• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu. No Penelitian Terdahulu Keterangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu. No Penelitian Terdahulu Keterangan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah landasan penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penalitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu tentang lingkungan kerja, keselamatan kesehatan kerja dan kinerja karyawan.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu Keterangan

1. Judul Penelitian "Hubungan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan di PT. New Union Jaya Samarinda". Sinyo (2015)

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan PT. New Union Jaya Di Samarinda.

Metode Penelitian Statistik deskriptif dengan Uji Statistik Deskriptif Kuantitatif dan Uji Korelasi. Serta untuk mempermudah pengolahan data penelitian menggunakan program SPSS Versi 20.

(2)

Hasil Penelitian Tingkat keselamatan kesehatan kerja berhubungan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. New Union Jaya Samarinda.

2. Judul Penelitian "Pengaruh Lingkungan Kerja dan Keselamatan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Total Bangun Persada Tbk". Liana Ambarsari (2015)

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Metode Penelitian Metode analisis regresi linier berganda, koefisien determinasi , uji F, uji t, validitas, uji reliabilitas serta uji asumsi klasik.

Hasil Penelitian Variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.

3. Judul Penelitian "Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pataya Raya Semarang". Dwi Septianto (2010)

(3)

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah lingkungan kerja dan stres kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Metode Penelitian Metode kuesioner, Uji validitas dan reabilitas, Uji simultan, Uji parsial

Hasil Penelitian Variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan.

Dan variabel stres kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja karyawan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sinyo (2015) dengan judul "Hubungan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan di PT. New Union Jaya Samarinda". Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa tingkat keselamatan kesehatan kerja berhubungan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. New Union Jaya Samarinda. Sinyo (2015)

Selanjutnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Liana Ambarsari (2015) dengan judul "Pengaruh Lingkungan Kerja dan Keselamatan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Total Bangun Persada Tbk". dari hasil analisis yang diperoleh bahwa variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. (Ambarsari : 2015).

(4)

Kemudian jurnal ketiga sebagai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Septianto (2010) dengan judul "Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pataya Raya Semarang", dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Dan variabel stres kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja karyawan. (Septianto : 2015).

B. Kajian Teori

1. Kinerja Karyawan a. Pengertian

Menurut Robbins (2007:9) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165).

Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara, 2002:22).

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas

(5)

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).

Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Kinerja karyawan didalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang disebutkan oleh Kuswandi (2004:27) antara lain :

1) Kemampuan karyawan 2) Keselamatan kesehatan kerja 3) Motivasi

4) Lingkungan kerja 5) Kepemimpinan

Semua faktor tersebut berpengaruh terhadap kinerja karyawan, tetapi ada yang berpengaruh secara signifikan dan ada yang berpengaruh tidak signifikan.

(6)

c. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan potensi karyawan secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumberdaya manusia yang ada di dalam suatu organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan organisasi secara keseluruhan.

Menurut Sedarmayanti (2011:261), mengemukakan bahwa: “Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seserang.”

d. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi (2010:191), mengemukakan bahwa secara teoritis, tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.

Suatu yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi b) Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision

c) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi

Sedangkan yang bersifat development Penilai harus menyelesaikan:

a) Prestasi real yang dicapai individu

b) Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja c) Prestasi-prestasi yang dikembangkan

Menurut Sedarmayanti (2011:262) menjelaskan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah:

(7)

1. Meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka agar menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi.

2. Memberikan informasi kepada karyawan dan pimpinan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.

e. Indikator Kinerja Karyawan

Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada tiga indikator, yaitu (Robbins, 2006:260):

1) Kualitas

Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

2) Kuantitas

Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3) Ketepatan waktu

Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

(8)

2. Lingkungan Kerja a. Pengertian

Menurut Sedarmayanti (2009:31) lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Menurut (Ambarsari : 2015) Lingkungan kerja adalah kondisi-kondisi material dan psikologis yang ada dalam organisasi. Maka dari itu perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik (tata ruang yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup maupun musik yang merdu), serta lingkungan non fisik (suasana kerja karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama karyawan, hubungan antar karyawan dengan pimpinan, serta tempat ibadah). Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang berada di sekitar karyawan perlu diperhatikan agar membawa dampak yang baik bagi kinerja seseorang.

Lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang berada di dalamnya. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan kinerja,

(9)

karena menurunnya jumlah hari yang hilang, meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen, menurunkan biaya-biaya kesehatan dan asuransi, tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, serta rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena naiknya citra perusahaan hal ini dikemukakan oleh Rivai (2009).

Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman (Sedarmayanti 2011:28). Menurut Alex S Nitisimito (1998:183) mendefinisikan “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”. Menurut Sedarmayati (2009:21) definisi lingkungan kerja adalah “Keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

Seperti yang sudah diuraikan diatas bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

(10)

Ambarsini (2015) mengemukakan beberapa faktor pengukuran dalam variabel lingkungan kerja ini yaitu dengan:

1) Jalur mobilitas keluar masuk kendaraan 2) Mekanikal dan elektrikal yang siap pakai 3) Ruang penyimpanan material

4) Persediaan bahan bangunan 5) Penerangan

6) Kebersihan lingkungan kerja 7) Kerapian lingkungan kerja,

8) Kerjasama yang baik antara pelaksana dan mandor 9) Perhatian mandor terhadap pekerja

10) Kerjasama antara pekerja satu dengan lainya

Alex S. Nitisemito (1998:134) menyatakan bahwa factor-faktor yang dapat dimasukkan dalam lingkungan kerja serta besar

pengaruhnya terhadap semangat dan kegairahan kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1). Pewarnaan 2). Kebersihan 3). Pertukaran udara 4). Penerangan 5). Musik 6). Keamanan 7). Kebisingan

(11)

c. Jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.

1). Lingkungan kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2009) yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan kerja fisik sendiri dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :

a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya).

b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

2). Lingkungan Kerja Non Fisik

Sadarmayanti (2009) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

(12)

d. Indikator-indikator Variabel Lingkungan Kerja

Indikator-indikator lingkungan kerja oleh Nitisemito (1998 : 159) yaitu sebagai berikut:

1). Suasana kerja

Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Suasana kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat tersebut.

2). Hubungan dengan rekan kerja

Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

3). Tersedianya fasilitas kerja

Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/mutakhir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses dalam bekerja.

(13)

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:28) indikator-indikator lingkungan kerja yaitu sebagai berikut:

1). Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.

2). Sirkulasi udara ditempat kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme.

Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau- bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

3). Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka

(14)

panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.

4). Bau tidak sedap di tempat kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

5). Keamanan di tempat kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Pengaman (SATPAM).

Dari dua pendapat dari para ahli tentang lingkungan kerja diatas, maka dapat diusulkan beberapa indikator yang mempengaruhi lingkungan kerja disesuaikan dengan obyek penelitian adalah sebagai berikut:

1) Bau yang tidak sedap

(15)

2) Pencahayaan 3) Kibisingan 4) Kebersihan 5) Sirkulasi udara

3. Kesehatan Keselamatan Kerja a. Pengertian

Menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Rivai (2009) Kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa atau anggota badan.

Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh.

Menurut Suma’mur (2001:104) keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

(16)

bersangkutan. Menurut Malthis dan Jackson (2003) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu istilah yang sangat erat kaitannya.

Kesehatan kerja mengacu pada keadaan umum fisik, mental dan kesejahteraan emosional, setiap karyawan diharuskan sehat dan bebas dari penyakit, cedera atau masalah mental dan emosional yang mengganggu aktivitas,praktek manajemen keselamatan di organisasi dibentuk untuk mempertahankan karyawan secara keseluruhan menjadi baik.

b. Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.

Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002:165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

(17)

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik- baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Menurut Bangun Wilson (2012:379) terdapat tiga alasan keselamatan kerja merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya,antara lain alasan moral, hukum, dan ekonomi.

1. Moral

Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi.Manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatn dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagankerjaan).Para pemberi kerja melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluarga.

(18)

2. Hukum

Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman yang setimpal yang sesuai dengan Undang- undang ketenagakerjaan. Yang tertara pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

3. Ekonomi

Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengelurkan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnnya, tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja.

Istilah yang Digunakan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : a. Potensi Bahaya

Yaitu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian.

(19)

b. Tingkat Bahaya

Yaitu suatu ukuran akan bahaya yang terjadi, misalnya suatu bahaya dikatakan tidak terlalu fatal ketika bahaya tersebut dapat dicegah kejadiannya.

c. Resiko

Yaitu kerugian yang diterima jika kemungkinan kecelakaan tersebut terjadi.

d. Insiden

Yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas struktur.

e. Kecelakaan

Yaitu suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki.

f. Tindakan tidak aman

Yaitu suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap kejadian kecelakaan.

c. Indikator Variabel Kesehatan Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2011 : 170), bahwa indikator keselamatan kerja adalah :

1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya 2. Kapasitas ruang kerja

3. Pengaman peralatan kerja 4. Kelengkapan alat safety

(20)

4. Hubungan Lingkungan dengan Kinerja

Lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang berada di dalamnya. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan kinerja, karena menurunnya jumlah hari yang hilang, meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen (Rivai : 2009).

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septianto (2010) dengan hasil lingkungan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan, yang berarti semakin baik lingkungan kerja pada suatu perusahaan maka kinerja karyawan juga akan semakin meningkat.

5. Hubungan Keselamatan Kesehatan Kerja dengan Kinerja

Kinerja karyawan yang tinggi dapat menjadi indikator yang baik untuk menggambarkan keadaan suatu perusahaan, dan keselamatan kesehatan kerja yang baik dapat membangkitkan kinerja yang tinggi (Ridley John, 2004 : 72).

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Ambarsari (2015) dengan hasil keselamatan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap terhadap kinerja karyawan, yang bermakna bahwa semakin baik keselamatan kesehatan kerja dalam suatu perusahaan maka kinerja karyawan akan semakin tinggi.

6. Hubungan Lingkungan, Keselamatan Kesehatan Kerja dan Kinerja Kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

(21)

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan, yang akan berdampak pada kinerja (Rivai : 2009).

Hal tersebut didukung oleh penelitian dari Liana Ambarsari (2015) dengan hasil lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan, yang berarti bahwa semakin baik lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja dalam perusahaan maka kinerja karyawan akan semakin meningkat.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran penelitian menunjukkan konsep berfikir peneliti sesuai dengan rumusan masalah sehingga pembahasan yang dilakukan lebih mudah untuk dipahami. Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan hubungan antara lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan yaitu sebagai berikut:

Lingkungan Kerja (X1) 1) Bau yang tidak sedap 2) Pencahayaan

3) Kibisingan 4) Kebersihan

5) Sirkulasi udara Kinerja Karyawan

(Y)

 Ketepatan waktu

 Kuantitas

 Kualitas Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)

 Tingkat keamanan

penyimpanan barang-barang yang berbahaya

 Memadai tidaknya kapasitas ruang kerja

 Ketersediaan pengaman peralatan kerja (safety)

 Program pelatihan keselamatan kesehatan kerja

 Program kesehatan karyawan

(22)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1.1 menjelaskan Lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja sebagai variabel independen merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan sebagai variabel dependen.

Adapun teori terkait dengan lingkungan kerja Menurut Sedarmayati (2009:21) lingkungan kerja adalah Keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.Pada variabel independen keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, sedangkan untuk teori variabel independen kinerja karyawan menurut Robbins (2007:9) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71).

(23)

Berdasarkan rumusan yang telah diuraikan di atas dan didukung oleh landasan teori dan landasan penelitian terdahulu, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Lingkungan kerja dan Keselamatan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Pentawira Agrahasakti Tuban.

2. Keselamatan kesehatan kerja paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Pentawira Agrahasakti Tuban.

Referensi

Dokumen terkait

Program Inovasi Desa (PID) merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT untuk meningkatkan kapasitas Desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sedangkan menurut Siagian (2010) dalam Donni Juni Priansa, menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang karyawan terhadap pekerjaannya, artinya

Dari kedua jenis akuntansi lingkungan dapat disimpulkan bahwa akuntansi lingkungan berawal dari proses kegiatan perusahaan setelah itu perusahaan harus membuat laporan yang

Variabel bebas lingkungan kerja (X2) menggunakan teori Sedarmayanti (2001) dengan indikator lingkungan kerja fisik yang meliputi semua keadaan berbentuk fisik di sekitar tempat

Berdasarkan Gambar 2.2 tersebut menunjukkan bagaimana nantinya pengaruh Country of Origin (X1) atau negara asal terhadap keputusan pembelian selain itu, mencari pengaruh

“PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR, ATTITUDE, CREATIVITY DAN KNOWLEDGE (Studi pada Kampung Sinau, Cemorokandang Kota Malang)”6. Author: Risna Nur Ainia

Tekanan mental atau stres kerja (work stress) bukan suatu hal yang sedikit terjadi karena perkembangan teknologi yang menimbulkan tuntutan berbagai perubahan yang harus

Rangkuti (2013:20) menjelaskan bahwa “Analisis SWOT adalah proses analisis faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang