• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMASANGAN INTI TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMASANGAN INTI TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1

TEKNIK PEMASANGAN INTI TIRAM MUTIARA (Pinctada

maxima)

DI PT. AUTORE PEARL CULTURE

LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

Oleh:

RISMA ELPARIANI 1522010514

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE

KEPULAUAN

PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juni

2018

Yang menyatakan,

(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Teknik Pemasangan Inti Tiram Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada-Nya dan kepada orang – orang yang turut mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya hanturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Rusli, S.Pi,. M.Si Selaku pembimbing pertama dan Ibu Sri Wahidah, S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah memberikan dukungan dan motivasi, arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan proposal tugas akhir hingga penyelesaian tugas akhir ini.

2. Ucapan terima kasih kepada Pimpinan dan Pembimbing Lapangan di PT. Autore Pearl Culture, Malaka, Lombok Nusa Tenggara Barat. Dan ucapan terima kasih kepada Pimpinan dan Pembimbing Lapangan di PT. Autore Pearl Culture, Desa Batu Putih, Sekotong Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

3. Ungkapan terima kasih yang dalam kepada kedua orang tua saya serta segenap keluarga atas do’a harapan dan segala pengorbanannya selama ini dalam mendukung segala kegiatan penyusunan tugas akhir ini. Saya sangat mencintai kalian, semoga kalian diberi kesehatan dan rahmat dari Allah SWT serta perlindungan dunia akhirat.

(6)

6 4. Kepada Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya

Perikanan

5. Kepada bapak Dr. H. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

6. Kepada teman – teman dan sahabat – sahabat saya yang telah memberi saya dukungan dan semangat dalam mengerjakan tugas akhir ini. Saya sangat menyayangi kalian, semoga kita tak akan saling melupakan.

7. Kepada warga masyarakat Desa Batu Putih, Sekotong Barat, Lombok Barat dan warga masyarakat Pemenag Desa Malaka, Lombok Utara yang telah berbaik hati atas keramahan dan ketulusannya menerima kami mahasiswa program jurusan Budidaya Perikanan dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Pengalaman Mahasiswa.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi menyempurnakan laporan ini.

Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan pembaca.

Pangkep, Juli 2018

(7)

7

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 1.3 Manfaat ... 2

BAB II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tiram Mutiara ... 3

2.2. Morfologi dan Anatomi ... 4

2.3. Makan dan Cara Makan ... 7

2.4. Pembentukan Mutiara Secara Alami ... 7

2.5. Pembentukan Mutiara Secara Buatan ... 8

2.6. Lokasi Budidaya ... 9

2.7. Teknik Budidaya Tiram Mutiara ... 13

2.8. Hama dan Penyakit ... 14 BAB III. METODOLOGI KEGIATAN

(8)

8

3.1. Waktu dan Tempat ... 15

3.2. Alat dan Bahan ... 15

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 15

3.3.1. Data Primer ... 15

3.3.2. Data Sekunder ... 16

3.4. Metode Pelaksanaan 3.4.1. Relaksasi ... 16

3.4.2. Pemasangan Baji ... 16

3.4.3. Pembuatan Saibo Dari Tiram Donor ... 17

3.4.4. Pemasangan Inti Tiram Mutiara ... 18

3.4.5. Pengecekan Inti Pada Tiram Mutiara Dengan Proses X-Ray ... 20

3.5. Parameter yang diamati dan Analisis Data ... 20

3.5.1. Parameter yang Diamati ... 20

3.5.2. Analisis Data ... 20

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Lokasi Perusahaan ... 21

4.2. Struktur Organisasi ... 22

4.3. Sarana dan Prasarana ... 23

4.3.1. Fasilitas umum ... 23

4.3.2. Fasilitas Penunjang ... 24

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Kelangsungan Hidup Pada Proses X-Ray ... 25

5.2. Tingkat Kelangsungan Hidup Selama Oprasi Hingga Panen ... 27

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

(9)

9 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1. Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara ... 15

Tabel 5.2. Data hasil kegiatan X-Ray ... 25

Tabel 5.3. Data tingkat kelangsungan hidup selama operasi pemasangan inti ... 28

(10)

10

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1. Morfologi Tiram Mutiara ... 5

Gambar 2.2. Anatomi Kerang Mutiara ... 6

Gambar 4.3. Peta PT. Autore Pearl Culture Lombok ... 22

(11)

11

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Tabel alat yang digunakan pada proses operasi pemasangan inti pada

tiram mutiara ... 34

Lampiran 2. Gambar alat yang digunakan pada proses operasi pemasangan inti ... 35

(12)

12

ABSTRAK

Risma Elpariani. 1522010514. Teknik Pemasangan Inti Tiram Mutiara (Pinctada maxima)

Di PT. Autore Pearl Culture Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Dibimbing oleh Rusli dan Sri Wahidah

Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu potensi laut yang bernilai ekonomis baik dipasaran nasional maupun internasional, karena organisme ini dapat menghasilkan butiran mutiara yang bernilai jual tinggi. Namun, banyak kasus yang sering timbul dalam budidaya tiram mutiara adalah pada teknik pemasangan inti mutiara yang kurang baik dan pembuatan mantel (saibo) yang kurang tepat, sehingga menghasilkan mutiara yang kurang berkualitas dan warna yang tidak sempurna. Olehnya itu, perlu tenaga ahli dalam proses pemasangan inti yang betul – betul mengerti kedua hal tersebut, yang dapat menghasilkan mutiara yang berkualitas.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik pemasangan inti tiram mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Cultur, Lombok. Sedangkan manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan perihal teknik pemasangan inti tiram mutiara (Pinctada maxima) serta mengembangkan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarir di masyarakat kelak sebagai bekal kemampuan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, dengan parameter yang diamati yaitu tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan 2 tahun.

Pemasangan inti mencakup beberapa tahapan yang perlu dilakukan dengan baik dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu mutiara yang akan di hasilkan antara lain kegiatan relaksasi, pemasangan baji, pembuatan saibo dari tiram donor, pemasangan inti tiram mutiara, dan pengecekan inti pada tiram mutiara dengan proses X-Ray.

Tingkat keberhasilan operasi pembentukan inti mutiara didapatkan SR 80,97%. Hasil tersebut berdasarkan jumlah tiram bebas X-Ray sebesar 86,48%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pembentukan inti tiram mutiara relatif tinggi. Tingginya angka tersebut di pengaruhi oleh keberhasilan pada saat penanganan pra operasi, keahlian teknisi, dan pemeliharaan serta penanganan pasca operasi.

(13)

13

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar untuk bidang budidaya perikanan. Salah satu usaha budidaya yang semakin berkembang di Indonesia adalah budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima). Jenis hewan ini senang hidup dan terkonsentrasi pada perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang, pecahan karang yang berpasir dan tersebar pada kedalaman 20 m. Potensi lahan untuk pengembangan budidaya laut, khususnya tiram mutiara di Indonesia sebesar 62.040 Ha (Hamzah 2007), dengan nilai potensi ekonomi sebesar 120 juta USS pertahun (Dahuri 2000).

Di Indonesia kegiatan budidaya tiram mutiara sudah cukup lama berkembang bahkan sampai saat ini ada lebih 65 perusahaan, baik dalam bentuk modal asing maupun dalam bentuk modal dalam negeri. Tuntutan utama dalam budidaya tiram mutiara adalah tersedianya tiram berukuran operasi dalam bentuk operasi dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan. Namun, keuntungan penyediaan tiram tidak mungkin hanya mengandalkan hasil penyelam di alam, mutiara yang ukurannya dibawah standar harus dipelihara sampai besar sehingga diperlukan waktu dan tambahan biaya yang tidak sedikit. Saat ini di Indonesia untuk memproduksi mutiara sebagian besar menggunakan tiram mutiara yang berasal dari budidaya karena tiram alam sangat sulit ditemukan (Sutaman 1993).

Jenis (Pinctada maxima) banyak ditemukan di perairan Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Direktoral Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, 1994 dalam Tarawiyah 2001).

(14)

14 PT. Autore Pearl Culture merupakan salah satu perusahaan yang bergelut dibidang budidaya tiram mutiara yang terletak di pulau Lombok yang termasuk dalam wilayah Nusa Tenggara Barat. Permintaan mutiara produksi Lombok sangat diminati oleh pembeli dalam negeri maupun mancanegara. Karena produksi mutiara hasil Lombok di klaim memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan produksi mutiara di daerah lain. Namun, masalah yang sering timbul dalam budidaya tiram mutiara adalah pemeliharaan yang kurang baik pada saat pasca operasi pemasangan inti mutiara dan teknik pemasangan inti yang kurang tepat sehingga dapat menghasilkan mutiara yang kurang berkualitas. Untuk menghasilkan murtiara dengan kualitas yang tinggi maka di perlukan teknik yang baik dalam pemeliharaan tiram pasca operasi dan pemasangan inti mutiara. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Teknik Pemasangan Inti Tiram Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture Farm Malaka Dusun Teluk Nara Desa Malaka Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan akir ini adalah untuk memperkuat pengeahuan dan penguasaan teknik operasi pemasangan inti pada tiram mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture, Lombok.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan perihal teknik pemasangan inti tiram mutiara (Pinctada maxima) serta mengembangkan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarir di masyarakat kelak sebagai bekal kemampuan.

(15)

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tiram Mutiara (Pinctada maxima)

Tiram muiara merupakan hewan laut yang bertubuh lunak, tidak bertulang punggung dan dilindungi oleh kedua belah keping cangkang yang tidak simetris, tebal dan sangat keras. Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Sepasang cangkang pada mutiara memiliki bentuk yang tidak sama dimana cangkang sebelah kanan agak pipih sedangkan cangkang sebelah kiri lebih cembung. Cangkang tiram mutiara memiliki ketebalan berkisar antara1-5 mm. Pada bagian luar cangkang terdapat garis-garis melingkar yang jumlahnya bervariasi antara 6-8 garis yang berwarna merah tua, coklat kemerahan dan merah kecoklatan. Warna-warna ini terlihat sangat jelas pada tiram muda, sedangkan pada tiram dewasa warna akan memudar (Harramain 2008). Menurut Jameson (1901) dalam Sutaman (1993), Klasifikasi tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah sebagai berikut :

Phillum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Sub Kelas : Lamellibranchiata

Ordo : Pteriida

Familli : Pteridae

Genus : Pinctada

(16)

16

2.2. Morfologi dan Anatomi

Tubuh mutiara ditutup oleh sepasang kulit kerang (Shell,cangkang) yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah tangan agak pipih, sedangkan sebelah kiri lebih cembung. Cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) ysng dihubungksn oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Doesal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk sepeerti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior (Hidayat 2008).

Menurur Winanto T (1992), cangkang tiram mutiara dibentuk oleh sekresi dari mantel. Pada sisi cangkang bagian dalam terdiri dari nacre atau mother of pearl, dibawahnya ada lapisan prismatic atau overtone dan bagian luarnya adalah periostrakum. Lapisan periostakum tersusun dari zat organic yang menyerupai zat tanduk (Mulyanto 1987).

Menurut Sutaman (1993), Ketiga lapisan tersebut jika dilihat dari zat penyusunnya masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Lapisan periostrakum adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menyerupai tanduk.

2. Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal caltice.

3. Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Morfologi tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat di lihat pada Gambar 2.1.

(17)

17 Gambar 2.1 Morfologi Tiram Mutiara (Data Pribadi, 2018)

Keterangan : 1. Hasagy Baru 2. Hasagy Lama 3. Bysus 4. Umbo 5. Ventral 6. Anterior 7. Dorsal 8. Posterior

Menurut Sutaman (1993), tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, bysus, mantel dan organ dalam.

Kaki

Merupakan salah satu tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih (Winanto 1992). 7 8 5 6 2 1 3 4

(18)

18

Mantel

Terdiri dari selaput (integumen) yang membungkus visceral mass, mantel tergantungseperti tirai pada kedua sisi organ tubuh terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengeluarkan zat yang membentuk cangkang, pinggirnya disatu tempat membentuk inhalant dan exahalant siphon untuk masuk dan keluarnya air (Hidayat 2008).

Organ dalam

Bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan kerang mutiara tersebut. organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Anatomi kerang mutiara (Data Pribadi, 2018)

Cangkang Induk Mutiara (Nacre) )) Mantel Engsel Stomach Mulut Kaki Gonad Insang Otot Adductor Anus

(19)

19 Umumnya setelah dewasa, warna cangkang menjadi kuning tua sampai kuning kecoklatan. Warna garis radier biasanya sudah memudar. Cangkang bagian dalam (nacre) berkilau dengan warna putih keperakan. Bagian tepi nacre (nacreous-lip) ada yang berwarna keemasan sehingga disebut gold-lip pearl oyster sedangan yang berwarna perak disebut silver-lip pearl oyster. Pada bagian luar nacre (non-nacreous border) berwarna cokelat kehitaman (Sudjihono 1997).

2.3. Makan dan Cara Makan

Tiram mutiara (Pinctada maxima) yang banyak dijumpai di berbagai negara seperti Australia, Thailand, Filipina, dan perairan Indonesia. Sebenarnya lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir. Di samping itu banyak di jumpai pada ke dalama antara 20 – 60 m (Sutaman 1993).

Makanan utama tiram adalah Diatom, Algae, Larva Bivalvia dan Plankton lain (Usfar 1996). Makanan tiram mutiara dapat berupa detritus (sisa bahan organik), Flagellata, Larva Invertebrata, Infusoria (organisme bersel satu), dan beberapa organisme seperti Lamellibranchiata, Gastropoda, Plankton, antara lain adalah Cholorella, Skeletonema costatum, Euglena, Coscinodiscus exenbricus, Nitzschia longissimi, Nitzschia sp, Thalassionema nitzschioides (Usfar 1996).

Menurut Sutaman (1993) tiram tergolong binatang filter feeder, yaitu binatang yangg hanya mengandalkan makanan dengan menyerap dan menyaring plankton dari perairan di sekitarnya.

2.4. Pembentukan Mutiara Secara Alami

Mutiara terbentuk dengan dua cara, yang pertama mutiara yang terbentuk secara alami, dan yang kedua terbentuk secara rekayasa atau istilah budidaya

(20)

20 mutiara. Pembentukan mutiara secara alami diduga karena faktor iritan atau karena masuknya benda padat kedalam mantel tiram sehingga benda padat ini akan terbungkus nacre, nacre adalah zat unik yang dimiliki tiram yang berfungsi sebagai pelindung tubuh, teori lain juga mengatakan mutiara juga terbentuk karena apabila adanya kerusakan pada bagian mantel dan cangkang tiram maka tiram akan menutup dan memperbaiki lubang tersebut dengan menggunakan zat nacre. Proses ini sama dengan proses pembentukan tulang pada manusia. Nacre inilah yang disebut Mother Of Pearl atau ibu dari mutiara,

Akibat adanya partikel pasir atau zat asing yang masuk kedalam cangkang tiram untuk menenangkan iritasi ini, tiram mulai mendepositokan lapis demi lapis, bahan shell lapisan ini terdiri dari kalsium karbonat. Setelah beberapa waktu pembentukan mutiara di dalam shell selesai. Mutiara yang terbentuk bulat, putih, dan bersinar. Ini disebut mutiara murni. Namun, mutiara pada dasarnya tidak hanya berwarna putih saja. Warna mereka mungkin saja hitam, putih, rose, biru pucat, kuning, hija, dan ungu (Iqfadhilah 2014).

2.5. Pembentukan Mutiara Secara Buatan

Pembentukan mutiara secara buatan yaitu dengan cara menyisipkan inti (nukleus) bersama dengan sedikit irisan mantel dari tiram lain atau tiram donor lembaran mantel ini disebut saibo, saibo dan inti nukleus kemudian dimasukkan melalui irisan kecil kedalam gonad melalui irisan dinding gonad tersebut. Irisan pada dinding mantel ini bertujuan agar terjadinya biomineralisasi, yaitu penutupan dan pembentukan kantung mutiara atau pearl sact, operasi ini sangat rumit, banyak tahapan yang harus dijalani, termasuk melemahkan mutiara selama beberapa minggu untuk memudahkan saat melakukan operasi.

(21)

21 Pemilihan tiram untuk donor saibo harus benar – benar diperhatikan, karena saibo inilah yang nantinya akan menjadi inti mutiara dari lapisan mutiara, kilauan dan warna mutiara sangat ditentukan oleh pemilihan saibo yang tepat.

2.6. Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus kita lakukan sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai calon lokasi yang akan dijadikan tempat pemeliharaan, usaha budidaya tiram mutiara memang memerlukan investasi yang cukup besar, maka demi keselamatan dan kesinambunagn usaha, lokasi budidaya hendaklah dipilih yang benar – benar memenuhi persyaratan (Sutaman 1993).

Lebih lanjut Sutaman (1993) menjelaskan bahwa hal – hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya tiram mutiara adalah sebagai berikut :

1. Faktor Alam

Laut sebagai bagian dari lokasi usaha dan sangat erbuka dengan pengaruh luar, maka faktor-faktor alam seperti hujan, badai, gelombang, pasang surut. Merupakan hal-hal yang perlu dipelajari. Faktor-faktor alam tersebut tidak bisa di kendalikan oleh tangan-tangan terampil araupun alat-alat yang serba canggih. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dan selamat dalam membudidayakan tiram mutiara, harus terus endukung lokasi budidaya. Prinsip budidaya di alam terbuka seperti laut adalah menselaraskan antara kebutuhan biologis dan fisiologis dari hewan yang dipelihara dengan kondisi alam atau lingkungan sebagai media hidup, sehingga didapatkan suatu kehidupan yang baik dan pertumbuhan yang normal.

Lokasi yang memenuhi syarat dalam hubungannya dengan faktor alam tersebut adalah sebagai berikut :

(22)

22 a. Terlindung dari pengaruh angin musim, gerakan arus dan gelombong yang besar.

b. Bebas dari pengaruh sumber banjir yang dapat menimbulkan kekeruhan dan perubahan salinitas.

Lokasi yang memenuhi persyaratan tersebut biasanya dijumpai pada laut yang terletak diantara pulau-pulau kecil atau teluk.

A. Sumber Pencemaran

Industri, pertanian, dan limbah penduduk sebenarnya merupakan sumber pencemaran yang sangat membahayakan bagi kehidupan tiram mutiara. Berbagai bentuk limbah rumah tangga yang berupa sisa-sisa makanan, detergen, baik berbentuk padat maupun cair serta berbagai macam bahan - bahan lainnya yang berasal dari berbagai aktivitas manusia, seringkali menjadi sumber penyakit yang serius bagi tiram yag dipelihara. Oleh karena itu, lokasi hendaklah dipilih yang agak jauh dari pengaruh bahan – bahan pencemar, terutama dari pusat –pusat pemukiman penduduk.

Yang tidak kalah bahayanya adalah limbah yang berasal dari kegiatan industri yang memakai bahan – bahan kimia. Biasanya limbah dari kegiatan industri merupakan bahan pencemar yang sangat membahayakan bagi kehidupan berbagai macam hewan air termasuk tiram mutiara. Oleh karena itu pemilihan lokasi untuk budidaya tiram mutiara harus jauh dari daerah perindustrian.

B. Keamanan

Pencurian dan sabotase merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam budidaya ikan, baik itu di darat maupu di laut, tidak terkecuali budidaya tiram mutiara. Apalagi budidaya di laut yang menyangkut kepetingan bersama bagi

(23)

23 pemakai lautr, yakni untuk keperluan pelayaran, penangkapan ikan, dan sebagainya sehingga rawan terhadap pencurian dan pencemaran. Oleh karena itu, pemilihan lokasi juga harus memperhatikan kepentingan – kepentingan tersebu, terutama menghindari wilayah yang menjadi pusat kegiatan manusia. Biasanya yang terlalu dekat dengan alur pelayaran akan terpengaruh oelh minyak ataupun bahan pencemar lain dari kapal atau perahu yang berlayar.

C. Sarana Penunjang

Untuk mempelajari jalannya kegiatan pembudidaya maupun pemasaran kelak, maka sarana penunjang seperti listrik dan sarana komunikasi sangat penting untuk diperhatikan. Disamping itu, kemudahan tempat tinggal yang dekat dengan lokasi juga perlu diperhatikan agar memudahkan pengelolaan dan penjagaan.

2. Faktor Lingkungan

Kondisi dan kualitas air di lokasi budidaya sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara. Kondisi dan kualitas air yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Dasar Perairan

Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap susunan dan kelimpahan organisme didalam air termasuk bagi kehodupan tiram mutiara. Adanya perubahan tanah dasar (sedimen) akibat banjir yang menyebabkan dasar perairan tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada kerang yang masih muda. Oleh karena itu, dasar perairan yang berlumpur atau berpasir tidak layak untuk lokasi budidaya tiram mutiara.dasar perairan yang cocok yaitu dasar perairan yang berkarang atau mengandung pecahan – pecahan

(24)

24 pecahan karang. Bisa juga dipilih dasar perairan yang terbentuk akibat gugusan karang yang sudah mati atau gunungan – gunungan karang.

b. Kedalaman

Kedalaman yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara 15 m sampai 20 m. Pada kedalaman ini pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.

c. Arus Air

Lokasi yang cocok untuk budidaya tiram mutiara adal;ah terlindung dari arus yang kuat. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu memnggantikan massa air secara total dan teratur, sehingga ketersediaan oksigen terlarut dan plankton segar dapat terjamin.

d. Salinitas

Sebenarnya tiram mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas yang luas, yaitu antara 20–50 ppt. Tetapi salinitas terbaik untuk pertumbuhan tiram mutiara adalah 32-35 ppt.

e. Suhu

Untuk negara kita sendiri yang beriklim tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapai pada suhu antara 280-300C pada iklim ini ternyata sangat menguntungkan untuk budidaya tiram mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Sedangkan negara yang memiliki empat musim biasanya pertumbuhan tiram mutiara tidak terjadi sepanjang tahun., karena pada suhu air di bawah 130C (musim dingin) pelapisan mutiara atau penimbunan zat kapur akan terhenti.

(25)

25

f. Kecerahan

Banyak sedikitnya matahari yang menembus ke dalam perairan sangat tergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin dalam sinar yang menembus ke dalam perairan. Demikian pula sebaliknya, untuk keperluan budidaya tiram mutiara selayaknya dipilih lokasu yang mempunyai kecerahan antara 4,5 m-6,5 m, sehingga kedalaman pemeliharaan bisa diusahakan antara 6 m–7m. Sebab biasanya tiram yang dibudidayakan diletakkan di bawah kesalaman atau pecahan rata – rata.

g. Kesuburan Perairan

Kerang sebagai binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalkan makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan pakan alami akan memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.

2.7. Teknik Budidaya Tiram Mutiara

Pada prinsipnya dalam keberhasilan pemeliharaan tiram mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh proses penanganan kerang sebelum operasi pemasangan inti, saat melakukan operasi, pasca operasi dan keterampilan dari tenisi serta sarana pembenihan tiram yang memadai. Pada umunya tiram mutiara yang yang akan diopersi inti mutiara bundar berasal dari hasil penangkapan dialam yang dikumpulkan kolektor dan nelayan. Namun, ukuran cangkang mutiara terdiri dari macam-macam ukuran yang nantinya disortir menurut ukuran besarnya mutiara , hal inilah yang menjadi penyebab sehingga tidak dapat melaksanakan operasi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan hasil pembenihan dari hatchery dapat diperoleh ukuran yang relatif

(26)

26 seragam ukurannya sehingga dapat dilakukan operasi pemasangan inti mutiara dalam jumlah yang banyak. Namun produksi benih belum dapat dikembangkan secara massal. Pemeliharaan spat tiram disesuaikan dengan kodisi perairan sekiratnya. Pemeliharaan spat yang masih kecil berukuran dibawah 5 cm dipeliara pada kedalaman 2 – 3 m sedangkan spat dengan ukuran di atas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 m (Sutaman, 1993).

2.8. Hama Dan Penyakit

Meskipun tubuh kerang dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi diri dari serangan hama dan penyakit. Budidaya di dasar perairan (botton culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Gastropoda, seperti Murex sp, Thais sp, dan kura – kura.

Beberapa macam penyakit yang menyerang tiram mutiara biasanya disebabkan oelh bunga karang atau boring sponge (Cliona spp), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister di dalam cangkang. Tiram yang terserang boring sponge pada bagian luarv cangkangnya di tempeli benjolab karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran ke dalam cangkang yang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang. Penyakit ini dapat di obati dengan merendam di dalam larutan garam pekat (brine deeping). Tiram yang terserang infeksi direndam di dalam larutan garam yang pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit, pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan (Tun 1997).

(27)

27

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini merupakan laporan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilalsanakan pada tanggal 4 Februari sampai 26 April 2018 di PT. Autore Pearl Culture Farm Dusun Teluk Nara Desa Malaka Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam proses pemasangan inti pada budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Lampiran 1 dan bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara

Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan

Tiram Mutiara 9-10 cm Spesies budidaya

Nucleus (Inti) 4 mm Sebagai inti mutiara

Tiram Donor 4x4 mm Menjadi objek untuk pemotongan mantel

(saibo) Sumber: Data PKPM PT. Autore Pearl Culture 2018

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :

3.3.1. Data Primer

Data primer yautu diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti langsung kegiatan teknik pemasangan inti tiram mutiara di PT. Autore Pearl Culture.

(28)

28

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur yang berhubungan dengan teknik pemasangan inti tiram mutiara.

3.4. Metode Pelaksanaan

Ruang lingkup kegiatan pemasangan inti berada di rumah operasi yang terletak di permukaan laut tak jauh dari jalur long line untuk memudahkan saat pengangkatan dan penurunan tiram pasca operasi. Dalam memulai kegiatan pemasangan inti ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dengan baik dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu mutiara yang akan dihasilkan. Tahapan yang perlu diperhatikan dalam operasi pemasangan inti adalah sebagai berikut:

3.4.1. Relaksasi

Tiram yang sudah di seleksi dan di lakukan pelemasan (weakning) selanjutnya akan di relaksasi. Kegiatan relaksasi dilakukan sehari sebelum operasi, tiram yang telah di buka waringnya di bawa ke rumah operasi, kemudian tiram dikeluarkan dari poket lalu ditata kedalam box, setelah itu box yang telah berisi tiram di masukkan kedalam bak relaksasi. Selama dalam bak relaksasi dilakukan sirkulasi air yang mengalir agar suplai makanan dan oksigen tetap terjaga untuk menghindari stres dan kematian pada tiram saat di tumpuk dalam bak relaksasi. Keesekokan harinya air pada bak relaksasi akan di surutkan, agar cangkang tiram dapat terbuka untuk mempermudah proses pemasangan baji.

3.4.2. Pemasangan Baji

Setelah tiram mutiara diistirahatkan selama 1 hari dalam proses relaksasi, selanjutnya dilakukan kegiatan pemasangan baji. Dalam kegiatan ini bak akan

(29)

29 dialiri air secara terus menerus dengan kepadatan yang tinggi dan beberapa menit kemudian dikeringkan kembali. Hal ini dapat membuat tiram shock dengan perubahan suhu dan tekanan sebagai perangsang agar cangkang dapat membuka. Proses pesangan baji dilakukan pada cangkang yang telah terbuka dengan menahan bukaan menggunakan tang pembuka atau Kai koki dan diangkut dari box untuk disisipkan baji di antara bukaan cangkang lalu dimasukkan kedalam keranjang dan siap dioperasi.

Tiram mutiara yang telah terkumpul didalam keranjang dan siap operasi selanjutnya ditutup oleh kain atau handuk basah untuk tetap menjaga kelebaban tubuhnya agar tidak mudah mati pada saat akan dioperasi. dalam kegiatan pemasangan baji ini, diperlukan keahlian untuk membukanya karena akan samgat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pemasangan inti.

3.4.3. Pembuatan Saibo Dari Tiram Donor

Dalam pembuatan saibo dibutuhkan tiram donor yang akan di persiapkan untuk mengambilan mantel, bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga tiram donor disebut juga tiram saibo.

Tiram donor yang disanggah tang pembuka diperiksa dengan membuka mantel untuk melihat nacre dan kesehatan tiram. Membunuh tiram donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor atau bagian tengah secara vertikal agar mantel tidak tersentuh dan cangkang langsung dipisahkan dan diletakkan pada penyangga dengan posisi menghadap arah mantel agar tidak masuk ke otot. Saat terbelah tiram didiamkan sampai benar – benar mati sehingga saat bagian mantelnya tersentuh dia tidak bereaksi lagi. Selanjutnya insang dibuka dengan menggunakan pinset kemudian

(30)

30 mantel di gunting dari arah engsel secara melingkar, mantel tersebut di potong di atas papan saibo yang telah diberi kertas saibo untuk memudahkan dalam pemotongan, ukuran potongan saibo yaitu sebesar 4x4 mm. Pada satu tiram donor dapat mendonorkan mantel sebanyak 18-25 saibo.

3.4.4. Pemasangan Inti Tiram Mutiara

Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan operasi. Diantaranya meja operasi dan alat – alat operasi lainnya setelah itu alat harus disterilkan.

Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya dan dipasang baji kemudian dimasukkan kedalam keranjang operasi. Setelah itu, di siapkan tang pembuka dan dimasukkan ke dalam bukaan cangkang sambil melepaskan baji dan di letakkan ke stand operasi dengan posisi tiram anterior bagian atas sedangkan bagian bysus menghadap ke teknisi. Insang yang menutupi mulut tiram di singkirkan menggunakan spatula lalu Bysus dipotong menggunakan gunting, kemudian pangkal bysus ditarik menggunakan pengait, pengait dipegang dengan mengguanakan tangan kiri, dan posisi pisau operasi diambil dengan tangan kanan. Kemudian, bagian atas bysus diiris untuk menoreh sayatan di garis mulut menggunakan pisau operasi, pisau dimasukkan ke arah dalam dan keatas atas lalu di belokkan kekiri menuju saluran urat ke gonad, setelah itu pisau di keluarkan mengikuti arah sobekan tersebut. Lalu bekas sobekan tersebut dikait dengan pengait secara pelan – pelan dengan tangan kiri. Sesuai dengan arah sayatan, inti diambil dengan menggunakan pengangkat inti dan dimasukkan kedalam bekas sobekan lalu di dorong ke arah gonad menggunakan alat pengantar inti. Kemudian diikuti dengan pemasukan mantel menggunakan pengait mantel (saibo) mengikuti

(31)

31 arah inti yang dimasukkan sebelumnya lalu di dorong ke arah gonad dengan menggunakan pengantar saibo, dengan posisi inti dan mantel diletakkan saling bersinggungan. Dengan masuknya inti dan mantel maka tiram segera dicabut dari stand operasi dan selanjutnya dimasukkan kedalam keranjang pemeliharaan (box), sambil melepas tang pembuka dengan posisi anterior menghadap keatas. Tiram kemudian dimasukkan kedalam poket 16 dengan posisi bagian seperti sebelumnya yaitu posisi anterior menghadap ke atas dengan kemiringan 45o, tiram yang dimasukkan kedalam kantong poket diikat menggunakan kabet tie pada sudut dorsalnya lalu di kembalikan ke jalur long line.

3.4.5. Pengecekan Inti Pada Tiram Mutiara Dengan Proses X-Ray

Pengecekan inti pada tiram mutiara yang dilakukan PT. Autore Pearl Culture, Lombok menggunakan mesin X-Ray. Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan tiram mutiara terlebih dahulu dari organisme – organisme yang menempel pada permukaan cangkang tiram mutiara dengan menggunakan pisau dan mesin penyemprot air sambil menghitung jumlah tiram mati ketika proses pembersihan berlangsung. Tiram yang telah dibersihkan kemudian du letakkan kedalam keranjang plastik lalu di maukkan ke dalam mesin X-Ray. Pada saat yang bersamaan kondisi tiram mutiara akan terlihat di layar monitor sehingga isi organ dalam pada tiram mutiara dapat terlihat. Selanjutnya tiram mutiara diperiksa secara manual dengan teliti oleh karyawan yang melaksanakan X-Ray. Dapat terlihat apabila tiram yang masih terdapat inti mutiara selanjutnya dimasukkan kedalam poket dan dan digantung kembali ke jalur long line. Sementara tiram mutiara yang memuntahkan inti mutiara dipindahkan untuk dioperasi kembali atau dibunuh tergantung pada kondisi tiram tersebut.

(32)

32

3.5. Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1. Parameter yang Diamati

Adapun parameter yang diamati antara lain:

 Tiram yang hidup

 Tiram yang mati

 Tiram isi (+) / terdapat nukleus dalam tiram

 Tiram muntah (-) / nukleus (inti mutiara) kosong atau

(dimuntahkan)

3.5.2. Analisa Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisa secara deskriptif.

(33)

33

BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Lokasi Perusahaan

PT. Autore Pearl Culture terletak dijalan raya Sengigi, dusun teluk nare , Desa malaka , Kecamatan pemenang, Kabupaten lombok utara, Nusa Tenggara Barat. Kantor pusat PT. Autore Pearl Culture memiliki terletak di Kota Mataram, sedangkan tempat budidaya dan showroom (penjualan) berada di Dusun Teluk Nara. PT. Autore Pearl Culture memiliki tiga lokasi jalur longline yang berbeda. Jalur pertama terletak di Teluk Nare dengan luas 4 Ha yang terdiri dari 4 blok (Blok A-D TN) dengan panjang jalur 120 m dan setiap blok memiliki 10 jalur. Jalur kedua terletak di Teluk Kombal sebanyak 3 blok (Block A-C PB) dengan panjang jalur 150 m dan terdapat 15 jalur di setiap bloknya, total luas lahan di perairan ini mencapai 4,5 Ha. Jalur ketiga terletak di Pamenang Barat dengan luas lahan 3 Ha, lokasi ini memiliki 2 blok dengan panjan jalur 150 m dan jumlah jalur per bloknya sebanyak 10 jalur. Perairan Teluk Nara yang digunakan sebagai tempat budidaya kerang mutiara yang baik. Lokasi perusahaan memiliki perairan pantai yang jernih serta terdapat terumbu karang dan padan lamun. Karena gelombang perairan yag relatif tenang dan tidak terlalu tinggi, maka daerah tersebut berpotensi untuk dijadikan lokasi budidaya kerang. Dapat dilihat pada gambar 4.3.

(34)

34

Gambar 4.3 Peta PT. Autore Pearl Culture

4.2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Autore Pearl Culture merupakan perusahaan yang di pimpin oleh beberapa orangyang memiliki peranan penting yang menjalankan kegiatan budidaya. Perusahaan ini di pimpin oleh general manajer, seorang site manajer dan dibantu dengan seorang administrasi/ pembukuan serta 4 orang kepala devisi untuk kegiatan produksi dan pemeliharaan serta 1 orang kepala show room pemasaran mutiara. Masing-masing kepala devisi membidangi urusan hatchery / laboratorium , operasional dilaut, lokgistik dan mekanik serta show room untuk wisata budidaya. Struktur organisasi PT. Autore Pearl Culture dapat dilihat pada gambar 4.4.

(35)

35

Gambar 4.4 Struktur Organisasi di PT. Autore Pearl Culture, Malaka, Lombok-NTB (2018)

4.3 Sarana dan Prasarana 4.3.1 Fasilitas Umum

Adapun fasilitas umum pada usaha budidaya kerang mutiara di PT. Autore Pearl Culture, Malaka, Lombok-NTB antara lain:

- Laboratorium - Mess Karyawan

- Show Room - Kamar Mandi

- Ruang Administrasi - Mushollah

- Rumah Apung - Ruang Bersama

- Ruang Logistik - Tempat Parkir

- Ruang Genset - Pos Satpam

- Ruang Mekanik Direktur Utama General Manajer Site Manajer Urusan Administrasi Kepala Urusan Laut Kepala Logistik Kepala Laboratorium mmm Kepala Mekanik

(36)

36

4.3.2. Fasilitas Penunjang

Adapun fasilitas penunjang pada usaha kerang mutiara di PT. Autore Pearl Culture, Malaka, Lombok-NTB antara lain:

- Bak Fiber - Mesin Pompa - Meja Pemijahan

- Peralatan Kultur Pakan Alami - Pipa

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi kerang mutiara (Data Pribadi, 2018) Cangkang Induk Mutiara (Nacre) )) Mantel Engsel Stomach Mulut Kaki Gonad Insang  Otot Adductor Anus
Gambar 4.3 Peta PT. Autore Pearl Culture
Gambar 4.4 Struktur Organisasi di PT. Autore Pearl Culture, Malaka, Lombok- Lombok-NTB (2018)

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram mutiara metode donor

Menurut (Sutaman 1993) bahwa kerang mutiara jenis (Pinctada Maxima) termasuk dalam kelompok hewan (filterfeeder) yaitu mengambil makanan dengan cara menyaring air laut

Kerang mutiara dari hasil pemeriksaan inti pada operasi pertama atau kedua yang tidak memiliki inti akan dioperasi kembali apabila tidak memungkinkan untuk dijadikan

Adapun alat yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alat yang digunakan pada teknik

Anakan kerang yang dipelihara pada kolektor dan telah berukuran 1 cm dipindahkan kedalam waring bendera untuk dipelihara selama 6 bulan hingga mencapai ukuran 3 – 5 cm yang

Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram mutiara metode donor