• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA. (Pinctada maxima) PASCA PEMASANGAN INTI (NUCLEUS) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA. (Pinctada maxima) PASCA PEMASANGAN INTI (NUCLEUS) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT (NTB)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA

(Pinctada maxima) PASCA PEMASANGAN INTI (NUCLEUS) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK,

NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

PUJI NURLAELA 1322010176

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PANGKEP

2016

(2)

ii

TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA

(Pinctada maxima) PASCA PEMASANGAN INTI (NUCLEUS) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK,

NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

PUJI NURLAELA 132 201 0176

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Ir.H.ZainalAbidin Musa, MP Ir.Nawawi,.M.Si Ketua Anggota

Diketahui oleh :

Dr.Ir.H.Darmawan, M.P Ir. Rimal Hamal, M.P

Direktur Ketua Jurusan

Tanggal Lulus: ... 2016

(3)

iii

RINGKASAN

PUJI NURLAELA, 1322010176. TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PASCA PEMASANGAN INTI (NUCLEUS) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT dibimbing oleh Zainal Abidin Musa dan Nawawi.

Kerang mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka perlu adanya penanganan terhadap kerangmutiara dalam menghasilkan mutiara yang berkualitas nantinya.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) pasca pemasangan inti (nucleus).

Manfaat dari tugas akhir ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sekaligus dapat meningkatkan keterampilan dan memperluas wawasan kompotensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat serta sebagai pedoman bagi masyarakat dalam hal teknik penanganan kerang mutiara pasca pemasangan inti.

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) mulai tanggal 2 Februari sampai 2 Mei 2016 di PT.Autore Pearl Culture, Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilkukan dengan observasi lapang, wawancara, partisifasi aktif dan sumber pustaka yang terkait.

Tingkat kelangsungan hidup kerang mutiara selama kegiatan pemeliharaan kurang lebih selama 6 bulan mulai dari operasi sampai dengan pengecekan inti mutiara yaitu 94,54%. Tingkat kelangsungan hidup kerang mutiara hasil pemeliharaan di dalam pocket net relatif tinggi jika dibanding dengan penanganan di dalam keranjang net. Kegiatan ini dilakukan dengan cara yaitu dilakukan melalui pemanfaatan arus air dan penanganan-penanganan seperti pengenbalian posisi kerang,pembersihan kerang dan pengecekan inti (rotgen). Dan hasil pembentukan inti mutiara sebanyak 82%. Tingkat keberhasilan pemasangan inti mutiara relative tinggi, keberhasilan pemasangan inti mutiara pasca operasi antara lain dipengaruhi oleh teknik penanganan kerang mutiara pasca operasi dan kepandaian para teknisi melakukan pemasangan inti.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Teknik Penanganan Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Pasca Pemasangan Inti (Nucleus) di PT. Autore Pearl Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga penulis tidak mengalami begitu banyak kendala dalam penyusunannya.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan kasih sayang kepada ayah dan ibu atas doa dan pengorbanan yang selalu menjadi kekuatan dalam menjalani dinamika kehidupan.

Penulis penyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ir. H. Zainal Abidin Musa, M.Si selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Nawawi, M.Si. selaku pembimbing anggota yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan penyelesaian laporan tugas akhir ini.

2. Bapak Rahman Hagi, selaku pembimbing lapangan yang telah meluangkan waktunya selama praktikum berlangsung.

(5)

v 3. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

4. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

5. Sahabat saya yang selalu membantu dan memberi semangat dalam Tugas akhir ini, terkhusus angkatan XXVI.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, olehnya itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis terima dengan senang hati.

Demikianlah tugas akhir ini saya buat, semoga dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan perikanan indonesia khususnya dibidang pemutiaraan.

Pangkep, mei 2016

Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kerang Mutiara ... 3

2.2 Morfologi dan Anatomi ... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran ... 5

2.4 Siklus hidup... 6

2.5 Makanan ... 8

2.6 Hama dan Penyakit ... 9

2.7 Proses Pembentukan Mutiara ... 10

2.8 Penanganan Pasca Operasi Pemaangan Inti ... 11

(7)

vii

2.8 Lokasi Budidaya... 14

2.9.1 Faktor Ekologi ... 15

2.9.2 Faktor Resiko ... 18

2.9.3 Media Budidaya ... 18

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.2.1 Alat ... 20

3.2.2 Bahan... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.3.1 Data Primer... 21

3.3.2 Data Sekunder... 21

3.4 Analisa Data ... 22

3.5 Metode Pelaksanaan... 22

3.5.1 Penanganan Kerang Mutiara Pasca Pemasangan Inti... 22

3.6 Parameter yang Diamati ... 23

3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Pasca Operasi ... 23

3.6.2 Pembentukan Inti (Nucleus) Kerang Mutiara Bulat... 24

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara... 25

4.1.2 Pembentukan Inti... 26

(8)

viii V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 30 5.2 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

ix DAFTAR TABEL

Halaman

1 Alat yang digunakan pada pasca pemasangan inti kerang mutiara... 20

2 Bahan yang digunakan pasca pemasangan inti kerang mutiara... 21

3 Kelangsungan hidup kerang mutiara pasca pemaangan inti ... 25

4 Pemasangan inti kerang mutiara pasca pemaangan inti... 27

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi kerang mutiara ... 4 2 Anatomi kerang mutiara ... 5

(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peralatan yang digunakan di PT. Autore Pearl Culture ... 32

(12)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dibidang perikanan yang telah dilaksanakan sampai saat ini secara agregat telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan terlihat semakin meningkatnya pendapatan petani, konsumsi masyarakat, ekspor hasil perikanan, dan perluasan lapangan kerja, serta memberikan dukungan bagi pembangunan sektor terkait. Berbagai keberhasilan tersebut apabila dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya hayati yang belum dimanfaatkan serta kondisi lingkungan strategis yang ada, merupakan modal dasar dalam melanjutkan pembangunan perikanan dimasa yang akan datang untuk mendapatkan hasil optimal (Parante 2008 dalam Iskandar 2011).

Prospek pengembangan kerang mutiara memiliki kelebihan bila ditinjau dari penerapan teknologi yang mudah dan jenis kerangnya pada dasarnya mudah dibudidayakan.Disamping itu, luasnya wilayah perairan Indonesia dengan ribuan gugus pulau menjadi salah satu peluang besar bagi pengembangan kerang mutiara tersebut, karena dapat menjadi lokasi budidaya yang potensial.

Kerang mutiara ini telah lama menjadi salah satu sumber daya hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pasalnya pada cangkang kerang mutiara dapat dipakai sebagai bahan industri tegel, kancing, cat dan juga dalam pembuatan barang-barang ornamental (Mulyanto 1987). Selain cangkang, butiran-butiran mutiara yang dihasilkan dapat diperdagangkan dengan harga yang cukup mahal

(13)

2 serta dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir 1981). Dengan demikian, maka permintaan akan komoditas ini semakin meningkat dari tahun ke tahun baik untuk kebutuhan pasar dalam negeri terlebih lagi untuk permintaan ekspor.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) pasca pemasangan inti (nucleus).

Manfaat dari tugas akhir ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sekaligus dapat meningkatkan keterampilan dan memperluas wawasan kompotensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat serta sebagai pedoman bagi masyarakat dalam hal teknik penanganan kerang mutiara pasca pemasangan inti.

(14)

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kerang Mutiara

Kerang mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak.

Kerang mutiara secara taksonomi dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas empat kelas yaitu: polyplacophora, gastropoda, bivalvia dan cephalopoda.(Sutaman 1993).

Klasifikasi Pinctada maxima menurut Brusca (1990) dalam Liweng (2002) adalah sebagai berikut :

Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Sub kelas : Lamella branchia

Ordo : Anysomyaria

Sub ordo : Pteriomorpha

Sub famili : Pteriidae

Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

(15)

4 2.2 Morfologi dan Anatomi

Tubuh kerang mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung.

Mulyanto (1987) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yangdi hubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara (Sutaman1993) seperti yang terlihat pada Gambar 1

Gambar1 Morfologi kerang mutiara P. maxima.(Sutaman 1993) 1

2

3 4

5

6

7 8

Keterangan :

1. Hasagy Pertumbuhan 2. Hasagy Lama

3. Bysus 4. Umbo 5. Ventral 6. Anterior 7. Dorsal 8. Posterior

(16)

5 Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi kerang mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass).

1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal.menurut Cahn (1949) dalam Winanto 1992, kakiberfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih

2. Mantel tediri dari selaput (intigument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang, pinggirnya disatu tempat membentuk inhalant dan exahaentsiphon untuk masuk dan keluranya air (Mulyanto 1987).

3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan kerang mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Anatomi kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2.

(17)

6 Gambar 2 Anatomi kerang mutiara (Sutaman 1993)

2.3 Habitat dan Penyebaran

Pinctada maxima biasa ditemukan pada kedalaman 20m-75m, dengan dasar perairan berpasir atau pasir berkarang. Daerah penyebarannya mulai dari laut Arafuru,kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram kepulauan Bacaan, Australia bagian Utara, Burma, Thailand,Philipina.

Pinctada margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai dalam, pada 1 m-20 m. Kerang ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada substrat yang keras, seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35 ppt atau lebih. Dearah penyebarannya antara lain di perairan Indo-Pasifik, Teluk California, Telur Panama, Teluk Persia, sudan, laut Merah, Papua new Guinea, Australia, Trech Polynesia, Indonesia, Kepulauan Andaman, Nicobar, Samudra india sebelah barat daya dan Jepang.

(18)

7 Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu karang, menempel pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut sampi kedalaman 12m–25m. Lokasi cukup terlindung didaerah tropis maupun sub-tropis, seperti Teluk Persia, Laut Merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia, dan lautan Pasifik bagian Barat.

Pteria penguin hidup pada kedalaman 5m – 30 m, dengan salinitas kurang lebih 30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel pada rating-ranting karang hitam (black corals).

2.4 Siklus Hidup

Kerang mutiara mempunyai jenis kelamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu yang hermaprodit. Perubahan kelamin (sex reversal) biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada stadia awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal juga diamati pada kerang Pinctada maxima, hasilnya menunjukkan bahwa jenis kelamin kerang ternyata tidak tetap, sejumlah jantan berubah menjadi betina dan sebaliknya betina bisa menjadi jantan.

Bentuk gonad kerang mutiara tebal-menggembung, pada kondisi matang penuh gonad menutupi seluruh organ dalam (perut, hati dan yang lain) kecuali bagian kaki. Secara eksternal sulit untuk membedakan antara gonad jantan dan betina, utamanya pada stadia awal, keduanya berwarna krem kekuningan. Tetapi setelah stadia matang penuh, gonad kerang P. maxima jantan berwarna putih krem, sedang yang betina berwarna kuning tua.Sedangkan gonad jantan P. fucata

(19)

8 berwarna krem pucat keputihan dan betina berwarna krem kekuningan sampai kuning.

Tingkat kematangan gonad kerang mutiara dikelompokkan menjadi lima stadia (deskripsi perkembangan gonad ini hanya didasarkan pada kerang betina) yaitu : Stadia I: Tahap tidak aktif/salin/ istirahat; Stadia II: Perkembangan/

pematangan; Stadia III: Matang (mature); Stadia IV: Matang penuh/memijah sebagian; Stadia V : Salin (spent). Pada stadia awal perkembangan gonad, kerang jantan dan betina menunjukkan perkembangan reproduksi yang sama, oleh karena itu pada stadia II dan III warna gonad krem pucat. Pada stadia gametogonesis yang lain, gonad jantan dan betina nampak sama jika diamati secara eksternal (Chellam 1987; CMFRI 1991; Winanto 2004).

Informasi mengenai segala hal mengenai aspek biologi reproduksi kerang mutiara sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri budidaya mutiara, khususnya pemahaman terhadap perkembangan gonad dan dinamika populasinya di alam. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknik pembenihan dan perbaikan teknik penempatan inti bulat di dalam gonad kerang mutiara. Hasil pengamatan Winanto et al. (2002) terhadap stadia kematangan gonad dan musim pemijahan P. maxima di Teluk Hurun, Lampung dari tahun 1996-2002 menunjukkan, bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan, namun stadia kematangan gonad penuh (TKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret, Mei dan Agustus sampai Nopember. Gonad dalam masa istirahat (resting phase) terjadi pada bulan Desember, stadia I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama tujuh tahun pengamatan, dicatat stadia perkembangan gonad tertinggi hanya sampai

(20)

9 TKG II terutama pada bulan April dan Juni. Sedangkan TKG III terjadi pada bulan Januari-Maret dan Juli-Desember.

Beberapa jenis kerang mutiara dapat dijumpai matang gonad sepanjang tahun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan Pinctada sp terjadi setiap bulan sepanjang tahun. Musim puncak kematangan gonad identik dengan musim puncak pemijahan. Pada musim tertentu, induk kerang di alam yang telah dewasa akan bertelur. Telur-telur tersebut kemudian akan dibuahi oleh sel kelamin jantan(sperma) dan pembuahan terjadi secara eksternal di dalam air.

2.5 Makanan

Kerang mutiara bersifat filter feeder karena hidupnya menetap maka kebutuhan makanannya sangat bergantung pada makanan alami diperairan sekitarnya atau terbawa arus air dan dimanfaatkan melalui insang. Pada dasarnya kerang mampu menyeleksi makanan sesuai dengan kebutuhannya, makanan yang telah ditelan tidak semuanya dapat dicerna.

Beberapa jenis makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan dalam perut kerang adalah sisa bahan organik (detritus), Flagellata, larva Invertebrata, partikel jamur, pasir, lumpur, dan beberapa jenis plankton seperti Clolrella, Skeletonema, Estatum, Euglena, Coscinodiscus sp, Bidulphiaregia, Nitzchia sp, Ceratium fusus, Melosirajuegensi, Rhizosolenia hebetate, Hylodiscus stelliger, Asterionelajaponica, Nitzchionides (Imai 1982 dan Tin Tun 1988).

(21)

10 Organisme bersel banyak seperti spora alga, dialom, infusorians, foraminifera, merupakan penyusun utama makanan kerang mutiara. Sejumlah pakan yang ditemukan di dalam perutkerang antara lain adalah embrio dan larva berbagai hewan, filamentus alga, alcyonarians, jamur dan sedikit butiran pasir, tapi kadang-kadang yang jumlah banyak. (Hardman 1903 dan Chellam 1983).

2.6 Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh kerang mutiara dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (bootom culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Grastropoda, seperti Murex sp, Thais sp. dan kura-kura.

Beberapa macam penyakit yang menyeram kerang mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring spongr (Cliona spp), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister didalam cangkang. Kerang yang terserang boring sponge, pada bagian luar cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran kedalam cangkang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam didalam larutan garam pekat, (brine deeping). Kerang yang terserang infeksi direndam didalam larutan garam pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit (Tin Tun 1977 dan 1988). Pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan.

(22)

11 Perlakuan lainnya yaitu dengan perubahan salinitas secara mendadak (salinity shock), kerang yang terinfeksi direndam didalam air tawar selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian direndam didalam larutan garam pekat dengan konsentrasi 30-40%selama 5-10 menit atau sebaliknya direndam dahulu dalam larutan garam pekat, lalu direndam dalam air tawar. Perlakuan ini tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan kerang.

Organisme penempel yang sering dijumpai pada budidaya kerang adalah jenis tumbuhan misalnya; ganggang hijau (cholorophyceae), ganggang coklat (phaeophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae). Dari jenis hewan misalnya;

bunga karang (porifera), cnidarian seperti sea anemone; flat worms (turbellaria), seperti Stilocus ijiai; molusca seperti Mytilus sp, Crassostrea sp; polychaetes (Polychaeta), seperti Hydroideselegens, Polydora sp.

2.7 Proses Pembentukan Mutiara

Di alam kerang terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara.

Secara teoritis terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas

(23)

12 mengeluarkan/mendeposis nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.

Selanjutnya teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya partikel inipun bisa saja masuk kerongga mantel. Saat masuk, epithelium juga ikut bersamanya.

Epithelium akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara.

Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre kepartikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat (Gustaf 2007)

2.8 Penanganan Pasca Operasi Pemasangan inti

Setelah kegiatan operasi pemasangan inti mutiara selasai dilaksanakan oleh teknisi, selanjutnya karyawan dan karyawati yang bekerja di ruang operasi mengambil tiram tersebut dan dimasukkan kedalam sekat-sekat keranjang plastik pemeliharaan yang mempunyai 20 ruang atau sekat dengan posisi bagian yang cembung berada di atas. Pekerjaan ini dilakukan dengan cermat dan setelah keranjang tesisi penuh, kemudian segera keranjang ini dibawah ke rakit apung (khusus pasca operasi) yang berada didepan ruang operasi untuk digantung dengan posisi memanjang (vertikal), pada kedalam 4-5 meter.

(24)

13 Tiram memerlukan waktu istrahat selama 10 hari untuk memilihkan kondisi tubuh dan penyembuhan luka secara alami yang merupakan bekas sayatan yang dimulai dari pangkal kaki dan dibuat saluran pemasukan inti yang menuju gonad sampai ke ventral swelling. Hal ini searah dengan apa yang dikemukan oleh Tun dan Winanto (1988) bahwa, kerang mutiara memerlukan waktu istrahat yang cukup untuk menyembuhkan diri dari luka shock akibat operasi. Pada pemeliharaan pasca operasi pemasangan inti diharapkan mantel akan menyatu dengan lapisan (nacre) mutiara dan dapat mengalami perkembangan (degenerasi) untuk pembungkusan inti mutiara bulat dari cairan nacre tersebut.

a. Kantong Berjaring (Pocket Net)

Pemeliharaan kerang dapat dilakukan pada keranjang-keranjang jaring (pocket), dengan cara digantung pada tali bentang longline. Bahan rangka yang digunakan untuk pocket biasanya terbuat dari kawat galvanizer, atau yang lebih baik lagi jika dilapisi plastik atau aspal, sehingga daya tahannya dapat mencapai 2 – 2,5 tahun, pocket juga dilengkapi dengan jaring dengan lebar mata jaring 0,5 cm – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukuran spat, semakin besar ukuran spat maka semakin besar pula ukuran mata jaring, sehingga spat yang dipelihara tidak lolos keluar dan sirkulasi air dapat terjaga dengan baik. Ukuran keranjang jaring (pocket) biasanya 0,5 x 1 m dengan ukuran mata jaring 0,5 cm – 1 cm dapat diisi kerang ukuran 3-6 cm (DVM) sebanyak 56 ekor Cahn (1949) dan Winanto (1992)

(25)

14 b. Kegiatan Rontgen

Setelah masa pemeliharaan di rakit apung, kerang mutiara segera diangkat dari rakit apung dan dibawah ke rumah rakit. Kegiatan rontgen dapat dilaksanakan setelah masa pemeliharaan ditali rentang (long line) selama 2-3 bulan setelah operasi pemasangan inti mutiara bulat. Kegiatan pemeriksaan terhadap kerang mutiara yang telah dioperasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui inti (nukleus) mutiara yang telah dipasang dalam organ tubuh kerang mutiara telah diselimuti oleh lapisan mutiara (nacre) atau dikeluarkan kembali (kosong).

Kegiatan pemeriksaan ini dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan x-ray. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu dengan carakerang mutiara yang akan diperiksa diletakkan diatas sabuk berjalan dan dimasukkan kedalam alat x-ray, pada saat yang bersamaan kondisi kerang mutiara yang ada didalam alat tersebut akan tampil pada layar monitor sehingga dapat diketahui isi dari organ dalam kerang mutira.

Pemeriksaan dengan cepat satu-persatu melalui cara (metode) rontgen.

Apabila kerang mutiara yang terdapat inti mutiara dengan secepatnya dimasukkan kedalam pocket net kembali dan dipelihara pada sarana tali bentang (long line) dengan kedalaman 5 m selama 6 bulan, Sedangkan kerang mutiara yang mengeluarkan inti disingkirkan untuk dioperasi kembali atau dibunuh tergantung dari kondisi kerang mutiara tersebut.

(26)

15 Sering kali terjadi proses operasi dapat menyebabkan preparat (inti mutiara bulat) keluar dari tubuh kerang bahkan terjadi kamatian pada kerang itu sendiri.

Kegagalan operasi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :

Kondisi kerang mutiara pada saat operasi sudah lemah, ini mungkin disebabkkan karena kerang sudah tua atau juga disebabkan karena penyakit (seskaria).

Menurunya kondisi kerang mutiara setelah operasi, ini mungkin disebabkan karena kurang suburnya perairan tempat bagi kerang mutiara yang kondisinya tadi sedikit lemah.

Keluarnya preparat dapat juga disebabkan oleh kecerobohan para pekerja dilaut, misalnya keranjang sering terbanting atau kurang hati-hati diwaktu pekerjaan pembolak-balikan pada rakit apung sehingga kerang mutiara dapat mengalami stress.

Kecerobohan dari teknisi sebagai pelaksana operasi, dimana kedudukan preparat yang dioperasikan kedalam daging kurang mantap.

Kondisi kerang berada dalam keadaan yang sehat dan kuat serta matang telur sehingga tiram mampu memuntahkan inti dari gonadnya atau kuatnya daya tolak dari tiram itu sendiri dari dalam tubuh.

Sayatan yang dibuat lebih besar dilubanding denga ukuran inti yang dimasukkan.

Dengan adanya beberapa faktor penyebab ini, sehingga perlu adanya kegiatan atau usaha yang mengarah pada masalah penanganan kerang mutiara

(27)

16 baik sebelum operasi, sesudah operasi maupun pada kecermatan dan kehati-hatian dalam operasi pemasangan inti (nucleus) mutiara bulat, serta perlunya kondisi perairan yang subur dan terhindar dari bahan pencemaran yang dapat membahayakan kelangsungan hidup tiram untuk menghasilkan mutiara bulat.

2.9 Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus diketahui sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pemeliharaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha budidaya lebih banyak ditentukan oleh lokasi yang memenuhi syarat teknis (Sutaman 1993). Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya kerang mutiara (Anonim, 2015). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya.

2.9.1 Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

1. Lokasi terlindung

Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar.

Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari

(28)

17 kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.

2. Dasar perairan

Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya kerang mutiara.

3. Arus air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

4. Salinitas

Salinitas adalah jumlah semua garam dalam air setelah karbonat diubah menjadi oksidan-okasidan dengan satuan perseribu notasi atau ppt. Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi.

Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2-3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32-35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara.

(29)

18 5. Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup kerang mutiara adalah berkisar 25 – 30 0C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk kerang mutiara.

6. Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5-6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan.

7. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan kerang pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar kerang mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara diperairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Kerang tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang akan meningkat pada pH 6,75 - pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5.

8. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kerang mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan

(30)

19 kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2-6,6 ppm. Pinctada maxima untuk ukuran 40-50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 ppm,ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 ppm, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 ppm.

9. Parameter kimia a. Posfat

Kandungan posfat yang lebih tinggi dari batas toleransi akan mengakibatkan kerang mutiara mengalami hambatan pertumbuhan. Posfat pada kisaran 0,1001-0,1615 mg/l merupakan batasan yang layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan posfat berkisar antara 0,16-0,27 mg/l merupakan kandungan posfat yang baik untuk budidaya kerang mutiara.

b. Nitrat dan Nitrit

Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 - 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5 - 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stres dan bahkan kematian pada organisme yang dipelihara.

c. Amoniak

Batas toleransi organisme akuatik terhadap amoniak berkisar antara 0,4 - 3,1 mg/l. Pada kisaran yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan akhirnya mengakibatkan kematian pada organisme.

(31)

20 2.9.2 Faktor Resiko

1. Pencemaran

Lokasi budidaya kerang mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri.Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara.

2. Manusia

Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).

2.9.3 Media Budidaya

Pada budidaya kerang mutiara di laut terbuka sistem jalur long line salah satu media sangat cocok untuk digunakan karena lebih tahan terhadap pengaruh angin, arus yang kuat, dan gelombang yang besar karena gerakan tali yang diakibatkan oleh gelombang. Jalur long line adalah media yang digunakan untuk memelihara sebelum dan sesudah operasi sampai panen.

Menurut Liweng (2002) Pada penempatan jalur long line sangat dipengaruhi oleh.

(32)

21 a. Keadaan arus

Penempatan jalur long line dilakukan dengan kemiringan 30-400 dari arah arus. Hal ini dilakukan agar semua kerang mendapatkan makanan yang sama sehingga tingkat pertumbuhan akan sama. Disamping itu untuk menghindari terjadinya tali gantung yang saling membelit.

b. Kedalaman dan Dasar Perairan

Kedalaman dan dasar perairan pada lokasi long line perlu diketahui agar dapat menentukan panjang tali jangkar dan jenis jangkar yang digunakan.

Untuk menetukan panjang tali jangkar diperlukan perbandingan yaitu:

Panjang Tali Jangkar = Kedalalaman air x 3

Dasar perairan yang berkarang dengan kedalaman 15 – 20 meter sangat cocok untuk jenis jangkar besi sedangkan jangkar beton dapat ditempatkan pada semua jenis dasar perairan.

c. Pengaruh Angin

Angin yang kuat mempengaruhi keadaan gelombang yang berdampak pada penempatan jalur longline karena dapat merusak keranjang pemeliharaan.

d. Bobot Jangkar.

Perbadingan antara bobot jangkar dan bobot yang ditahannya yang terdiri dari berat jalur, berat kerang dan kecepatan arus yang harus seimbang.

(33)

22

IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai tanggal 2 Februari sampai tanggal 2 Mei 2016 di PT. Autore Pearl Culture, Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penanganan kerang mutiara pasca pemasangan inti di PT. Autore Pearl Culture, Lombok, Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan pada pasca pemasangan inti kerang mutiara No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Net (Poket) 100 x 50 cm size 3 cm Wadah kerang mutiara 2 Tali longline Diameter 32 mm Pemeliharaan kerang mutiara 3 Tali gantung Diameter 10 mm Menggantung poket

4 Keranjang tento 1 m x 30 cm Wadah kerang mutiara

6 Stik sprayer 2 buah Menyomprot poket

7 Spead boat 4 unit Transportasi laut

8 Handuk 50 buah Menutup kerang

9 Mesin x-ray 2 buah Pengecekan inti mutiara

10 Rumah apung 4 unit Pengecekan kerang mutiara Sumber : PT. Autore pearl Culture

(34)

23 3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang di gunakan di PT. Autore Pearl Culture, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pasca pemasangan inti kerang mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Bahan yang di gunakan pasca pemasangan inti kerang mutiara No Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan

1 Kerang mutiara 9-12 cm Penghasil Mutiara 2 Air laut 32-35 ppt Perendaman kerang Sumber : PT. Autore Pearl Culture

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini yaitu data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data primer

Data primer diperoleh dengan cara melalui pengumpulan data dari setiap kegiatan penanganan kerang mutiara pasca pemasangan inti selama pelaksanaan kegiatan PKPM di PT. Autore Pearl Culture, Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekuder diperoleh dari hasil konsultasi dengan pembimbing lapangan tentang teknik penanganan kerang mutiara pasca pemasangan inti. Selain itu, data sekunder yang digunakan dalam tugas akhir ini juga diperoleh melalui studi

(35)

24 pustaka yang meliputi laporan dan referensi lainnya yang terkait dengan judul tugas akhir ini.

3.4 Analisa data

Data diolah secara manual dan dianalisa secara deskriptif dalam bentuk Table lalu dinarasikan berdasarkan peubah yang diamati yaitu data kelangsungan hidup (survival rate) kerang mutiara pasca pemasangan inti dan tingkat keberhasilan pembentukan inti (nucleus).

3.5 Metode Pelaksanaan

3.5.1 Penanganan Kerang Mutiara Pasca Pemasangan Inti a) Pemeliharaan di kantung jaring (pocket net)

1. Kerang mutiara dimasukkan pada kantung jaring (pocket net 16) dengan posisi 450

2. Kantung jaring (pocket net) yang berisi kerang disimpan diruang operasi dengan air mengalir

3. Kantung jaring diangkat ke speed boat untuk dibawa ke laut untuk digantung pada tali bentang (long line)

4. Kantung jaring digantung di jalur long line dengan posisi miring atau 250

(36)

25 b) Pembersihan kerang mutiara

1. Setelah umur 3 bulan pasca operasi pemasangan inti mutiara, kerang mutiara yang dipelihara di kantung jaring (pocket net 16) diangkat dan diletakkan pada stand pocket.

2. Selanjutnya kantung jaring beserta kerang mutiara di dalamnya, disomprot dengan stik sprayer sekali dalam sebulan.

c) Pengembalian posisi kerang

1. Setelah penyomprotan selesai, kerang mutiara dilepas dari kantung jaring (pocket net) kemudian posisi kerang mutiara diubah keposisi normal

2. Selanjutnya, kantung jaring yang berisi kerang mutiara kembali digantung pada jalur tali bentang (longline) dengan posisi normal.

d) Pemeriksaan inti mutiara dengan rontgen (x-ray)

1. Kantung jarring (pocket net 16) diambil dari tali bentang, lalu kerang mutiara dilepas satu persatu dari kantung jaring.

2. Kerang mutiara di rontgen (x-ray) satu persatu di atas ban berjalan (rel) 3. Kerang yang kosong dipisahkan dengan kerang yang mempunyai inti

mutiara

4. Kerang mutiara yang kosong dipelihara selama 6 bulan untuk dioperasi kembali untuk pemasangan inti.

5. Kerang yang memiliki inti dimasukkan kembali ke pocket net dan dipasang (digantung) pada tali bentang (longline).

(37)

26 3.6 Parameter yang Diamati

3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Pasca Operasi

Tingkat kelangsungan hidup kerang mutiara pasca operasi dihitung dengan rumus Effendi (1979) :

𝑆𝑅 = N0Nt X 100%

Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup kerang mutiara (%)

Nt = Jumlah kerang mutiara pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah kerang mutiara pada awal pemeliharaan (ekor)

3.6.2 Pembentukan Inti (Nucleus) Kerang Mutiara Bulat

Tingkat pembentukan inti kerang mutiara pasca operasi dihitung dengan rumus :

𝑁𝑖 = 𝑁𝑜𝑁𝑡 X 100%

Keterangan:

Ni = Tingkat pembentukan inti kerang mutiara (%) Nt = Jumlah kerang yang berisi (ekor)

No = Jumlah kerang mutiara yang dioperasi (ekor)

Referensi

Dokumen terkait

Kerang mutiara dari hasil pemeriksaan inti pada operasi pertama atau kedua yang tidak memiliki inti akan dioperasi kembali apabila tidak memungkinkan untuk dijadikan

Penelitian kerang mutiara yang dilakukan pada pertengahan bulan Oktober 2005 di Perairan Teluk Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat bertujuan untuk mengkaji kondisi parameter

Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, sedangkan variabel manifest adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan atau mengukur sebuah

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pelaksanaan Evaluasi Tingkat Kepuasan terhadap Pelayanan

Penulis diberikan kesempatan oleh pihak pengelola Tebing Breksi untuk bertemu dengan Bapak Mohammad Haliem selaku Bagian Hukum, Humas, dan Informasi dari Tebing

Adapun alat yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alat yang digunakan pada metode

lingkungan) yang belum sesuai standar atau target. 5) Manfaat pelayanan belum optimal (konektivitas, aksesibilitas, kapasitas). 6)Persaingan antarmoda yang kurang sehat. 7) Isu

Pengaruh – pengaruh atas perilaku menyimpang terhadap orang – orang disekitarnya, dan factor – factor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang dalam