• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB) TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PENANGANAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB) TUGAS AKHIR"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENANGANAN

KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK

NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

NURSIAH 12 22 023

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN PANGKEP

2015

(2)

TEKNIK PENANGANAN

KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE, LOMBOK

NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

NURSIAH 12 22 023

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Rusli, S.Pi., M.Si. Dr. Ir. H. Ahmad Wadi., M. Sc. Agr.

Ketua Anggota

Diketahui oleh:

Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si. Ir. Rimal Hamal, M.P.

Direktur Ketua Jurusan

Tanggal Lulus: 10 September 2015

(3)

ii

RINGKASAN

NURSIAH, 12 22 023. Teknik Penanganan kerang mutiara (Pinctada maxima) Pra operasi di PT. Autore Pearl Culture, Lombok

Utara NusaTenggara Barat, dibawah bimbingan oleh Rusli dan Ahmad Wadi .

Kerang mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa akan datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyak permintaan perhiasan

mutiara dan harga yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menambah dan memperkuat penguasaan untuk teknik budidaya kerang mutiara khususnya penanganan kerang pada pra operasi. Di PT. Autore Pearl Culture.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, dan kompetensi keahlian mahasiswa, juga dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat dalam hal teknik budidaya kerang mutiara pra operasi, dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bidang budidaya kerang mutiara.

Tugas akhir ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan selama ±3 bulan yaitu mulai dari Tanggal 9 Februari sampai Tanggal 9 Mei 2015 di PT. Autore Pearl Culture, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok

Utara, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hasil yang di peroleh selama kegiatan adalah pra operasi kerang mutiara dipelihara kurang lebih dua tahun mulai dari pemilihan lokasi sampai dengan masa pra operasi. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan pra operasi seperti seleksi kerang mutiara, pelemasan kerang mutiara, cek kesehatan kerang mutiara, Cek kondisi gonad, pemasangan baji, pra operasi kerang mutiara mempunyai ukuran 9-10 cm, kerang yang kurang dari ukuran itu di pelihara lagi selama 6 bulan. Hasil seleksi kerang pra operasi yaitu ukuran

minimal 9-10 cm dengan umur 2 tahun yang baik untuk pemasangan inti.

Dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 96.73%, dan kerang yang mempunyai gonad 661 ekor dan kerang yang yang tidak mempunyai gonad yaitu 4190 ekor.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM). Tugas akhir ini merupakan suatu yang wajib dibuat sebab merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan study pendidikan pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Melalui kesempatan ini, rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan yang setinggi-tingginya kepada Rusli, S.Pi., M.Si. sebagai pembimbing Utama dan Dr. Ir. H. Ahmad Wadi., M.Sc., Agr. Sebagai pembimbing anggota untuk membantu dan membimbing penulis hingga terselesainya tugas akhir ini. Ucapan terima kasih yang tak lupa pula penulis berikan kepada :

1. Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Ir. Rimal Hamal, M.P. selaku ketua Jurusan Budidaya Perikanan.

3. Dosen, Teknisi dan Staf Jurusan Budidaya Perikanan.

4. Ir. H. Bustamin, M.P, selaku penasehat akademik

5. Sahabat saya yang selalu membantu dan memberi semangat dalam Tugas akhir ini, terkhusus angkatan XXV

6. Manager Aswan Amd.Pi serta karyawan di PT. Autore Pearl Culture yang telah membimbing kami selama tiga bulan

7. Iwan S.Pi, selaku pembimbing lapangan di PT. Autore Pearl Culture, Lombok Utara , Nusa Tenggara Barat (NTB)

Akhirnya penulis dengan tulus menghaturkan terima kasih kepada ayahanda tercinta dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan support berupa moril,

(5)

iv materil serta iringan doa hingga penyelesaian studi ini. Terima kasih kepada semua saudaraku karena keberadaan, pengorbanan, keikhlasan dan doamu menjadi motivasi saya untuk selalu semangat. atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian studi ini.

penulis menyampaikan kesempurnaan yang sesungguhnya hanya milik Allah, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kiranya ada kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat di bidang perikanan dimasa sekarang dan di masa yang akan datang bagi yang memerlukannya amin.

Pangkep, Agustus 2015

Penulis

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi ... 3

2.2 Morfologi dan Anatomi ... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran ... 6

2.4 Siklus hidup dan Reproduksi ... 6

2.5 Makanan ... 10

2.6 Hama Dan Penyakit ... 11

2.7 Proses Pembentukan Mutiara ... 12

2.9 Lokasi Budidaya ... 13

2.10 Faktor Ekologi ... 13

(7)

vi

2.11 Faktor Resiko ... 16

2.12 Media Budidaya ... 17

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Pelaksanaan ... 22

3.5 Parameter yang Diamati dan dianalisa Data ... 23

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Seleksi Ukuran dan Umur Kerang Mutiara ... 25

4.1.2 Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara ... 26

4.1.3 Seleksi Gonad Kerang Mutiara ... 26

4.2 Pembahasan ... 27

4.2.1 Seleksi Kerang Mutiara ... 27

4. 2.2 Penanganan Kerang Mutiara Pra Operasi ... 28

4.2.3 Pelemasan Kerang Mutiara... 29

4.2. 4 Cek Kesehatan Kesehatan dan Kondisi Gonad Kerang Mutiara ... 29

4. 2.5 Pemasangan Baji ... 31

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

(8)

vii DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Alat yang digunakan pada Pra Operasi Kerang Mutiara

(Pinctada Maxima) ... 19 2 Bahan yang di gunakan Pra Operasi Kerang Mutiara ... 20 3 Seleksi Ukuran dan Umur Kerang Mutiara ... 25 4 Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara (Pinctada Maxima)

Pra Operasi ... 26

5 Seleksi Gonad Kerang Mutiara ... 26

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Morfologi Kerang Mutiara ... 4 2 Anatomi Kerang Mutiara ... 5

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peralatan yang digunakan di PT. Autore Pearl Culture ... 36

2 Seleksi Kerang Mutiara ... 37

3 Pelemasan Kerang Mutiara... 38

4 Cek kesehatan Kerang Mutiara ... 39

5 Cek Kondisi Gonad ... 39

6 Pemasangan Baji (Pengganjal) ... 40

(12)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerang mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa yang datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi ini mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia berpotensi untuk ditingkatkan. Saat Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka sumber masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen.

Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yangdibutuhkan, maupun kebutuhan peralatan pendukung budidaya mutiara.

Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara.

Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai dari pada emas, terutama di Jepang. Kerang mutiara adalah salah satu sumber daya yang sekarang ini sedang diusahakan dalam bentuk budidaya. Kerang mutiara ini dapat juga memproduksi butir-butir mutiara dalam bentuk bulatan dan setengah bulat yang

(13)

2

mempunyai nilai ekonomis tinggi, juga dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir 1981 ). Seiring dengan hal tersebut, maka permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah populasi kerang mutiara di alam.Usaha-usaha budidaya kerang mutiara secara komersial di Indonesia pada umumnya dan Sulawesi pada khususnya belum banyak dilakukan, dalam budidaya kerang mutiara, ada beberapa penanganan terhadap kerang sebelum kerang dapat menghasilakan mutiara, salah satu penanganan kerang yang cukup penting dilakukan agar kerang dapat menghasilkan mutiara yang baik adalah penanganan kerang sebelum operasi pemasangan inti dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul penanganan kerang mutiara pra operasi.

2.1 Tujuan dan Manfaat

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menambah dan memperkuat penguasaan untuk teknik budidaya kerang mutiara khususnya penanganan kerang mutiara pada pra operasi. Di PT. Autore Pearl Culture.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, dan kompetensi keahlian mahasiswa, juga dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat dalam hal teknik penanganan kerang mutiara pra operasi, dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bidang budidaya kerang mutiara.

(14)

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Kerang mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak.

Kerang mutiara secara taksonomi dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas empat kelas yaitu: polyplacophora, gastropoda, bivalvia dan cephalopoda. (Sutaman 1993).

Klasifikasi Pinctada maxima menurut Brusca (1990) dalam Liweng (2002) adalah sebagai berikut :

Filum : Mollusca Kelas : Bivalvia

Sub kelas : Lamella branchia Ordo : Anysomyaria Sub ordo : Pteriomorpha Sub famili : Pteriidae Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

2.2 Morfologi Dan Anatomi

Tubuh Kerang mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung.

Mulyanto (1987) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal

(15)

4

berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara (Sutaman 1993) seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi kerang mutiara P. maxima.( Pribadi 2015)

Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi kerang mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki/bysus, mantel dan organ dalam (visceral mass).

1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Menurut Cahn (1949) dalam Winanto 1992, kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih.

Keterangan :

1. Hasyaki Pertumbuhan 2. Hasyaki Lama

3. Umbo 4. Ventral 5. Anterior 6. Dorsal 7. Posterior 3

6

7 5

4

1

2

(16)

2.

3.

2. Mantel tediri dari selaput ( mantel tergantung seperti ti

tubuh dan cangkang. Mantel mengelurak cangkang,

untuk mas

3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan

terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, alat kelamin. Adapun

Gambar 2.

Mantel tediri dari selaput ( mantel tergantung seperti ti

tubuh dan cangkang. Mantel mengelurak kang,pinggirnya disatu tempat membentuk untuk masuk dan kelu

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan

terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, alat kelamin. Adapun

Gambar 2.

Gambar 2

Mantel tediri dari selaput (intigument

mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh tubuh dan cangkang. Mantel mengelurak

ya disatu tempat membentuk uk dan keluarnya air (Mulyanto

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan

terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus,

alat kelamin. Adapun anatomi dari kerang mutiara dapat

2

Anatomi kerang mutiara

intigument) yang membungkus visceral mass,

rai pada kedua sisi organ tubuh tubuh dan cangkang. Mantel mengelurak

ya disatu tempat membentuk rnya air (Mulyanto1987).

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan kerang mutiara

terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus,

anatomi dari kerang mutiara dapat

Anatomi kerang mutiara

) yang membungkus visceral mass, rai pada kedua sisi organ tubuh

tubuh dan cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk ya disatu tempat membentuk inhalant

1987).

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung,

anatomi dari kerang mutiara dapat

Anatomi kerang mutiara(Sutaman

) yang membungkus visceral mass, rai pada kedua sisi organ tubuh, terletak antara an zat yang membentuk inhalant dan exahaentsiphon

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan tersebut. Organ dalam ini jantung, susunan syaraf, dan anatomi dari kerang mutiara dapat

dilihat

Sutaman 1993)

5 ) yang membungkus visceral mass,

, terletak antara an zat yang membentuk exahaentsiphon

Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan tersebut. Organ dalam ini susunan syaraf, dan

dilihat

pada

(17)

6

2.3 Habitat dan Penyebaran

Pinctada maxima biasa ditemukan pada kedalaman 20-75 m, dengan dasar

perairan berpasir atau pasir berkarang. Daerah penyebarannya mulai dari laut Arafuru, kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram kepulauan Bacaan, Australia bagian Utara, Burma, Thailand, Philipina.

Pinctada margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai

dalam, pada 1-20 m. Kerang ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada substrat yang keras, seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35 ppt atau lebih. Dearah penyebarannya antara lain di perairan

Indo-Pasifik, Teluk California, Teluk Panama, Teluk Persia, Sudan, laut Merah, Papua new Guinea, Australia, Trech Polynesia, Indonesia, Kepulauan Andaman, Nicobar, Samudra india sebelah barat daya dan Jepang.

Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu karang,

menempel pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut sampi kedalaman 12 25 m. Lokasi cukup terlindung didaerah tropis maupun sub- tropis, seperti Teluk Persia, Laut Merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia, dan lautan Pasifik bagian Barat.

Pteria penguin hidup pada kedalaman 5 30 m, dengan salinitas kurang

lebih 30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel pada rating-ranting karang hitam (black corals).

2.4 Siklus Hidup dan Reproduksi

Kerang mutiara mempunyai jenis kelamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu yang hermaprodit. Perubahan kelamin

(18)

7

(sex reversal) biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada stadia awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal juga diamati pada kerang Pinctada maxima, hasilnya menunjukkan bahwa jenis kelamin kerang ternyata tidak tetap, sejumlah jantan berubah menjadi betina dan sebaliknya betina bisa menjadi jantan.

Bentuk gonad kerang mutiara tebal-menggembung, pada kondisi matang penuh gonad menutupi seluruh organ dalam (perut, hati dan yang lain) kecuali bagian kaki. Secara eksternal sulit untuk membedakan antara gonad jantan dan betina, utamanya pada stadia awal, keduanya berwarna krem kekuningan. Tetapi setelah stadia matang penuh, gonad kerang P. maxima jantan berwarna putih krem, sedang yang betina berwarna kuning tua. Sedangkan gonad jantan P. fucata berwarna krem pucat keputihan dan betina berwarna krem kekuningan sampai kuning.

Tingkat kematangan gonad kerang mutiara dikelompokkan menjadi lima stadia (deskripsi perkembangan gonad ini hanya didasarkan pada kerang betina) yaitu : Stadia I: Tahap tidak aktif/salin/ istirahat; Stadia II: Perkembangan/

pematangan; Stadia III: Matang (mature); Stadia IV: Matang penuh/memijah sebagian; Stadia V : Salin (spent). Pada stadia awal perkembangan gonad, kerang jantan dan betina menunjukkan perkembangan reproduksi yang sama, oleh karena itu pada stadia II dan III warna gonad krem pucat. Pada stadia gametogonesis yang lain, gonad jantan dan betina nampak sama jika diamati secara eksternal (Chellam 1987 CMFRI 1991 Winanto 2004).

Pada berbagai kasus di lapangan, para praktisi (breeder) sering kali menggunakan induk stadia III dan IV untuk pemijahan. Spesifikasi induk betina

(19)

8

stadia III adalah gonad tersebar merata hampir di seluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem kekuningan. Sebagian besar oocyte berbentuk buah peer, dengan ukuran 68 x 50 m, ukuran inti 25 m. Sedangkan induk Stadia IV mempunyai ciri-ciri gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit trigger. Oocyte bebas dan terdapat didiseluruh dinding kantong gonad. Hampir semua oocyte berbentuk bulat dan berinti, dengan ukuran rata-rata 51.7 m.

Informasi mengenai segala hal mengenai aspek biologi reproduksi kerang mutiara sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri budidaya mutiara, khususnya pemahaman terhadap perkembangan gonad dan dinamika populasinya di alam. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknik pembenihan dan perbaikan teknik penempatan inti bulat di dalam gonad pada budidaya mutiara. Hasil pengamatan Winanto et al. (2002) terhadap stadia kematangan gonad dan musim pemijahan P. maxima di Teluk Hurun, Lampung dari tahun 1996-2002 menunjukkan, bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan, namun stadia kematangan gonad penuh (TKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret, Mei dan Agustus sampai Nopember.

Gonad dalam masa istirahat (resting phase) terjadi pada bulan Desember, stadia I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama tujuh tahun pengamatan, dicatat stadia perkembangan gonad tertinggi hanya sampai TKG II terutama pada bulan April dan Juni. Sedangkan TKG III terjadi pada bulan Januari-Maret dan Juli-Desember.

Beberapa jenis kerang mutiara dapat dijumpai matang gonad sepanjang tahun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan

(20)

9

Pinctada sp terjadi setiap bulan sepanjang tahun. Musim puncak kematangan

gonad identik dengan musim puncak pemijahan. Pada musim tertentu, induk kerang di alam yang telah dewasa akan bertelur. Telur-telur tersebut kemudian akan dibuahi oleh sel kelamin jantan (sperma) dan pembuahan terjadi secara eksternal di dalam air.

Telur yang telah dibuahi akan mengalami perubahan bentuk, mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan awal proses pembelahan sel dan akhirnya menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase trochophore, dengan bantuan bulu-bulu getar trochophore dapat

Berenang-renang dan bergerak berputar-putar. Beberapa jam kemudian trochophore akan berkembang menjadi veliger atau larva bentuk D, dengan ditandai tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Larva mulai makan dan tubuhnya telah ditutupi cangkang tipis.

Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh velum, pada fase ini biasanya sangat sensitif terhadap cahaya dan sering berenang-renang di permukaan air.

Selama stadia planktonis, larva biasanya berenang-renang dengan menggunakan bulu-bulu getar atau menghanyut dalam arus air. Pada saat mencapai stadia umbo secara bertahap cangkang juga ikut berkembang. Bentuk sepasang cangkangnya sama dan mantel sudah berfungsi secara permanen. Pada akhir stadia umbo, larva bergerak dengan menggunakan velum. Stadia pediveliger ditandai dengan berkembangnya kaki, gerakan-gerakan sederhana dari berenang sampai berputar-putar dilakukan dengan velum dan kaki. Setelah kaki berfungsi dengan baik velum akan menghilang, lembaran-lembaran insang mulai nampak jelas.

(21)

10

Proses pencarian tempat atau substrat untuk menempel dan menetap dimulai sejak larva mencapai stadia pediveliger. Pertumbuhan awal cangkang terlihat pada bagian tepi cangkang, bentuknya sangat tipis, transparan, tersusun oleh selaput tipis conchiolin. Pada waktu yang sama kelenjar bysus akan mensekresikan benang-benang bisus untuk menempel. Organ lain yang berkembang yaitu labial palp dan insang. Stadia pertumbuhan setelah pediveliger ini biasanya disebut Plantigrade Perkembangan akhir larva yaitu perubahan stadia plantigrade menjadi spat. Bentuk spat menyerupai kerang dewasa, mempunyai engsel, auricular depan dan belakang serta terdapat takik bisus pada bagian anterior. Cangkang sebelah kiri lebih cembung dari pada yang kanan. Spat-spat bisa menempel pada substrat dengan bantuan benang-benang bysus. Laju pertumbuhan dari stadia larva sampai spat pada satu tempat dan tempat yang lain berbeda-beda, tergantung dari faktor lingkungan.

2.5 Makanan

Kerang mutiara bersifat filter feeder karena hidupnya menetap maka kebutuhan makanannya sangat bergantung pada makanan alami diperairan sekitarnya atau terbawa arus air dan dimanfaatkan melalui insang. Pada dasarnya kerang mampu menyeleksi makanan sesuai dengan kebutuhannya, makanan yang telah ditelan tidak semuanya dapat dicerna.

Beberapa jenis makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan dalam perut kerang adalah sisa bahan organik (detritus), Flagellata, larva Invertebrata, partikel jamur, pasir, lumpur, dan beberapa jenis plankton seperti Clolrella, Skeletonema, Estatum, Euglena, Coscinodiscus Sp, Bidulphia regia, Nitzchia Sp, Ceratium fusus, (Imai 1982 dan Tin Tun 1988).

(22)

11

Organisme bersel banyak seperti spora alga, dialom, infusorians, foraminifera, merupakan penyusun utama makanan kerang mutiara. Sejumlah pakan yang ditemukan di dalam perut kerang antara lain adalah embrio dan larva berbagai hewan, filamentus alga, alcyonarians, jamur dan sedikit butiran pasir, tapi kadang-kadang yang jumlah banyak. (Hardman 1903 dan Chellam 1983).

2.6 Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh kerang mutiara dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (bootom culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Grastropoda, seperti Murex sp, Thais sp. Dan kura-kura.

Beberapa macam penyakit yang menyeram kerang mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring spong (Cliona Sp), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister didalam cangkang. kerang yang terserang boring sponge, pada bagian luar cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran kedalam cangkang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam didalam larutan garam pekat, (brine deeping). kerang yang terserang infeksi direndam didalam larutan garam pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit (Tin Tun 1977 dan 1988). Pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan.

Perlakuan lainnya yaitu dengan perubahan salinitas secara mendadak (salinity shock), kerang yang terinfeksi direndam didalam air tawar selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian direndam didalam larutan garam pekat dengan

(23)

12

konsentrasi 30-40%. Selama 5-10 menit atau sebaliknya direndam dahulu dalam larutan garam pekat, lalu direndam dalam air tawar. Perlakuan ini tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan kerang.

Organisme penempel yang sering dijumpai pada budidaya kerang adalah jenis tumbuhan misalnya; ganggang hijau (cholorophyceae), ganggang coklat (phaeophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae). Dari jenis hewan misalnya;

bunga karang (porifera), cnidarian seperti sea anemone; flat worms (turbellaria), seperti Stilocus ijiai; molusca seperti Mytilus Sp, Crassostrea Sp; polychaetes (Polychaeta), seperti Hydroideselegens, Polydora Sp.

2.7 Proses Pembentukan Mutiara

Di alam kerang terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara.

Secara teoritis terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas

mengeluarkan/mendeposis nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.

Selanjutnya teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja

(24)

13

masuk kerongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.

Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah.

Kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre kepartikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat (Gustaf 2007)

2.8 Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus diketahui sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pemeliharaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha budidaya lebih banyak ditentukan oleh lokasi yang memenuhi syarat teknis (Sutaman 1993). Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya kerang mutiara (Anonim 2015). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu:

2.9 Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

1. Lokasi terlindung

Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat

(25)

14

gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan :

2. Dasar perairan

Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir.

Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya kerang mutiara.

3. Arus air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

4. Salinitas

Salinitas adalah jumlah semua garam dalam air setelah karbonat diubah menjadi oksidan-okasidan dengan satuan perseribu notasi atau ppt. Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi.

Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2-3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32-35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara.

(26)

15

5. Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup kerang mutiara adalah berkisar 25 30 0C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk kerang mutiara.

6. Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5-6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan.

7. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan kerang pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar kerang mutiara dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara diperairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. kerang tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang akan meningkat pada pH 6,75 - pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5.

8. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. kerang mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2-6,6 ppm.

Pinctada Maxima untuk ukuran 40-50 mm mengkonsumsi oksigen

(27)

16

sebanyak 1,339 ppm, ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 ppm, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 ppm.

9. Parameter kimia a. Posfat

Kandungan posfat yang lebih tinggi dari batas toleransi akan mengakibatkan kerang mutiara mengalami hambatan pertumbuhan.

posfat pada kisaran 0,1001-0,1615 mg/l merupakan batasan yang layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya.

Lokasi budidaya dengan posfat berkisar antara 0,16-0,27 mg/l merupakan kandungan posfat yang baik untuk budidaya kerang mutiara.

b. Nitrat dan nitrit

Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 - 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5 - 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stres dan bahkan mengalami kematian pada organisme yang dipelihara.

2.10 Faktor Resiko 1. Pencemaran

Lokasi budidaya kerang mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun.

Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan,

(28)

17

insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara.

2. Manusia

Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).

2.11 Media Budidaya

Pada budidaya kerang mutiara di laut terbuka sistem jalur long line salah satu media sangat cocok untuk digunakan karena lebih tahan terhadap pengaruh angin, arus yang kuat, dan gelombang yang besar karena gerakan tali yang diakibatkan oleh gelombang. Jalur long line adalah media yang digunakan untuk memelihara sebelum dan sesudah operasi sampai panen.

Menurut Liweng (2002) Pada penempatan jalur long line sangat dipengaruhi oleh.

a. Keadaan arus

Penempatan jalur long line dilakukan dengan kemiringan 30-400 dari arah arus. Hal ini dilakukan agar semua kerang mendapatkan makanan yang sama sehingga tingkat pertumbuhan akan sama. Disamping itu untuk menghindari terjadinya tali gantung yang saling membelit.

b. Kedalaman dan dasar perairan

Kedalaman dan dasar perairan pada lokasi long line perlu diketahui agar dapat menentukan panjang tali jangkar dan jenis jangkar yang digunakan.

(29)

18

Untuk menetukan panjang tali jangkar diperlukan perbandingan yaitu:

Panjang Tali Jangkar = Kedalalaman air x 3

Dasar perairan yang berkarang dengan kedalaman 15 20 meter sangat cocok untuk jenis jangkar besi sedangkan jangkar beton dapat ditempatkan pada semua jenis dasar perairan.

c. Pengaruh angin

Angin yang kuat mempengaruhi keadaan gelombang yang berdampak pada penempatan jalur long line karena dapat merusak keranjang pemeliharaan.

d. Bobot jangkar.

Perbadingan antara bobot jangkar dan bobot yang ditahannya yang terdiri dari berat jalur, berat kerang dan kecepatan arus yang harus seimbang. Hal ini bertujuan agar jalur long line yang telah dipasang tetap dalam keadaan terentang sempurna sehingga tali gantung tidak saling membelit.

(30)

19

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan selama ±3 bulan yaitu mulai dari Tanggal 9 Februari sampai Tanggal 9 Mei 2015 di PT. Autore Pearl Culture, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok

Utara, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada teknik penanganan kerang mutiara (Pinctada maxima) pra operasi di PT. Autore Pearl Culture, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan pada pra operasi kerang mutiara (Pinctada maxima) No Nama Alat Keguanaan

1 Keranjang Tempat kerang setelah dikeluarkan dari poket/net

2 Net (Poket) Tempat pelemasan kerang mutiara 3 Rak Keranjang Tempat merendam kerang

4 Pisau dapur Untuk membersihkan kerang

5 Bak Tempat pembukaan cangkang

6 Peralatan Operasi Untuk pemasangan inti

7 Spead Boat Untuk membawa dan mengambil kerang dari rakit pemeliharaan

8 Tali Gantung Untuk menggantung kerang yang dilemaskan 9

10 Baji

Forsep (tang pembuka)

Untuk mengganjal cangkang kerang Membuka kerang pada pemasangan baji Sumber : PT. Autore pearl Culture

(31)

20

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang di gunakan di di PT. Autore Pearl Culture , Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) pra operasi Kerang Mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 bahan yang di gunakan pra operasi kerang mutiara

No Nama Bahan Kegunaan

1 Kerang Penghasil Mutiara

2 Saibo Pembungkus Nukleus Pada Awal

Pembentukan Biji Mutiara

3 Inti (Nukleus) Penghasil Produksi Biji Mutiara

4 Air Laut Untuk perendaman kerang

Sumber : PT. Autore Pearl Culture

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini yaitu metode pengumpulan data berupa Data Primer dan Data Sekunder.

3.3.1 Data primer

Data primer diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti secara langsung kegiatan PKPM pada setiap unit kegiatan budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture, Teluk Nare, Desa Malaka Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Mataram, Nusa Tenggara

Barat (NTB).

(32)

21

3.3.2 Data Sekunder

1. Partisipasi yaitu mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan selama kegiatan PKPM.

2. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara mendetail semua hasil kegiatan.

3. Wawancara langsung dengan berbagai pihak dalam ruang lingkup penanganan pra operasi kerang mutiara.

4. Studi pustaka, yaitu data dikumpulkan melalui buku-buku laporan dan referensi lainnya yang terkait dengan judul kegiatan.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Seleksi Kerang Mutiara

1. Kerang mutiara dibersihkan terlebih dahulu sebelum diseleksi 2. Kerang yang diseleksi pada pra operasi yaitu ukuran dan umur

3. Kerang dimasukkan didalam Poket kemudian dibungkus dengan waring berdiameter 3 mm

4. Digantungkan di jalur long line

3.4.2 Pelemasan Kerang Mutiara

1. Kerang dipelihara dipoket 16 yang sudah berumur 23 bulan 2. Kerang yang sudah berukuran 9-10 cm siap dioperasi 3. Sebelum kerang dioperasi terlebih dahulu dilemaskan 4. Kerang dilemaskan selama 3-4 minggu

(33)

22

5. Poket 16 yang sudah diisi kerang, dibungkus dengan waring dan diameter mata jaring 1mm, kemudian digantung di jalur long line.

3.4.3 Cek Kesehatan Kerang Mutiara

1. Kerang mutiara diambil di jalur long line yang sedang dilemaskan 2. Kerang dalam poket dibawa kerumah apung

3. Kemudian kerang dikeluarkan dari poket dan diturunkan di bak yang berisi air laut

4. Kerang diamati yang membuka cangkangnya, kemudian diberi baji sebagai pengganjal

5. Forsep pembuka kerang dimasukkan, kemudian ambil her a untuk menyentuh saibo (mantel)

6. Kerang yang diberi rangsangan diamati reaksinya

7. Poket yang berisi kerang digantungkan kembali di jalur long line 8. Kesehatan kerang dicek setiap minggu pada fase pelemasan

3.4.4 Cek Kondisi Gonad

1. Terlebih dahulu kerang diambil di jalur long line yang sedang dilemaskan, selama 1-2 minggu, kemudian dibawa ke rumah apung

2. Kerang dikeluarkan dari poket, kemudian diturunkan di bak yang berisi air laut 3. Amati kerang yang telah membuka cangkangnya, kemudian beri baji dibagian pinggirnya

4. Masukkan forsep sebagai pembuka kerang, kemudian amati kondisi gonad yang ada di dalam kerang

(34)

23

5. Kerang yang masih banyak gonadnya dilemaskan lagi, sedangkan kerang yang tinggal sedikit gonadnya siap dioperasi.

3.4.5 Pemasangan Baji

1. Kerang yang sudah disiapkan dua hari sebelum operasi dibuka waringnya

2. Kerang dikeluarkan dari poket, kemudian dibersihkan dengan menggunakan pisau dapur

3. Kerang dimasukkan dikeranjang yang menggunakan rak-rak 4. Kerang disimpan didalam bak yang terisi air laut yang mengalir 5. Kerang yang membuka cangkangnya diamati dan pasangkan baji

6. Kerang yang telah dipasangi baji disimpan dikeranjang, kemudian ditutupi dengan handuk

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data

3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati adalah ukuran panjang dan umur kerang mutiara, kelangsungan hidup kerang.

3.5.2 Analisis Data

Tingkat Kelangsungan Hidup

Menurut Effendi (1979) Survival Rate (SR) dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah kerang mutiara awal dan jumlah kerang mutiara yang akhir dengan menggunakan rumus : X 100%

(35)

24

SR = Tingkat Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara (%) Nt = Jumlah Kerang Mutiara pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah Kerang Mutiara pada awal pemeliharaan (ekor)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pelaksanaan Evaluasi Tingkat Kepuasan terhadap Pelayanan

Penulis diberikan kesempatan oleh pihak pengelola Tebing Breksi untuk bertemu dengan Bapak Mohammad Haliem selaku Bagian Hukum, Humas, dan Informasi dari Tebing

Pengaruh – pengaruh atas perilaku menyimpang terhadap orang – orang disekitarnya, dan factor – factor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang dalam

Penelitian kerang mutiara yang dilakukan pada pertengahan bulan Oktober 2005 di Perairan Teluk Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat bertujuan untuk mengkaji kondisi parameter

Masalah yang sering timbul dalam budidaya kerang mutiara adalah penanganan yang kurang baik pada saat prainsersi sehingga dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup kerang

Adapun alat yang digunakan pada metode pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alat yang digunakan pada metode

Adapun alat yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alat yang digunakan pada teknik

lingkungan) yang belum sesuai standar atau target. 5) Manfaat pelayanan belum optimal (konektivitas, aksesibilitas, kapasitas). 6)Persaingan antarmoda yang kurang sehat. 7) Isu