5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi Secara Umum
Menurut Suwardjono (2005:10) akuntansi dapat didefinisikan sebagai: Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam itu lingkungan Negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Jusup (2011:4), mendefinisikan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan mengomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
2. Pengertian Dan Karakteristikstik Aset Tetap Berwujud
Aset tetap berwujud adalah “ aset-aset yang berwujud yang sifatnya relatif permanaen yang digunakan dalam kegiatann normal.”
Zaki Baridwan(2011:271)
Aset tetap merupakan salah satu komponen dalam laporan posisi keuangan (neraca) yang sangat penting bagi perusahaan untuk pelaksanaan kegiatann operasional dan sebagai penunjang tercapainya tujuan didirikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan dalam pengelolahan aset tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaian laporan keuangan.
Menurut Ahmad Syah’i (2009:223). Suatu aset tetap dapat diklasifikasikan kedalam aset tetap berwujud apabila memunuhi kreteria- kreteria dibawah ini:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 periode akuntansi b. Mempunyai nilai relatif besar
c. Dimiliki bukan untuk dijual kembali d. Digunakan dalam kegiatann sehari-hari
Sofyan Safri menyatakan bahwa: ”aset tetap adalah aset yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menurus dalam kegiatann menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Safyan Safri(2011:20)
Berdasarkan difinisi berbagai sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan aset yang mempunyai bentuk fisik, mempunyai nilai, yang relatif besar, dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasional normal perusahaan sehari-hari serta tidak untuk diperjual belikan dan sifatnya permanen atau mempunyai masa guna lebih dari satu priode akuntansi.
Aset tetap dapat dikelompokkan dalam beberapa macam kelompok ditinjau dari beberapa sudut pandang, yaitu:
a. Ditinjau dari umur
Merupakan peneliaan masa manfaat aktiva tetap berwujud sesuai dengan masa manfaat aktiva tersebut. Aktiva ditinjau dari umur ada dua yaitu:
1) Aset tetap berwujud mempunyai umur tidak terbatas, misalnya tanah untuk bangunan. Jenis aset dimiliki ini tidak perlu dilakukan depresiasi
2) Aset tetap yang umurnya terbatas. Jenis ini dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a) Aset tetap berwujud yang dapat diperbaharui, misalnya:
gedung, kendaraan, mesin, peralatan, dan lain-lain.
b) Aset tetap yang tidak dapat diperbaharui, misalnya:
konsensi tambang.
Terhadap aset tetap berwujud yang mempunyai umur terbatas pada setiap akhir periode harus dilakukan depresiasi.
b. Ditinjau dari mobilitasnya.
Mobilitas merupakan kesiapan atau kesiagan aset siap digunakan.
Ditinjau dari mobilitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Aset tetap berwujud bergerak, yaitu aset tetap berwujud yang dapat dengan mudah dipindakan, misalnya: kendaraan, peralatan, dan lain-lain.
2) Aset tetap tidak bergerak, misalnya : tanah, gedung dan lain- lain.
c. Ditinjau dari kemapuan mengembangkan diri.
Mengembangkan diri merupakan kemampuan aset untuk menghasilkan aset yang sama. Ditinjau dari kemapuan
mengembangkan diri aset tetap berwujud dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1) Aset tetap yang tidak mengembangkan diri, misalnya: tanah, gedung, bangunan, dan lain-lain.
2) Aset tetap yan dapat mengembangkan diri, misalnya: sapi perah, sapi indukan, ayam pertelor, dan lain-lain.
d. Ditinjau dari UU perpajakan no.36 tahun 2008 pasal 11.
Dilihat dari UU perpajakan no.36 tahun 2008 pasal 11 dijelaskan penggolongan masa manfaat aktiva tetap berwujud dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Golongan I, yaitu aset tetap selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya: peralata, mebel, kendaraan,dan lain-lain yang terbuat dari kayu
2) Golongan II, yaitu aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas 4 tahun sampai 8 tahun, misalnya:peralatan, mebel, kendaraan dan lain-lain.
3) Golongan III, yaitu aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis daiatas 8 tahun sampai 20 tahun, misalnya: mesin-mesin prodoksi yang menghasilkan peralatan, mesin-mesin prodoksi, dan lain-lain.
4) Golongan IV, yaitu aset tetap berwujud berupa tanah dan bangunan. Ahmad Syafi’i Syukur (2009:224)
3. Jenis Aset Tetap Berwujud
Berikut jenis-jenis aset tetap berwujud yang biasanya dimiliki oleh perusahaan, yaitu:zaki baridwan(2004:274) yaitu:
a. Tanah
Tanah sebagai aset tetap yaitu tanah yang dimiliki perusahaan dan digunakan secara langsung dalam kegitan perusahaan. Tanah dapat berupa tanah berdiri bangunan, tanah perkarangan, tanah parkir, dan lain-lain. Meskipun tanah tersebut dicatat sebagai aset tetap jika tanah tersebut tidak digunakan dalam kegiatann operasional perusahaan maka diperlakukan sebagai investasi jangka panjang.
b. Bangunan
Bangunan adalah suatu aset yang didirikan diatas sebidang tanah, bangunan dapat berupa gedung kantor, gedung tempat prodoksi dan lain-lain. Aset tetap berupa bangunan yang dipeoleh dari pembelian maka harga perolehan dicatat sebagai harga beli gedung ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memiliki aset tetap. Sedangkan aset tetap berupa bangunan yang dibuat sendiri maka harga perolehan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk sampai bangunan siap digunakan.
c. Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan yang dimiliki dan digunakan dalam proses kegiatann usaha perusahaan, mesin dan peralatan dapat berupa
mesin-mesin dan lain-lain. Harga perolehan mesin dan peralatan yaitu sebesar harga beli ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan hinggan mesin tersebut dapat digunakan.
d. Meubelir dan alat-alat kantor
Meubelir dan alat-alat kantor merupakan peralatan yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam kegiatann perusahaan. Jenis aset tetap yang masuk dalam katagori perabotan seperti: meja, kursi, lemari, kipas angin, atau AC dan lain-lain, sedangkan dalam katagori alat-alat kantor seperti mesin tik, komputer, mesin hitung dan lain- lain.
e. Kendaraan
Kendaraan merupakan aset tetap yang dimiliki dan digunakan dalam kegiatan perusahaan. Kendaraan dapat berupa mini bus, bus, truk, dan sepeda motor.
4. Cara Perolehan Aset Tetap a. Pembelian Tunai
“Aktiva tetep berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah yang sebesar uang yang dikeluarkan dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut siap pakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalalanan, biaya balik nama, biaya pemasaran, dan biaya pencobaan.” Zaki Baridwan(2011:278)
Apabila dalam pembelian aset ada potongan tunai, maka potongan tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.
b. Pembelian Secara Gabungan
“Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap menurut PSAK 16.”
c. Perolehan Melalui Pertukaran
Aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran, yaitu:
1) Ditukar Dengan Surat Berharga.
“aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau obilagasi yang digunakan sebagai penukar. Apa bila harga pasar saham dan obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Zaki Baridwan (2011:278)
2) Ditukar Dengan Aktiva Yang Lain
“Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut tukar tambah, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru baik seluruhnya atau sebagiannya dan kekurangannya dibayar tunai dalam keadaan seperti ini PSAK No 16 menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang
diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva yang dilepas atau dipeoleh. Zaki Baridwan(2011:278)
Dalam hal ini pertukaran aset mencatat nilai buku aset pasar lama yang digunakan sebagai dasar pencatatan serta pengakuan laba atau rugi atas pertukaran tersebut harus diakui.
Pertukaran aset tetap bisa dilakukan dengan aset tetap tidak sejenis, yaitu:
a) Pertukaran Aktiva Tetap Yang Tidak Sejenis.
“Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaraan tanah dangan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain, perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.” Zaki Baridwan(2011:280) b) Pertukaran Aktiva Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sifatnya dan fungsi sama seperti pertukaran mesin prodoksi merek A dengan merek B dan seterusnya. Dalam hubunganya dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK No 16 menyatakan laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh
diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar, maka nilai wajar aktiva yang diperoleh.”Zaki Baridwan(2011:282)
d. Pembelian Angsuran
“Apabila aktiva tetap diperoleh dan pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
Bunga selain masa angsuran baik jelas-jelas menyatakan maupun tidak menyatakan .” Zaki Baridwan(2011:284)
e. Diperoleh Dari Hadiah Atau Donasi
“Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatan bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin mengeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya- biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap diterima.” Zaki Baridwan(2011,286)
f. Aktiva Yang Dibuat Sendiri
“Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan, upah langsung dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Zaki Baridwan(2011,288)
5. Depresiasi Aset Tetap Berwujud a. Pengertian Depresiasi
Semua aset tetap berwujud akan didepresiasikan kecuali tanah, untuk itu perlu diadakan kebijakan untuk mengalokasikan aset selama masa manfaat yang diberikan.
Menurut Zaki Bairdwan(2011:305).”sebagian dari harga perolehan aktiva tetap secara sintematis dialokasi menjadi biaya setiap priode akuntansi.”
Menurut Intan Pariwara(2010:55).”penyusutan(depresiasi) adalah kerugian yang diderita perusahaan atas pengurangan atas pengurangan aktiva tetap. Penyusaian aktiva tetap untuk menunjukan nilai ekonomis sebenarnya. Penyusutan dipengaruhi oleh harga perolehan, nilai residu, umur ekonomis aktiva, dan pola pemakain aktiva.”
Menurut Achmad Tjahjono(2009:124). ”penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat.
Dari bebarapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyusutan ialah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva tetap berwujud sepanjang masa manfaat harta tersebut.
b. Sebab-Sebab Depresiasi
Munurut Zaki Baridwan(2011:306) ada bebarapa faktor penyebab depresiasi bisa dikelompkan menjadi dua, yakni:
1) Faktor-Faktor Fisik.
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena dipakai (wear dan tear), aus karena umur (deteration dan decary) dan kerusakan-kerusakan.
2) Fakto-Faktor Fungsional
Faktor-faktor yang membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidak mampuan aktiva untuk memunuhi kebutuhan prodoksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis jika dipakai lagi.
3) Faktor-Faktor Dalam Menentukan Biaya Depresiasi.
Menurut Zaki Baridwan(2011:307), ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menuntukan beban depresiasi setia priode. Faktor-faktor itu iyalah:
a) Harga Perolehan (cost)
Harga Perolehan (cost) yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkanya agar dapat digunakan.
b) Nilai Sisa (residu)
Nilai Sisa (residu) yaitu jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan, atau cara-cara lain ketika
aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya pada saat menjual atau menukarkanya c) Taksiran Umur Keguanaan (masa manfaat)
Taksiran Umur Keguanaan (masa manfaat) yaitu suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur biasanya dinyatakan dalam priode waktu.
c. Metode Perhitungan Depresiasi Aset Tetap
Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih, antara lain metode garis lurus ( straight line method), metode saldo menurun (dimining balance method), dan metode jumlah unit prodoksi ( sumof the u unit of method). IAI (2013:52)
Menurut Zaki Baridwan(2011:308), depersiasi dapat dilakukan dengan berbagai metode berdasarkan kreteria berikut:
1) Metode Garis Lurus
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam hal ini beban depresiasi tiap priode jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuai-penyesuan)
Depresiasi/tahun = Ket:
HP = harga peolehan(cost) NS = nilai sisa(residu)
N = taksiran umur kegunaan
Misalnya: mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00 taksiran nilai sisa sebesar Rp 40.000,00 dan umur taksiran selama 4 tahun. Depresiasi tiap tahun menurut metode garis lurus sebagai berikut:
Depresiasi
= Rp 140.000,00
Jika disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi dari mesin adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Depresiasi mesin
Sumber : Zaki Baridwan (2011:309)
Perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus ini didasarkan pada anggapan sebagai berikut:
a) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara propesional setiap priode.
Tahun debit depresiasi kredit akumulasi depresiasi
total akumulasi
nilai buku
Rp 600.000
1 Rp 140.000 Rp 140.000 Rp 140.000 Rp 460.000 2 Rp 140.000 Rp 140.000 Rp 280.000 Rp 320.000 3 Rp 140.000 Rp 140.000 Rp 420.000 Rp 180.000 4 Rp 140.000 Rp 140.000 Rp 560.000 Rp 40.000
Rp 560.000 Rp 560.000
b) Biaya reperasi dan pemeliharaan tiap-tiap priode jumlahnya relatif tetap.
c) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu.
d) Penggunaan (kapasitas) aktiva teteap ralatir tetap.
Dengan adanya anggapan-anggapan seperti diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, meubel, alat-alat kantor,. Biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini jumlah setiap priode tetap, tidak menghiraukan kegiatann dalam periode tersebut.
2) Metode jam jasa(service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih capat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodik besarnya sangat tergantung pada jam jasa yang dipakai.
Depresiasi / jam =
Kemudian hasil depresiasi tadi dikali dengan jam penguaan ( mesin-mesin).
Keterangan:
HP = harga peolehan (cost) NS = nilai sisa (residu) N = taksiran umur kegunaan
Misalnya: mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00 nilai sisa Rp 40.000,00 ditaksir dapat digunakan selama 8.000jam. depresiasi jam di hitung sebagai berikut:
=Rp 70,00
Apabila dalam tahun pertama mesin digunakan selama 3.000jam maka depresiasinya = 3.000 x Rp 70,00 =
Rp210.000,00. Apabila disusun dalam tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Depresiasi mesin Tahun jam kerja
mesin
debit depresiasi
kredit akumulasi depresiasi
total akumulasi
nilai buku
Rp 600.000
1 Rp 3.000 Rp210.000
Rp210.000
Rp 210.000 Rp 390.000 2 Rp 2.500 Rp175.000
Rp175.000
Rp 385.000 Rp 215.000 3 Rp 1.500 Rp105.000
Rp105.000
Rp 490.000 Rp 110.000 4 Rp 1.000 Rp 70.000 Rp 70.000 Rp 560.000 Rp 40.000
Rp 8.000 Rp560.000
Rp560.000
Sumber : Zaki Baridwan (201:310)
Kerana beban depresiasi dasarnya adalah jumlah jam yang digunakan, maka metode ini paling tetap digunakan kendaraan. Dengan anggapan bahwa kendaraan itu lebih banyak aus karena sering dipakai dibandingan dengan aktiva lain.
3) Metode hasil prodoksi (priductive output method)
Dalam hal ini umur kegunaan aktiva ditaksirkan dalam satuan unit hasil prodoksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil prodoksi, sehingga depresiasi tiap priode akan berfluktasi sesuai dangan fluktasi dalam hasil prodoksi.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi periodik, pertama kali hitung tarif depresiasi untuk tiap unit prodoksi.
Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Depresiasi / jam =
Kemudian hasil depresiasi tadi dikali dengan jumlah prodoksi yang dihasilkan
Ket:
HP = harga peolehan(cost) NS = nilai sisa(residu)
N = taksiran umur kegunaan
Misalnya: mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00 nilai sisa Rp 400.000,00. Mesin ditafsir selama umur penggunaan akan menghsilkan 56.000 unit produk. Depresiasi per unit dihitung sebagai berikut:
=10,00
Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Depresiasi mesin Tahun hasil
prodoksi
debit depresiasi
kredit akumulasi depresiasi
total akumulasi
nilai buku
Rp600.000
1 Rp 18.000 Rp180.000 Rp180.000 Rp180.000 Rp420.000 2 Rp 16.000 Rp160.000 Rp160.000 Rp340.000 Rp260.000 3 Rp 12.000 Rp120.000 Rp120.000 Rp460.000 Rp140.000 4 Rp 10.000 Rp100.000 Rp100.000 Rp560.000 Rp 40.000
Rp 56.000 Rp560.000 Rp560.000 Sumber : Zaki Baridwan (201:311)
4) Metode beban berkurang ( reducing charge method)
Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi dan pemeliharaan. Biasanya aktiva yang baru akan memerlukan reperasi dan pemeliharaan yang lebih sedikit dibandingakan dangan aktiva yang lama. Jika dipakai metode ini diharapkan jumlah beban depresiasi dan biya reperasi serta pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil, karena jika depresiasinya besar maka biaya reperasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya
dalam tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan biaya reperasi peliharaan besar.
Ada 4 cara menghitung beban depresiasi menurun dari tahun ke tahun, yaitu:
a) Jumlah Angka Tahun ( sum of year digits method) Di dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fraction) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.
Bagian pengurang dihitung sebagai berikut:
Pembilang = bobot (weiht) untuk tahun pertama.
Penyebut = jumlah angka tahun dalam umur ekonomis atau jumlah angka bobot (weiht)
Misalnya: mesin yang harga perolehanya Rp 100.000,00, nilai residu Rp 10.000,00 ditafsirkan umur ekonominya 3 tahun. Depresiasi mesin dihitung sebagai berikut
Tabel 4
Tahun bobot pengurang
1 3 3/6
2 2 2/6
3 1 1/6
6 6/6
Keterangan:
Penyebut dalam bagian pengurang dihitung cara menjumlah angka bobot = 3+2+1=6.
- Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot tahun yang bersangkutan.
Tabel 5 Depresiasi mesin Tahun debit depresiasi kredit
akumulasi depresiasi
total akumulasi
nilai buku
0 Rp100.000
1 3/6x90000=45000 Rp 30.000 Rp 45.000 Rp 55.000
2 2/6x90000=30000 Rp 30.000 Rp 75.000 Rp 25.000
3 1/6x90000=15000 Rp 15.000 Rp 90.000 Rp 10.000 Sumber: Zaki Baridwan (2011:313)
Jika aktiva itu umur ekonomisnya panjang, maka penyebut (jumlah angka tahun) bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut
Jumlah angka tahun =( )
Keterangan:
N = umur ekonomis
Untuk mesin diatas ( umur 3 tahun) = 3( ) b) Saldo Menurun ( declining balance method)
Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahunnya selalu menurun maka beban depresiasi setiap tahunnya juga selalu menurun.
Tarif ini di hitung menggunakan rumus sebagai berikut:
√
Keterangan :
T = tarif
N = umur ekonomis
NS = nilai sisa
HP = harga perolehan
Misalnya: mesin yang harga perolehanya Rp 100.000,00, nilai residu Rp 10.000,00, umur ekonomis 3 tahun
√ =0,539/53,6%
c) Double Declining Balance Method
Dalam metode ini, beban depresiasi setiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan tiap tahunya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap.
Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
d) Metode Tarif Menurun
Metode dapat digunakan menghitung beban depresiasi adalah bunga menjemuk dalam hal ini beban depresiasi bisa dihitung dengan cara annuited ataupun sinking funf.
6. Depresiasi Menurut UU Perpajakan No 36 Tahun 2008
Metode penyusutan yang diatur dalam pasal UU PPh sebagai berikut
a. Pengeluaran untuk pembelian, persedian penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tesebut, atau metode garis lurus; dan
b. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhirnya masa manfaat nilai sisa buka disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas atau metode saldo menurun
Menurut pasal 11 UU PPh, penyusustan dimulai pada:
a. Bulan dilakukan pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut
b. Dengan persetujuaan direktorat jedral pajak, wajib pajak diperkenakan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta
tersebut digunakan untuk mendapatkanya, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta mulai menghasilkan.
Dalam menentukan depresiasi serta untuk mengatahui manfaat dan tarif depresiasi, pada UU pajak No.36 tahun 2008 pasal 11 telah ditetapkan sebagai berikut:
TABEL 6
Kelompok aset, masa manfaat dan tarif depresisi kelompok aset
berwujud
masa manfaat
tarif depresiasi garis lurus saldo
menurun
1) non bangunan
kelompok I 4 tahun 25% 50%
kelompok II 8 tahun 12,50% 25%
kelompok III 16 tahun 6,50% 12,50%
kelompok IV - - -
2) bangunan
permanen 20 tahun 5% -
non permanen 10 tahun 10% -
Sumber : Rudy Suharto & wirawn B.Ilyas (2010:151) 7. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
“laporan keuangan adalah laporan posisi keuangan pada saat tertentu dan untuk satu periode tertentu untuk sebuah perusahaan.” Trisna (:1)
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu priode. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai berikut:
1) Daftar Perhitungan Laba-Rugi
Laporan ini akan memberikan informasi tentang hasil-hasil operasional perusahaan tentang periode tertentu.
Contoh: daftar perhitungan laba-rugi PT.OKTACOM
DAFTAR PERHITUNGAN LABA-RUGI TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL
31 DESEMBER 2005
Pendapatan penjualan
-penjualan kotor XXX
-potongan penjualaan (XXX)
-retur penjualan (XXX)
-penjualan bersih XXX
Harga pokok penjualan
-persediaan 1/1/2005 XXX -pembelian ongkos XXX
-ongkos angkut XXX
-harga pokok pembelian XXX -retur pembelian (XXX) -potongan pembelian (XXX)
XXX
-barang siap jual XXX
-persediaan 31/12/2005 (XXX)
harga pokok penjualan XXX
laba kotor XXX
pindahan(laba kotor) XXX
beban operasional
-beban penjuaalan XXX
-beban admin dan umum XXX
XXX
Laba ooperasional XXX Pendapataan dan beban lain-lain
-pendapatan jasa bank XXX
-beban adm. Bank (XXX)
XXX
Laba sebelum pos luar biasa XXX
Pos luar biasa
-laba luar biasa XXX
Laba periode berjalan XXX
Sumber: buku ajar trisna
2) Neraca Atau Lapoan Posisi Keuangan
Laporan ini memberikan informasi tetang keadaan posisi keuangan pada suatu perusahaan.
contoh: neraca
PT. OCTACOM N E R A C A 31 DESEMBER 2005
Aktiva
Aktiva lancar :
-kas XXX
-bank XXX
-surat berharga XXX
-wesel tagih XXX
-piutang dagang XXX
XXX
-cadangan kerugian piutang XXX
XXX
-uang muka pegawai XXX
-piuatang bunga XXX
-persedian barang XXX
-persedian perlengkapan kantor XXX
-beban dibayar dimuka XXX
Jumlah aktiva lancar XXX
Investasi jangka panjang:
-tanah XXX
-saham XXX
Jumlah investasi jangka panjang XXX Aktiva tetap
-tanah XXX
-bangunan XXX
-akm. Penyusutan XXX
Nilai buku
-peralatan XXX
-akm.penyusutan (XXX)
Nilai buku XXX
Jumlah nilai buku aktiva tetap XXX
Aktiva tidak berwujud
-patet XXX
-goodwill XXX
Jumlah aktiva tidak berwujud XXX
Aktiva jangka panjang lainya
-uang jaminan uniliver XXX
TOTAL AKTIVA XXX
Kewajiban dan modal Kewajiban jangka pendek
-wesel bayar XXX
-hutang dagang XXX
-hutang deviden XXX
-uang muka dari pelanggan XXX
-hutang pajak XXX
-hutang beban XXX
Jumblah kewjiban jangka pendek XXX Kewajiban jangka panjang
-hutang obligasi XXX
-hutang hipotik XXX
Jumlah kewajiban jangka panjang XXX Modal
-saham biasa XXX
-laba ditahan XXX
Jumlah modal XXX
JUMLAH KEWAJIBAN DAN MODAL XXX Sumber: buku ajar trisna
3) Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Laporan ini memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang menyangkut sumber-sumber keuangan yang terjadi selama periode tertentu
Contoh: laporan perubahan posisi keuangan
PT.OKTACOM
LAPORAN PERUBAHAN MODAL TAHUN BERAKHIR TANGGAL
31 DESEMBER 2005
Saldo awal 1 januari 2005 XXX
Koreksi laba tahun lalu XXX
Saldo awal setelah koreksi XXX
Lab periode berjalan XXX
XXX
Pembayaran deviden XXX
Saldo akhir 31 desember 2005 XXX
4) Catatan-Catatan Laporan Keuangan
Catatan-catatan ini memberikan informasi tambahan terutama mengenai kebijakkan akuntansi yang dianut dalam penyajian laporan keuangan dan hal-hal yang perlu mendapat perhatian lebih seksama dari pengguna laporan keuangan
b) Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:11), berikut beberapa tujuan pembuatan atau penyusutan laporan keuangan.
1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan saat ini.
2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimilki perusahaan pada saat ini.
3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu priode akuntansi.
4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan dalam suatu priode tertentu.
5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6) Memberikan informasi tetang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu priode.
7) Memberikan inforasi tentang catatan-catatan aats laporan keuangan.
8) Informasi keuangan lainya.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan dan sebagai acuan untuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti, seperti disebutkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 7
Hasil Penelitian Terdahulu Aspek Laila aprianti (2012)
Akuntansi depresiasi aset tetap berwujud
Ahmad ariadi(2014) Penerapan depresiasi aset tetap berwujud
Jerry Anthonius( 2015) Perlakuan akuntansi depresiasi aset tetap berwujud dan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan Objek
penelitian
CV. KANSUSI BANJARMASIN
HOTERL BHIMA PT Meratus Jaya Iron and Steel Tujuan
penelitian
Untuk mengatahui cara perhitungan penyusutan terhadap aset tetap dan pengaruh terhadap laporan keuangan
Untuk mengatahui penerapan depresiasi aset tetap berwujud pada perusahaan
Untuk memberikan informasi tentang penyusutan aktiva tetap sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan (SAKETAP)
Metode penelitian
1. Mengumoulkan data aktiva tetap
2. Mempelajari tentang cara penilaian aktiva tetap
3. Menentukan metode yang tepat
4. Melakukan koreksi terhadap laporan keuangan perusahaan 5. Memberikan
kesimpulan
1. Mengumpulkan data aset tetap 2. Mempelajari
tentang cara penilain aset tetap 3. Menuntukan
metode yang tetap 4. Memberikan
kesimpulan.
1. Mengumpulkan data berhubungan dengan aset tetap
2. Membandingakan dengan teori 3. Melkaukan
perhitungan depresiasi 4. Mempelajari
hubungan dan pengaruh aset terhadap laporan keuanga
5. Menarik kesimpulan Hasil
penelitian
1. Aset teap yang dimiliki perusahaan dicatat sebagai harga perolehan.
2. Perusahaan
melaporankan aset tetap dala neraca sebesar harga perolehan tanpa dikurangi penyusutan.
3. Perusaaan tidak pernah melakun perhitungan depresiasi
1. Aset tetap dicatat sebesar harga perolehan 2. Perusahaan
melaporakan aset tetap dalam neracasebesar harga perolehannya tanpa dikurangi akumulasi penyusutan 3. Perusahaan tidak
pernah melakukan perhtungan
depresiasi perusahaan
1. Aset menghitung menggunakan metode garis lurus.
2. Pencatat dalam laporan keuangan aset dicatat. Aset dikurang akumulasi
menghasilkan nilai sisa
Sumber: Laila aprianti (2012), Ahmad ariadi(2014) dan Jerry Anthonius (2015)