• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mangupura, 1 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Dr. I Gede Putra Suteja Pembina Utama Muda NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mangupura, 1 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Dr. I Gede Putra Suteja Pembina Utama Muda NIP"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung kerta wara nugraha-Nya Profil Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2015 dapat terselesaikan dengan baik.

Profil Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2015 merupakan gambaran nyata tentang kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Badung tahun 2015 dan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui masalah dan prestasi yang ada selama tahun 2015 sehingga nantinya dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam perencanaan maupun evaluasi terhadap pembangunan kesehatan untuk tahun-tahun berikutnya.

Dalam penyusunan profil kesehatan Kabupaten Badung ini menggunakan data yang bersumber dari unit-unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Untuk menjamin akurasi data dilakukan validasi data melalui mekanisme pemutakhiran data. Berbagai hambatan dan masalah dalam kelengkapan data, ketepatan waktu data dan informasi dibahas dan disepakati penyelesaiannya melalui pertemuan rutin lintas program dan lintas sektor.

Kami menyadari dalam penyusunan profil ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kami mohon kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaannya serta terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunannya. Semoga profil ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan.

Mangupura, 1 Juni 2016 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Dr. I Gede Putra Suteja Pembina Utama Muda NIP. 19600407 198710 1 001

(3)

ii Halaman

Kata Pengantar ………... i

Daftar Isi ………... ii

Daftar Tabel ………... iv

Daftar Gambar ………... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 5

1.3 Isi Ringkasan Profil ... 5

1.4 Sistimatika Penyajian ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM ... 9

2.1 Karakteristik Geografis ... 9

2.2 Potensi Pengembangan Wilayah ... 11

2.3 Karakteristik Demografis ... 15

2.4 Aspek Pendidikan ... 19

2.5 Aspek Perekonomian ... 19

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 22

3.1 Mortalitas ... 22

3.2 Morbiditas ... 27

3.3 Status Gizi ... 42

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 44

4.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ... 44

4.2 Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat ... 68 4.3 Pelayanan Imunisasi ... 72

4.4 Penanganan KLB ... 74 4.5 Upaya Kesehatan gigi dan Mulut Anak

Sekolah ...

75

4.6 Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usia Lanjut ...

76

4.7 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 77

(4)

Masyarakat ……….

4.8 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap ... 78

4.9 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 81

4.10Kesehatan Lingkungan ... 85

4.11 SPM ... 91

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 96

5.1 Sarana Kesehatan ... 96

5.2 Tenaga Kesehatan ... 98

5.3 Pembiayaan Kesehatan ... 99

BAB VI PENUTUP ... 104

6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 104

Lampiran :

Lampiran I : Data Profil Kesehatan Tahun 2015

(5)

iv Halaman

Tabel 2.1 Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Badung ... 10 Tabel 2.2 Sistem Perkotaan Berdasarkan Perwilayahan

Pembangunan ... 14 Tabel 3.1 Klasifikasi Penyakit Kusta ... 35 Tabel 3.2 Jumlah Kasus AFP Menurut Puskesmas Di

Kabupaten Badung Tahun 2015 ……….. 37 Tabel 4.1 Imunisasi Dasar Lengkap di Kabupaten Badung

Tahun 2015 ... 73 Tabel 4.2 Cakupan PHBS Tatanan Rumah Tnagga

Menurut Puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 82 Tabel 4.3 Jumlah Rumah Sehat Menurut Puskesmas di

Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 88 Tabel 4.4 Capaian Indikator SPM Dinas Kesehatan

Kabupaten Badung Tahun 2014 s/d 2015... 93 Tabel 5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Di

Kabupaten Badung Tahun 2012-2015 ... 97 Tabel 5.2 Jumlah Anggaran Pembangunan Kesehatan di

Kabupaten Badung bersumber APBD Tahun 2015... 100 Tabel 5.3 Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Menurut

Program Di Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 100

(6)

Halaman

Grafik 2.1 Peta Kabupaten Badung ... 9 Grafik 2.2 Rencana Sistem Perkotaan Berdasarkan

Perwilayah Pelayanan ... 13 Grafik 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Kabupaten Badung Tahun 2009 – 2015 ... 16 Grafik 2.4 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut

kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Badung 2015 ... 17 Grafik 2.5 Kepadatan Penduduk Di Kab. Badung Tahun

2009 – 2015 ... 18 Grafik 2.6 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Badung

Tahun 2010-2015 ... 20 Grafik 2.7 Indeks Gini Kabupaten Badung, Provinsi Bali

dan Nasional Tahun 2009-2015 ... 21 Grafik 3.1 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Badung

Tahun 2010 – 2015 ... 23 Grafik 3.2 Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Badung

Tahun 2014 – 2015 ... 24 Grafik 3.3 Angka Kematian Balita di Kabupaten Badung

Tahun 2009-2015 ... 25 Grafik 3.4 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Badung

Tahun 2009-2015 ... 27 Grafik 3.5 Cakupan Pengobatan Penderita TB. Paru di

Kabupaten Badung Tahun 2015... 29 Grafik 3.6 Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita

Pneumonia pada Balita yang Ditemukan dan Ditangani di Kabupaten Badung Tahun 2015 .... 30 Grafik 3.7 Distribusi Jumlah Kasus dan kematian Akibat

HIV dan AIDS menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 32 Grafik 3.8 Jumlah Target Penemuan Kasus Diare dan

Kasus Diare yang ditangani menurut puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015... 34

(7)

vi Grafik 3.9 Penderita Demam Berdarah Dengue di

Kabupaten Badung Tahun 2010 – 2015... 41 Grafik 3.10 Prosentase Balita Gizi Buruk di Kabupaten

Badung Tahun 2010 – 2015... 43 Grafik 4.1 Cakupan Pelayanan ANC (K4) di Kabupaten

Badung Tahun 2010 s/d 2015 ... 47 Grafik 4.2 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Terlatih di Kabupaten Badung Tahun 2010 s/d 2015 ... 50 Grafik 4.3 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Terlatih di Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 51 Grafik 4.4 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut

Puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015 .. 53 Grafik 4.5 Cakupan Pelayanan Imunisasi TT Ibu Hamil

Menurut Puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2014-2015 ... 55 Grafik 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu

Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015 ... 56 Grafik 4.7 Capaian Ibu Hamil Risti/Komplikasi Obstetri

dan Neonatal yang ditangani Menurut Puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015 .. 58 Grafik 4.8 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3)

Menurut Puskesmas di Kabupaten Tahun 2014-

2015 ... 60 Grafik 4.9 Cakupan Pelayanan Bayi Menurut Puskesmas

di Kabupaten Tahun 2014-2015 ... 62 Grafik 4.10 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut

Puskesmas di Kabupaten Badung tahun 2010 – 2015 ... 64 Grafik 4.11 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut

Puskesmas di Kab. Badung tahun 2014 – 2015.. 65 Grafik 4.12 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Menurut

Puskesmas di Kabupaten Badung tahun 2015 . 66 Grafik 4.13 Cakupan KB Aktif Menurut Puskesmas di

Kabupaten Badung tahun 2014 – 2015 ... 68

(8)

Grafik 4.14 Cakupan Penjaringan Anak Sekolah SD dan setingkat di Kabupaten Badung tahun 2010 – 2015 ... 70 Grafik 4.15 Cakupan Penjaringan Siswa SD Menurut

Puskesmas di Kabupaten Badung tahun 2015 .. 71 Grafik 4.16 Cakupan Pemeriksaan Gigi Murid SD Menurut

Puskesmas di Kabupaten Badung tahun 2015 .. 75 Grafik 4.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Menurut Puskesmas di Kabupaten Badung tahun 2015 ……….. 76 Grafik 4.18 Cakupan perilaku hidup bersih dan sehat pada

tatanan rumah tangga Menurut Indikator di Kabupaten Badung Tahun 2015... 83 Grafik 4.19 Cakupan perilaku hidup bersih dan sehat di

Kabupaten Badung Tahun 2010-2015 ... 84 Grafik 4.20 Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas

di Kabupaten Badung tahun 2013 s/d 201... 86 Grafik 4.21 Cakupan Rumah Sehat Menurut Puskesmas di

Kabupaten Badung tahun 2014 s/d 2015... 87 Grafik 4.22 Cakupan TTU Menurut Puskesmas di

Kabupaten Badung tahun 2010 s/d 2015... 89 Grafik 4.23 Cakupan TTU Menurut Puskesmas di

Kabupaten Badung tahun 2014 s/d 2015... 90 Grafik 5.1 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Badung

Tahun 2015 ... 98

(9)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

1

1.1 Latar Belakang

esehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dunia Internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa Health is a fundamental right, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral pembangunan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan tercapainya derajat kesehatan maka akan berdampak terhadap pencapaian visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”.

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan

K

(10)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

(11)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

3

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk itu didalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015-2019 maka dirumuskan tujuan yaitu:

1. meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;

2. meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Tujuan tersebut menggambarkan bahwa pembangunan kesehatan didasarkan pada paradigma sehat. Pembangunan kesehatan akan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat (public health) dilakukan dengan penekanan untuk hidup sehat, dengan meningkatkan pencegahan penyakit, menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini.

(12)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Sedangkan yang menjadi Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Badung adalah :

Adapun maksud yang terkandung dalam visi tersebut adalah :

a. Mandiri berarti sikap dan kondisi dimana masyarakat Kabupaten Badung tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk, serta mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri .

b. Sehat berarti keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang di kabupaten Badung untuk hidup produktif

Dalam mewujudkan visi dinas kesehatan tahun 2010-2015 tersebut diatas ditetapkan melalui tiga misi pembangunan kesehatan, yaitu :

1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau

2) Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan

3) Peningkatan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

Terwujudnya Masyarakat Badung Terwujudnya Masyarakat Badung Terwujudnya Masyarakat Badung Terwujudnya Masyarakat Badung

yang Mandiri untuk Hidup Sehat

yang Mandiri untuk Hidup Sehat

yang Mandiri untuk Hidup Sehat

yang Mandiri untuk Hidup Sehat

(13)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

5

4) Peningkatan upaya pencegahan penyakit menular dan penyakit tidak menular (PTM)

Dalam mengimplementasikan Visi dan Misi ini sangat diperlukan adanya program dan kegiatan yang mendukung Visi dan Misi tersebut. Untuk membuat suatu program dan kegiatan yang berkualitas dan menyentuh kebutuhan masyarakat maka data/gambaran kesehatan Kabupaten Badung sangat diperlukan, sehingga setiap tahun terjadi perbaikan/perubahan menuju derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Perubahan–perubahan tersebut nantinya akan dituangkan dalam profil kesehatan yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam membuat program dan kegiatan selanjutnya.

Profil Kesehatan pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan.

Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten. Oleh karena itu data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat juga sangat dibutuhkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, baik pada proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan di Kabupaten Badung.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan mengenai pembangunan kesehatan di kabupaten Badung tahun 2015.

(14)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

1.2.2 Tujuan Khusus

Dengan tersusunnya profil kesehatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai :

a. Gambaran umum Kabupaten Badung meliputi aspek geografis dan demografis, pendidikan dan perekonomian;

b. Situasi derajat kesehatan di Kabupaten Badung;

c. Situasi upaya pelayanan kesehatan di Kabupaten Badung;

d. Situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Badung

e. Tersedianya data dan informasi untuk penyusunan profil kesehatan tingkat provinsi dan nasional.

1.3 Isi Ringkasan Profil

Profil Kesehatan Kabupaten Badung berisi narasi dan gambaran analisis situasi umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, situasi sumber daya, situasi upaya kesehatan, situasi derajat kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

Disamping narasi juga berisi tabel dan grafik untuk sajian distribusi frekuensi untuk menggambarkan perkembangan/

perbandingan pencapaian program.

1.4 Sistimatika Penyajian Bab I. Pendahuluan

Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Badung. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas pula isi dan sistimatika dari penyajiannya.

(15)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

7

Bab II. Gambaran Umum Kabupaten Badung

Bab ini menyajikan tentang gambaran secara umum Kabupaten Badung. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi lainnya, Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan.

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.

Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan.

Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam Bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Badung.

Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan.

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

(16)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Bab VI. Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting mengenai Profil Kesehatan Kabupaten Badung serta saran-saran untuk perbaikan capaian program kesehatan dan kualitas profil kesehatan pada tahun berikutnya

Lampiran

Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Badung dan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.

(17)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

9

2.1 Karakteristik Geografis a. Luas Wilayah

Kabupaten Badung terletak pada posisi 08o14'17" - 08o50'57"

Lintang Selatan dan 115o05'02" - 115o15' 09" Bujur Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali dengan batas wilayah:

Grafik 2.1 Peta Kabupaten Badung

(18)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar di sebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.

Secara administratif Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas 418,52 km2 (7,43% luas Pulau Bali) terbagi menjadi 6 (enam) wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, &

Kuta Selatan. Kecamatan Petang memiliki luas terbesar yaitu 115 Km2 dan kecamatan Kuta merupakan kecamatan terkecil dengan luas 17,52 Km2 (lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Badung

No. Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) 1. Kuta Selatan 101,13 24,16

2. Kuta 17,52 4,19

3. Kuta Utara 33,86 8,09

4. Mengwi 82,00 19,59

5. Abiansemal 69,01 16,49

6. Petang 115,00 27,48

Total 418,52 100

Sumber : Badung Dalam Angka 2015

(19)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

11

b. Keadaan Iklim

Seperti halnya Indonesia pada umumnya, Kabupaten Badung merupakan daerah berikilim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau (April- Oktober) dan musim hujan (Nopember - Maret), antara lain dipengaruhi oleh adanya arus angin yang melintasi suatu daratan serta banyak tidaknya kandungan uap air, Realisasi curah hujan di bawah normal terjadi pada bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Oktober, Nopember dan Desember.

Sedangkan curah hujan di atas normal terjadi pada bulan Pebruari, Maret, April, September dan Oktober. Curah hujan rata-rata pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu rata-rata 25 - 30oC dengan Kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Keadaan suhu tertinggi terjadi pada bulan oktober yaitu 31,1 oC, sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan juli yaitu 28,4o C.

2.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan karakter geografis dan struktur jaringan prasarana utama wilayah Kabupaten Badung, maka wilayah pelayanan sistem perkotaan dibagi dalam tiga sistem perwilayahan pelayanan perkotaan sebagai berikut :

1. Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Utara a. cakupan wilayah seluruh Kecamatan Petang

b. pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Petang

c. fungsi utama Wilayah Pembangunan (WP) Badung Utara adalah konservasi dan pertanian terintegrasi

2. Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Tengah a. Cakupan wilayah meliputi :

1) Kecamatan Abiansemal

(20)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

2) Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Sobangan, Desa Werdi Bhuwana, Desa Baha, Desa Penarungan, Desa Gulingan, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sading, Kelurahan Sempidi, Kelurahan Abianbase, Desa Buduk dan Desa Tumbak Bayuh), dan 3) Sebagian Kuta Utara (Desa Dalung dan Kelurahan

Kerobokan Kaja),

b. Pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Mangupura,

c. Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Blakiuh, dan Kawasan Perkotaan Dalung,

d. Fungsi utama pertanian berkelanjutan, ibukota kabupaten dan pusat pelayanan umum skala regional

3. Pelayanan Wilayah Pengembangan (WP) Badung Selatan a. Cakupan wilayah meliputi :

1) Sebagian Kecamatan Mengwi (Desa Pererenan, Desa Munggu dan Desa Cemagi),

2) Sebagian Kecamatan Kuta Utara (Desa Canggu, Desa Tibubeneng, Kelurahan Kerobokan dan Kelurahan Kerobokan Kelod),

3) Kecamatan Kuta, dan 4) Kuta Selatan

b. Pusat pelayanan di kawasan perkotaan Kuta

c. Sub pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Jimbaran dan Kawasan Perkotaan Kerobokan, dan

d. Fungsi utama kepariwisataan serta perdagangan dan jasa skala nasional dan internasional.

(21)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

13

Grafik 2.2 Rencana Sistem Perkotaan Berdasarkan Perwilayah Pelayanan

Secara ringkas potensi pengembangan wilayah Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Badung Utara

Badung Tengah

Badung Selatan

(22)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Tabel 2.2 Sistem Perkotaan Berdasarkan wilayah Pembangunan

Sistem Pelayanan

Pusat Pelayanan

Sub Pusat Pelayanan

Kawasan Perkotaan (Desa/Kelurahan)

Fungsi

Badung Utara

Petang 1. Petang - Pusat kegiatan perdagangan

skala kecamatan

- Pusat pemerintahan skala kecamatan

- Pusat kesehatan skala kecamatan

- Pusat pendidikan skala kecamatan

- Pusat pengembangan kegiatan pertanian dan pengolahan hasil pertanian (agroindustri) Badung

Tengah

Mangupura

1. Sempidi 2. Lukluk 3. Mengwitani 4. Mengwi 5. Kapal 6. Abianbase 7. Gulingan 8. Sading 9. Kekeran

- Pusat kegiatan transportasi regional

- Pusat pemerintahan kabupaten - Pusat kesehatan skala

kabupaten

- Pusat pendidikan skala kabupaten

- Pusat pengembangan permukiman

- Pusat kegiatan industri kecil dan menengah

Blahkiuh Blakiuh - Pusat kegiatan perdagangan hasil-hasil pertanian skala kabupaten

- Pusat pengembangan kegiatan pertanian

Pusat kegiatan transportasi untuk skala kabupaten

Dalung 1. Dalung

2. Kerobokan Kaja

- Pusat pengembangan kegiatan permukiman

- Pusat pemerintahan skala kecamatan

- Pusat kesehatan skala kecamatan

- Pusat pendidikan skala kecamatan

Pusat kegiatan industri pendukung pariwisata Badung

Selatan

Kuta

1. Tuban 2. Kuta 3. Legian 4. Seminyak

- Pusat kegiatan transportasi udara skala nasional dan internasional

- Pusat kegiatan pariwisata skala internasional

- Pusat perekonomian, jasa dan perdagangan pendukung pariwisata

- Pusat pendidikan skala kabupaten

Jimbaran 1. Kedonganan 2. Jimbaran

- Pusat pemerintahan skala kecamatan

(23)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

15

Sistem Pelayanan

Pusat Pelayanan

Sub Pusat Pelayanan

Kawasan Perkotaan (Desa/Kelurahan)

Fungsi

3. Benoa

4. Tanjung Benoa

- Pusat kegiatan pariwisata internasional

- Pusat kesehatan skala wilayah - Pusat pendidikan skala regional

Pusat pengembangan permukiman

Kerobokan 1. Kerobokan 2. Kerobokan

Kelod

- Pusat pengembangan kegiatan permukiman

- Pusat pemerintahan skala kecamatan

- Pusat kesehatan skala kecamatan

- Pusat pendidikan skala kecamatan

- Pusat kegiatan industri pendukung pariwisata

Sumber : Hasil Perencanaan Tim Penyusun RTRWK Badung

2.3 Karakteristik Demografi a. Jumlah Penduduk

Sebelum Tahun 1992 wilayah Kabupaten Badung mencakup keseluruhan wilayah Kota Denpasar, yang meliputi Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Timur dan Denpasar Barat. Namun, dengan adanya perubahan status pemerintahan menjadi Kota Administrasi Denpasar pada bulan Pebruari 1992, maka sejak itu pula Kabupaten Badung hanya mencakup Kecamatan Kuta (yang sekarang dimekarkan menjadi 3 kecamatan yakni Kecamatan Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan), Mengwi, Abiansemal dan Petang.

Sedangkan luas wilayah Kabupaten Badung juga mengalami pengurangan dari semula 520,73 km2 menjadi 418,52 km2. (Data perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah Kabupaten Badung, 2005)

Untuk mengetahui jumlah penduduk, selama ini masih bertumpu pada hasil sensus penduduk dan hasil survey kependudukan.

(24)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Dimana sensus penduduk diadakan setiap 10 tahun sekali, sedangkan survey dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memperbaiki sistem pencatatan kepedudukan beberapa usaha telah dilaksanakan diantaranya mengajukan data registrasi kependudukan dan penyebarannya secara teratur kepada kepala desa/lurah. Registrasi kependudukan ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan hasil sensus yang diadakan paling sedikit 10 tahun sekali (Keppres No. 52 tahun 1997).

Keberadaan penduduk dalam suatu daerah merupakan asset pembangunan jika dapat diberdayakan dengan baik dan optimal.

Namun di satu sisi penduduk juga dapat menjadi beban bagi daerah terutama bila dikaitkan dengan masalah sosial seperti penyediaan lapangan pekerjaan, pengangguran, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Berdasarkan data statistik yang ada di Kabupaten Badung, maka jumlah penduduk Kabupaten Badung tahun 2015 seperti Tabel 2.3 berikut.

Grafik 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Badung Tahun 2015

Sumber data: Profil Kesehatan Kabupaten Badung

(25)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

17

Distribusi penduduk menurut golongan umur di Kabupaten Badung tahun 2015 termasuk kelompok usia muda dimana kelompok usia umur 15-44 tahun yang tertinggi. Tingginya jumlah penduduk kelompok usia produktif akan mempengaruhi terhadap prioritas pelayanan kesehatan terutama berhubungan dengan pelayanan kesehatan reproduksi, keluarga berencana serta penyakit- penyakit yang ditularkan melaui hubungan seksual (penyakit IMS).

Adapun distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut :

Grafik 2.4

Distribusi Jumlah Penduduk Menurut kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Badung 2015

Sumber data : BPS Kabupaten Badung

Sedangkan rasio jenis kelamin berdasarkan komposisi penduduk Kabupaten Badung Tahun 2015 sebesar 104,1 dimana komposisinya lebih banyak penduduk laki-laki.

Perkembangan Rasio beban tanggungan (rasio jumlah penduduk golongan umur non produktif dibandingkan dengan

(26)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

golongan umur produktif) di Kabupaten Badung tahun tahun 2015 rasio beban tanggungan sebesar 42,75%. Dengan kondisi masih tingginya angka ketergantungan maka menjadi beban bagi kelompok usia produktif, hal ini akan mempengaruhi terhadap pembiayaan kesehatan.

b. Kepadatan Penduduk

Dalam pengambilan kebijakan pembangunan, kepadatan penduduk dalam suatu wilayah sangat penting diketahui dan salah satu bahan pertimbangan dalam merencanakan pembangunan wilayah tersebut. Semakin padat suatu wilayah maka semakin besar perhatian yang diperlukan dalam penyusunan kebijakan pembangunan. Jika dikaitkan dengan masalah – masalah sosial, kesehatan dan lingkungan hidup, maka semakin padat suatu wilayah semakin besar kemungkinan terjadinya kerawanan sosial serta dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Kepadatan penduduk di Kabupaten Badung dari tahu 2015 seperti Tabel 2.5 berikut :

Grafik 2.5

Kepadatan Penduduk Di Kab. Badung Tahun 2015

Sumber data: Profil Kesehatan Kabupaten Badung

(27)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

19

2.4 Aspek Pendidikan

Kemampuan membaca dan menulis (baca tulis) merupakan salah satu keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sehat dan sejahtera.

Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk untuk dapat menyerap informasi. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang buta huruf digunakan kebanyakan negara berkembang untuk memprediksi tingkat pendidikan penduduk pada umumnya.

Berdasarkan Data BPS Kabupaten Badung, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melek huruf Tahun 2015 di Kabupaten Badung adalah 93,14% dengan distribusi untuk yang laki-laki 96,27% dan perempuan 89,92%. Tahun 2014 disebutkan bahwa prosentase penduduk 10 tahun ke atas melek huruf di Kabupaten Badung sebesar 92,02% dengan prosentase penduduk 10 tahun ke atas yang melek huruf laki-laki adalah 96,35% sedangkan yang perempuan adalah 87,58%.

2.5 Aspek Perekonomian

Upaya untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Badung telah banyak dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan kunjungan wisatawan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Badung.

Pertumbuhan tersebut telah berimplikasi pada perluasan lapangan kerja sehingga secara bertahap pengangguran di Kabupaten Badung dapat dikurangi.

Adapun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung periode lima tahunan (2011–2015) dapat disajikan pada grafik 2.6 seperti berikut ini.

(28)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Grafik 2.6

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Badung Tahun 2011-2014 (Milyar Rupiah)

7.07

7.64

6.82 6.97

6.27

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015

Sumber Data : BPS Kabupaten Badung

Selain indikator pertumbuhan ekonomi, kualitas pembangunan di suatu daerah juga dapat diukur dengan gini rasio. Koefisien Gini (Gini Ratio) menjadi alat dalam mengukur ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Kisaran nilai indeks gini rasio dari 0 - < 0,35 menunjukkan tingkat ketimpangan yang rendah, kisaran 0,35 - 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan sedang dan kisaran nilai indeks gini rasio > 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan tinggi.

Perkembangan gini rasio Kabupaten Badung pada tahun 2009 hingga tahun 2014 menunjukkan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Badung masih dalam tingkat ketimpangan sedang, namun trennya menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan.

Tentu hal ini yang perlu diantisipasi melalui berbagai program pembangunan agar tidak bergerak naik menjadi ketimpangan sedang atau bahkan tinggi. Perbandingan gini rasio Kabupaten

(29)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

| | |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

21

Badung, Provinsi Bali dan nasional tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 2.7 berikut.

Grafik 2.7

Indeks Gini Kabupaten Badung, Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2009-2014

0.23

0.29

0.34 0.33

0.35 0.34 0.29

0.32

0.38

0.40 0.40 0.42

0.37 0.38

0.41 0.41 0.41 0.41

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Badung B a l i Nasional

Sumber Data : BPS Kabupaten Badung

(30)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

erajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh multi faktor, dan secara garis besar dipengaruhi faktor kesehatan dan faktor non kesehatan.

Faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat. Faktor lain diluar kesehatan yang tak kalah penting berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya (Depkes, 2010). Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Badung akan digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kesakitan beberapa penyakit yang ada di Kabupaten Badung.

3.1 Mortalitas

Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di bidang kesehatan. Tingkat kematian secara umum sangat berhubungan erat dengan tingkat kesakitan.

Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan ada pula yang tidak langsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas adalah sosial

D

D

D

D

(31)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

23

ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan fertilitas.

Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) adalah Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu. AKB merupakan indikator yang sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan dapat mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum, status kesehatan penduduk secara keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Badung dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik 2 di bawah ini.

Grafik 3.1

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Badung Tahun 2010 – 2015

(32)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Badung cenderung menurun setiap tahunnya. Hasil pencapaian indikator AKB tahun 2015 sebesar 3,87 per 1.000 kelahiran hidup lebih rendah dibandingkan tahun 2014 adalah 4,09 per 1.000 kelahiran hidup. Namun bila dibandingkan dengan target RPJMD/Renstra Dinas Kesehatan telah mencapai target dibawah 4,5 per 1.000 Kelahiran Hidup dan telah mencapai target dibawah angka Nasional sebesar 48 per 1.000 KH dan target MDGs sebesar 23 per 1.000 KH.

Adapun penyebab kematian bayi pada tahun 2015 sebanyak 23 kasus oleh beberpa faktor yaitu: (1) BBLR, (2) Asfiksia (3) Sepsis (4) Kelainan kongenital, selengkapnya seperti pada grafik berikut:

Grafik 3.2

Penyebab Kematian Bayi

Di Kabupaten Badung Tahun 2014 s/d 2015

(33)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

25

Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun dan dinyatakan per 1.000 balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.

Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Badung memiliki kecenderungan adanya peningkatan angka kematian balita.

Hasil capaian angka kematian balita di Kabupaten Badung tahun 2015 sebesar 3,62 per 1.000 Kelahiran Hidup lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014 sebesar 4,71 per 1.000 Kelahiran Hidup. Hasil capaian angka kematian balita (AKABA) telah mencapai target RPJMD/Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2015 sebesar 5 per 1000 balita. Pencapaian angka kematian balita ini masih dibawah target Nasional sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDG’s 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Grafik 3.3

Angka Kematian Balita di Kabupaten Badung Tahun 2010 -2015

Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga

(34)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Jumlah kematian balita di Kabupaten Badung tahun 2015 sebanyak 38 orang, disebabkan oleh komplikasi beberapa penyakit.

Penyebab turunnya angka kematian balita (AKABA) di Kabupaten Badung oleh karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu dengan penyabab kematian yang terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan.

Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.

Indikator AKI dipakai untuk mengukur keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Hasil capaian Angka Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Badung tahun 2015 sebesar 99,83 per 100.000 kelahiran hidup lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 sebesar 37,16 per 100.000

(35)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

27

kelahiran hidup, berarti melampaui dari target RPJMD/Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2014. Hasil pencapaian AKI di Kabupaten Badung telah mencapai target yang ditetapkan secara Nasional sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup serta target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Badung Tahun 2015 seperti pada grafik 3.4 berikut:

Grafik 3.4

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Badung Tahun 2010-2015

3.2 Morbiditas

Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian

(36)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

3.2.1. Penyakit Menular a. TB Paru

Penyakit TB Paru merupakan penyakit re-emerging yang masih terus ditemukan di Provinsi Bali. Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. TB Paru merupakan penyakit yang masih tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi ketiga di dunia.

MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria.

Dalam program penanggulangan penyakit TB. Paru dikenal tipe penyakit TB. Paru diantaranya kasus baru dan kasus lama/kambuh.

Kasus baru adalah Penderita yang belum pernah diobati dengan obat anti tuberkulosis atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bln (30 dosis harian) sedangkan kasus lama/kambuh adalah Penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Cakupan kesembuhan pengobatan penderita TB. Paru (Cure Rate) di Kabupaten Badung sebesar 87,8% serta pengobatan lengkap sebesar 3.04% sehingga Sucses Rate (SR) sebesar 90,8%. Hasil capaian cakupan kesembuhan penderita TB. Paru telah melampaui target sebesar 85%.

Distribusi cakupan kesembuhan menurut puskesmas menunjukkan puskesmas dengan cakupan cure rate sebesar 100%

(37)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

29

dicapai Puskesmas Petang I, Petang II, Abiansemal III, Mengwi III dan Puskesmas Kuta II. Hasil capaian pengobatan penderita TB. Paru di Kabupaten Badung tahun 2015 seperti grafik 3.5 berikut:

Grafik 3.5

Cakupan Pengobatan Penderita TB. Paru di Kabupaten Badung Tahun 2015

Sumber: Bidang P2PL

Jumlah penderita TB. Paru dengan BTA positif yang diobati sebanyak 197 penderita dimana penderita yang sembuh sebanyak 173 penderita, penderita dengan pengobatan lengkap sebanyak 6 penderita, pindah sebanyak 3 orang, sedangkan yang meninggal sebanyak 15 orang. Tingginya kematian disebabkan beberapa fator yaitu : parahnya penderita tuberculosis, lambatnya pengobatan serta penemuan penderita yang lambat.

b. Pneumonia

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena

(38)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli).

Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun.

Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.

Cakupan penemuan dan pengobatan penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Badung Tahun 2015 sebesar 5.39% atau sebanyak 120 kasus dari target yang ditetapkan sebanyak 1.155 kasus. Hasil capaian ini jauh dibawah target yang ditetapkan sebesar 80%. Hasil cakupan penemuan dan pengobatan penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Badung Tahun 2015 seperti terlihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3.6

Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita Pneumonia pada Balita di Kabupaten Badung Tahun 2015

Sumber : Bidang P2PL (data diolah)

(39)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

31

Jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Badung tahun 2015 sebanyak 120, lebih tinggi daripada kasus yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 67 kasus.

Upaya penanganan kasus pnemonia sesuai program ISPA yaitu pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) serta pelaksanaan manajemen terpadu bayi muda (MTBM). Selain upaya tersebut juga dilakukan dengan cara menghilangkan faktor penyebab itu sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi/balita.

c. Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, sero survey dan survey terpadu biologis dan perilaku (STBP).

Jumlah kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Badung tahun 2015 sebanyak 494 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 6 orang. Adapun rinciannya meliputi jumlah kasus HIV sebanyak 310 kasus dan jumlah kasus AIDS sebanyak 184 kasus.

Jumlah kasus HIV dan AIDS menurut kelompok jenis kelamin menunjukkan bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin

(40)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

laki-laki. Distribusi jumlah kasus HIV dan AIDS serta kematian Akibat AIDS menurut jenis kelamin di Kabupaten Badung Tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 3.7

Distribusi Jumlah Kasus dan kematian Akibat HIV dan AIDS menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Badung Tahun 2015

Sumber : Bidang P2PL (Data diolah)

Dari grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kasus HIV dan kasus AIDS di Kabupaten Badung Tahun 2014 lebih banyak ditemukan pada penderita dengan jenis kelamin laki-laki.

d. Penyakit Sifilis

Penyakit Sifilis merupakan penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, atau lebih dikenal dengan nama Treponema pallidum.

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis

(41)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

33

penularan melalui ibu ke anak dalam uterus. Sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak serta dapat berakibat fatal sampai menimbulkan kematian.

Jumlah kasus baru sifilis yang terlaporkan di Kabupaten Badung Tahun 2014 sebanyak 163 kasus, dengan distribusi menurut jenis kelamin yaitu kasus pada laki-laki sebanyak 161 kasus dan pada perempuan sebanyak 2 kasus. Adapun kelompok umur yang paling banyak kasusnya yaitu kelompok umur 20-24 tahun dengan 154 kasus.

e. Diare

Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Badung, karena angka kesakitannya cukup tinggi.

Penyakit gastroenteritis lain seperti diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna.

Penanggulangan diare di Kabupaten Badung dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang higiene sanitasi dan makanan untuk mencegah KLB.

(42)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Hasil capaian cakupan penemuan kasus diare di Kabupaten Badung tahun 2015 sebesar 60.19% atau sebanyak 7.939 kasus dari target yang ditetapkan sebanyak 13.191 kasus. Hasil capaian pada tahuyn 2015 lebih tinggi dari capaian tahun 2014 sebesar 47,7%.

Cakupan penemuan kasus diare tahun 2015 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 80%. Distribusi capaian cakupan kasus diare menurut puskesmas menunjukkan capaian tertinggi dicapai Puskesmas Kuta II sebesar 145% sedangkan capaian terendah Puskesmas Kuta Selatan sebesar 10,84%. Capaian cakupan penemuan kasus diare di Kabupaten Badung tahun 2015 seperti grafik berikut :

Grafik 3.8

Cakupan Penemuan Kasus Diare menurut puskesmas di Kabupaten Badung Tahun 2015

Sumber : Bidang P2PL

(43)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

35

Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan peningkatan sanitasi lingkungan.

f. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Cara Penularan penyakit kusta yaitu :

- manusia merupakan satu satunya sumber penularan.

- Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak diobati ke orang lain melalui pernafasan atau kontak kulit yang lama.

Diagnosis penyakit kusta ditegakkan jika seseorang mempunyai satu atau lebih tanda utama (cardinal sign) kusta yang ditemukan pada waktu pemeriksaan klinis.

Adapun tanda utama penyakit kusta yaitu kelainan kulit yang mati rasa, penebalan syaraf dengan gangguan fungsi syaraf serta pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) positif.

Dari ketiga tanda utama maka penyakit kusta dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

Tabel 3.1.

Klasifikasi Penyakit Kusta

Cardinal Sign Kusta tipe PB Kusta tipe PB

Bercak mati rasa <5 >5

Penebalan syaraf dgn gangguan fungsi syaraf

Hanya 1 >1

Pemeriksaan BTA Negatif Positif

(44)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

Strategi global WHO menetapkan indicator eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR).

New case detection rate penyakit kusta di Kabupaten Badung pada tahun 2015 sebesar 1.14, sedangkan tahun 2014 sebesar 1,66 per 100.000 penduduk.

Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit kusta. Di Kabupaten Badung, Cacat tingkat II tidak diketemukan, ini berarti kinerja petugas cukup baik.

Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah adanya penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa masih terjadi penularan kasus di masyarakat. Kasus kusta pada anak di Kabupaten Badung tidak ditemukan.

Jumlah penemuan kasus penderita kusta pada tahun 2015 di Kabupaten Badung sebanyak 7 kasus, dengan distribusi menurut jenis kelamin yaitu kasus pada laki-laki sebanyak 5 kasus dan perempuan senyak 2 kasus. Sedangkan kasus pada tahun 2014 sebanyak 10 kasus penderita kusta.

g. Penemuan dan Penanganan Penyakit Acute Flaccid Paralysis Dalam rangka pelaksanaan eradikasi polio (ERAPO) yaitu menghilangkan kasus polio maka dilakukan kegiatan imunisasi polio secara rutin dan imunisasi secara khusus melalui kegiatan Pekan Imunisasi nasional (PIN), Sub PIN. Upaya pemantauan terhadap

(45)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

37

kasus polio dilakukan melalui surveilans AFP yaitu pengamatan yang terus-menerus terhadap kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) yang terjadi di masyarakat.

Acute Flacid Paralysis adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa.

Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu.

AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun adalah jumlah kasus AFP non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk

<15 tahun pertahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Penemuan kasus AFP pada tahun 2015 di Kabupaten Badung sebanyak 4 kasus dengan AFP Rate sebesar 2.61 per 100.000 penduduk < 15 tahun, sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 9 kasus AFP. Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari 4 kasus yang diperiksa semua menunjukan negatif polio berarti tidak ditemukan virus polio liar). Adapun distribusi kasus AFP sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Jumlah Kasus AFP Menurut Puskesmas Di Kabupaten Badung Tahun 2015

KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO)

KUTA UTARA Kuta Utara 1

MENGWI Mengwi 1 2

Mengwi 2 1

Jumlah 4

(46)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

h. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain:

1. Difteri

Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Masa inkubasi (saat bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul) penyakit ini umumnya dua hingga lima hari. Tahun 2015 tidak ditemukan kasus penyakit difteri di Kabupaten Badung.

2. Pertusis

Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan. Pada tahun 2015 kasus Pertusis tidak ditemukan di Kab. Badung.

3. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru lahir pada saat pemotongan tali pusat tidak dilakukan dengan steril. Pada tahun 2015 di Kabupaten Badung tidak ditemukan kejadian tetanus neonatorum.

4. Campak

Penyakit campak adalah penyakit menular disebabkan oleh virus myxovirus viridae meales yang ditularkan melalui droplet penderita. Adapun gejala-gejala penyakit campak yaitu:

demam, bercak kemerahan, batuk pilek, conjuctivitis (mata

(47)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

39

merah) selanjutnya timbul ruam pada muka, leher kemudian keseluruh tubuh. Komplikasi penyakit campak : diare hebat, peradangan pada telinga dan pneumonia. Kasus penyakit campak pada balita tahun 2015 tidak ada kasus sedangkan tahun 2014 sebesar 493 kasus dan tahun 2013 sebanyak 8 kasus. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menekan kasus campak melalui pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu serta sarana kesehatan lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai, tenaga yang mencukupi serta kesadaran masyarakat untuk mendapatkan imunisasi campak bagi bayi/balitanya.

5. Polio dan Hepatitis B

Kasus polio pada tahun 2015 tidak ditemukan, sedangkan kasus hepatitis pada tahun 2015 sebanyak 4 kasus. Untuk Tahun 2014 tidak ditemukan kasus Polio dan Kasus Hepatitis B di Kabupaten Badung.

i. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan :

1. Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2–7 hari tanpa sebab yang jelas

2. Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif)

3. Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali) 4. Trombositopenia (Trombosit ≤100.000/µl)

(48)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung 5. Peningkatan hematokrit ≥20%

Penderita DBD adalah penderita penyakit yang memenuhi sekurang- kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium di bawah ini :

a. Kriteria Klinis :

1) Panas mendadak 2–7 hari tanpa sebab yang jelas

2) Tanda–tanda perdarahan (minimal uji Torniquet positif) 3) Pembesaran hati

4) Syock

b. Kriteria Laboratorium

1) Trombositopenia (Trommbosit ≤100.000/µl) 2) Hematokrit naik ≥20%

Atau penderita yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test atau hasil positif pada pemeriksaan antibodi dengue Rapid Diagnosis Test (RDT) /ELISA.

Kabupaten Badung merupakan daerah endemis DBD baik tingkat desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD.

Angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Badung tahun 2015 sebesar 353.3 per 100.000 penduduk sedangkan tahun 2014 sebesar 293,7 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan demam berdarah dengue di Kabupaten Badung Tahun 2015 lebih tinggi atau melampaui target renstra dinas Kesehatan sebesar 200 per 100.000 penduduk serta target nasional sebesar 50 per 100.000 penduduk. Adapun angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Badung tahun 2010 s/d 2015 seperti grafik 3.9 berikut :

(49)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

41

Grafik 3.9

Penderita Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Badung Tahun 2010 – 2015

Jumlah kasus DBD pada tahun 2015 sebanyak 2.178 kasus sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 1.770 kasus DBD, hal ini menunjukkan kasus DBD pada tahun 2015 lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2014.

Masih tingginya kasus DBD di Kabupaten Badung disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: (1) Lingkungan: sanitasi lingkungan yang kurang memadai, (2) vektor (nyamuk aedes aegypty): tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, dan (3) Manusia: kepadatan, perilaku dan migrasi penduduk serta masih kurangnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk.

Upaya penangulangan penyakit DBD di Kabupaten Badung diantaranya : Penemuan secara dini dan pengobatan yang akurat sehingga tidak terjadi over diagnosis, Fogging sebelum musim

(50)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

penularan maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus yaitu Menguras,menutup dan mengubur plus menabur larvasida, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, pembentukan kader juru pemantau jentik (jumantik) ditiap desa/kelurahan (62 jumantik), lomba PSN serta peningkatan sanitasi lingkungan serta upaya lainnya seperti: 1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

j. Malaria

Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan Annual Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2015 ditemukan kasus malaria positif sebanyak 1 kasus, sedangkan tahun 2014 sebanyak 5 orang dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus Malaria. Pada tahun 2012 dan tahun 2011 ditemukan kasus penyakit malaria positif sebanyak 2 orang dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

3.3 Status gizi

Balita adalah anak usia di bawah 5 tahun (anak usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada di kabupaten/kota. Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasshiorkor dan marasmus-kwashiorkor).

Hasil capaian balita gizi buruk di Kabupaten Badung 2015 sebesar 0.21% sedangkan Tahun 2014 sebesar 0,16%. Hasil capaian ini telah mencapai target yang ditetapkan sebesar 0.4%.

(51)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

|

| |

| Profil Kesehatan Kabupaten Badung Tahun 2015

43

Grafik 3.10

Prosentase Balita Gizi Buruk

di Kabupaten Badung Tahun 2010 – 2015

Upaya yang dilakukan untuk menangani gizi buruk di Kabupaten Badung meliputi:

a. Penimbangan balita secara ketat dengan meningkatkan cakupan D/S (balita ditimbang dibagi seluruh balita)

b. Melakukan investigasi terhadap balita yang dicurigai gizi buruk

c. Melakukan rujukan kasus gizi buruk

d. Pemberian PMT kepada balita gizi kurang/buruk berdasarkan indikator BB/U

e. Monitoring dan evaluasi

(52)

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

ntuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginyabagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.

Upaya Pelayanan kesehatan terdiri atas:

a. pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

b. pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat

Upaya pelayanan kesehatan ditujukan terhadap semua masyarakat baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Beberapa upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Badung seperti berikut:

4.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu, puskesmas, Rumah Sakit

U

U

U

U

Gambar

Tabel 2.1  Luas  Wilayah  Masing-Masing  Kecamatan    di  Kabupaten Badung ..........................................
Grafik 4.14  Cakupan  Penjaringan  Anak  Sekolah  SD  dan  setingkat  di  Kabupaten  Badung  tahun  2010  –  2015 ................................................................
Grafik 2.1 Peta Kabupaten Badung
Tabel  2.1    Luas  Wilayah  Masing-Masing  Kecamatan    di  Kabupaten  Badung
+7

Referensi

Dokumen terkait

elektronegatif akan menaikkan kekuatan asam dan dapat menjadi lebih besar bila gugus penarik elektron yang kuat terikat pada atom karbon α lebih dari satu. • Misalnya, dalam

Peserta Kegiatan “Kejuaraan Nasional Pencak Silat Setia Hati Terate PIALA KANGMAS TARMADJI Tingkat Pelajar SMP dan SMA 2013” adalah anggota Setia Hati Terate yang

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik tersebut, terdapat beberapa masukan umum, antara lain adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat

Hukuman-hukuman yang bisa menimpa orang-orang yang berbuat maksiat antara lain: terhalang dari ilmu dan rezeki; merasakan kesepian; kesulitan dan kegelapan; lemah hati dan

Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil pengujian secara simultan bahwa nilai F hitung 35,230 lebih besar dibanding F tabel dengan signifikansi 0,000 yang

Dengan pasal ini, maka Badan Pemeriksa Keuangan memiliki wewenang untuk mengaudit keuangan Badan Usaha Milik Negara (Persero). Pasal tersebut menunjukan bahwa

Melalui penjelasan guru tentang gambar jenis uang, siswa dapat mendengarkan penjelasan guru mengenai akibat yang muncul dari jenis uang.. Melalui kegiatan menanya

Sedangkan untuk stroke iskemik serangan berulang jenis kelamin laki-laki lebih lebih tinggi 9 pasien (28.1%).. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui data defisit neurologis