6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah:
1. Seberapa efektif Brand Endorsment Maudy Koesnaedy atau Olla Ramlan sebagai endorser Batik Semar?
2. Apakah Brand Association Batik Semar yaitu Fashionable and Creative dapat membentuk Brand Image yang kuatbagi perusahaan?
3. Apakah Brand Endorsment Maudy Koesnaedy atau Olla Ramlan mempengaruhi Brand Image Batik Semar?
Berdasarkan hasil analisa pada bab 5 maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Brand endorsermentMaudy Koesnaedy atau Olla Ramlan telah dipandang cukup efektif sebagai endorser Batik Semar berdasarkan teori pemilihan endorser menurut Belch and Belch (2001, p.172) yang terdiri dari Source Credibility, Source Attractiveness dan Soure Power.
1.1 Celebrity Endorser – Maudy Koesnaedy
Berdasarkan tabel Source Credibility, responden setuju dalam hal:
a. Maudy Koesnaedy memiliki keahlian dalam pengetahuan mengenai produk batik (76% dari 110 responden);
b. Maudy Koesnady dipercaya dalam mengkomunikasikan iklan produk batik (84% dari 110 responden);
c. Maudy Koesnaedy dalam memberikan keyakinan akan produk batik yang “fashionable and creative”(74% dari 110 responden);
d. Maudy Koesnaedy sebagai selebritis yang dapat dipercaya dalam mengkomunikasikan iklan (86% dari 110 responden).
Berdasarkan tabel Source Attractiveness, responden setuju dalam hal:
a. Maudy Koesnaedy adalah selebritis yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia (65% dari 110 responden);
b. Maudy Koesnaedy adalah selebritis yang cukup sering tampil di publik (41% dari 110 responden);
c. Maudy Koesnaedy adalah selebritis yang memiliki daya tarik secara
fisik (75% dari 110 responden)
d. Responden memilih jawaban netraldalam poin pertanyaan bahwa Maudy Koesnaedy adalah selebritis yang mampu memukau dalam setiap aktivitas entertain yang dibintanginyadan hanya sebanyak 46% dari 110 responden yang menyatakan setuju.
Berdasarkan tabel Source Power, responden setuju alam hal:
a. Maudy Koesnaedy adalah selebritis yang dapat diteladani (83% dari 110 responden);
b. Maudy Koesnaedy selebritis yang dapat dijadikan idola acuan (50%
dari 110 responden).
1.2 Celebrity Endorser – Olla Ramlan
Berdasarkan tabel Source Credibility, responden setuju dalam hal:
a. Olla Ramlan memiliki keahlian dalam pengetahuan mengenai produk batik (42% dari 110 responden);
b. Olla Ramlan dipercaya dalam mengkomunikasikan iklan produk batik (41% dari 110 responden);
c. Olla Ramlan meyakinkan dalam menampilkan produk batik yang
“fashionable and creative” (72% dari 110 responden);;
d. Olla Ramlan sebagai selebritis yang dapat dipercaya dalam mengkomunikasikan iklan (60% dari 110 responden);.
Berdasarkan tabel Source Attractivenessas, responden setuju dalam hal:
a. Olla Ramlan adalah selebritis yang cukup sering tampil di publik (28% dari 110 responden);;
b. Olla Ramlan adalah selebritis yang memiliki daya tarik secara fisik (73% dari 110 responden);;
c. Olla Ramlan mampu memukau dalam setiap aktivitas entertain yang dibintangi (81% dari 110 responden);.
Berdasarkan tabelSource Power, responden tidak sepenuhnya setuju bahwa Olla Ramlan adalah selebritis yang dapat diteladani dan hanya sebanyak 23% dari 110 responden yang menyatakan setuju. Selain itu, responden juga tidak sepenuhnya setuju bahwa Maudy Koesnaedy adalah selebritis
yang dapat dijadikan idola acuan dan hanya 31% dari 110 responden yang menyatakan setuju.
2. Apakah Brand Association Batik Semar yaitu Fashionable and Creative dapat membentuk Brand Image yang kuatbagi perusahaan?
Berdasarkan tabel Favorability Of Brand Associationdimensi desirable, responden setuju dalam hal:
a. Batik Semar adalah brand yang sesuai dengan perkembangan fashion masyarakat Indonesia dengan konsep batik “fashionable andcreative”
(57% dari 110 responden);
b. Batik Semar brand yang dipercaya untuk menambah fashionable dengan konsep creative62% dari 110 responden).
Berdasarkan dimensi deliverable, responden dalam hal:
a. Batik Semar adalah brand yang meyakinkan akan manfaat produk (65%
dari 110 responden);
b. Batik Semar adalah brand yang dapat memberkan dorongan untuk masyarakat membeli dan menggunakannya (47% dari 110 responden).
c. Batik Semar adalah brand yang meyakinkan akan manfaat produk pada masa yang akan datang (55% dari 110 responden)
d. Batik Semar dibandingkan produk batik lainnya, mampu memberikan dorongan pada masyarakat untuk membeli dan menggunakannya pada masa yang akan datang (48% dari 110 responden).
Tabel Strength Of Brand Association menggunakan dimensi Relevance, sebagian besar responden memilih jawaban netral bahwa pesan iklan Batik Semar mudah diterima karena masyarakat telah memiliki pengalaman atau pengetahuan yang berkaitan dengan Batik Semar atau produk sejenis, hanya 36% dari 110 responden yang menyatakan setuju.
Berdasarkan dimensi popular, responden setuju bahwa pesan iklan Batik Semar yaitu “fashionable and creative” mampu memperkuat brand image (61% dari 110 responden) dan responden setuju bahwa Pesan iklan Batik Semar “fashionable and creative” mampu menjadikan Batik Semar sebagai merek popular (60% dari 110 responden).
BerdasarkanUniqueness Of Brand Association, menggunakan dua dimensi yaitu Point Of Parity dan Point Of Difference.
a. Berdasarkan dimensi Point Of Parity, responden setuju bahwa Batik Semar memiliki kualitas yang sejajar dengan produk / brand batik lainnya(75% dari 110 responden)
b. Berdasarkan dimensi Point Of Difference, responden setuju bahwa Batik Semar dengan konsep “fashionable and creative” mampu menunjukkan batik tidak lagi terkesan kuno dan tidak elegan(76% dari 110 responden).
3. Apakah Brand Endorsment Maudy Koesnaedy atau Olla Ramlan mempengaruhi Brand Image Batik Semar?
Berdasar Alat Uji Statistika Amos, dapat dilihatbahwa pengaruhantara Brand Endorser dan brand image tidak signifikan untuk memperkuat brand image terhadap brand association. Sementara itu, berdasarkan kuesioner pada pertanyaan terbuka mengenai tanggapan responden tehadap brand/celebrity endorser dapat memperkuat brand image produk, sebanyak 79% dari 110 responden menyatakan setuju, meskipun benar bahwa menurut respoden alasan membeli produk bukan karena endorser atau iklan produknya (63% dari 110 responden). Berdasarkan opini peneliti, melihat sifat dari penelitian Amos untuk penelitian ini adalah recursive yaitu proses pada sebuah model SEM (Structural Equation Modelling) yang berjalan searah dan tidak mempunyai aliran balik, berarti bahwa responden tidak hanya melihat dari siapa yang mengiklankan yang kemudian dapat membuat secara otomatis memperkuat brand image produk . Variabel brand endorserdan brand image memiliki hubungan yang tidak erat atau tidak signifikan.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Penulis melihat bahwa berdasarkan hasil pengujian untuk variabel brand endorser, maka penulis memberikan saran bahwa sebaiknya menggunakan satu brand endorser saja, yaitu Maudy Koesnaedy sebab melihat hasil pengujian dari variabel brand endorser yaitu Olla Ramlanyang responden lebih banyak memberikan jawaban tidak setuju. Penulis juga mengingatkan untuk dapat mempertimbangkan masukan dari responden bahwa brand endorser yang cocok untuk menjadi endorser iklan batik premium, yaitu Choky Sitohang dan Agnes Monica.
2. Brand Association Batik Semar yang semula ”Busana Budaya Bangsa”
dan kini akan diubah menjadi”Fashionable and Creative” mendapat tanggpan positif dari responden, maka menurut opini penulis Batik Semar telah tepat mengganti brand association dengan nama tersebut sebagai langkah awal melakukan perubahan strategi komunikasi untuk mampu bersaing dengan kompetitor.
3. Berdasarkan hasil pengujian dengan SEM, terlihat pengaruh yang tidak signifikan dalam penggunaan Brand Endorser untuk memperkuat brand image terhadap brand association, maka penulis memberikan saran bahwa sebaiknya untuk perusahaan yang ingin menggunakan brand endorser harus perusahaan yang besar atau telah mapan, sebab mengingat biaya untuk brand endorser juga tidak sedikit apalagi kalau menggunakan celebrity endorser. Penulis juga memberikan saran bahwa untuk perusahaan yang belum mapan, sebaiknya tidak perlu menggunakan celebrity endorser karena mengingat pula pengaruhnya yang tidak signifikan. Alternatif lain yang dapat penulis berikan adalah penggunaan typical person endorser (bukan celebrity) untuk mengiklankan produk, mengingat kemungkinan besar biaya yang dikeluarkan tidak akan sebesar jika menggunakan celebrity endorser.
4. Menurut Edwar Syarief (2009) dalam artikel yang ditulis pada majalah SWA Sembada yang berjudul ”Pemain Lokal Di Pasar Mewah” dengan nara sumber Anne Avantie dan Hermawan Kertajaya, mengungkapkan bahwa Anne Avantie sebagai seorang desainer batik asal Indonesia yang memiliki kiprah hingga ke mancanegara memiliki tips dalam membangun
brand image untuk produk fashion khususnya batik yaitu dengan cara membangun butik sebagai flagship dan rajin berpromosi mengenalkan batik melalui berbagai event, serta membiasakan untuk memasang logo sebab pengusaha batik harus memahami pentingnya membentuk brand dalam bisnis. Sebagai info, bahwa kala pertama menggelar show di hotel, Anne menggunakan Maudy Koesnadi sebagai bintang tamu. Menurut Anne, kalau ingin sukses di bisnis fashion seperti batik, harus menjadi kreatif dan berani melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain sehingga karya menjadi terlihat khas dan berbeda dengan rancangan dengan orang lain pada bisnis setipe. Hermawan Kertajaya melihat beberapa desainer batik Indonesia sudah mampu menembus pasar luar negeri. Maka, promosi yang dijalankan untuk membangun brand image yang kuat memang tidak dapat sekadar beriklan di media massa, tapi harus menerapkan new wave marketing, yaitu pemasaran ke komunitas- komunitas dan harus memiliki kualitas yang sesuai serta konsisten.
Perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.Berdasarkan ungkapan di atas, maka penulis ingin memberikan saran kepada Batik Semar agar mengubah brand image Batik Semar yang masih terkesan kuno dan menjadi kurang menarik, dengan salah satunya melalui perbaikan terhadap media promosi yang penulis merasa masih kurang maksimal, terlihat seperti iklan media cetak yang dalam pandangan responden juga masih terkesan kurang menarik. Hal tersebut harus diatasi, sehingga nantinya mampu membangun brand image yang kuat bagi Batik Semar.