• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA. TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA. TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT TUGAS AKHIR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i

METODE PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima)

DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT

TUGAS AKHIR

VEBRIANTI 1422010111

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN PANGKEP

2017

(2)

ii

METODE PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima)

DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT

TUGAS AKHIR

VEBRIANTI 1422010111

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Ir.H zainal Abidin Musa, M.Si Ir.Andi Asdar Jaya, M.Si Ketua Anggota

Tanggal Lulus: 15Agustus 2017

(3)

iii

RINGKASAN

VEBRIANTI, 14 22 010 111. Metode Pengendalian Organisme Penempel Pada Tiram Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture Lombok Nusa Tenggara Barat dibawah bimbingan Zaenal Abidin Musa dan Andi Asdar Jaya.

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa mendatang. Seperti terlihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kegiatan budidaya kerang mutiara di sepanjang pesisir Indonesia yang memiliki panjang pantai urutan kedua di dunia sudah cukup lama berkembang, bahkan sampai pada saat in ada lebih dari 65 perusahaan, baik dalam bentuk modal asing maupun dalam bentuk modal dalam negeri (Sutaman,1992).

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P. maxima) di PT.Autore Pearl Culture Farm, Lombok - Nusa Tenggara Barat (NTB). Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya dimasyarakat kelak khususnya mengenai teknik-teknik pengendalian organisme penempel pada kerang mutiara (P. maxima) di PT. Autore Pearl Culture Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).

Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama tiga bulan mulai dari 20 januari – 20 april 2017. Data selama kegiatan diperoleh melalui pelaksanaan dan pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaian kegiatan, hasil wawancara dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta studi pustaka yaitu data dikumpulkan melalui buku laporan dan referensi lainnya yang terkait dengan Teknik Pengendalian Organisme Penempel Pada Tiram Mutiara (P. maxima).

Organisme penempel yang didapatkan selama budidaya tiram mutiara adalah Polychaeta sp., Tritip, Pteria penguin, Ascidian dengan teknik pengendalian dengan cara perendaman dengan menggunakan larutan garam dengan konsentrasi 150 ppt pada tahapan kolektor, dan penyemprotan dan pengerokan pada tahapan waring berkantong dan pocket.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah STW karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) dengan tepat waktu.Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan praktik kerja lapangan program studi pembesaran pada Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep selama kurang lebih 3 bulan yang bertempat di PT. Autore Pearl Culture, Lombok, (NTB).

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada Ir. H. Zainal Abidin Musa, M.Si selaku pembimbing pertama dan Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si selaku pembimbing anggota yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini.

Tak lupa pula kepada keluarga kami yang tercinta telah memberi dorongan baik materil maupun spiritual yang tak henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Ucapan terima kasih yang tak lupa pula penulis berikan kepada:

1. Bapak Iwan,S.Pi selaku Manajer PT. Autore Pearl Culture Lombok Nusa Tenggara Barat.

2. Bapak Lalu Zohri Muslim selaku pembimbing lapangan yang selalu membimbing penulis.

3. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri pangkep.

(5)

v 4. Ir. Rimal Hamal, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan.

5. Dosen, Teknisi dan Staf Jurusan Budidaya Perikanan.

6. Sahabat dan teman-temanku yang tergabung dalam HIMADIKA dan terkhusus teman-teman mahasiswa Pembesaran angkatan XXVII yang telah membantu penulis dalam suka maupun duka dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis kembalikan segala sesuatunya kepada Yang Maha Kuasa, diiringi doa dan harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat adanya.

Pangkep,

Agustus

2017

penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ... 4

2.2 Morfologi dan Anatomi... 5

2.3 Jenis Tiram Mutiara ... 7

2.4 Habitat dan Penyebaran... 7

2.5 Makanan ... 8

2.6 Hama dan Penyakit ... 9

2.7 Lokasi Budidaya... 10

2.7.1 Faktor Ekologi ... 10

2.7.2 Faktor Resiko ... 14

(7)

vii III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17

3.3.1 Data Primer ... 17

3.3.2 Data Sekunder ... 17

3.4 Metode Pelaksanan... 17

3.4.1 Penanganan Tiram Mutiara Selama Budidaya ... 17

3.5 Analisa Data ... 19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organisme Penempel ... 20

4.2 Teknik Pengendalian Organisme Penempel... 25

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

viii DAFTAR TABEL

Halaman 1 Alat yang digunakan pada metode organisme penempel

pada tiram mutiara (Pinctada maxima) ... 15 2 Bahan yang digunakan pada metode organisme penempel

pada tiram mutiara (pinctada maxima) ... 16 3 Jenis organisme penempel dan pengendaliannya ... 20

(9)

ix DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi tiram mutiara ... 5

2 Anatomi tiram mutiara ... 6

3 Perendaman kolektor larutan garam... 18

4 Serangan Polychaeta pada tiram mutiara ... 21

5 Tritip yang menempel pada tiram mutiara ... 22

6 Pteria penguin yang menempel pada tiram mutiara ... 23

7 Serangan Ascidian pada tiram mutiara ... 25

8 Bak fibreglass... 26

9 Penyemprotan waring berkantong... 27

10 Pembersihan tiram dengan menggunakan pisau ... 27

11 Penyemprotan tiram mutiara ... 28

12 Pembersihan tiram mutiara dengan menggunakan pak ... 28

(10)

x DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Alat pemeliharaan tiram mutiara ... 32

(11)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa mendatang. Seperti terlihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kerang mutiara yang banyak di budidayakan adalah jenis Pinctada maxima. Jenis in banyak ditemukan di perairan indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat (Direktorat Jendral Perikanan 1994 dalam Tarawiyah 2001).

Indonesia merupakan penghasil mutiara SSP (South Sea Pearls/mutiara laut selatan) yang berasal dare kerang Pinctada maxima baik dare hasil alam maupun dare kegiatan budidaya. Sentra pengembangan Pinctada maxima terbesar di beberapa daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Kegiatan budidaya kerang mutiara di sepanjang pesisir Indonesia yang memiliki panjang pantai urutan kedua di dunia sudah cukup lama berkembang, bahkan sampai pada saat in ada lebih dare 65 perusahaan, baik dalam bentuk modal asing maupun dalam bentuk modal dalam negeri. Tuntutan utama dalam budidaya kerang mutiara adalah tersedianya kerang mutiara ukuran siap operasi dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Namun, kebutuhan penyediaan kerang tidak mungkin hanya mengandalkan hasil penyelaman dari alam, apalagi hasil penyelaman di alam sangat fluktuatif,

(12)

2 tergantung musim dan ukurannya tidak seragam. Kerang mutiara yang ukurannya di bawah standar harus dipelihara terlebih dahulu sampai besar sehingga di perlukan waktu dan tambahan biaya yang tidak sedikit. Saat ini, produksi mutiara sebagian besar menggunakan kerang yang berasal dari budidaya karena kerang alam sangat sulit ditemukan (Sutaman, 1992).

Pulau Lombok merupakan pulau yang termasuk dalam wilayah kepulauan Nusa Tenggara Barat. Lombok dikenal sebagai lokasi budidaya kerang mutiara.

Budidaya kerang mutiara di Lombok terletak di pantai bagian barat pulau tersebut, Lombok juga dikenal sebagai penghasil mutiara air tawar. Hasilnya hampir sama cantik dan populernya dengan mutiara air laut (Anomin 2013). Di sekitar Sekotong dan Gili ada banyak tempat pembudidayaan mutiara yang berperan penting untuk peningktan ekonomi pulau Lombok. Produk mutiara di Lombok terkenal dengan kualitas terbaiknya yang teal di ekspor ke manca negara. Mutiara produksi pulau Lombok ini teal dikenal dunia sebagai mutiara dengan kualitas terbaik di seluruh dunia. Tak heran jika banyak orang yang memburu mutiara dari pulau Lombok walaupun harganya mahal. Jika dibandingkan dengan mutiara Tahati dan juga mutiara Akoya, mutiara Lombok teat menjadi yang terbaik karena ukurannya yang besar dan kilaunya yang menawan. Kilau mutiara dare pulau Lombok ini menjadikan perekonomian pulau Lombok semakin baik dan juga meningkatkan devisa negara.

Tiram mutiara dapat memproduksi butir-butir mutiara dalam bentuk bulatan dan setengah bulat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, juga dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir, 1981 dalam Hidayat, 2008). Seiring dengan hal tersebut, maka

(13)

3 permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah populasi tiram mutiara (P.maxima) di alam.

Namun kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya kerang mutiara adalah keberadaan organisme penempel selama pemeliharaan berlangsung yang dapat menghambat pertumbuhan kerang dan menghambat suplai makanan serta menjadi penyaing oksigen bagi kerang mutiara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian organisme penempel dengan metode pencelupan dengan menggunakan larutan garam, dan penyemprotan serta pengerokan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan Tugas Akhir adalah memperkuat penguasaan metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P. maxima) di PT.

AUTORE PEARL CULTURE, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.

maxima).

(14)

4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tiram Mutiara

Sutaman (1993) Tiram mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak. Tiram mutiara (P. maxima) secara taksonomis dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam Phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas empat kelas yaitu: Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda.

Klasifikasi P. maxima menurut Mulyanto (1987) dan Sutaman (1993) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Sub kingdom : Invertebrata Filum : Mollusca Klas : Pellecypoda Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anysomyaria Subordo : Pteriomorpha Subfamili : Pteridae Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

(15)

5 2.2 Morfologi dan Anatomi

Tubuh tiram mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung.

Mulyanto (1987) dalam Hidayat (2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara. Hidayat (2008) dalam Mulyanto (1987). Morfologi P. maxima dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi tiram mutiara P. Maxima (Sumber : Mulyanto, 1987 dalam Hidayat, 2008)

Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass).

1

2

3 4

5

6

7 8

Keterangan : 1. Hasagy

Pertumbuhan 2. Hasagy Lama 3. Bysus

4. Umbo 5. Ventral 6. Anterior 7. Dorsal 8. Posterior

(16)

6 1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal, menurut Chan (1949) dalam Tjahjo winanto 1992, kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih.

2. Mantel terdiri dari selaput (intigument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang.

3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Adapun anatomi dari kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Anatomi tiram mutiara (Sumber : Sutaman, 1993)

(17)

7 2.3 Jenis Tiram Mutiara

Beberapa jenis tiram mutiara penghasil mutiara yang terdapat diperairan Indonesia antara lain :

1. Pinctada maxima (Gold lip Pearl Oyster) 2. Pinctada margaritifera (Blacklip Pearl Oyester) 3. Pinctada fucata

4. Pinctada chemnittzi 5. Pteria penguin

Menurut Tin Tun (1987) dalam Tjahjo Winanto (1992), jenis tiram mutiara yang sesuai untuk dibudidayakan di Perairan Indonesia adalah jenis P.maxima, Pinctada margaritifera, Pteria penguin. Jenis-jenis Pinctada spp.

yang lain berukuran kecil (4-6 cm), banyak ditemukan di Perairan Indonesia tetapi kurang ekonomis.

2.4 Habitat dan Penyebaran

P. maxima biasa ditemukan pada kedalaman 20 m - 75 m, dengan dasar perairan berpasir atau pasir berkarang. Daerah penyebarannya mulai dari laut Arafuru, kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram kepulauan Bacaan, Australia bagian utara, Burma, Thailand, Philipina.

Pinctada margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai dalam, pada 1 m - 20 m. Tiram ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada substrat yang keras, seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35 ppt atau lebih. Dearah penyebarannya antara lain di perairan Indo-Pasifik, Teluk California, Teluk Panama, Teluk Persia, Sudan, Laut Merah, Kepulauan Seycnell, Papua New Guinea, Australia, Trech Polynesia,

(18)

8 Indonesia, Kepulauan Andaman, Nicobar, Samudra India sebelah barat daya dan Jepang.

Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu karang, menempel pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut sampai kedalaman 12 m – 25 m, lokasi cukup terlindung di daerah tropis maupun sub-tropis, seperti Teluk Persia, Laut merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia, Venezuela, dan lautan pasifik bagian barat.

Pteria penguin hidup pada kedalaman 5 m – 30 m, dengan salinitas kurang lebih 30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel pada ranting-ranting karang hitam (Black corals).

2.5 Makanan

Tiram mutiara bersifat filter feeder karena hidupnya menetap maka kebutuhan makanannya sangat bergantung pada makanan alami di perairan sekitarnya atau terbawa arus air dan dimanfaatkan melalui insang. Pada dasarnya tiram mampu menyeleksi makanan sesuai dengan kebutuhannya, makanan yang telah ditelan tidak semuanya dapat dicerna.

Beberapa jenis makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan dalam perut tiram adalah sisa bahan organic (detritus), Flagellata, larva Invertebrata, partikel jamur, pasir, lumpur, dan beberapa jenis plankton seperti Clolrella, Skeletonema, Estatum, Euglena, Coscinodiscus sp., Bidulphiaregia, Nitzchia sp., Ceratium fusus, Melosirajuegensi, Rhizosolenia hebetate, Hylodiscus stelliger, Asterionelajaponica, Nitzchionides (Imai, 1982 dan Tin Tun, 1988).

(19)

9 Organisme bersel banyak seperti spora alga, dialom, infusorians, foraminifera, merupakan penyusun utama makanan tiram mutiara. Sejumlah pakan yang ditemukan di dalam perut tiram antara lain adalah embrio dan larva berbagai hewan, filamentus alga, alcyonarians, jamur dan sedikit butiran pasir, tapi kadang-kadang yang jumlah banyak (Hardman, 1903 dan chellam, 1983).

2.6 Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh tiram mutiara dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (Bootom culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Grastropoda, seperti Murex sp., Thais sp., dan kura-kura.

Beberapa macam penyakit yang menyerang tiram mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring spongr (Cliona), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (Boring bivalves) dapat membentuk seperti blister didalam cangkang. Tiram yang terserang boring sponge, pada bagian luar cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran kedalam cangkang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam didalam larutan garam pekat, (brine deeping). Tiram yang terserang infeksi direndam didalam larutan garam pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit (Tin Tun, 1977 dan 1988). Pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan.

Perlakuan lainnya yaitu dengan perubahan salinitas secara mendadak (salinity shock), tiram yang terinfeksi direndam didalam air tawar selama kurang

(20)

10 lebih 5-10 menit, kemudian direndam didalam larutan garam pekat dengan konsentrasi 30-40%. Selama 5-10 menit atau sebaliknya direndam dahulu dalam larutan garam pekat, lalu direndam dalam air tawar. Perlakuan ini tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan tiram.

Organisme penempel yang sering dijumpai pada budidaya tiram adalah jenis tumbuhan misalnya; ganggang hijau (Cholorophyceae), ganggang coklat (Phaeophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae). Dari jenis hewan misalnya;

bunga karang (Porifera), molusca seperti Mytilus sp., Crassostrea sp., polychaetes (Polychaeta), seperti Hydroideselegens, Polydora sp.

2.7 Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus diketahui sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pemeliharaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha budidaya lebih banyak ditentukan oleh lokasi yang memenuhi syarat teknis (Sutaman, 1993). Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara (Anonim, 2001). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :

2.7.1 Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme.

Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

(21)

11 1. Lokasi terlindung

Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiaraterutama induk.

2. Dasar perairan

Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir.

Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.

3. Arus air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

4. Salinitas

Salinitas adalah jumlah semua garam dalam air setelah karbonat diubah menjadi oksidan-okasidan dengan satuan perseribu notasi atau ppt.

Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 - 3 hari. Pemilihan

(22)

12 lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 - 35 ppt.

Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara.

5. Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.

6. Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 - 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan.

7. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram mutiara (P. maxima) berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang akan meningkat pada pH 6,75 - pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5.

(23)

13 8. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2- 6,6 ppm.

P. Maxima untuk ukuran 40 - 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.

9. Parameter kimia a. Fosfat

Kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi akan mengakibatkan kerang mutiara mengalami hambatan pertumbuhan.

Fosfat pada kisaran 0,1001 - 0,1615 g/l merupakan batasan yang layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan fosfat berkisar antara 0,16 - 0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang baik untuk budidaya tiram mutiara.

b. Nitrat dan nitrit

Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 - 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5 - 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stress dan bahkan kematian pada organisme yang dipelihara.

c. Amoniak

Batas toleransi organisma akuatik terhadap amoniak berkisar antara 0,4 - 3,1 g/l. Pada kisaran yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat

(24)

14 mengakibatkan gangguan pernafasan dan akhirnya mengakibatkan kematian pada organisme.

2.7.2 Faktor Resiko 1. Pencemaran

Lokasi budidaya kerang mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun.

Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara.

2. Manusia

Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Resiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).

(25)

15 III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penulisan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 20 januari sampai 20 April 2017 di PT. Autore Pearl Culture, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.maxima).

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1. Kolektor (40 x 1,5) m Tempat penempelan spat

2. Mesin semprot Myanmar Membersihkan tiram

3. Pelampung kecil Diameter 113 cm Pelampung jalur

4 Pisau dapur Mengikis kotoran tiram

5 Rakit apung (9 x 9) m Tempat penyeleksian

6 Bak Fibreglass (1 x 1,5) m Tempat perendaman 7 Bendera (100x50) cm,mize 2 cm Pemeliharaan tiram kecil

8 Jalur Long Line 150 m Wadah budidaya

9 Kabel pengikat 25 Cm Untuk mengikat waring

dan kolektor

(26)

16

No Alat Spesifikasi Kegunaan

10 Waring Mish size 1 mm – 4 mm Pembungkus pocket

11 Speed Boad Pk Angkutan

12 Tali gantung Diameter 7 Mengikat pocket

13 Tali jangkar Diameter 22 m Mengikat jangkar 14 Tali jalur Diameter 150 m Tali induk dan jalur 15 Tali pelampung Diameter 4 m Mengikat Pelampung Sumber : PT.Autore Pearl Culture, Lombok Utara, NTB 2017

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.maxima) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Bahan yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima)

.

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1. Kerang mutiara P. maxima Spesies budidaya

2. Air laut (32-35) ppt Membersihkan tiram

3 Garam Kasar Untuk perendaman

Sumber : PT.Autore Pearl Culture, Lombok Utara, NTB 2017

(27)

17 3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini yaitu metode pengumpulan data berupa Data Primer dan Data Sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh pada saat melaksanakan dan mengikuti secara langsung kegiatan PKPM pada setiap unit kegiatan budidaya tiram mutiara di PT.

Autore Pearl Culture.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Penanganan Tiram Mutiara Selama Budidaya

a. Pencelupan dengan larutan garam

Pencelupan dengan menggunakan larutan garam dilakukan pada saat tiram berumur 4 minggu setelah diturunkan dilaut, metode pencelupan dilakukan sebagai berikut :

 Pertama-tama dilakukan pencampuran garam dapur dengan cara bak fibreglass diisi dengan air laut tawar sebanyak 100 liter lalu ditambahkan dengan garam dapur 40 kg kemudian diaduk hingga merata.

(28)

18

 Kolektor diangkat dari jalur longline ke rakit apung dengan menggunakan jangkar lalu waringnya dibuka dari kolektor.

 Kolektor diletakkan disamping bak fibreglass. Gambar kolektor dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Kolektor yang berisi spat dimasukkan ke dalam bak fibreglass dan direndam selama 15 detik. Dapat dilihat pada Gambar 3.

 Setelah itu, kolektor diangkat dari bak fibreglass lalu diletakkan di stand pocket lalu ditiriskan selama 5-10 menit.

 Kolektor dibungkus kembali dengan menggunakan waring lalu digantung kembali di jalur longline.

Gambar 3 Perendaman kolektor dalam garam b.Pencucian waring berkantong 64

 Pengangkatan waring berkantong dari jalur longline

 Waring berkantong diletakkan di stand penyemprotan.

 Setelah itu melakukan penyemprotan tiram.

(29)

19

 Setelah lumut-lumut yang menempel pada waring berkantong rontok kemudian dilakukan pembersihan tiram dengan menggunakan pisau untuk menghilangkan organisme-organisme yang menempel pada tiram.

 kemudian digantung kembali di jalur longline seperti semula.

c. Pencucian Pocket

 Pocket terlebih dahulu diangkat dari jalur longline.

 Pocket diletakkan di stand pocket. Gambar pocket dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Setelah itu dilakukan penyemprotan.

 Kemudian tiram kembali dibersihkan dengan menggunakan pak untuk menghilangkan organisme-organisme penempel.

 Pocket dibungkus kembali dengan menggunakan waring 4 mm.

 pocket digantung kembali ke jalur longline seperti semula.

3.5 Analisa Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram mutiara metode donor

KELANGSUNGAN HlDUP LARVA TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)(BIVALVIA : PTERIDAE). OLEH

Menurut (Sutaman 1993) bahwa kerang mutiara jenis (Pinctada Maxima) termasuk dalam kelompok hewan (filterfeeder) yaitu mengambil makanan dengan cara menyaring air laut

Pemasangan inti mencakup beberapa tahapan yang perlu dilakukan dengan baik dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu mutiara yang akan di hasilkan antara lain

Seiring dengan hal tersebut, maka permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah populasi kerang mutiara di

Hasil pengamatan selama masa pemeliharaan tiram anakan ukuran spat kolektor menunjukkan bahwa kondisi spat tiram mutiara (Pinctada maxima) yang dipelihara pada

Hasil pengamatan selama masa pemeliharaan tiram anakan ukuran spat kolektor menunjukkan bahwa kondisi spat tiram mutiara (Pinctada maxima) yang dipelihara pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengaruh perbedaan nilai salinitas yang digunakan dalam penelitian ini terhadap daya tetas telur Tiram Mutiara Pinctada maxima dapat dilihat pada gambar