• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Kuliah Petrografi Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Kuliah Petrografi Batubara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4 BAB 4

PETROGRAFI BATUBARA PETROGRAFI BATUBARA

Jenis batubara (coal type) berhubungan dengan jenis tanaman pembentuk batubara Jenis batubara (coal type) berhubungan dengan jenis tanaman pembentuk batubara dan

dan peperkerkembambangangannynnya a dipdipenengargaruhi uhi oleoleh h diediegengenesa esa tintingkagkat t awaawal l (Co(Cookok, , 1981982).2). Menurut Parks dan Donnel (dalam Cook, 1982), menyebutkan bahwa batasan jenis Menurut Parks dan Donnel (dalam Cook, 1982), menyebutkan bahwa batasan jenis batub

batubara ara digundigunakan akan untuk untuk mengmengklasiklasifikasfikasi i berbberbagai agai macamacam m pembpembentuk entuk batubatubarabara..  Adapun

 Adapun menurut menurut Shierly Shierly (dalam (dalam Cook, Cook, 1982) 1982) mengemukakamengemukakan n bahwa bahwa jenis jenis batubarabatubara seba

sebagai gai dasadasar r klasiklasifikasfikasi i petropetrografi grafi batubbatubara ara yang meliputi yang meliputi berbberbnaganagai i penypenyusunusun batubara dengan proses kejadian yang

batubara dengan proses kejadian yang berbeda-beda.berbeda-beda.

Petrologi organik memberikan dasar untuk pemahaman genesa, sifat-sifat, dan arti Petrologi organik memberikan dasar untuk pemahaman genesa, sifat-sifat, dan arti penting unsur organik di dalam batubara. Pendekatan empirik, kimiawi, dan fisika penting unsur organik di dalam batubara. Pendekatan empirik, kimiawi, dan fisika merupakan metode dasar di

merupakan metode dasar di dalam pengetahuan genesa batubara.dalam pengetahuan genesa batubara.

4.1

4.1 KELOKELOMPOK MMPOK MASERASERAL (MAL (MACERACERAL GRAL GROUP)OUP)

Komposisi batubara dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan dan komunitas Komposisi batubara dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan dan komunitas pembentuk gambut. Seperti halnya dengan batuan anorganik yang mempunyai pembentuk gambut. Seperti halnya dengan batuan anorganik yang mempunyai ko

kompomposissisi i berbermacmacam am minmineraeral, l, makmaka a dedemikmikian ian jugjuga a dendengan gan batbatubaubara ra yanyangg memp

mempunyaunyai i kompkomponen yang onen yang disebdisebut ut masemaseral ral (mace(maceral). ral). MaseMaseral ral beraberasal sal daridari mat

materierial al tumtumbubuhan han yayang ng dikdikeloelompompokan kan menmenjadjadi i tigtiga a kelkelompompok ok utautama, ma, yayaituitu berd

berdasarasarkan kan kejakejadianndiannya, ya, sifasifat t fisikfisik, , dan sifat dan sifat kimia maseral. Kelompok ataukimia maseral. Kelompok atau group tersebut adalah vitrinit (huminite), liptinit (exinite), dan inertinit (Tabel 4.1). group tersebut adalah vitrinit (huminite), liptinit (exinite), dan inertinit (Tabel 4.1). Dalam ukuran yang lebih kecil, masing-masing kelompok maseral dibagi lagi Dalam ukuran yang lebih kecil, masing-masing kelompok maseral dibagi lagi menjadi sub group maseral, maseral, dan sub-maseral

menjadi sub group maseral, maseral, dan sub-maseral

Tabe

Tabel 4.1l 4.1 klasklasifikasifikasi masei maseral bral batubatubara (ara ( K

KEELLOOMMPPOOK K MMAASSEERRAALL MMAASSEERRAALL

VITRINIT

VITRINIT TELOVITRINITTELOVITRINIT

Textinit Textinit Texto-ulminit Texto-ulminit Eu-ulminit Eu-ulminit Telokolinit Telokolinit DETROVITRINIT DETROVITRINIT Attrinit Attrinit Densinit Densinit Desmokolinit Desmokolinit GELOVITRINIT GELOVITRINIT Korpovitrinit Korpovitrinit Porigelinit Porigelinit Eugelinit Eugelinit LIPTINIT LIPTINIT Liptodetrinit Liptodetrinit Sporinit Sporinit Kutinit Kutinit Suberinit Suberinit Resinit Resinit Fluorinit Fluorinit

(2)

Eksodatinit Bituminit Alginit INERTINIT Slerotinit Semifusinit Fusinit Makrinit Mikrinit Inertodetrinit

Ketiganya merupakan dasar pembentuk batubara, masing-masing maseral berasosiasi satu sama lain dalam proporsi yang berbeda. Komponen penyusun batubara mempunyai komposisi tertentu sesuai dengan bahan tumbuhan asal dan proses-proses yang terjadi selama pembentukannya.

Di bawah mikroskop mempunyai karakteristik optik tersendiri di bawah mikroskop, yaitu berdasarkan morfologinya. Selanjutnya juga dapat dibagi berdasarkan sifat kimia, sifat optis, dan morfologinya (Tabel 4.2).

MASERAL SIFAT-SIFAT

VITRINITE LIPTINITE INERTINITE

Bahan asal Tumbuhan yang mengandung serat kayu, batang, dahan, akar, serat daun

Ganggang, alga, spora, dinding sel, kulit luar daun, getah, serbik sari, lemak, parafin

Kayu dan serat kayu

Densitas 1,2-1,8 gm/ml 1,18-1,28 gm/ml Bervariasi antara vitrinite sampai agak berakar sedikit Sifat pengkokasan Bereaksi selama proses karbonisasi menjadi bagian terbesar dari kokas

Menguap menjadi gas dan tar   (kandungan gas dan tar >>>), sebagai masa dasar kokas

Sangat lamban bereaksi

Kimiawi Kandungan C sedang Kekasaran

setelah dipoles

Relatif negatif Relatif positif, gores-gores kasar 

Relief positif, kasar  Reflektan

(sinar pantul)

 Abu-abu tua sampai abu-abu terang Di bawah sinar  langsung Fluorencence Keterdapatan Lain-lain

Kegunaan studi maseral adalah untuk:

1. Menentukan pemanfaatannya berdasarkan perbedaan kimiawi dan sifat fisik maseral. Perbedaan sifat kimiawi penting dalam penentuan sifat-sifat pada nilai kalori, pengkokasan, dan kemampuan pencairan batubara, sedangkan sifat fisdik penting untuk menentukan faktor grinability dan potensi pengkokasan.

2. Mengetahui posisi lapisan batubara, menurut Cook (1982) sedikitnya kandungan vitrinit menunjukan lapisan batubara tersebut relatif berada di bagian atas dan sebaliknya banyaknya kandungan vitrinit menunjukan

(3)

lapisan batubara erada relatif di bagian bawah.

3. Menentukan lingkungan pengendapan, pada lingkungan lower delta plain, sedangkan pada meandering fluvial biasanya vitrinite sedikit.

4. Menentukan kecepatan penurunan dasar cekungan, bila vitrinit banyak ditafsirkan kecepatan penurunan cekungan berjalan cepat, artinya muka air  tinggi, sedangkan bila kandungan vitrinit sedikit ditafsirkan kecepatan penurunan berjalan lambat artinya muka air rendah.

4.1.1Grup Vitrinit

Vitrinit merupakan maseral utama dan paling dominan dalam batubara, berasal dari pengawetan hancuran bahan-bahan tumbuhan seperti batang, akar, daun, termasuk jaringan kayu, jaringan mesotil daun, dan beberapa pengisi jaringan sel dalam berbagai bentuk.

Di bawah mikroskop cahaya pantul pada medium imersi minyak, maseral vitrinit terlihat berwarna abu-abu sedang, sangat kontras dengan maseral liptinit yang berwarna abu-abu gelap dan maseral inertinit yang berwarna abu-abu terang.

Munculnya maseral vitrinit pada pita-pita vitrain setebal 3-12 mm menunjukan proses pengawetan dan pembatubaraan berasal dari akar  besar, kulit kayu, dan batang tumbuhan. Ciri seperti ini disebut dengan telocollinit, sedangkan struktur sel yang terlihat jelas dinamakan telinit. Maseral vitrinit juga dapat terbentuk dari jaringan tumbuhan yang lebih kecil, seperti rumput dan alang-alang. Jaringan tersebut bergradasi menjadi fragmen-fragmen, sering berupa attrital dengan maseral lain. Ciri ini dikenali sebagai desmocollinit.

Kerusalkan jaringan ligno-selulose oleh bakteri, jamur, atau akibat aksi kimia menghasilkan gel koloid. Gel koloid ini dapat mengisi rekahan dan rongga sel lumen. Ciri ini dikenali sebagai gelocollinit. Maseral vitrinit yang berbentuk lingkaran, elips, atau berbentuk batang yang terjadi pada proses isolasi atau sebagai pengisi sel. Ciri ini dikenal sebagai corpocollinit.

Inertodetrinit terkomposisi dari fragmen (pecahan) maseral-maseral inertinit. Menurut ICCP (1971) fragmen dari fusinit atau semifusinit yang kurang dari satu sel komplit dapat dikelompokkan ke dalam inertoderinit. Sclerotinit berasal dari perombakan sisa-sisa jamur dan mempunyai reflektansi yang tinggi. Sclerotinit umum muncul pada batubara Tersier, berbentuk spora bundar, mempunyai diameter beberapa puluh mikron, serta mempunyai rongga-rongga sel yang cenderung berbentuk gelembung dengan struktur sel yang teratur.

4.1.2Grup Liptinit

Merupakan maseral yang agak dominan, maseral grup ini berasal dari spora, pollen, kutikel, resin, dan ganggang dinamakan exinit (Stopes, 1935).

4.1.3 Grup Inertinit

Merupakan maseral yang relatif sedikit yang tervbentuk dari oksidasi material-material lain pembentuk batubara maupun karena alterasi kimiawi material kayu.

(4)

4.2 LITOTIPE DAN MIKROLITOTIPE (LITHOTYPE AND MICROLITHOTYPE)

 Asosiasi masing-masing maseral dibedakan sebagai litotipe dan mikrolitotipe. Keduanya dibedakan dalam skala ukuran, litotipe dibedakan secara makroskopis, sedangkan mikrolitotipe dibedakan secara mikroskopis.

Litotipe adalah lapisan (pita-pita) tipis (bands) di dalam batubara yang secara makroskopis bisa dikenali, selanjutnya disebut sebagai vitrain, clarain, durain, dan fusain (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 klasifikasi litotipe batubara.

LITOTIPE KETERANGAN

Vitrain Berbentuk lapisan atau lensa, ketebalan sekitar 3-5 mm, cemerlang, pecahan berbentuk kubus, secara mikroskopis kaya akan vitrinit.

Clarain Berbentuk lapisan-lapisan tipis, cemerlang dan kusam, ketebalan beberapa milimeter, secara mikroskopis kaya akan vitrinit dan liptinit.

Fusain Berwarna hitam atau hitam keabu-abuan, mempunyai kilap sutera, berserabut, mudah diremas, secara mikroskopis kaya akan fisunit.

Durain Berwarna abu-abu sampai hitam kecoklatan, mempunyai kilap berminyak dan permukaan kasar, secara mikroskopis kaya akan liptinit dan inertinit.

Mikrolitotipe dibedakan berdasarkan asosiasi masing-masing maseral dengan tebal ukuran minimum lapisan (bands) sekitar 50 mikrometer yang diidentifikasi di bawah mikroskop. Penamaannya sesuai dengan nama asosiasi maseral yang ada, hanya dibedakan akhiran it  untuk mikrolitotipe dan akhiran nite untuk maseral.

MIKROLITOTIPE KOMPOSISI MASERAL Monomaseral Vitrit Liptit Inertit Bimaseral Klarit Vitrinertit Durit Trimaseral Duroklarit vitrinertoliptit

3.2.1 Proses-proses yang Berasosiasi

(5)

Gambar

Tabel 4.1 l 4.1 klas klasifikas ifikasi mase i maseral b ral batub atubara ( ara ( K
Tabel 4.2 klasifikasi litotipe batubara.

Referensi

Dokumen terkait

l)engan menerapkan Statistical Proces Conlrol maka perusahaan dapat menekan jumlah produk cacat hingga tidak melebihi Upper Control Lirnit dan menghemat biaya kualitas scbesar Rp

Lokakarya yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR bekerjasama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) dan

: Menetapkan kembali ketentuan biaya perkara pada Pengadilar Negeri Sigli sebagaimana tercantum pada lampiran Surat Keputusan ini : Surat K eputusan ini m ulai berlaku

Algoritma estimasi rotasi dengan menggunakan PPFT yang dapat dilihat pada gambar 5 akan diperbaiki dengan membuang iterasi yang harus dilakukan untuk menemukan sudut rotasi

Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh jumlah jenis atau individu yang didapat, adanya beberapa jenis yang ditemukan dalam jumlah yang lebih

Dibandingkan dengan titik leleh Al 2 O 3 murni (2050°C), suhu tersebut merupakan suhu yang rendah, dan inilah sebabnya proses Hall-Heroult bias berhasil. Lelehan aluminium

Kadar gula reduksi buah salak pondoh menunjukkan bahwa buah umur petik 6 bulan dengan pelapisan lilin mengalami kenaikan pada hari ke-6 dalam simpanan

Petikan membincangkan langkah-langkah// cara-cara/ prakarsa/ strategi/tindakan /usaha membendung kenaikan harga barang dalam masyarakat di Malaysia. Pengguna membeli barangan