• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang cukup signifikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang cukup signifikan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehadiran arus globalisasi di Indonesia yang sangat cepat ditandai dengan meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang cukup signifikan sehingga mendorong semakin terbukanya minat masyarakat terhadap produk smartphone. Dewasa kini, masyarakat bersosialisasi menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala aktivitasnya. Sehingga hal ini mampu mendorong industri teknologi informasi dan komunikasi menjadi bisnis yang berkembang pesat tidak terkecuali adalah produk smartphone. Berbagai perusahaan mulai bermunculan dan bersaing secara kompetitif untuk mengunggulkan masing - masing produk smartphone dengan inovasi terbaru (Mulyati & Hariyanto, 2021).

Setiap merek smartphone memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari sistem operasional yang digunakan dalam produk smartphone mulai dari Symbian, Android dan iOs sehingga membuat konsumen melakukan beberapa pertimbangan untuk memilih sebuah produk smartphone terbaik yang akan mereka gunakan, karena sistem operasional yang dikembangkan oleh setiap brand smatphone memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Dewasa kini ponsel tidak lagi hanya mengembangkan fungsi dasar yaitu mengirimkan pesan elektronik (SMS) atau pun melakukan komunikasi visual (telepon) akan tetapi ponsel saat ini telah melakukan sejumlah inovasi terbaru yang mutakhir untuk berevolusi menjadi ponsel cerdas atau smartphone yang bisa juga dimanfaatkan untuk mengirim e- mail, mengambil gambar, membuat video, banyak aplikasi – aplikasi yang

(2)

2

mendukung untuk diunduh serta mampu mengakses internet dengan mudah (Nasril et al., 2022).

Smartphone telah mampu menggeser nilai fungsi “tatap muka” dalam proses interaksinya. Sebelum adanya smartphone yang semakin canggih ini, semua kegiatan dilakukan secara langsung atau tatap muka, akan tetapi pada saat ini dapat juga dilakukan secara online sehingga elektronik canggih ini mampu menghipnotis penggunanya sehingga pada saat ini smartphone dianggap sebagai barang utama yang harus dimiliki oleh setiap individu (Watimah, 2015). Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya konsumtif terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi salah satunya yaitu produk smartphone. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang relatif besar sehingga hal ini akan mampu menjadi pasar yang sangat potensial bagi berbagai industry yang berfokus pada teknologi informasi dan komunikasi dalam memasarkan berbagai merek produk smartphone yang hadir di pasar Indonesia (Nasril et al., 2022).

Pada saat ini, produk smartphone yang paling banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yaitu smartphone bermerek Apple yang bernama iPhone yang merupakan produk smartphone unggulan yang diluncurkan oleh Brand Apple Corporation yaitu perusahaan yang berfokus pada teknologi informasi dan komunikasi yang berpusat di Amerika Serikat (Nasril et al., 2022). Brand Apple merupakan perusahaan yang memiliki pendapatan dan termasuk produsen smartphone terbesar ketiga dunia setelah Samsung dan Huawei, hal ini dikarenakan brand Apple sering kali meluncurkan produk – produknya dengan berbagai spesifikasi yang terbaru yang tidak dimiliki oleh smartphone merek lain. Kini

(3)

3

smartphone iPhone hadir tidak hanya semata dapat dimanfaatkan untuk media komunikasi saja namun juga sebagai hal yang mampu mencerminkan ikatan emosional dan budaya yang melambangkan status sosial individu sehingga individu selalu melihat smartphone iPhone sebagai ukuran status individu dan berlomba untuk selalu mengganti smartphone iPhone dengan series yang terbaru, beberapa kelebihan yang dimiliki smartphone iPhone yang tidak dimiliki smartphone merek lain adalah memiliki fitur scan yang sudah tersedia didalam produknya, aplikasi edit foto/video, kamera yang jernih sehingga tidak memerlukan kamera profesional lagi, terdapat fitur pengingat jangka waktu penggunaan smartphone dalam setiap harinya sampai aplikasi untuk kebutuhan jasmani seperti olahraga juga tersedia selain itu pengguna akan memperoleh informasi secara up to date yang didukung oleh fitur dan aplikasi lainnya pada smartphone iPhone. Hal – hal tersebutlah yang dapat memikat masyarakat untuk memilih smartphone iPhone sebagai penunjang segala kebutuhan aktivitas sehari - hari (Mulyati & Hariyanto, 2021).

Selain itu Smartphone iPhone merupakan perangkat teknologi yang tidak sekedar memiliki arti umum saja melainkan terdapat nilai tambah yang diciptakan oleh sebuah brand Apple. Sehingga tidak hanya mengandalkan kecanggihan perangkat didalam produknya, akan tetapi smartphone iPhone memiliki fisik yang elegan dan memikat banyak peminat, sehingga cukup dengan melihatnya saja sebagian banyak orang akan terpukau sehingga dengan adanya hal ini akan memunculkan standar yang tercipta bahwa orang yang memiliki smartphone iPhone adalah tergolong orang yang berada pada status ekonomi kelas menengah keatas (Sari & Gautama, 2021). Karena smartphone iPhone adalah salah satu produk teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki harga cukup mahal dan

(4)

4

mewah di kelasnya, oleh karena itu banyak mahasiswa yang ingin memiliki smartphone iPhone supaya terlihat lebih highclass dan mampu menunjang segala kebutuhannya karena kecanggihan dari smartphone iPhone (Mulyati & Hariyanto, 2021).

Mahasiswa merupakan kelompok millennial yang membutuhkan dukungan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menunjang segala kebutuhan aktifitas sehari – hari selain itu merupakan bentuk dari sosialisasi diri individu kepada lingkungan pergaulan sebayanya. Akan tetapi dewasa kini penggunaan smartphone iPhone telah menjadi sebuah gaya hidup mahasiswa yang bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhannya melainkan juga mampu mendorong meningkatkan status sosial mereka dalam berbagai keadaan (Nasril et al., 2022).

Dalam perkembangan zaman banyak gaya hidup mahasiswa yang mulai bergeser menjadi individu yang sering menghabiskan waktunya di luar rumah untuk pergi ke mall atau hanya sekedar nongkrong di café ataupun dapat diamati dari cara individu berpakaian, penampilan fisik dan atribut yang digunakan seperti jam, fashion, smartphone, dan sarana transportasi yang digunakan (Nasril et al., 2022).

Gaya hidup dapat diartikan sebagai cara pandang individu dalam memanfaatkan waktu dan uangnya yang digunakan untuk membeli berbagai produk, layanan, teknologi dan komunikasi, fashion, hiburan dan pendidikan (Japarianto & Sugiharto, 2011). Gaya hidup dalam arti luas adalah hal – hal yang terkait dengan bagaimana individu menghabiskan waktu mereka dalam sebuah aktivitas apa saja yang mereka anggap penting dalam lingkungannya sebagai suatu hal yang menarik bagi individu, dan apa yang mereka fahami yang berupa pendapat

(5)

5

atau penilaian tentang diri mereka sendiri dan juga pendapat atau penilaian dari lingkungan sekitarnya (J. Setiadi, 2008).

Pada saat ini gaya hidup yang dialami mahasiswa juga sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mereka. Dengan adanya era yang mana individu mampu membeli barang bukan sekedar dilihat dari nilai kemanfaatannya namun karena dilandasi gaya hidup dan adanya nilai – nilai tertentu yang dianggap sebagai sebuah pertanda dalam membentuk jati diri, demi sebuah citra yang diarahkan yang dibentuk oleh kelompok – kelompok tertentu (Liestiana, 2014). Gaya hidup yang dimaksud disini adalah pemilihan produk smartphone iPhone dan bagaimana individu mengimplementasikan smartphone iPhone sebagai media dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan sehari - hari. Individu mungkin memilih smartphone yang saat ini sedang trend untuk sekedar mengikuti gaya hidup karena sebagian individu mahasiswa sebagai kaum muda cenderung berorientasi pada nilai kebendaan dan prestige yang bersifat modern (Mulyati & Hariyanto, 2021).

Fenomena sosial masyarakat konsumtif yang terjadi pada kelompok millennial saat ini yang berada di dunia termutakhir yang memberikan ketentraman dan kenyamanan bagi penggunanya, salah satunya dengan cara mencari semua informasi melalui platform digital contohnya adalah Google, Chrome, Youtube, Instagram dan media sosial lainnya. Sebagian masyarakat luas, terutama kelompok millennial, yang menikmati kenyamanan ini, tentu membutuhkan produk smartphone dengan jaringan internet yang baik untuk membantu gaya hidup individu. Apabila individu tidak memiliki smartphone yang canggih yang dianggap memiliki citra elegan dan tidak ada jaringan internet yang baik maka akses ke dunia digital akan terputus. Dari fenomena sosial ini, kita dapat memahaminya dengan

(6)

6

pemikiran Jean P. Baudrillard tentang memaknai masyarakat yang konsumtif.

Bahwa saat ini, terutama yang sedang menimpa mahasiswa sebagai kelompok millennial, mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan pokoknya tetapi yang paling mereka fokuskan adalah kebutuhan merek barang-barang yang dianggap memiliki citra elegan, salah satunya yaitu kepemilikan smartphone iPhone.

Tuntutan gaya hidup terhadap produk smartphone iPhone inilah yang dianggap memiliki citra modis dapat dilihat sebagai masyarakat konsumtif. Tidak ada smartphone iPhone dan jaringan internet yang mendukungnya, maka dunia manusia akan mati, dan sebagian besar masyarakat menyadari akan hal itu.

Masyarakat, khususnya kelompok millennial, tidak lagi mengkonsumsi barang yang didasarkan pada kegunaan dan nilai manfaatnya, tetapi karena nilai simbolis dan nilai konseptualnya. Bagi Baudrillard, suatu barang tidak hanya memiliki nilai guna dan nilai jual, tetapi juga memiliki nilai simbol dan nilai tanda. Menurut Baudrillard, tanda merupakan komponen penting dalam masyarakat konsumtif saat ini dan apa yang terjadi sekarang telah berubah menjadi penggunaan tanda dan akan memicu penggunaan tanpa henti, mengingat rutinitas rutin setiap individu harus terlihat dari mereka (Redaksi, 2020).

Gaya hidup sangat penting untuk terus diikuti masyarakat khususnya bagi individu seorang mahasiswa sebagai kelompok millennial, karena dengan mengikuti gaya hidup terkini masyarakat akan mengetahui perkembangan zaman serta teknologi yang terbaru dan tentunya membuat masyarakat lebih merasa kepercayaan diri mereka meningkat sehingga merasa lebih dihargai dan diakui dalam beraktivitas didalam lingkungan pergaulannya, mengingat pada saat ini

(7)

7

penampilan merupakan hal yang terpenting yang dapat menunjukkan jari diri seseorang (Nasril et al., 2022).

Selaras dengan fenomena yang terjadi pada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya bagi mahasiswa pemilik atau pengguna smartphone iPhone, dari berbagai macam latar belakang ekonomi, mereka adalah pengguna smartphone iPhone yang membelinya dalam kondisi bekas dan ada pula yang membelinya dalam kondisi baru terlepas dari alasan untuk membeli smartphone iPhone karena kebutuhan atau hanya sekedar keinginannya sebagai pemenuhan gaya hidup mereka.

Penelitian ini menjadi penting mengingat beberapa hal : pertama, mahasiswa merupakan kelompok millennial yang aktif di dunia digital sehingga mudah memahami untuk penggunaan smartphone yang memiliki kualitas yang baik merupakan hal yang mendasar, karena zaman sekarang teknologi sudah semakin maju. Kedua, mengetahui makna realitas sehari – hari mahasiswa terkait penggunaan smartphone iPhone sebagai gaya hidup.

Berdasarkan deskripsi latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam terkait smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa dengan judul penelitian “Smartphone iPhone Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Fenomenologi pada Mahasiswa Angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang)”

(8)

8 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan di lokasi penelitian sebagai berikut :

Bagaimana smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa pada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk memahami dan mengungkapkan makna yang tersembunyi terhadap pengalaman – pengalaman subjek pada realitas sehari – hari terkait smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa pada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian dan penulisan diharapkan mampu untuk memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu sebagai berikut :

Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat sebagai kontribusi bagi pengembangan teori masyarakat konsumtif dari Jean P. Baudrillard khususnya yang berkaitan dengan mahasiswa sebagai salah kelompok millennial yang memiliki kecenderungan perilaku konsumtif terhadap smartphone iPhone sebagai gaya hidup.

(9)

9 1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan mampu sebagai pijakan dan referensi pada penelitian – penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi orang tua supaya orang tua semakin mengetahui kebutuhan anak khususnya kebutuhan terhadap smartphone iPhone sebagai penunjang kebutuhan sehari - hari.

3. Perguruan Tinggi sebagai Pengambil Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat sebagai saran dan masukan bahwa mahasiswa sebagai kelompok millennial sekarang ini menggunakan smartphone iPhone adalah sebagai gaya hidup. Maka kebijakan apapun yang dibuat akan memudahkan mahasiswa untuk memiliki smartphone yang canggih.

(10)

10 1.5. Definisi Konseptual

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis dan membahas hasil penelitian serta mempermudah penulis dalam menentukan perihal wawancara, maka diperlukan definisi konseptual. Adapaun definisi konseptual pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1.5.1. Gaya Hidup

Dalam buku “The Penguin Dictionary of Sociology” dalam Sosiologi Inggris tahun 1960 – an dan 1970 – an gaya hidup merupakan minat terhadap perbedaan antara kelompok – kelompok sosial, pola hubungan sosial, konsumsi barang – barang material, dan budaya yang membentuk gaya hidup. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari posisi kelas, dan gaya hidup membentuk salah satu cara di mana kelas ekonomi memiliki kehadiran sosial. Perdebatan tentang kaum borjuis berkisar pada pernyataan bahwa pekerja mengadopsi gaya hidup kelas menengah. Penelitian pekerja kaya menyangkal ketenangan ini.

Dalam Sosisologi Amerika, gagasan gaya hidup telah digunakan untuk membedakan antara bentuk kehidupan sosial pedesaan dan perkotaan, perkotaan dan pinggiran kota. Dalam karya yang lebih baru, konsep gaya hidup masih digunakan secara lebih luas untuk menunjukkan selera sikap, kepemilikan atau cara berperilaku dari setiap kelompok sosial yang membedakannya dari kelompok sosial lainnya. Gaya hidup kemudian sebagai aspek masyarakat konsumen yaitu individu melakukan kegiatan

(11)

11

konsumsi sehingga mampu membedakan antara individu dengan individu lainnya (Abercrombie et al., 2006).

Menurut (Bagong Suyanto, 2013) dalam bukunya yang berjudul

“Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi Era Masyarakat Post – Modernisme” dalam (Wahidah, 2013) gaya hidup merupakan cara hidup individu yang meliputi berbagai kebiasaan, pandangan serta pola – pola respon individu terhadap hidup, terutama mengenai beberapa atribut – atribut yang dipakainya.

Menurut (Chaney, 1996) dalam bukunya yang berjudul “Life Style”

dalam (Tarigan, 2015) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk merencanakan bagaimana individu menggunakan uang mereka untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari- hari, gaya hidup adalah cara untuk terlibat dalam permainan karakter atau gaya hidup merupakan pendekatan yang dirancang untuk berbaur, memahami, atau menilai sifat-sifat budaya material untuk menghubungkan dalam konteks pengaturan yang tidak diketahui namanya.

Berdasarkan definisi gaya hidup yang sudah dijelaskan oleh beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah adaptasi secara aktif oleh individu terhadap kondisi sosial lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat berbaur dan bersosialisasi dengan individu/kelompok lain. Gaya hidup mencakup beberapa kebiasaan, pandangan dan pola – pola respon terhadap hidup, terutama atribut – atribut untuk hidup misalnya seperti bagaimana cara individu dalam berpakaian, cara kerja, pola konsumsi, alat telekomunikasi yang digunakan, alat

(12)

12

transportasi yang dikendarai selain itu terkait bagaimana individu mengisi kesehariannya yang merupakan unsur – unsur yang membentuk gaya hidup.

1.5.2. Smartphone

Telefon cerdas atau biasa disebut dengan smartphone merupakan telepon genggam yang memiliki sistem operasi yang lebih lengkap dan canggih yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas dalam menunjang kebutuhan sehari - hari, karena smartphone berfungsi tidak hanya sekedar untuk SMS dan telepon saja tetapi pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi, menambah fungsi – fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata lain smartphone merupakan salah satu produk teknologi informasi dan komunikasi yang terkini yang banyak diminati masyarakat luas (Baridwan, 2010).

1.5.3. Mahasiswa Sebagai Kelompok Millennial

Mahasiswa sebagai kelompok millennial adalah individu yang lahir sekitar tahun 1980 - 2000. Kelompok millennial adalah mereka yang berada pada masa produktif serta konsumen yang menguasai pasar saat ini.

Kelompok millennial ini disebut juga generasi Y/generation me/echo boomers. Kelompok millennial banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti e-mail, instan messaging dan berbagai media sosial lainnya (Hidayah, 2018).

Jika diperhatikan pelajar atau mahasiswa saat ini sudah dipastikan termasuk dalam kelompok millennial. Di Indonesia tercatat ada 81 juta yang

(13)

13

merupakan kelompok millennial dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat (Sevima, 2020).

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penggunaan metode ini dengan alasan bahwa fokus dalam penelitian ini adalah gaya hidup mahasiswa pengguna smartphone iPhone. Sementara, pendekatan fenomenologi bertujuan untuk menggambarkan makna dari pengalaman hidup yang dialami oleh beberapa individu, tentang konsep atau fenomena tertentu, dengan mengeksplorasi struktur kesadaran manusia. Jadi peneliti ingin mengetahui makna dari pengalaman yang dialami oleh mahasiswa sebagai kelompok millennial yang menggunakan smartphone iPhone sebagai gaya hidup melalui studi fenomenologi ini.

Pada penelitian ini dilakukan pendekatan fenomenologi dengan paradigma konstruktivis, paradigma konstruktivis bermaksud melihat dari sudut pandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaning full action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap perilaku sosial dalam kehidupan sehari – hari yang wajar atau alamiah, dengan tujuan agar mampu memahami dan menjabarkan mengenai proses perilaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Penelitian ini didasari dengan tujuan untuk menggambarkan secara jelas dan lebih terperinci berdasarkan fenomena

(14)

14

yang dialami subjek mengenai bagaimana smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa.

Fenomenologi Edmund Husserl mengatakan bahwa fenomena hanya terdapat pada kesadaran manusia kepada siapa fenomena tersebut menampakkan diri. Sehingga untuk memahami fenomena tersebut melalui orang yang mengalaminya. Fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan. Pendekatan fenomenologi menurut Husserl menekankan bahwa untuk memahami sebuah fenomena seseorang harus menelaah fenomena tersebut apa adanya (Asih, 2005).

Dengan demikian mempelajari dan memahaminya haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma, dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan sebagai subjek yang mengalami langsung (first- hand experiences). Dengan kata lain, penelitian fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara sosiologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena melalui penelitian yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari – hari subjek yang diteliti (Herdiansyah, 2012).

Tokoh utama fenomenologi adalah Edmund Husserl, yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia dapat mencapainya. Untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada “benda-benda”. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada benda – benda tidak lagi bergantung pada orang atau si

(15)

15

peneliti, melainkan berpeluang pada benda – benda yang dimaksudkan bahwa oranglah yang bergantung pada benda tersebut.

Fenomenologi menurut Husserl yaitu zuruck zu den sachen selbt (kembalilah kepada realitas itu sendiri) yang berarti fenomenologi digunakan untuk menunjukkan realitas itu sendiri yang nampak dalam kesadaran kita dengan realitas apa adanya. Fenomenologi Husserl sendiri bertujuan untuk mencari esensi dari apa yang disebut sebagai fenomena.

Metode yang digunakan untuk mencari esensial adalah dengan membiarkan fenomena tersebut berbicara sendiri tanpa diikuti dengan prasangka – prasangka. Dalam hal ini konsep teknis yang diajukan Husserl adalah epoche (bracketing). Kata epoche berasal dari kata Yunani yang memiliki arti menunda putusan atau mengosongkan diri dari keyakinan tertentu.

Metode epoche merupakan langkah – langkah untuk mencapai esensi fenomena dengan menunda putusan terlebih dahulu. Selanjutnya Husserl menyebutnya dengan Eidic Vision atau yang disebut sebagai “reduksi”, yakni menyaring fenomena sampai pada eideosnya atau intisarinya.

Kemudian dari hasil reduksi disebut dengan wesenschau, yang artinya sampai pada hakikatnya (Amal, 2019).

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi penelitian bisa disuatu tempat tertentu atau tersebar, dengan memperhatikan individu yang akan disajikan informan. Penetapan lokasi dalam penelitian ini yaitu dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang berlokasi di GKB 1

(16)

16

Lantai 6, Jalan Raya Tlogomas No. 246. Sedangkan dalam pemilihan lokasi penelitian dilandasi oleh pertimbangan yaitu sebagai berikut:

1. Mahasiswa merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti karena mahasiswa termasuk dalam kelompok millennial yang aktif didunia digital sehingga membutuhkan dukungan adanya teknologi informasi dan komunikasi salah satunya yaitu smartphone.

2. Mahasiswa merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti karena diusia 19-24 tahun sedang berada dalam posisi ingin mengekspresikan jati diri kepada lingkungan serta mendapat pengakuan dalam pergaulannya.

3. Setiap mahasiswa memiliki pandangan gaya hidup yang berbeda – beda khususnya penggunaan smartphone dalam aktivitas kesehariannya.

4. Berdasarkan pemikiran Baudrillard bahwa pada masa modern saat ini individu dapat dilihat berdasarkan kemampuan konsumsi terhadap suatu barang yang mampu dipandang sebagai suatu kelas tertentu, bukan lagi dilihat berdasakan latar belakang kelas ekonominya.

Selaras dengan fenomena yang terjadi pada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya bagi mahasiswa pemilik atau pengguna smartphone iPhone, dari berbagai macam latar belakang ekonomi yang berbeda – beda. sehingga menimbulkan ketertarikan peneliti dalam melakukan penelitian lebih mendalam terkait

(17)

17

bagaimana smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa, yang dimanfaatkan untuk menunjang segala aktivitas sehari – hari.

1.6.3. Teknik Menentukan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan alasan bahwa berdasarkan data jumlah mahasiswa FISIP yang diperoleh peneliti dari KAUR TU FISIP bahwa mahasiswa FISIP yang terbanyak dan masih aktif terdapat pada angkatan 2018. Dikarenakan mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang berjumlah banyak yaitu 1244 mahasiswa dari berbagai Program Studi yang ada di FISIP Universitas Muhammadiyah Malang diantaranya adalah Kesejahteraan Sosial, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Komunikasi, Sosiologi dan Hubungan Internasional, maka pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive (bertujuan). Teknik ini digunakan karena subjek yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian yaitu meneliti tentang smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa pada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Maka terdapat beberapa kriteria tertentu yang akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mahasiswa aktif tahun angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang yang memiliki atau pengguna smartphone iPhone saja.

(18)

18

3. Mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang yang memiliki atau pengguna smartphone iPhone dengan jangka waktu penggunaan minimal 2 tahun.

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan beberapa Teknik pengumpulan data. Adapaun Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah seperti berikut :

1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data – data yang lengkap dan berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:

a) Wawancara

Pada proses wawancara dengan subjek pada penelitian ini dilakukan secara tidak terstruktur untuk mendapatkan informasi secara langsung dari subjek mengenai fenomena yang diteliti.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada 8 mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang yang berasal dari berbagai Program Studi yaitu 1 orang dari Program Studi Kesejahteraan Sosial, 1

(19)

19

orang dari Program Studi Ilmu Pemerintahan, 1 orang dari Program Studi Ilmu Komunikasi, 1 orang dari Program Studi Hubungan Internasional, dan 4 orang dari Program Studi Sosiologi yang dilakukan secara mendalam atau wawancara langsung atau yang disebut dengan face to face dan melalui wawancara intensif yang menggunakan media online chatting pada aplikasi Whatsapp yang berkaitan dengan gambaran smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Peneliti memberikan kebebasan terhadap subjek dalam memberikan informasi terkait jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti tidak memberikan aturan khusus kepada subjek dalam memberikan informasi kepada peneliti. Subjek memberikan jawaban berdasarkan pengalaman keseharian yang mereka alami mengenai smartphone iPhone sebagai gaya hidup mahasiswa. Adapun gambaran data pada saat melakukan dengan salah satu pertanyaan, yakni bagaimana gaya hidup mahasiswa pengguna smartphone iPhone dan kegiatan seperti apa saja dalam mengaplikasikan smartphone iPhone sebagai gaya hidup seorang mahasiswa.

b) Dokumentasi

Sumber – sumber informasi non – manusia, seperti foto informan pada saat kegiatan wawancara, dokumen atau arsip

(20)

20

yang dimiliki subjek, pengalaman subjek dalam memanfaatkan smartphone iPhone sebagai gaya hidup mereka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Misalnya data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur yang berhubungan dengan penelitian ini untuk melengkapi penelitian yaitu buku, jurnal sebagai bahan tinjauan selain itu peneliti mendapatkan data dari hasil penelusuran internet dengan tujuan untuk memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan dengan melakukan penelusuran data melalui media online yang menyediakan fasilitas online yang mampu membantu peneliti dalam memanfaatkan informasi online berupa data penelitian maupun informasi teori, secara cepat, tepat, dan dengan mudah dipertanggung jawabkan secara akademik. Selain itu peneliti juga memperoleh tambahan informasi lainnya melalui media sosial TikTok berupa video

– video yang berkaitan dengan tema penelitian ini sehingga akan membantu memaksimalkan hasil penelitian ini.

1.6.5. Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan selama penelitian. Hal ini dimaksudkan supaya fokus penelitian tetap diberi perhatian khusus melalui wawancara mendalam, selanjutnya dianalisa secara kualitatif. Proses Analisa data dilakukan ketika penelitian masih berada dilapangan dan setelah penelitian tidak berada dilapangan. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian di pelajari dan ditelaah. Setelah itu dibuat abstrak yang merupakan rangkuman

(21)

21

inti dari proses wawancara. Hal ini diperlukan untuk menyempurnakan pemahaman terhadap data yang diperoleh kemudian menyajikan kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang ditemukan dan didapatkan dari lapangan. Analisa data memiliki tujuan, yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan suatu data agar dapat mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan mengenai karakteristik berdasarkan data yang sudah didapatkan (Nurdin & Hartati, 2019).

Dalam menganalisa data penelitian fenomenologi menurut Husserl yaitu zuruck zu den sachen selbt (kembalilah kepada realitas itu sendiri) yang berarti fenomenologi digunakan untuk menunjukkan realitas itu sendiri yang nampak dalam kesadaran kita dengan realitas apa adanya.

Fenomenologi Husserl sendiri bertujuan untuk mencari esensi dari apa yang disebut sebagai fenomena. Metode yang digunakan untuk mencari esensial adalah dengan membiarkan fenomena tersebut berbicara sendiri tanpa diikuti dengan prasangka – prasangka. Dalam hal ini konsep teknis yang diajukan Husserl adalah epoche atau dalam kurung (bracketing). Kata epoche berasal dari kata Yunani yang memiliki arti menunda putusan atau mengosongkan diri dari keyakinan tertentu. Metode epoche merupakan langkah – langkah untuk mencapai esensi fenomena dengan menunda putusan terlebih dahulu. Selanjutnya Husserl menyebutnya dengan Eidic Vision atau yang disebut sebagai “reduksi”, yakni menyaring fenomena sampai pada eideosnya atau intisarinya. Kemudian dari hasil reduksi disebut dengan wesenschau, yang artinya sampai pada hakikatnya (Amal, 2019).

(22)

22

Analisa data dimungkinkan terjadi dalam perspektif intersubjektif antara peneliti dengan subjek dengan “menunda” prasangka peneliti terhadap fenomena yang sedang dipelajari sehingga fenomena yang diteliti ditunjukkan sebagaimana adanya (appear or presents itself). Dalam penelitian ini menggunakan analisa data fenomenologis menurut (Moustakas, 1994) yaitu sebagai berikut:

a. Membuat daftar ekspresi – ekspresi dari jawaban atau respon subjek dengan menunda prasangka peneliti (bracketing) untuk memungkin ekspresi – ekspresi tersebut tampil sebagaimana adanya. Setiap ekspresi pengalaman hidup subjek diperlakukan secara sama (horizonalisasi).

b. Reduksi dan eliminasi ekspresi – ekspresi tersebut mengacu pada pertanyaan: apakah ekspesi tersebut merupakan esensi dari pengalaman subjek dan apakah ekspresi – ekspresi dapat dikelompokkan untuk diberi label dan tema. Ekspresi – ekspresi yang tidak jelas, pengulangan dan tumpang tindih direduksi dan dieliminasi. Kemudian ekspresi – ekspresi bermakna diberi label dan tema.

c. Mengelompokkan dan menuliskan tema terhadap ekspresi – ekspresi yang konsisten, tidak berubah dan memperlihatkan kesamaan. Pengelompokkan dan pemberian label terhadap ekspresi – ekspresi tersebut merupakan tema inti pengalaman hidup subjek.

(23)

23

d. Melakukan validasi terhadap ekspresi – ekspresi, labelling terhadap ekspresi dan tema dengan cara (1) apakah ekspresi – ekspresi tersebut secara jelas dan transparan ada pada transkrip wawancara atau catatan harian subjek (2) apabila ekspresi – ekspresi tersebut tidak transparan, apakah ekspresi tersebut

“bekerja tanpa konflik”. Jika tidak sesuai dan tidak transparan dengan pengalaman hidup subjek maka ekspresi – ekspresi tersebut dibuang.

e. Membuat Individual Textural Description (ITD). ITD dibuat dengan memaparkan ekspresi – ekspresi yang tervalidasi sesuai dengan tema – temanya dilengkapi dengan kutipan – kutipan verbatim hasil wawancara atau catatan harian subjek.

1.6.6. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kebenaran data dengan memastikan data itu valid dan berkualitas.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data melalui triangulasi data. Menurut (Sugiyono, 2012) Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data yang dilakukan terhadap berbagai sumber dengan berbagai waktu dan berbagai cara. Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi Teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Namun, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

(24)

24

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan cara wawancara dan dokumentasi untuk menguji keabsahan data tentang “Smartphone iPhone sebagai Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Fenomenologi pada Mahasiswa Angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang)” maka pengumpulan dan pengujian data dilakukan kepada mahasiswa angkatan 2018 FISIP Universitas Muhammadiyah Malang sebagai subjek dalam penelitian ini. Data dari sumber tersebut akan diabsahkan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari sumber data yang diperoleh dari subjek penelitian ini.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu teknik observasi pendukung terhadap subjek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembiayaan dengan akad musyarakah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Bismillah kepada nasabah untuk pengembangan suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini BMT

Pada hari Kesembilan kerja praktek di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, saya membuat desain tampilan untuk Login, Registrasi dan Home pada Aplikasi

“ Ika jangan sedih, kalo Ika nggak bisa buat origami burung Revand mau kok buatin origami burung buat Ika, kan sekarang Revand udah bisa buat origami burungnya,” ucap

Dalam Skripsi yang berjudul Sikap Keberagamaan dan Perilaku Altruisme Mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 2000, Heti berpendapat bahwa sikap

Vitrinit merupakan maseral utama dan paling dominan dalam batubara, berasal dari pengawetan hancuran bahan-bahan tumbuhan seperti batang, akar, daun, termasuk jaringan

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh religiusitas terhadap kecemasan dalam