terhadap semangat kerja secara langsung dan tidak langsung yaitu sebesar 21,97%.

Selanjutnya pada baris kedua terlihat nilai koefisien b(MX) sebesar 0,4656 dan signifikansi sebesar 0,0000. Nilai ini merupakan besarnya pengaruh semangat kerja terhadap komitmen organisasi sebagai variabel mediasi yaitu sebesar 46,56%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja. Sehingga hipotesis pertama diterima. Dengan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jika para karyawan memiliki kepuasan yang tinggi maka akan menimbulkan komitmen yang tinggi pula terhadap perusahaannya. Terbukti bahwa dengan diberikannya kenyamanan kepada para karyawannya melalui berbagai hal baik bersifat keuangan maupun non keuangan, maka para karyawan memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaannya. Mereka setia mengabdi untuk bekerja pada PDAM Tirta Sukapura tidak ada yang mengundurkan diri sampai saat ini.

Pada baris ketiga terlihat nilai koefisien b(YM.X) yaitu pengaruh komitmen organisasi terhadap semangat kerja. Besarnya nilai koefisien yaitu sebesar 0,2518 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kerja dipengaruhi oleh komitmen organisasi sebesar 25,18%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja. Sehingga hipotesis kedua diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa jika karyawan mempunyai komitmen yang baik terhadap PDAM Tirta Sukapura maka akan meningkatkan semangat kerjanya. Hal ini sesuai dengan kenyatannya bahwa para karyawan yang ada di PDAM Tirta Sukapura telah melaksanakan komitmen dengan baik. Tidak ada karyawan yang merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya terbukti dengan tidak adanya karyawan yang mengundurkan diri dari pekerjaannya kecuali akibat pensiun, sehingga dengan komitmen yang tinggi itu memberikan dampak yang positif terhadap semangat kerjanya.

Pada baris keempat terlihat nilai koefisien b(YX.M) yaitu pengaruh kepuasan kerja terhadap semangat kerja dengan mengontrol variabel komitmen organisasi.

Besarnya nilai koefisien yaitu 0,1025 dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0,0004. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja yaitu sebesar 10,25%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja. Sehingga hipotesis

(12)

12

ketiga diterima. Hal ini menunjukkan bahwa jika para karyawan yang bekerja pada PDAM Tirta Sukapura merasa puas dengan pekerjaannya maka akan meningkatkan semangat kerja. Begitu pun pada faktanya di lapangan bahwa manajemen PDAM Tirta Sukapura senantiasa memberikan kenyamanan dalam rangka memberikan kepuasan kerja kepada para karyawan, sehingga manajemen selalu memberikan insentif yang lebih terhadap karyawan berprestasi, memberikan kesempatan untuk liburan, serta kenyamanan lain yang sifatnya non finansial. Oleh karena itu saat ini PDAM Tirta Sukapura mempunyai kinerja yang bagus dampak dari semangat kerja yang tinggi dari para karyawannya.

Selain analisis di atas mengenai besarnya pengaruh pada setiap variabel, maka untuk melihat apakah komitmen organisasi memediasi pengaruh kepuasan kerja terhadap semangat kerja dapat dilihat pada bagian indirect effects. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,0000 sehingga lebih kecil dari 0,05. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi merupakan variabel mediasi antara kepuasan kerja dengan semangat kerja pada PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya. Sehingga hipotesis keempat diterima. Yang artinya bahwa kepuasan karyawan dalam bekerja ditunjukkan dengan komitmen yang tinggi dalam berorganisasi sehingga setia terhadap perusahaannya dan berdampak pada semangat kerja yang tinggi.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi 2. Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja 3. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja

4. Komitmen Organisasi memediasi hubungan antara kepuasan kerja terhadap semangat kerja

6. Daftar Pustaka

Caruana, Albert. 1998. “The Effect of Internal Marketing on Organizational Commitment among Retail Bank Managers”. International Journal of Bank Marketing. 16/3: 108-116

(13)

Davis, Keith dan Newstrom, John, W. Perilaku Dalam Organisasi. Jilid I. Terjemahan oleh Agus Dharma. 2002. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dessler, G. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia.

PT Prenhallindo. Jakarta

Ferdinand, Augusty. 2005. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen.

BP Undip. Semarang.

Glison, Charles and Mark Durick. 1988. Predictors of Job Satisfaction and Organizational Commitment in Human Service Organization. Administratif Quarely. 33, 61-81

Hackman, J.R. dan Oldham, G.R. 1980. Work Redesign. Reading, MA: Addison- Wesley

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. CV. Raja Grafindo: Jakarta Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 1992. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan

Implementasi dan Pengedalian. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi Buku satu.

Terjemahan oleh Suandy. Salemba Empat. Jakarta.

Panggabean, Mutiara. S. 2004. Manajemen Sumber daya Manusia. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Prihantoro, Agung. 2012. “Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia Melalui Motivasi, Disiplin, Lingkungan Kerja dan Komitmen”. Value Added, Vol.8, No. 2 Robbins. Stephen P. Perilaku Organisasi. Jilid 1. Terjemahan oleh Tim Indeks. 2003.

PT. Prenhallindo. Jakarta.

Martoyo, Susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. BPFE.

Yogyakarta

Mowday R. & Steers., 2002. Employ Organization Linkages : The Psychology of Commitment Abstein and Turn Over. London: Academic, inc

Zikmund, W.G. 2000. Business Research Method, (6th ed), Forth Worth: Harcourt Inc.

Gambar

Tabel 2: Output Sobel Test

Referensi

Dokumen terkait

Pengasumsiannya bahwa pengertian dari teori ini adalah masyarakat yang membutuhkan informasi atau berita, lalu dapat di ketahui pula bagaimana dengan Kecukupan

Dukungan positif dari agen pelaksana dan masyarakat yang telah diberikan kepada program pengembangan kawasan Agropolitan ini harus tetap dipertahankan agar dukungan

Perkembangan zaman saat ini selalu diiringi dengan teknologi yang turut berkembang pesat membuat manusia terus berinovasi mencari terobosan kemudahan untuk

l4enberikan Pelayanan Terbaik, Cepaf, Tepat, Transparan, Akuntabel Dan Tanpa

Di Indonesia, sistem pemidanaan secara garis besar mencakup 3 (tiga) permasalahan pokok, yaitu jenis pidana (strafsoort), lamanya ancaman pidana (strafmaat), dan pelaksanaan

Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Saran yang dapat diberikan adalah penambahan tepung ikan petek 48% sangat dianjurkan dalam pemeliharaan benih ikan nila dengan untuk meningkatkan nilai efisiensi

Anarki, Arga Ageng. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Religiusitas terhadap Kinerja Pegawai pada BPRS SUKOWATI SRAGEN. Skripsi, Fakultas Ekonomi Bi snis Islam. Jurusan