• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini pendidikan sudah menjadi kebutuhan paling utama di seluruh dunia termasuk Indonesia, bahkan pemerintah telah membuat kebijakan untuk usia non produktif mengenai wajib belajar dua belas tahun. Kebijakan tersebut merupakan upaya pemerintah agar semua anak mendapat hak pendidikan yang layak.

Pergantian tahun 2020 menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat untuk perbaikan Indonesia terutama pada dunia pendidikan. Akhir tahun 2019 silam berhasil mencatat tumpukan harapan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, berupa pemberitahuan program Merdeka Belajar dan rencana membuat Blueprint Pendidikan Indonesia. Menurut pemerhati dan praktisi pendidikan, Indra Charismiadji (Harususilo, 2020), terdapat tiga catatan penting yang perlu diperhatikan mengenai arah pembangunan pendidikan di Indonesia. Tiga catatan tersebut diantaranya pengakuan kondisi pendidikan Indonesia, cetak biru pendidikan Indonesia dan tata kelola dan kualitas guru.

Adanya tiga catatan pendidikan tersebut membuat pemerintah Indonesia senantiasa meningkatkan pendidikan dari berbagai sisi termasuk sisi pembiayaan.

Menurut BNSP (2020), standar pembiayaan pendidikan terdiri dari tiga biaya, antara lain biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Biaya investasi pendidikan terdiri dari biaya penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap. Biaya operasi meliputi gaji pendidikan dan tenaga kependidikan beserta tunjangannya, bahan dan peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung. Sedangkan biaya personal adalah biaya yang bersumber dari peserta didik untuk keberlangsungan proses belajar mengajar secara berkelanjutan. Berdasarkan informasi yang dipaparkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2020), anggaran pendidikan Indonesia untuk tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 6,2% dari outlook tahun 2019 sebesar 478,4 triliun rupiah menjadi 508,1 triliun rupiah atau sama dengan peningkatan sebesar 29,7 triliun rupiah. Dengan meningkatnya anggaran yang tidak commit to user

(2)

sedikit tentu saja memunculkan banyak pertanyaan bagi masyarakat mengenai penggunaan alokasi dana tersebut. Sebagian besar alokasi anggaran pendidikan tahun 2020 dialokasikan untuk dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yaitu 12,3% dari anggaran atau sebesar 64 triliun. Dana APBN tersebut yang telah dibagikan kepada sekolah-sekolah dengan jumlah sedemikian besarnya pun belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masing-masing sekolah di Indonesia sehingga sekolah-sekolah pun masih membutuhkan dana dari sumber lain salah satunya dengan menarik sumbangan dari wali murid.

Adanya APBN pendidikan yang dibagikan kepada sekolah-sekolah, membuat pemerintah memiliki hak untuk selalu mengontrol dan mengawasi semua kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Di sisi lain, sekolah memiliki model otonomi pendidikannya sendiri dalam penyelenggaraan pendidikan yang disebut dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengelola dan memperbaiki kualitas secara terus menerus. Pada dasarnya, MBS merupakan penyerasian sumber daya oleh sekolah dengan melibatkan stakeholders (pihak yang berkepentingan) dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Trisnawati, 2018). Dengan demikian pengelola sekolah perlu memiliki kemampuan mengelola keuangan dengan tepat. Ironisnya, pengetahuan, kemampuan dan kapasitas pengelola sekolah dalam menentukan perencanaan dan manajemen pendidikan masih perlu ditingkatkan. Terutama pada pembiayaan pendidikan perlu pengawasan yang tinggi untuk meminimalisir adanya asimetri informasi dan menghindari munculkan kasus kecurangan. Asimetri informasi adalah adanya kesumbangan informasi yang dimiliki pengelola sekolah dengan stakeholders dalam hal ini pemerintah dan wali murid. Asimetri informasi terjadi apabila pengelola sekolah tidak menyampaikan seluruh informasi yang dibutuhkan baik kepada pemerintah maupun wali murid. Asimetri informasi menjadi salah satu masalah yang sering muncul dalam pengelolaan organisasi terutama dalam pengelolaan keuangan.

Asimetri informasi dapat diminimalisir dengan memperbaiki perencanaan kegiatan maupun anggaran dalam pendidikan sesuai dengan standar akuntansi yang commit to user

(3)

ditetapkan oleh pemerintah (Raharjo, 2007). Perencanaan yang ada di sekolah atau madrasah disebut dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Isi dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yaitu semua sumber dana yang diperoleh dan semua pembiayaan yang akan direalisasikan oleh sekolah serta direncanakan dalam perencanaan pendidikan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang (Hartanto, 2020). Menurut Kemendikbud (Hutasuhut, 2017), perencanaan pendidikan yang paling baik untuk diterapkan adalah perencanaan jangka pendek karena perencanaan jangka pendek sudah spesifik, relatif eksak dan dipastikan akan terrealisasi. Perencanaan jangka pendek yaitu perencanaan yang disusun untuk waktu satu sampai empat tahun ke depan atau disebut dengan perencanaan tahunan.

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) merupakan suatu dokumen yang harus dimiliki oleh setiap sekolah atau madrasah seperti yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007. Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan nasional yaitu dengan adanya Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang disusun sesuai dengan standar pembiayaan nasional (Abimuda, 2020). Dalam pencapaian mutu tersebut, sekolah atau madrasah dituntut oleh pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) tersebut dilaksanakan oleh tim tertentu yang disebut dengan Tim Penyusun Rencana Kerja Sekolah (TPRKS) yang dibentuk oleh kepala sekolah bersama komite sekolah dengan anggota minimal enam orang yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan perwakilan komite sekolah (Muhaimin, Suti’ah & Prabowo, 2012).

Dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sangat dibutuhkan prinsip yang dijadikan sebagai acuan keberlangsungannya. Prinsip tersebut disebut dengan prinsip good governance. Istilah good governance telah dirintis sejak dimulainya era reformasi di Indonesia dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan Indonesia dengan mengedepankan demokrasi yang bersih (BPKP, 2017). Good governance menjadi salah satu alat commit to user

(4)

reformasi yang dianggap dapat mewujudkan demokrasi yang bersih dan bersifat mutlak. Penerapan good governance sebagai alat reformasi yang selama ini dibanggakan dan telah berjalan lama, faktanya masih belum menunjukkan keberhasilan yang signifikan dan masih menjadi mimpi semata. Sampai saat ini masih banyak ditemukan kasus mengenai kecurangan dan kebocoran dalam penyusunan, pengelolaan, pelaksanaan hingga pelaporan anggaran dengan berbagai potensi. Oknum pemerintah yang seharusnya menjadi panutan dan wakil rakyat justru banyak yang tersandung masalah hukum karena melakukan penyalahgunaan kewenangan. Terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) diidentifikasi sebagai salah satu alasan kurang berhasilnya penerapan good governance pada suatu lembaga atau organisasi (Ramadhan, 2016). Maka dari itu, perlu ditegaskan pelaksanaan prinsip good governance seperti yang tercantum dalam asas umum penyelenggaraan negara pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 (Putri, 2020). Dengan melaksanakan prinsip good governance sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan, maka tiga pilar good governance yaitu pemerintah, korporasi dan masyarakat dituntut untuk saling bekerja sama dan berpartisipasi dalam mencapai tujuan negara (Kuswanto, 2017).

Good dapat diartikan sebagai baik, sedangkan governance berarti kepemerintahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa good governance artinya tata kelola pemerintah yang baik. Good governance merupakan suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan bersama dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara internal maupun secara eksternal bersama-sama (Kristiaji, 2018). Pentingnya penerapan prinsip good governance dalam penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) adalah agar segala bentuk kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan oleh sekolah dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dan wali murid sesuai dengan sistem akuntansi pemerintah yang berlaku. Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance mengharuskan pihak sekolah untuk melampirkan dokumen pendukung dalam penyampaian laporan realisasi kegiatan dan anggaran (Darno & Sulistyowati, 2019). commit to user

(5)

Pernyataan di atas telah menunjukkan betapa pentingnya penerapan prinsip good governance dalam penyusunan, pelaksanaan maupun pelaporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) mengingat sering terjadinya informasi yang belum lengkap bahkan terlewat oleh pihak-pihak yang seharusnya mendapatkan informasi. Masih banyak ditemukan pihak eksternal sekolah yang berkepentingan, tidak mendapatkan informasi yang seharusnya didapatkan bahkan tidak semua pihak internal mengetahui informasi tersebut. Sering kali dijumpai wali murid dan siswa juga tidak mengetahui secara detail mengenai pengelolaan dana yang dihimpun yang biasa disebut dengan uang gedung dan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) yang nominalnya sudah ditentukan oleh sekolah maupun sumbangan sukarela yang tidak ditentukan nominalnya. Selain itu, sangat sulit ditemui wali murid yang kritis dalam menanyakan mengenai informasi pengelolaan dana sekolah yang memang seharusnya didapatkan. Hal itulah yang menjadi alasan utama peneliti untuk meneliti masalah ini.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) SMA/SMK SEDERAJAT DI KABUPATEN PACITAN.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan, kemampuan dan kapasitas pemerintah daerah dalam menentukan perencanaan dan manajemen pendidikan.

2. Terdapat asimetri informasi antara pihak sumber dana dengan pengelola dana yang memunculkan tindakan oportunis.

3. Penerapan prinsip good governance belum menunjukkan keberhasilan yang signifikan ditandai dengan terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang disusun dan dilaksanakan oleh sekolah belum melaksanakan prinsip good governance secara maksimal. commit to user

(6)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar peneliti lebih fokus dalam memilih permasalahan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada analisis prinsip good governance terhadap Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK sederajat di Kabupaten Pacitan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah keefektifan pelaksanaan prinsip good governance dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK sederajat di Kabupaten Pacitan?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

“Untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan prinsip good governance dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK sederajat di Kabupaten Pacitan.”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan teori-teori mengenai prinsip good governance terhadap Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK Sederajat.

b. Hasil-hasil yang diperoleh dapat menimbulkan permasalahan baru untuk diteliti lebih lanjut. commit to user

(7)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk peningkatan pelaksanaan prinsip good governance terhadap penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK sederajat di Kabupaten Pacitan.

b. Bagi Pengelola Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada masing-masing sekolah mengenai pelaksanaan prinsip good governance terhadap penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) melalui hasil penelitian ini.

c. Bagi Wali Murid Dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan agar wali murid dan masyarakat mampu menganalisis apakah Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK Sederajat di Kabupaten Pacitan sudah melaksanakan prinsip good governance atau belum.

d. Bagi Pendidikan Akuntansi

Penelitian ini diharapkan memberikan referensi kepada pendidikan akuntansi mengenai pelaksanaan prinsip good governance terhadap penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SMA/SMK Sederajat salah satunya di Kabupaten Pacitan.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

menetapkan daya tampung beban pencemaran; melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar; menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah; menetapkan

Bagi SMK Negeri 1 Sewon Bantul diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam kesehatan reproduksi remaja pada siswa-siswi kelas XI di SMK Negeri 1 Sewon Bantul,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah: 1) Aplikasi ini diciptakan sebagai alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh para

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu menentukan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelehan yang berarti, dan tubuh masih memiliki tenaga

1) Konsep ilmu pengetahuan dan penelitian. peranan serta jenis-jenisnya untuk bidang kenukliran. keteknofisikaan dan elektronika instrumentasi. cara perancangan atau desain

Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio