• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film Dokumenter

Menurut(Nichols, 2010), Film dokumenter merupakan sebuah film yang menunjukkan kehidupan yang nyata dimana tempat kita menceritakan kehidupan, berbeda prinsipnya dengan cerita fiksi yang menggambarkan dunianya sendiri.

Karena mempunyai satu tujuan yang berbeda dan pembahasan yang berbeda.

Dalam film Dokumenter subyek dan pembuat film mempunyai hubungan yang lebih dekat yang membuat banyak perbedaan pandangan tiap orang.

Pembahasan mengenai cerita dari dokumenter sangat berbeda dari film fiksi.

Karena dokumenter membuat sebuah perbedaan dimana dokumenter berbicara lebih kuat karena semuanya merealisasikan waktu. Mungkin kita sering mendapati film fiksi sedikit serupa dengan dokumenter, baik dari lokasi syuting, aktor, suara off screen, dan pencahayaan. Tetapi, secara teknis pengambilan cerita dan cara menceritakannya sangat berbeda. Di dalam dokumenter kita lebih melihat kepada satu atau dua karakter yang diikuti dalam kehidupanya tanpa ada rekayasa yang diciptakan.

Dokumenter berdasarakan (Dancyger, 2018, p. 45), tidak pernah terlepas dari komunikasi ide dan dalam hal hiburan merupakan hal kedua. Dalam memberikan hiburan tersebut D.W Griffith dan kelompoknya senang dengan menggunakan teknik editing yang memeliki kesan emosional dalam pengerjaannya.

(2)

6

Dokumenter adalah “film akutalitas” yang sudah ada sejak Lumie’s bersaudara, tetapi tidak sampai tahun 1920-an. Para pembuat film dari Rusia- Einstein, Pudovkin, dan sekolah film nasional di bawah Kuleshov dan film

“Robert Flaherty’s Nanook of the North “(1922). Meminta John Grierson di Inggris untuk mempertimbangkan film dokumenter sebagai salah satu wujud propaganda, atau untuk tujuan Revolusioner.

Berdasarkan (McLane, 2012, p. 4), awal mula dokumenter berasal dari film

“Robert Flaherty’s Nanook of the North”(1922), yang dibuat untuk memperkenalkan kepada orang-orang tentang keberadaan orang Eskimo. Pada zaman itu banyak foto-foto yang bercerita mengenai kehidupan orang Eskimo.

Namun bagi Robert, ia mengingkan cara penyampain yang berbeda dengan membuat film dokumenter. Kesuksesn film tersebut berkat istrinya, Frances, yang sangat ambisius dalam mengeksplor dan menciptakan foto beserta video dalam film. Film kedua dari Robert adalah “Moana” (1926), yang bercerita mengenai kehidupan sehari-hari dari keluarga Polynesian beserta anak remajanya. Sejak saat itu kata “dokumenter” semakin populer dan dijadikan kata yang berdiri sendiri.

Dokumenter diammbil dari kata “dokumen” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Latin menjadi Docre yang artinya mengajar. Sejak tahun 1800 berdasarkan Oxford English Dictionary, kata dokumenter artinya “a lesson; an admonition, a warning”. Saat John Grierson menulis mengenai film “Moana” dengan menyebutkan “Documentary Value” dia sedang memikirkan kata “dokumen”

yang berarti sebuah rekaman data berisi faktual dan autentik.

(3)

7

Film dokumenter menceritakan tentang realitas, suatu kejadian yang tidak dibuat-buat tanpa adanya arahan. Tokoh yang ada didalam tersebut sadar akan adanya kehadiran kamera, wawancara langsung dengan tokoh dan tokoh tersebut melihat langsung ke arah penonton. Menurut(Bordwell, 2013), film dokumenter menekankan pesan yang kuat dengan memberitahu tentang kejadian yang sedang terjadi atau tidak terjadi.

Film dokumenter mengarahkan kita agar kita percaya bahwa orang, tempat, dan kejadian yang ditunjukkan di film dokumenter itu ada atau pernah ada. Sebuah film dokumenter tujuannya adalah menunjukkan informasi factual yang ada di dunia.(Bordwell, 2013, p. 351)Banyak tipe documenter yang terkadang membuat banyak orang bingung, kadang mereka memberitakan realita yang terjadi tetapi mereka juga bisa memberikan sebuah informasi yang tidak benar atau bohong.

Salah satu Contoh film An Inconvient Truth, karya Al Gore membahas tentang pemanasan global, film ini memberikan informasi yang kurang tepat baik dari data maupun argumennya. Meskipun ini dianggap hal yang salah tetapi film ini masih disebut sebagai dokumenter. Hanya saja mempunyai pembahasan yang kurang tepat dan cerita yang keluar dari jalurnya. Film dokumenter dapat memberikan suatu cerita yang bisa diperdebatkan, aau sebuah solusi dalam suatu permasalahan. (Bordwell, 2013, p. 352)

(4)

8 2.2. Personal Documentary

(Sataloff et al., 2013) Menjelaskan bahwa personal documentary tidak terlepas dari budaya Ethnography dan juga Anthropology. Berbicara mengenai Pre- industiral cultres, particulary cultres. Dokumenter ini berbicara mengenai kehidupan sebuah keluarga atau seseorang. Mengeksplor sebuah kehidupan sebuah tokoh seseorang atau keluarga dengan audio yang direkam bersama dengan kamera maupun audio yang direkayasa, atau berisi mengenai interaksi dengan pembuat film.

Ethnography dan Personal Documentary adalah hal yang saling bertolak belakang, di mana salah satunya memiliki kesan tradisi dan berhubungan dengan perjalanan antropologi ke lokasi yang cukup jauh dan mengamati orang-orang yang berbeda dari diri sendiri, menginvestigasi sebuah budaya, sedangkan personal documentary yang lain lebih ke arah mencari tahu sebuah fakta mengenai diri seorang pembuat film atau perjalanan hidupnya. Robert Gardner mengungakapkan Ethnographic merupakan pencarian mengenai makna atau kehidupan sebuah budaya yang cukup jauh, yang berhubungan dengan budaya di sebuah lokasi, sedangkan untuk personal documentary lebih kepada kehidupan pribadi seseorang atau, budaya ataupun tradisi seseorang yang bersifat pribadi.

2.3. Naratif Dalam Dokumenter

2.3.1. Pembuatan Naratif Dalam Dokumenter

Pembuatan naratif dalam dokumenter harus diawali dengan ide. Ketika para pembuat film di minta untuk mendeskripsikan film biasanya yang timbul dari

(5)

9 benak mereka adalah gambar, pertemuan, juxtaposition, pembahasan pokok yang sangat luas. Dalam dokumenter tidak jauh berbeda dengan dari ide kreatif. Namun ide dapat mengubah cerita menjadi sebuah dokumenter yang kuat berdasarkan narasi yang menarik, konsep atau bentukan yang kuat, yang melibatkan karakter utama dan penggambaran akan dunia tertentu. Sehingga cerita yang akan dibuat data lebih detil saat riset dan juga akses bertemu Narasumber. (de Jong et al., 2014, p. 58)

Hal berikutnya yang perlu kita ketahui adalah apakah dokumenter yang akan kita buat mempunyai cerita? Tidak selalu cerita berbicara mengenai awalan, tengah, dan akhir. Tetapi cerita dibentuk berdasarkan ruang dan waktu, siapapun narasumbernya, harus dapat menggerakan cerita dengan keterbukaan dari dirinya.

Pembuatan cerita yang sedang berjalan atau secara perlahan memperlihatkan karakter-karakter atau pun arti dari cerita tersebut, tetapi membutuhkan momen yang tepat untuk menangkap perhatian penonton maupun makna dari pengertian tersebut.(de Jong et al., 2014, p. 59)

Pembuatan cerita merupakan proses dari pemilihan dan pengeditan. Untuk memilih bagian mana yang harus dibuang sama pentingnya dengan bagian yang dipakai. Sedangkan untuk pembuat dokumenter yang mengklaim bahwa film mereka mempresentasikan realitas kehidupan, membuat cerita harus memiliki etika bermoral. Etika dalam dokumenter adalah memberikan cerita yang asli. Ini yang membuat dokumenter tidak dapat membuat cerita tidak memiliki kebebasan.

Berbicara mengenai dokumenter ada juga yang disebut sebagai point of view dari titik pandang narasumber melihat atau mendengar. Ide dokumenter yang baik

(6)

10 akan membuat sebuah pandangan yang berbeda dari yang lain. Disaat pembuat film telah menemukan kekuatan cerita maka sudah dapat bentukan film dan sudut pandang yang berbeda. Harus dapat mengembangkan dengan keputusan yang konsisten dalam mencari gaya dan struktur. Sutradara dokumenter merupakan

“kekebalan” tubuh film untuk mempertahankan integritasnya mencegah cerita yang tidak pada tempat atau merusak elemen cerita tersebut.

Hal terpenting adalah membuat film ini mengekspresikan film itu sendiri walau dalam prosesnya akan mendapatkan sebuah ide-ide dan bahkan nasihat yang sebetulnya tidak anda minta dan diberikan banyak pilihan. Untuk langkah awal dalam membuat sebuah narasi seiring belajar mengenai potensial untuk

mengarahkan cerita, ada baiknya jika anda memperhatikan Ideal Form: Seperti film ini akan seperti apa, karena hal ini berpengaruh terhadap budget anda.(de Jong et al., 2014, p. 59)

Film ini akan berpengaruh terhadap produksi dan Post-Production,

khususnya untuk pengambilan gambar serta elemen yang akan diciptakan. Satu hal yang perlu diingat adalah hasil akhir film bukan sesuatu yang di arsipkan

melainkan sesuatu yang dapat membawa kamera sebagai cerita.

Pertanyaan berikutnya adalah dunia seperti apa yang akan dibuat? Pembuat film dokumenter selalu membawa penonton menuju satu dunia yang berbeda, Pembuat harus memahami bagaimana dunia yang diciptakan dapat berjalan, karakter yang seperti apa yang dapat membawa cerita, seperti apa mood, teknik sound seperti apa, warna dalam proses editing, dan bagaimana hukumnya di tempat tersebut. Ini yang nantinya akan mempengaruhi dalam gaya dokumenter kita.

(7)

11 Salah satu cara dalam membentuk cerita ialah pembuat film harus

mempunyai sebuah aturan sendiri, yang akan dibawa oleh pembuat film atau ide anda ke layar bioskop baik pernyataan terbuka dan pendekat aturan-terikat untuk produksi film. (de Jong et al., 2014, p. 60)

Siapakah karakter utama? Hampir di setiap dokumenter pembuat film akan memilih sendiri karakternya, berdasarkan pengalaman atau suatu kondisi yang terjadi dan bersangkutan dengan karakter tersebut. Film dokumenter mempunyai relasi yang kuat antara pembuat dan juga karakter. Memiliki cerita yang kuat dan didukung oleh karakter yang baik, maka film tersebut dapat menciptakan dunia mereka sendiri. Karakter yang dipilih harus bisa mengambil beberapa resiko, baik susah payahnya, perasaan, dan journey atau bahkan mereka akan mempunyai kecurigaan jika pembuat film mengingkan sesuatu dari mereka.

Karakter tersebut harus memiliki sesuatu yang ingin di capai dalam arti cerita tersebut dapat di gerakan oleh karakter dalam meraih yang diinginkannya.

Karakter adalah tokoh yang harus dapat bekerja “dengan kamera”, yang dapat membuat film ini berhasil. Ketika pembuat film melihat kembali akan mempunyai sebuah kesan yang kagum dan sangat menghargai usaha karakter tersebut. Mereka adalah orang yang cukup kompleks atau yang mengejutkan ketika film me-

reveal.(de Jong et al., 2014, p. 60)

Dalam beberapa hal semua dokumenter merupakan gabungan exploration antara pembuat film dan narasumber. Dokumenter kontemporer akan sering menggunakan footage yang sudah mereak kontribusikan baik dari buku harian,

(8)

12 arsip. Berbeda dengan penyiaran dokumenter televisi biasanya mereka lah yang akan mengontrol segala aspek hingga penyuntingan gambar.

Tetapi dalam pembuatan film kontemporer biasa terutama film yang

menarik atau dapat diartikan jika rekaman film yang berhubungan langsung dengan tokoh utama atau menggunakan kehidupan mereka sendiri, biasanya cerita atau hasilnya akan lebih baik daripada dokumenter yang menggunakan surat perjanjian.

Dalam proses pengembangan cerita ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah persetujuan karakter utama atau narasumber. Jika ingin melakukan dokumenter untuk jangka panjang pastikan tokoh atau narasumber tidak terikat dengan jadwal lain terkecuali jika pihak yang bersangkutan memperbolehkan untuk melakukan dokumenter bersama dengan narasumber.

Dalam arti pembuat film wajib mempunyai sebuah kontrak dengan narasumber jika memang diperlukan untuk film.(de Jong et al., 2014, p. 61)

Hal ini berhubungan dengan pendonor finansial anda dalam konteks ini Produser. Untuk meyakinkan jika sudah ada pernyataan resmi dari narasumber untuk melakukan produksi ini dan diikat secara hukum. Biasanya pembuat film akan memberikan hak cipta untuk semua footage dan narasumber yang direkam sampai detilnya dan dicantumkan dalam kontrak tersebut. Berguna untuk memberikan investor atau produser keyakinan jika dana yang dikeluarkan benar dipakai untuk keperluan film ini.

Riset merupakan hal yang penting. Dalam dokumenter riset merupakan pencarian narasumber, kejadian saat itu, atau film arsip yang diperlukan dalam mewujudkan premis film. Saat mencari sebuah narasi sangat diperlukan untuk

(9)

13 menemukan informasi karena merupakan aspek terpenting dari penelitian. Hal itu sangat berpengaruh dengan mengamankan izin dan hubungan yang diperlukan dalam melakukan dokumenter. (de Jong et al., 2014, p. 62)

Berikutnya dalam membuat sebuah narasi kita memerlukan untuk meneliti konteks yang dibahas dan juga narasumber atau orang yang berhubungan

langsung. Suatu hal yang menyenangkan dalam membuat dokumenter ialah pembuat dokumenter dapat belajar mengenai kehidupan manusia lebih dalam, dan bertemu dengan orang-orang yang mempunyai pengalaman hidup yang menarik.

Sebagai pembuat film maka belajar mengenali narasumber, dapat membuat diri sendiri semakin berkembang dan lebih menguasai cerita dan dokumenter itu sendiri. Film sendiri merupakan sebuah media yang relatif sederhana yang dapat menyampaikan informasi untuk mewakili subyek pembuat film yang lebih mengerti mengenai situasi, kondisi, atau makhluk itu sendiri.

Dalam teknologi sekarang sangat mudah untuk mencari sebuah riset yang mendukung film tersebut. Jika menggali film tersebut secara dalam baik kompleks dan kontroversial maka riset lapangan sangat diperlukan dibandingkan riset

melalui internet, karena harus lebih mengerti lebih dalam lagi tentang isu atau subyek yang akan diangkat ke layar.(de Jong et al., 2014, p. 62)

Dalam menggali riset harus mempunyai penguasaan yang baik, untuk mengantarkan pembuat film ke arah dunia yang akan difilmkan. Lebih baik jika melihat dan mendengar dengan sendiri apa yang akan dibuat sehingga

memperkaya diri pembuat film dan juga pembentukan cerita dokumenter. Semua dapat dilakukan dengan mengumpulkan hasil riset baik berupa hasil awal dari

(10)

14 footage yang diambil dan disusun dalam bentuk trailer untuk membantu

promosikan film dokumenter sebagai bentuk penggalanagan dana.

Dalam buku (de Jong et al., 2014, p. 62) Hal terakhir yang perlu

diperhatikan adalah hasil dari riset baik dalam bentuk footage atau foto. Dalam hal ini dipergunakan sebagai berikut:

1. Hasil riset dapat menjadi sebuah patokan dalam film yang sedang atau akan dibuat, yang menggambarkan ilustrasi dari cerita.

2. Hasil riset dapat ndigunakan untuk tujuan tertentu baik dalam

penggalangan dana atau untuk sekedar memberitahu narasumber film.

Hasil yang telah dimiliki atau direkam akan menjadikan bahan utama dalam memperdalam subyek atau narasumber yang difilmkan.

2.3.2. Wawancara Dalam Dokumenter

Berdasarkan (Bernard, 2011) menjelaskan kegunaan dari Wawancara yang berlangsung pada tokoh yang ada dalam cerita. Tujuan dari adanya wawancara ialah untuk mempersingkat waktu, dan untuk memberikan informasi yang kuat di dalamnya. Cara yang tepat dalam menyusun sebuah wawancara sebelum masuk pada tahapan editing ialah membuat sebuah lembaran kertas yang berisikan poin- poin yang sesuai dan mendukung dalam scene tersebut. Dalam timeline editing, bagaimanapun juga memberikan esensi mengenai sebauh paragraf berdasarkan poin-poin yang diingini.

Hal selanjutnya ialah tidak selama poin-poin penting yang sudah di garis bawahi akan berguna bagi editor dalam memilih dialog-dialog. Karena seringkali

(11)

15 tokoh tidak sesuai dengan topik dan bahkan banyak penghalang ketika

membacakan sebuah ringkasan yang dibuatnya maupun distraksi yang terjadi ketika melakukan wawancara. Bagaimanapun juga sebuah wawancara dapat dikerjakan dengan baik untuk memberikan sebuah “cover” dalam menjalankan cerita, maupun dengan beberapa trik yang dapat menghilangkan keganjalan pada saat melihat kembali hasil rekaman wawancara.

Dalam proses editing perlu memperhatikan pelafalal kata, atau consonant agar tidak teralu patah ketika memulai melakukan editing. Seorang editor juga mampu menggunakan stock shot untuk mempermudah melemparkan sebuah cerita jika pada saat wawancara suara atau potongannya tidak bagus, atau hanya

menggunakan suara saja dan memasukkan beberapa footage-footage untuk membuat sebuah cerita yang sempurna. Banyak beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadirkan sebuah wawancara yang cukup baik, tanpa harus memperlihatkan tokoh dalam dokumenter secara terus menerus dan menemukan cutting point, atau bagian yang dapat digunakan sebagai shot-shot lainnya.

2.4. Editing

Proses editing cerita dan struktur tidak akan terjadi apabila seorang editor tidak mengerjakannya. Jika diurutkan tatanan dalam proses editing, editor akan memberikan kumpulan footage yang panjang dan digabungkan dalam satu timeline. Kemudian akan diubah ke dalam Rough Cut, Fine Cut, Picture Lock, dan terakhir Script Lock. (isinya merupakan kumpulan shot yang akan dipilih, ditambahkan, diganti dan menandai bagian yang akan dipakai).

(12)

16 Pada saat progres editing, editor akan memberikan Rough Cut, yang merupakan draft yang lebih panjang dari waktu yang sebenarnya. Menyusun cerita, dan struktur dalam satu rangkaian kemudian beberapa elemen yang perlu ditambajkan. Dalam Rough Cut adalah waktu yang tepat untuk melihat, memilah dan membenarkan struktur, cerita, dan bereksperimen. Setelah itu masuk kepada bagian Fine Cut, film sempurna dan sudah sesuai dengan durasi yang diperlukan.

Jika terdapat narasi, bagian ini merupakan waktu untuk menyempurnakannya dan cerita sudah akurat dan sesuai dengan yang diinginkan. Picture Lock berarti durasi film sudah tepat dan sesuai. Script Lock segala unsur sudah dibenah lebih baik, dari segi narasi atau voice over sudah dapat dimasukkan dan diproses pengerjaannya.(Bernard, 2011, p. 187)

The Directing-Editor Relationship merupakan hubungan antara sutradara dan editor dalam mengerjakan proyek film. Jika dikerjakan oleh sutradara sendiri maka akan lebih banyak menguras waktu. Maka dari itu diperlukan seorang editor dalam mengerjakan film. Pengerjaannya ada baiknya jika editor mempunyai mata yang segar dan itu merupakan hal yang dimiliki oleh seorang editor independen yang tidak dimiliki oleh sutradara. Karena apabila sutradara yang melakukan maka akan banyak nilai-nilai dalam film tersebut yang sebenarnya tidak penting namun tetap di jadikan sebuah hal yang indah.

Editor independen bagaimanapun juga hanya melihat apa yang ada di layar sehingga sering menganggap segala sesuatu yang lain tidak penting dalam film tersebut. Sehingga menjadikan dirinya sebagai hakim yang baik dalam menilai materialnya. Editor tidak hanya untuk membuat film dari segi teknis tetapi juga

(13)

17 mengajurkan cara-cara yang lebih baik dan cara-cara baru dalam melihat material (Footage). Editor akan memberikan pendapat-pendapat yang baik dan juga memberikan sebuah energi yang baru dalam prosesnya.

Sangat penting untuk menemukan editor yang tepat untuk kesuksesan film, karena film dokumenter lebih terbuka daripada film panjang. Sering kali dalam dokumenter tidak ada panduan atau cerita, dan memberikan seluruh material kedalam lengan editor serta menuntutnya untuk menjadikan sebuah film.

Sehingga sangat penting untuk mempunyai editor yang handal dan selalu berada untuk membantu sutradara dalam pencapaiannya untuk membuat film lebih utuh.

(Echardt, 2016, p. 210)

2.5. Tahapan-tahapan Dalam Editing

Berdasarkan (Bowen & Thompson, 2015),Stages of the Editing Process adalah proses editing dalam sebuah timeline yang berisikan potongan-potongan film, suara, dan sudah di gabungkan. Dalam hal ini seorang editor mempresentasikan hasil editing yang koheren, mempunyai arti, dan informasi berupa cerita untuk dipertunjukan kepada audience. Untuk menyelesaikan proses editing ini kita memerlukan sebuah proses dari hasil mentah produksi yang dipindahkan kedalam software. Untuk melakukan penyusunan dan penyuntingan visual yang nantinya membentuk suatu cerita yang menjadi utuh setelah sudah melewati proses penyuntingan.(Hlm. 7)

(14)

18 Gambar 2.1. Proses Editing

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Secara umum proses editing dikatakan sebagai Post-Production, dari hasil footage yang sederhana sampai yang benar-benar rumit. Saat kita sudah memulai Post-Production,editor sudah memasukkan hasil rekaman yang diambil pada saat syuting, kemudian hasil audio recording. Sudah menyusun berbagai bahan untuk melengkapi visual dan juga melengkapi Special Effect, Titles/Graphics/Credits, Sound Effect, Music. Disusun bertahap dari penggabungan, kemudian sudah memasukkan Sound Effect dan Visual Effect, beserta Music Scoring.

Setelah itu dipindahkan ke proses koreksi warna dan mixing, disini hasil semua gabungan alur sudah hamper selesai dan siap untuk di distribusikan ke bioskop-bioskop. Proses editing ini dapat dilakukan dengan satu orang untuk sebuah film yang pendek, namun begitu menyentuh film layar lebar maka diperlukan tim khusus untuk saling membantu satu dengan lainnya agar film tersebut selesai di waktu yang sudah ditentukan. Biasanya di film mengenal dengan sistem Offline Edit dan Online Edit. Pemahaman ini sering kali digunakan

(15)

19 dalam pertelevisian, Offline Edtiting ini membangun dan membentuk sebuah pertunjukkan dengan resolusi yang sangat rendah sehingga mereka dapat mengerjakan dengan cepat.

Kemudian Online Editing biasanya akan mengubah resolusi rendah menjadi resolusi lebih tinggi atau yang bagus, dengan sudah di tambahkan audio mixing yang siap untuk disiarkan. Dari suara dan musik sehingga hasilnya dapat langsung disiarkan dan dnikmati oleh penonton. Namun dalam film juga melakukan hal yang sama dengan televisi, biasanya mereka akan memulai dengan Offline Editing, yang berisikan hasil sync suara dengan visual, Judul, Graphic, dan penempatan untuk Visual Effect dan juga Sound Effect. Kemudian editor akan memotong bagian-bagian yang memerlukan sentuhan agar dapat menciptakan sebuah dramatik.

Setelah dari Offline maka dipindahkan ke Online Editing, Biasanya dalam Online Editing editor akan mencoba mengoreksi warna. Untuk menentukan mood tercapai dan kemudian akan menambahkan Visual Effect, Sound Effect, dan Musik. Tugas disini untuk memastikan segalanya sudah sesuai berdasarkan jalan cerita beserta penempatan tambahan-tambahan jika memerlukan. Online Editing biasanya akan menambahkan seperti tracking video, stabilizing sebuah obyek jika memerlukan.

Tugas-tugas dari seorang editor dari Aquire hingga Picture Lock, dan juga koreksi warna merupakan proses dari editing yang disebut Offline, Online, Mastering. Proses awal dari sebuah editingdikenal dengan istilah Aquire,

(16)

20 organize, Review and Select, Assemble, Rough Cut, Fine Cut, picture Lock, Finish, mastering and Delivery.

Gambar 2.2. Tahapan-tahapan editing (Sumber: Grammar of the Edit)

2.5.1. Acquisition

9Acuisition adalah proses pertama dalam film, yang harus dilakukan oleh seorang editor dalam menyelesaikan proses penyuntingan. Dalam proses ini seorang editor mengumpulkan semua data hasil dari proses syuting yang sudah direkam dan sudah mulai dipisah per bagian sesuai dengan kebutuhan dalam cerita tersebut.

Biasanya hasil rekaman bisa berupa foto, musik, motion graphic, dan sebagainya.

Hasil footage dan rekaman suara, bisa saja berupa emulsion film, analog tape, digital tape, atau digital media, disatukan ke dalam satu file selama proses editing berlangsung.

Di zaman sekarang hampir semua sudah berupa digital sehingga semua data yang belum digital harus diubah menjadi digital terelebih dahulu. Jika kita

(17)

21 menggunakan sistem non-Linear Editing atau yang disebut sebagai media lain seperti software editing. Jika seperti itu maka kita harus memasukkan gambar video, dan semua yang berupa digital yang ada di dalam files drive, ke dalam program yang akan dipakai untuk proses penyuntingan gambar. Secara tidak langsung artinya editor akan mengambil semua materi yang sudah di rekam berupa footage, sound, dan hal lain yang diperlukan.

Seorang editor harus mempunyai sebuah sistematis yang rapi dalam menyusun dan juga mengumpulkan data-data yang sudah di rekam. Sehingga tidak ada kelalaian saat akan memulai proses penyuntingan gambar.

2.5.2. Organization

Organiztion merupakan semua hasil rekaman pada saat proses syuting berlangsung dikumpulkan dan disusun berdasarkan urutan dari cerit tersebut.

Dalam hal ini sangat memerlukan ketelitian, dengan memberikan label, pengelompokan, dan pemilihan bahan untuk proses penyuntingan. Karena nantinya akan menimbulkan sebuah masalah dan mengakibatkan kelalaian dalam mencari bahan-bahan hasil syuting. Dalam proses ini seorang editor harus mampu mempunyai sistem kerja yang baik karena dia akan berhadapan dengan berbagai kesulitan mencari bahan-bahan seperti; shots, atau Sound Effectyang baik, hasil perekaman audio.

Seorang editor harus mempunyai sebuah folders untuk menyimpan bahan- bahan hasil syuting berdasarakn urutan hari, tanggal, subyek, adegan. Sehingga harus bijaksana dalam pengelompokan sebuah projek yang dimiliki, untuk

(18)

22 menghindari bahan materi penyuntingan yang berantakan. Pengelompokan bahan hasil syutingan bukanlah proses dari penyuntingan, namun merupakan cara kerja yang baik atau mempunyai workflow post-production yang baik, yang lancar, dan tidak menimbulkan kekcauan saat proses editing berlangsung. Hampir editor yang baik pasti mempunyai seorang asisten untuk membantu mengelompokan. Karena perlu diketahui hasil rekaman syuting sangatlah banyak dan susah dalam memilah shot-shotberdasarkan yang baik, dan yang tidak baik. Maka dari itu seorang editor mempunyai asisten yang sangat baik dalam mengatur dan mengelompokan hasil rekaman.

Gambar 2.3. Susunan folder footage (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2.5.3. Review and Selection

Review and Selection merupakan proses setelah acquired dan organized. Proses ini biasanya akan melihat ulang semua hasil dari footage atau shots, yang nantinya

(19)

23 akan menentukan mana hasil yang baik dan sesuai untuk dilanjutkan ke proses berikutnya. Editor akan mencoba untuk menarik hasil yang baik, dan memasukkan ke dalam satu folder yang berbeda, untuk membuang semua hasil rekaman yang kurang baik dan membuangnya sehingga tidak memenuhi data di komputer. Beberapa editor yang lain biasanyaa akan membuat duplikan shots dan memasukkannya ke dalam tempat penyimpanan hasil dari pemilihan shots.

Namun beberapa editor akan mewarnai hasil rekaman di dalam folder sesuai dengan keguanaannya. Dalam beberapa hal biasanya akan diberi label pada hasil yang menurut editor tersebut penting. Tetapi, sebagai seorang editor harus berhati- hai dan bijaksana dalam memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Supaya saat kita menghapus footage tersebut tidak terjadi kesalahan, dan sangat besar kemungkinannya jika editor suatu saat akan memerlukannya.

Mungkin tidak akan terjadi dalam satu atau dua hari kedepan, tetapi bisa terjadi di minggu-minggu saat kita sudah mulai mengedit hasil-hasil rekaman tersebut. Sehingga kita harus sangat berhati-hati dalam memilih ataupun menghapus hasil itu, mungkin kita dapat menaruhnya dalam sebuah folder tersendiri. Bahkan terdapat editor yang membuat “Master Footage” yang merupakan bukan pilihan pertamanya, sehingga mereka memiliki cadangan dan sangat mudah untuk di akses. Sistem ini mempercepat pengerjaan dari proses editing tersebut.

(20)

24 2.5.4. Assembly

Assembly merupakan proses penyusunan hasil dari pengelompokan dan juga hasil dari review dan seleksi baik itu elemen audio suara, maupun hasil dari gambar video. Jika kita menyunting gambar untuk film layar lebar atau yang mempunyai cerita, kita akan mengikuti berdasarkan naskah cerita tersebut sebagai panduan dalam proses editingdari hasil pemilihan shots untuk setiap adegan yang bergerak.

Namun banyak dari editor yang mengikuti berdasarkan storyboardatau catatan pada saat produksi berlangsung. Jikalau kita membuat film documenter dan juga musik video, akan selalu ada cerita yang ingin diceritakan dan diperlihatkan kepada penonton.

Dalam proses penyuntingan gambar editor akan mengikuti alurnya baik dalam genreapapun. Karena editor akan sangat dipertanyakan bila tidak ada cerita yang disampaikan dalam sebuah film. Seorang editor akan selalu diminta untuk tetap menyusun cerita tersebut dari hasil yang sudah dipilih, dan sudah mulai disusun untuk menjadikan dalam satu kerangkaian cerita yang utuh. Editor tetap harus mempunyai patokan dalam menyusun shot-shot menjadi kesatuan yang dituntun dari naskah film, atau pun hasil dari dokumenter, dan juga storyboard.

2.5.5. Rough-Cut

Rough-Cut adalah suatu proses yang dari penyusunan projek, di mana hasil dari footage yang disusun sudah di potong-potong sesuai kebutuhan dari cerita tersebut. Susunan satu film secara keseluruhan berdasarkan naskah cerita yang diubah menjadi satu alur yang panjang tetapi belum masih terlihat kasar. Secara

(21)

25 tidak langsung merupakan sebuah cuplikan dari footage yang diperpanjang durasinya berdasarkan kebutuhan dari naskah itu sendiri. Di mana setiap akhir dari sebuah shotsmasih terdengar kata-kata seperti “Action”, “Cut”, atau bisa juga suara Clapperboard.

Hasil dari susunan tersebut tidak halus seperti film yang sudah jadi. Tidak semua potongan video yang sudah sempurna. Tidak ada tulisan-tulisan atau graphic, Effect, masih berupa tidak terstruktur dengan benar dan sesuai. Audio dalam bagian ini masih belum diperbaiki dan tidak ada penambahan elemen- elemen yang lainnya.

Dengan adannyaa Rough-Cut editor mempunyai waktu lebih untuk membuat serangkaian editing menjadi lebih baik lagi. Diberikan kesempatan bagi editor untuk memperlihatkan hasil gambaran kasar dari film tersebut kepada orang yang diajak bekerjasama. Dalam bagian ini Sutradara lah yang menjadi kepala, dia akan memeriksa serangkaian hasil yang sudah disusun dan menentukan apakah sudah sesuai atau tidak sesuai dengan alur dan keinginannya.

Jika dalam beberapa kasus Sutradara atau pihak yang diajak kerjasama, tidak menyetujuinya maka masih diberikan kesempatan untuk diperbaiki atau merombak ulang semua susunana yang sudah di susun. Editor dan Sutradara dapat menstruktur ulang cerita agar sesuai dengan visinya menentukan bagian mana yang sudah cocok, dan bagian mana yang belum terasa tercukupi.

(22)

26 2.5.6. Fine-Cut

Fine-Cut terjadi bila hasil dari Rough-Cut sudah diperbaiki dan diperbaiki lagi.

Sudah dalam kemasan cerita yang bagus dan dalam segi penceritan yang sesuai.

Seperti ktia sudah menyenangi susunan dan timing dari semua shot-shot dalam setiap adegan, secara keseluruhan cerita sudah sesuai dengan susunan, dan semua elemen yang sudah dikerjakan bersama sudah dirasa cukup. Pada bagian ini sudah tidak ada lagi perbaikan dari rangkaian cerita, dan shots.

Semua pihak yang bersangkutan sudah sepakat dengan hasil akhir dari editing. Sudah mulai memberikan bahan hasil penyuntingan kepada bagian yang lain untuk memperbaiki atau melanjutkan pekerjaan editor tersebut. Dalam proses ini Fine-Cut, editor akan menambahan atau pengurang jumlah shots atau ada beberapa adegan yang tidak harus dimasukakan berdasarkan arahan dari sutradara atau pihak yang diajaak kerjasama. Dalam proses ini Visual effect sudah mulai bekerja, sudah dimasukkan Title, Graphic yang sudah tertata dengan benar sesuai dengan naskah.

2.5.7. Picture Lock

Picture Lockadalah bagian dari salah satu akhir dari penyuntingan, di dalamnya tidak ada lagi perubahan adegan atau penambahan shots. Sudah tidak ada penambahan tracks, dari hasil urutan gambar-gambar, waktu dalam satu alur sudah sesuai dengan persetujuan semua pihak. Sudah memasukkan Title, shots, black pause. Jika sudah menyentuh Picture Lock, bagian berikutnya sudah dapat

(23)

27 bekerja sesuai bidangnya misal sudah bisa memulai audio mixing, final Visual Effect, level/ panning tweaks, music scoring.

Pada zaman dahulu hasil dari Fine-Cut yang masih menggunakan “work print”, penyusunan gambar harus sudah berada dalam waktu dan alur yang tepat tidak ada pergeseran masing-masing potongan. Sehingga setiap audio sudah di sync dengan baik dari awal film hingga akhir film. Ketika beranjak zaman teknologi, editing menggunakan software sehingga lebih mudah untuk tidak melakukan Picture Lock. Tetapi tetap perlu diperhatikan dalam proses penyuntingan gambar atau penyusunan audio harus sudah sync dengan baik.

Untuk meminimalisir unsur-unsur yang tidak diinginkan terjadi, semisal suara yang tidak sama dengan yang ada di video maupun hal lainnya. Saat proses ini audio dan sebagainya sudah sesuai maka akan dilanjutkan. Di mana semua hasil susunan sudah harus sesuai, seperti Visual Effect, graphic, Sound Effect yang sangat sesuai dengan ketentuan dari cerita tersebut.

2.5.8. Finishing

Finishing atau sering disebut sebagai “Online Edit”, pada bagian ini hasil jadi dari proses Picture Lock. Proses ini diberikan kepada orang yang bekerja sebagai colorist atau pengoreksi warna. Di mana tugasnya untuk memastikan warna dan visi dari sutradara tercapai, biasanya bagian colorist akan membuat warna sesuai dengan mood dari cerita tersebut. Setiap shots atau adegan diberikan warna yang sesuai dengan keperluan dari projek.

(24)

28 Seperti memperbaiki warna (kontras, warna yang mendukung, saturasi), pemilihan resolusi juga mempengaruhi dalam film tersebut. Ditambahkan dengan kualitas audio yang mendukung, memperbaiki setiap elemen yang harus diperbaiki kecuali dalam hal pemotongan gambar dan penyusunan. Setelah selesai dengan warna maka akan diberikan sedikit touch up, untuk memperhalus atau membuat film tersebut untuk layak ditaruh dalam layar lebar. Bertanya kepada pihak yang sedang bekerjasama untuk meminta masukan terakhir dan review sebelum hasilnya di distribusikan.

Secara umum langkah ini adalah langkah terakhir sebelum diteruskan atau di edarkan dalam bioskop-bioskop. Biasanya editor akan berada di sana untuk memeriksa kembali hasil dari resolusi film yang tinggi, pengoreksian warna, akhir dalam mixing audio, dan juga musik yang dimasukkan.

Gambar 2.4. Final Editing (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(25)

29 2.5.9. Mastering and Delivery

Posisi dalam Mastering and Delivery, setelah hasil kerja keras editor dalam mempersiapkan film tersebut hingga layak untuk dilihat oleh banyak orang. Hasil penyuntingan gambar yang sangat baik dan siap, maka langkah berikutnya adalah menjadikannya file jadi atau rendering, yang berarti hasil akhir dari satu alur cerita yang panjang dimasukkan ke dalam “Master Videotape”. Untuk membuat Cut List untuk kepentingan optikal dalam sebuah proyektor di bioskop. Pada tahap ini sudah mengexport file film ke dalam ukuran untuk komputer dalam arti untuk DVD atau kualitas Blue-ray Disc.

Setiap medium yang akan digunakan membutuhkan proses yang berbeda, baik alat pendukung, software untuk membaca hasil film, dan media lainnya.

Hasil dari semuanya disebut “Mastered Original” dalam film atau video lainnya.

Sehingga file tersebut dapat di uploads atau distribusikan kepada penonton- penonton baik yang menggunakan situs online seperti: Netflix, Amazon Prime.

Jika untuk layar lebar maka hasil tersebut akan disesuaikan dengan ukuran data proyektor di bioskop.

Mastering and Delivery berupa “produk” yang jadi dengan berbagai versi and dimiliki oleh pihak yang lain. Hasil ini akan dibawa keluar dari mesin editing menuju tempat-tempat yang ingin diperlihatkan oleh penonton.

Gambar

Gambar 2.2. Tahapan-tahapan editing  (Sumber: Grammar of the Edit)
Gambar 2.4. Final Editing  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa citra topografi dapat rancang juga bebera pa skena rio pencegahan dan penanggulangan pada DAS yang rawan bencana, diantaranya dengan mengeruk endapan

Dalam tabel tersebut terlihat bahwa infeksi cacing pada setiap ekor domba tidak sama kasusnya yaitu bervariasi antara sampel tinja yang satu dengan yang lainnya dan hasil yang

Proses produksi yang efisien dapat diartikan dengan pemakaian input yang lebih sedikit sehingga dapat menghasilkan output atau produk dalam jumlah tertentu

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah dengan pemberdayaan UMKM melalui pengelolaan mengelola jiwa kewirausahaan diharapkan dapat menciptakan

Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempurna, maka pegawai negeri perlu dibina dengan sebaik-baiknya. Dengan pembinaan tersebut diharapkan bahwa setiap

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, dan Perilaku Tidak Etis terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris pada BUMN di Kota